1
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Ensiklopedia Indonesia kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomia
yang berarti rumah tangga. Secara etimologi istilah ekonomi berasal dari kata oikonomia yang
merupakan kata majemuk dari dua kata oikos dan nomos.oikos artinya rumah tangga, dan nomos
artinya aturan. Jadi secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga atau ilmu yang mengatur
rumah tangga. Sedangkan definisi ilmu ekonomi yang sering digunakan ilmu ekonomi adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kemakmuran. (iwan setiawan, dkk, 2008: 79).
Pernyataan ilmu ekonomi dalam dunia pendidikan diimplementasikan dalam pelajaran ekonomi
mulai SMA keatas. Menurut mata pelajaran ekonomi berfungsi membekali siswa dengan pengetahuan
dan keterampilan dasar agar mampu mengambil keputusan secara rasional tindakan ekonomi dalam
menentukan berbagai pilihan. Tujuan pelajaran ekonomi adalah: (1) Mengenalkan siswa pada fakta
tentang peristiwa dan permasalahan ekonomi (2) Membekali beberapa konsep dasar ilmu ekonomi
sebagai pedoman dalam berprilaku ekonomi dan untuk mendalami mata pelajaran ekonomi pada jenjang
pendidikan (3) Membekali nilai-nilai dan etika bisnis serta menumbuhkan jiwa wirausaha.
Proses belajar mengajar sering terjadi dalam kehidupan ini salah satunya di sekolah. Dari proses
belajar mengajar akan di peroleh suatu hasil, yang disebut hasil belajar. Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Tercapai tidaknya tujuan
pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak
didik (Slameto, 2003).
Secara umum pembelajaran Ekonomi selama ini lebih berpusat pada guru, guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam pembelajarannya. Guru kebanyakan
memberikan informasi secara menyeluruh sehingga siswa menjadi bersikap pasif dan tidak dapat
mengembangkan dirinya. Guru jarang menggunakan model ataupun strategi pembelajaran. Guru juga
kurang memaksimal memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa dalam proses pembelajaran.
Akibatnya banyak siswa yang tidak paham terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal
ini mengakibatkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar dan membuat rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dikelas X1 IPS 1 SMAN 6 Pekanbaru, ditemukan berbagai
permasalahan yaitu: (1) Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. (2) Rendahnya hasil belajar
siswa karna penerapan pembelajaran yang menoton digunakan, seperti metode ceramah. (3) Keadaan
siswa kurang kondusif, bercerita dengan teman dalam proses belajar mengajar berlangsung. (4) Siswa
kurang memperhatikan pada saat proses belajar. Berdasarkan permasalahan di atas maka fenomenafenomena tersebut dapat berpengaruh terhadap pelajaran ekonomi dan berdampak kepada rendahnya
hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan masalah di atas, masalah-masalah tersebut cenderung ditimbulkan oleh
menotonnya metode pembelajaran, sehingga diperlukan suatu rekayasa untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang dinamis. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah
pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya
sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang
dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari
untuk memperoleh hasil belajar.
Strategi pembelajaran aktif didesain untuk menghidupkan kelas karena siswa ikut dilibatkan
secara langsung dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar menyenangkan karena pembelajaran yang
tidak menoton dan meningkatkan keterlibatan secara fisik dan mental (silberman dan melvin, 2007).
Pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu: pembelajaran berpusat pada
siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar
mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan penilaian (Joni, R dalam Nurhayati,
2008).
Salah satu strategi pembelajaran aktif adalah strategi pembelajaran Index Card Match (ICM).
Pembelajaran Index Card Match adalah pembelajaran yang penggunaannya dengan cara memasangkan
Permasalahan:
1. Siswa kurang aktif
2. Pembelajaran yang
monoton, seperti
metode ceramah
3. keadaan siswa kurang
kondusif (siswa ribut di
dalam kelas dan
bercerita dengan
temannya)
4. Siswa kurang
memperhatikan pada
saat proses belajar.
Meningkatkan
hasil belajar siswa
pada mata
pelajaran
ekonomi.
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Peningkatan hasil
belajar
= 100 %
(rezeki, 2009: 5)
Keterangan:
KI = Ketuntasan Individu
SS = Skor Hasil Belajar Siswa
SMI = Skor Maksimal Ideal
Secara individu, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan belajar minimal 65% dari seluruh pembelajaran (Mulyasa,
2006: 99).
= 100%
(rezeki, 2009: 5)
Keterangan:
KK = Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar
JST = Jumlah Siswa yang Tuntas
JS = Jumlah Seluruh Siswa
Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dilakukan
dengan membandingkan skor hasil belajar dengan KKM yang dietetapkan. Adapun KKM yang
ditetapkan oleh SMAN 6 Pekanbaru khususnya pada mata pelajaran ekonomi yaitu 80. Keberhasilan
kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas (Mulyasa, 2006: 99). Artinya 85%
dari jumlah siswa dalam kelas memperoleh nilai minimal 80 (batas KKM).
1. Aktivitas Siswa dan Guru
Analisis data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembar pengamatan
atau observasi selama proses pembelajaran. Pengisian lembar pengamatan atau observasi dilakukan
dengan cara mengisi kolom skor pada perilaku-perilaku yang muncul baik guru maupun perilaku siswa.
Perhitungan skor akan dilakukan dengan menggunakan rumus:
= 100%
Sudijono (2009: 43)
Keterangan:
P = Angka Persentase
f = Frekuensi Aktivitas Siswa
N = Jumlah Siswa
Tabel 3.1 Interval dan kategori aktivitas siswa
% Interval
75% - 100%
65% - 74%
55% - 64%
54%
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
% Interval
91% - 100%
71% - 90%
61% - 70%
60%
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
II
Pertemuan 3
Pertemuan 4
78,33%
88,32%
83,32%
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan1 69,99%
yang dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 72,49% yang dikategorikan
baik dengan peningkatan 2,5% dengan rata- rata 71,24%. Siklus kedua pertemuan 3 adalah 78,33%
kategori baik sekali meningkat pada pertemuan 4 menjadi 88,32% dengan kategori baik sekali dengan
peningkatan sebesar 9,99% dengan rata- rata 83,32%. Dari hasil data di atas dapat diketahui bahwa
aktivitas siswa dari siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan.
4.2.2 Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua dengan
menggunakan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6
Pekanbaru tahun ajaran 2012-2013 dilakukan analisis hasil belajar IPS siswa yaitu peningkatan hasil
belajar IPS siswa.
a. Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa
Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar IPS siswa setelah
dilaksanakannya tindakan dengan cara membandingkan dengan skor dasar. Peningkatan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Hasil Belajar IPS Siswa
Siklus
Siswa yang
Rata-rata Persentase peningkatan hasil belajar
hadir
kelas
Skor dasar ke
UH I ke UH II
UH I
Skor dasar
30 orang
78,5
Ulangan
30 orang
86,16
7,66%
3,84%
harian I
Ulangan
30 orang
90
harian II
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS dari skor dasar ke
siklus pertama yaitu dari rata-rata 78,5 menjadi 86,16 dengan peningkatan sebesar 7,66%. Peningkatan
hasil belajar IPS dari siklus pertama ke siklus kedua yaitu dari rata-rata 86,16 menjadi 90 dengan
peningkatan sebesar 3,84%
4.3 Pembahasan
4.3.1 peningkatan aktivitas guru dan siswa
Berdasarkan tabel rata-rata peningkatan persentase aktivitas guru pada siklus pertama
pertemuan pertama adalah 75% yang dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan kedua
menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dengan peningkatan 6,25%. Siklus kedua pertemuan ketiga
mengalami peningkatan menjadi 87,5% dengan kategori baik dengan peningkatan 6,25% dan pertemuan
keempat meningkat menjadi 93,75% kategori baik sekali dengan peningkatan 6,25%. Untuk lebih
jelasnya mmengenai peningkatan persentase aktivitas guru pada setiap pertemuan pada siklus pertama
dan kedua maka dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.1 peningkatan aktivitas guru pada siklus pertama dan kedua
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
81,25%
75%
Pertemuan I
Perttemuan 2
93,75%
87,50%
Pertemua 3
Pertemuan 4
Terlihat pada grafik diatas bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus pertama ke
siklus kedua, ini membuktikan bahwa guru telah memilih metode pembelajaran yang tepat bagi
perkembangan peserta didik dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Aktivaitas siswa dari siklus pertama ke siklus kedua juga meningkat. Berdasarkan tabel ratarata peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama adalah 69,99% yang
dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 72,49% yang dikategorikan
baik dengan peningkatan 2,5%. Siklus kedua pertemuan ketiga adalah 78,33% kategori baik sekali
meningkat pada pertemuan keempat menjadi 88,32%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
Gambar 4.2 peningkatan aktivitas siwa pada siklus pertama dan kedua
88,32%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
70%
Pertemuan I
72,49%
Pertemuan
78,33%
Pertemua 3
Pertemuan 4
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selalu meningkat dari siklus pertama ke
siklus kedua. Pada siklus pertama, aktivitas siswa rendah yaitu 69,99% karena siswa belum terbiasa
dengan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM). Setelah beberapa pertemuan, aktivitas
siswa semakin meningkat yang disebabkan karena siswa sudah terbiasa dan mengetahui secara jelas
mengenai aturan dan langkah-langkah pembelajaran dalam metode pembelajaran aktif Index Card
Match (ICM).
Dari analisis data hasil belajar pada siklus pertama dan kedua menunjukkan bahwa penerapan
metode pembelajaran aktif ICM dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas XI IPS SMA 6
Pekanbaru tahun ajaran 2012-2013. Hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis yang diajukan jika
diterapkan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM) maka dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas XI IPS SMA 6 Pekanbaru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat
diterima.
4.3.2 Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Sebelum Dan Sesudah Tindakan
Hasil Belajar IPS Siswa
90
78,5
86,16
90
70
50
30
10
Skor dasar
Siklus I
Siklus II
Dari beberapa grafik di atas, hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua meningkat,
ini membuktikan bahwa metode pembelajaran aktif ICM dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran IPS dibandingkan proses pembelajaran yang tidak menggunakan metode
pembelajaran aktif ICM. Metode pembelajaran aktif ICM sangat dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karena dalam metode pembelajaran aktif ICM ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar,
meningkatkan keaktifan siswa, membuat siswa lebih sportif dalam pembelajaran, meningkatkan rasa
tanggung jawab, kerja sama dan sosial siswa dalam kelompok belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa.