Kimia
Industri
Suparni Setyowati Rahayu
Sari Purnavita
untuk SMK
untuk
Sekolah Menengah Kejuruan
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Suparni S. R. | Sari P.
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
KIMIA INDUSTRI
Untuk SMK
KIMIA INDUSTRI
Untuk SMK
Penulis
Ilustrasi, Tata Letak
Perancang Kulit
Ukuran Buku
Kata Sambutan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya,
Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan
kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh
penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak,
dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan
yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih
memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan
pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar
negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,
kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih
perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami
harapkan.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayahNya, maka tersusunlah buku ini dengan judul KIMIA
INDUSTRI
Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk memenuhi kebutuhan program pendidikan dan
pengajaran Kimia Industri yang disesuikan dengan perkembangan teknologi dan
industri.
Dalam kaitannya dengan upaya untuk hal tersebut di atas, maka penulis berpedoman
pada kurikulum tahun 2004 dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diperlukan dalam dunia industri, sehingga isi dan materi bersifat
tekstual dan kontekstual. Materi yang disajikan menyangkut juga indikator-indikator yang
mampu mendorong siswa dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
terdiri atas Pengenalan Kimia Industri, Bahan Baku Untuk produk Industri, Teknologi
Proses, Instrumentasi dan Pengukuran, Utilitas Pabrik, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) serta limbah.
.
Keseluruhan materi diharapkan mampu mendukung kompetensi lulusan SMK Kimia
Industri sesuai dengan kebutuhan pasar kerja industri dan jika dimungkinkan mampu
kerja mandiri.
Manfaat yang dapat diperoleh dari buku ini dalam proses pembelajaran adalah bahwa
guru akan bertambah sumber belajarnya yang lebih aplikatif terutama ilmu terapan,
sehingga guru akan bertambah wawasannya terutama dalam bidang kimia industri.
Sedangkan bagi siswa akan bertambah buku pegangannya untuk lebih mudah belajar
kimia industri, karena buku ini penyusunnannya baik dalam sistematika dan materinya
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Penulis dalam menyusun buku ini sudah berupaya secara maksimal dan berupaya
memberikan yang terbaik, namun masih disadari adanya kekurangan-kekurangan,
sehingga diharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak guna
menyempurnakan keberadaan buku ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini
kami sangat berterima kasih, dan semoga menjadi amal jariyah. Mudah-mudahan buku
ini dapat mendorong generasi muda Indonesia labih maju dalam berkarya dalam era
globalisasi dan teknologi.
Semarang, November 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
i
ii
iii
vi
vii
ix
xv
1
1
7
15
18
20
21
23
26
31
100
138
139
140
141
141
142
144
146
157
iii
24
25
26
158
160
182
183
185
186
194
196
197
223
224
226
231
252
254
260
277
282
285
286
299
310
311
322
325
325
326
339
344
351
362
363
365
384
388
393
395
iv
6.1.
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
PENDAHULUAN .....................................................
MANAJEMEN RESIKO ...........................................
BAHAYA BAHAN KIMIA ..........................................
LIMBAH INDUSTRI .................................................
PEMBUATAN LAPORAN INFENTARISASI BAHAN
KIMIA .......................................................................
6.6. PEDOMAN KESELAMATAN KERJA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PERALATAN ..............
6.7. PEMERIKSAAN KEAMANAN SEBELUM
MENGHIDUPKAN PERALATAN .............................
RANGKUMAN .................................................................
CONTOH SOAL ..............................................................
LATIHAN SOAL...............................................................
BAB VII LIMBAH INDUSTRI .......................................................
7.1. PENCEMARAN DAN LINGKUNGAN......................
7.2. JENIS LIMBAH INDUSTRI ......................................
7.3. LIMBAH GAS DAN PARTIKEL ...............................
7.4. LIMBAH PADAT ......................................................
7.5. NILAI AMBANG BATAS ..........................................
RANGKUMAN .................................................................
CONTOH SOAL ..............................................................
LATIHAN SOAL...............................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
395
451
477
496
515
518
519
522
524
524
525
526
538
550
557
569
706
706
708
709
DAFTAR ISTILAH
Batch
Bubble Point
Boiling point
Ball Mill
BAPEDALS
Continuous
Change of phase
Crushing
Dew Point
Double pipe HE
DoT
B3
Equipment
EP
EPA
Furnace
Grinding
Generator
Handling
Heat Exhanger
LD50
Piping system
Reboiler
Rotary Drum Filter
RCRA
Separation
Shell Tube HE
Size reduction
Steady state
Treatment
TCLP
Unit Operation
Unit Process
USDOT
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tumpak, Lompok
Titik gelembung
Titik Didih
Penggiling Bola
Badan Pengendali Dampak Lingkungan
Sinambung
Perubah fase
Penghancuran
Titik Embun
Alat penukar panas tipe pipa ganda
Departemen of Transportastion
Bahan Berbahaya dan Beracun
Peralatan
Effisiensi Pembakaran
Environmental Policy Act
Tungku
Penggerusan
Penimbul Limbah
Penanganan
Penukar Kalor, Penukar Panas
Penukar Bahang
Lethal Dose Fifty
Sistem pemipaan
Pendidih ulang
Filter drum berputar
Resource Conservation and Recovery Act
Pemisahan
Alat penukar panas tipe tabung
selongsong
Pengecilan ukuran
Keadaan tunak
Perlakuan
Toxicity Characteristic Leaching Procedur
Satuan Operasi
Satuan Proses
US Department of Transportation Act
vi
SINOPSIS
Buku merupakan salah satu masukkan (input) dalam proses pembelajaran
dengan demikian akan mempunyai pengaruh terhadap keluaran (output). Buku sebagai
bagian dari proses pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari teori-teori yang
masih berlaku dan dalam bidang kejuruan teknik teori tersebut dapat diaplikasikan
dalam bentuk nyata untuk mempermudah kehidupan manusia. Buku dengan judul
Kimia-Industri merupakan buku yang diperuntukkan bagi siswa maupun pengajar
dalam bidang kejuruan teknik khususnya kimia.
Buku ini diawali (dalam bab I) dengan membahas mengenai pengenalan Kimia
Industri, yaitu aplikasi (bagian utama dalam bidang kejuruan teknik) dari ilmu kimia
maupun ilmu penunjang yang lain seperti fisika untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dalam skala industri. Pengenalan ini cukup penting, karena aplikasi kimia
dalam skala industri diperlukan ilmu-ilmu penunjang tersebut. Membahas skala industri,
tentunya akan mempunyai interpretasi produk dalam skala yang besar (baik kuantitas
maupun kualitas). Oleh karenanya akan diperlukan bahan baku dan juga manusia
sebagai salah satu bagian dari sumber daya, telah dibahas pada bab I. Sedangkan
bab-bab selanjutnya merupakan pembahasan lebih lanjut dari bab I.
Bab II membahas bahan baik awal (sebagai bahan baku) maupun akhir (sebagai
bagian dari produk) yang merupakan tujuan utama dari seseorang yang bergerak
dibidang kejuruan teknik khususnya kimia. Sedangkan bagaimana mengubah dari
bahan baku menjadi suatu produk akan dibahas pada bab IV mengenai teknologi
proses.
Dalam memproduksi suatu bahan dalam skala industri, tentunya selain
mempertimbangkan kuantitas juga perlu mempertimbangkan kualitas. Untuk menjaga
kualitas dari suatu produk, maka diperlukan instrumen untuk mengendalikannya sistem
proses yang dibahas pada bab III. Sedangkan satuan (unit) penunjang dalam suatu
industri berupa pembangkit tenaga listrik, pembangkit uap, pengolahan air proses
maupun pengolahan air limbah dibahas pada bab VII.
Kesan industri sebagai bagian sistem yang mengeksplorasi dari sumber daya
perlu mendapat perhatian khusus agar tidak merusakkan sumber daya tersebut
sehingga kelestariannya dapat dipertahankan. Permasalahan ini dibahas pada bab VI.
Dua hal yang perlu diperhatikan keterkaitannya dengan sumber daya, yaitu sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam menyangkut permasalahan
penggunaan bahan baku khususnya yang langsung diambil dari alam dan juga bahan
yang dibuang ke alam. Bahan hasil produksi yang dibuang ke alam baik berupa bahan
padat, cair maupun gas dibahas dalam sub-bab mengenai masalah limbah. Sedangkan
untuk melestarikan sumber daya manusia sebagai bagian dari pada kehidupan, dibahas
lebih mendalam pada sub bab K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
vii
viii
K 3 dan Limbah
Bab 6 dan 7
Proses
Bab 1 & 4
Bahan Baku
Bab 2
Instrumentasi
Bab 3
Produk
Bab 2
Utilitas Pabrik
Bab 5
ix
Menjelaskan persiapan bahan baku dan bahan penunjang serta persiapan bahan kimia
untuk menghasilkan suatu produk. Selain itu juga pengelolaan bahan-bahan cadangan.
Bab III : Instrumentasi dan Pengukuran
Setiap alat yang digunakan dan dioperasikan dalam sebuah pabrik dilengkapi
dengan instrumen untuk mengukur parameter-parameter tertentu sesuai kondisi operasi
yang harus selalu dipantau setiap saat. Instrumen yang dimaksud terdiri dari dua macam
yaitu instrumen lokal dan instrumen panel. Skala ukur yang terbaca dalam instrumen
lokal merupakan kontrol terhadap skala ukur instrumen panel.
Untuk mendasari pengetahuan yang diperlukan dalam kegiatan mengukur maka
di bawah ini dibahas tentang satuan dan standardnya, konsep angka penting dan galat
serta kelainan skala ukur. Alat-alat ukur yang banyak digunakan dalam industri dapat
diklasifikasikan terdiri dari alat pengukur suhu, alat pengukur tekanan, alat pengukur
aliran, dan alat pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD.
Bab IV : Teknologi Proses
Kata teknologi mempunyai arti aplikasi dari ilmu pengetahuan (scientific) yang
digunakan dalam rangka untuk memepermudah kehidupan manusia. Dengan teknologi,
maka manusia akan dapat melakukan sesuatu menjadi lebih mudah. Sedangkan proses
secara umum merupakan perubahan dari masukkan (input) dalam hal ini bahan baku
setelah melalui proses maka akan menjadi keluaran (output) dalam bentuk produk. Ada
tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu input, perubahan dan output.
Dengan demikian teknologi proses merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan
untuk merubah bahan baku menjadi produk atau bahan yang mempunyai nilai lebih
(added value), dimana perubahan dapat berupa perubahan yang bersifat fisik maupun
perubahan yang bersifat kimia dalam skala besar atau disebut dengan skala industri.
Perubahan yang bersifat fisik disebut dengan satuan operasi (unit operation),
sedangkan yang bersifat perubahan kimia disebut dengan satuan proses (unit process).
Untuk bisa memahami suatu proses yang terjadi di industri kimia maka terlebih
dahulu harus bisa membaca diagram alir proses serta mengenal simbol dan jenis-jenis
peralatan yang digunakan pada industri kimia.
Untuk bisa mengoperasikan peralatan industri kimia maka perlu memahami
beberapa satuan operasi, mulai dari (1) Proses mengubah ukuran bahan padat dengan
menggunakan mesin pemecah (crusher), mesin giling (grinder), dan mesin potong
(cutting machine), (2) Pencampuran bahan yang merupakan peristiwa menyebarnya
bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang
lain demikian pula sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam
keadaan dua fase atau lebih yang akhirnya membentuk hasil yang lebih seragam
(homogen), (3) Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu
campuran yang berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut
adalah mampu-campur dan mudah menguap, selain itu komponen-komponen tersebut
mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil dari pemisahannya menjadi komponenkomponennya atau kelompok-kelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan
uap, maka dapat dikatakan pula proses penyulingan merupakan proses pemisahan
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Baik distilasi dengan
peralatan skala laboratorium maupun skala industri, (4) Adsorpsi atau penjerapan
adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang akan
dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Misalnya,
limbah industri pencuciankain batik diadsorpsi zat warnanya dengan menggunakan
arang tempurung kelapa yang sudah diaktifkan. Limbah elektroplating yang
mengandung nikel, logam berat nikel diadsorpsi dengan zeolit yang diaktifkan, (5)
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Tujuan nya untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara
merubah fasenya, (6) Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapta tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain, (7) Filtrasi adalah
pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium
penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu tertahan. Pada industri, filtrasi ini
meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang
kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari
saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Filtrasi dengan peralatan skala
laboratorium sampai slaka pilot plant/industri baik batch maupun kontinyu, (8) Operasi
evaporasi atau penguapan pada dasarnya merupakan operasi pendidihan khusus,
dimana terjadi peristiwa perpindahan panas dalam cairan mendidih. Tujuan operasi
evaporasi adalah untuk memperoleh larutan pekat dari larutan encer dengan jalan
pendidihan dan penguapan, (9) Penukar panas atau dalam industri kimia populer
dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun
sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated
steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang
sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Satuan Proses Kimia merupakan proses yang melibatkan reaksi Kimia dan
katalis. Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana bahan sebelum diproses disebut
dengan reaktan dan hasilnya produk. Lambang dari reaksi kimia sebelum dan sesudah
proses menggunakan tanda panah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
adalah ukuran partikel/zat, suhu dan katalis. Jenis-jenis reaksi kimia yang banyak
digunakan diindustri adalah reaksi katalitik (reaksi dengan katalis) dan reaksi netralisasi.
Contoh Proses Kimia dengan Reaksi Katalitik pada Industri Kecil Menengah : Industri
pembuatan biodiesel dari bahan alami yang terbarukan (minyak nabati) dan katalis kimia
atau biologis. Sedangkan industri minyak jagung adalah contoh untuk proses kimia yang
melibatkan reaksi netralisasi.
Bab V : Utilitas Pabrik
Sebuah pabrik mempunyai dua sistem proses utama, yaitu sistem pereaksian
dan sistem proses pemisahan & pemurnian. Kedua sistem tersebut membutuhkan
kondisi operasi pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam pabrik, panas biasanya
disimpan dalam fluida yang dijaga pada suhu dan tekanan tertentu. Fluida yang paling
umum digunakan adalah air panas dan uap air karena alasan murah dan memiliki
kapasitas panas tinggi. Fluida lain biasanya digunakan untuk kondisi pertukaran panas
pada suhu di atas 100 oC pada tekanan atmosfer. Air atau uap air bertekanan
(dinamakan kukus atau steam) mendapatkan panas dari ketel uap (boiler).
Sistem pemindahan panas bertugas memberikan panas dan menyerap panas.
xi
Misalnya, menyerap panas dari sistem proses yang menghasilkan energi seperti sistem
proses yang melibatkan reaksi eksotermik atau menyerap panas agar kondisi sistem di
bawah suhu ruang atau suhu sekitar. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah
cooling tower.
Cooling tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistem-sistem
pemroses untuk sistem penyedia panas dan sistem pembuang panas. Kedua sistem
proses ini bersama-sama dengan sistem penyedia udara bertekanan, sistem penyedia
listrik dan air bersih untuk kebutuhan produksi merupakan sistem penunjang
berlangsungnya sistem proses utama yang dinamakan sistem utilitas. Kebutuhan
sistem utilitas dan kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem utilitas tersebut
mampu melayani kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada efisiensi
penggunaan bahan baku dan bahan bakar.
Proses kimia sangat membutuhkan kelengkapan laboratorium kimia untuk
pengontrolan kualitas bahan baku dan produk.
Bab VI : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, kita akan
memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan Era
industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme,
elektrifikasi dan modernisasi.
Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawatpesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal
tersebut disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah
dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Didalam hal lain akan terjadi pula lingkungan
kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaa,i yang berbahaya, serta
peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut diatas akan
sangat memepengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan.
Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para
pengusaha dan tenaga kerja diharapkan dapat mengerti, memahami dan menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja masing-masing. Agar terdapat
keseragaman dalam pengertian, pamahaman dan persepsi K3, maka perlu adanya
suatu pola yang baku tenting keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Buku ini
disusun sebagai materi pengantar K3 agar lebih memudahkan untuk mempelajari Iebih
jauh tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Bab VII : Limbah Industri
Adalah konsekuensi logis dari setiap pendidian pabrik meskipun tidak semua
pabrik memporduk limbah. Limbah yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan
beracun dengan konsentrasi tertentu lepas ke dalam lingkungan menciptakan
pencemaran dalam wadah penerima baik sungai, tanah maupun udara.
Pemahaman akan pencemaran sangat penting artinya bagi masyarakat maupun
pengusaha. Seringkali pencemaran itu diinterpretasikan secara sempit sehingga
jangkauan pemahaman pun terbatas pada hal-hal yang sifatnya insidentil pula. Padahal
xii
pencemaran dan akibat yang ditimbulkan dapat diketahui setelah puluhan tahun
berlangsung.
Banyak industri berdiri tanpa program pencegahan dan pengendalian
pencemaran. Ketika menyadari bahwa program itu merupakan prioritas pengembangan
usaha, ditemui berbagai rintangan seperti lahan yang terbatas, perlu investasi
tambahan, perlu tenaga ahli dan sejumlah kekurangan lain yang perlu segera
ditangulangi.
xiii
B.1
1.1
1.2
1.3
1.4
B.2
2.1
2.2
B.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
B.4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
B.5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
B.6
6.1
6.2
6.3
6.4
B.7
7.1
7.2
7.3
KIN.TP.12.021.01
KIN.UP.12.020.01
KIN.TP.12.019.01
KIN.TP.12.018.01
KIN.IP.12.017.01
KIN.IP.12.016.01
KIN.IP.12.015.01
KIN.KL.12.014.01
KIN.IP.12.013.01
KIN.BP.11.012.01
KIN.IP.11.011.01
KIN.KL.11.010.01
KELOMPOK UTAMA
KIN.TP.11.009.01
KIN.BP.11.008.01
KIN.BP.11.007.01
KIN.BP.11.006.01
KIN.BP.11.005.01
KIN.KL.11.004.01
KIN.KL.11.003.01
KIM.IP.11.002.01
KIN.KL.11.001.01
MATERI
KELOMPOK DASAR
Teknologi Proses
Utilitas Pabrik
Limbah
xiv
KIN.TP.12.021.01
KIN.UP.12.020.01
KIN.TP.12.019.01
KIN.TP.12.018.01
KIN.IP.12.017.01
KIN.IP.12.016.01
KIN.IP.12.015.01
KIN.IP.12.013.01
KIN.BP.11.012.01
KIN.IP.11.011.01
KIN.KL.11.010.01
KIN.TP.11.009.01
KIN.BP.11.008.01
KIN.BP.11.007.01
KIN.BP.11.006.01
KIN.BP.11.005.01
KIN.KL.11.004.01
KIN.KL.11.003.01
KIM.IP.11.002.01
KELOMPOK UTAMA
KIN.KL.12.014.01
B.1
1.1
1.2
1.3
1.4
B.2
2.1
2.2
B.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
B.4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
B.5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
B.6
6.1
6.2
6.3
6.4
B.7
7.1
7.2
7.3
KIN.KL.11.001.01
MATERI
KELOMPOK DASAR
Teknologi Proses
Utilitas Pabrik
Limbah
xv
BAB I
PENGENALAN KIMIA INDUSTRI
1.1. PENDAHULUAN
Kimia Industri mencakup hal yang cukup luas. Pada bagian ini akan
diperkenalkan mengenai Kimia Industri, yang akan dimulai berdasarkan akar
katanya, yaitu Kimia dan Industri. Selanjutnya pada sub bab selanjutnya
akan dibahas mengenai sistem manajemen dalam suatu industri, khususnya
industri besar dimana pada bagian ini akan terlihat pembagian pelaksanaan
tugas mulai dari tingkat pelaksana yang dalam hal ini diduduki oleh
seseorang dengan klasifikasi pendidikan minimal Sekolah Menengah
Kejuruan Teknik / STM sampai dengan tingkat manajer puncak dengan
kalsifikasi pendidikan minimal sarjana. Dengan demikian diharapkan dapat
sebagai gambaran kompetensi yang diperlukan apabila seseorang bekerja
pada bidang industri kimia.
1.2. DEFINISI KIMIA INDUSTRI
Pengenalan tentang Kimia-Industri diawali dengan pembahasan
berdasarkan asal katanya, yang dimulai dari kata Industri dan dilanjutkan
dengan kata Kimia. Kata Industri merupakan suatu proses yang mengubah
bahan-baku menjadi produk yang berguna atau mempunyai nilai-tambah,
serta produk tersebut dapat digunakan secara langsung oleh konsumen
sebagai pengguna akhir dan produk tersebut disebut dengan produk-akhir,
selain itu produk dari industri tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan
baku oleh industri lain, yang disebut juga sebagai produk-antara. Kata
produk dalam Kimia Industri tentunya melibatkan Industri yang
menghasilkan zat kimia. Sedangkan bahan baku yang diproses dalam
industri tersebut dapat diperoleh melalui proses penambangan, petrokimia,
pertanian atau sumber-sumber lain. Hubungan antara bahan-baku dengan
produk baik produk-akhir maupun produk-antara dapat dilihat pada gambar
1.1, dimana produk yang dihasilkan dari industri merupakan produk yang
diperlukan oleh manusia dalam hal ini produk tersebut mempunyai nilai
tambah.
BAHAN BAKU
Makanan
Kesehatan
Pakaian
Perlindungan
Transportasi
Komunikasi
Dll.
Kebutuhan Dasar
Manusia
Tambang
Hutan
Pertanian
Laut
Minyak Bumi
Udara
Dll
KIMIA
INDUSTRI
PRODUK
Gb.1.1: Ruang lingkup Kimia Industri
+ C3H6
Cumene
Benzene
[1.1]
Propylene
CH3
CH3C CHCH3
[1.2]
Pada reaksi persamaan [1.2] tidak terjadi perubahan berat molekul, akan
tetapi terjadi perubahan konfigurasi dari molekulnya.
Peristiwa perubahan identitas-kimia atau reaksi kimia dapat terjadi
pada kondisi fisis tertentu, misalnya suhu, tekanan ataupun pada fasa
tertentu. Sebagai contoh proses pembuatan asam nitrat secara komersial
dilaksanakan dari Oksida Nitrik (NO), sebagai bahan-baku, bahan-baku
tersebut diproduksi dari oksidasi amonia pada fase gas, dengan reaksi
sebagai mana ditunjukkan pada persamaan [1.3].
4 NH3 + 5 O2 4 NO + 6 H2O
[1.3]
Kondisi operasi reaktan masuk pada reaktor (alat yang merupakan tempat
terjadi reaksi kimia) pada tekanan 8,2 atm dan suhu 227oC dengan
komposisi 15% mol amonia pada udara. Apabila kondisi operasi tidak
memenuhi, maka reaksi tidak akan terjadi. Sedangkan keadaan mula-mula
dari udara sebagai bahan baku atau reaktan pada persamaan [1.3] berada
pada kondisi tekanan 1 atm dan suhu kamar (sekitar 27oC). Oleh karenanya,
sebelum masuk (umpan) pada reaktor, maka udara harus diubah kondisi
operasinya dulu dengan jalan menaikkan suhu dan tekanannya sehingga
sesuai dengan kondisi operasi yang diperlukan untuk reaksi, yaitu 8,2 atm
dan 227oC. Perubahan kondisi operasi ini dikatagorikan dengan perubahan
kondisi-fisis. Dimana perubahan kondisi fisis ini tidak terjadi perubahan
identitas kimia. Untuk merubah kondisi-fisis dari suatu bahan (zat)
diperlukan peralatan (equipment), seperti peralatan penukar-kalor (heat
exchanger) yang digunakan untuk merubah suhu, kompresor alat untuk
menaikkan tekanan material fase gas dan lain-lain yang dibahas lebih lanjut
pada bab-bab berikutnya.
Perlakuan
Kimia
Perlakuan
Fisika
Bahan
Baku
Perlakuan
Fisika
Produk
Pada gambar 1.2, dapat dijelaskan bahwa bahan baku yang diambil dari
sumber alam, mempunyai spesifikiasi yang tidak sesuai dengan spesifikasi
yang diperlukan pada proses perlakuan kimia, oleh karena itu sebelum
masuk pada proses perlakuan kimia pada umumnya bahan baku dilakukan
perlakuan fisika. Perlakuan fisika (sebagai bagian dari satuan operasi) yang
dilakukan sebelum masuk pada perlakuan kimia antara lain:
Gambar 1.4. Elemen sistem yang perlu diatur dalam suatu industri
Manajemen puncak
Manajemen menengah
Manajemen pelaksana
Tugas dan
Tanggung jawab
Jumlah personil
11
- Shift pagi
: pukul 08.00 16.00
- Shift sore
: pukul 16.00 24.00
- Shift malam : pukul 24.00 08.00
Karyawan shift ini dibagi menjadi 4 regu, yaitu 3 regu bekerja dan 1 regu
istirahat atau libur yang dilakukan secara bergantian. Setiap regu mendapat
giliran 3 hari kerja dan 1 hari libur untuk setiap shift dan masuk lagi untuk
shift berikutnya. Untuk hari libur nasional, regu yang bertugas tetap masuk
diperhitungkan sebagai kerja lembur. Jadual kerja dari karyawan sift,
dengan bentuk 3 hari kerja dan 1 hari libur, dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1: Jadwal Kerja karyawan sift, bentuk 3 hari kerja, 1 hari libur.
Hari
Reg
u
Sen
Sel
Rab
Kms
Jum
Sab
Mng
Sen
Sel
Rab
Kms
Jum
Sab
Mng
10
11
12
13
14
Keterangan :
P = Shift pagi
S = Shift sore
M = Shift malam
L = Libur
Bentuk lain dari jadwal kerja untuk karyawan sift dapat dilihat pada tabel 1.2.
Dimana pada tabel tersebut terlihat karyawan bekerja selama 2 hari dan 1
hari libur dengan jumlah regu sama seperti pada tabel diatas, yaitu regu A,
B, C dan D.
Tabel 1.2: Jadwal Kerja karyawan sift, bentuk 2 hari kerja, 1 hari libur.
Hari
SIFT
Sen
Sel
Rab
Kms
Jum
Sab
Mng
Sen
Sel
Rab
Kms
Jum
Sab
Mng
10
11
12
13
14
12
Mencari daerah pemasaran yang lain dan menggunakan fasilitasfasilitas pemasaran yang mudah diakses seperti menggunakan
e-bussines
13
14
a. Pengendalian Kualitas
Kualitas dari suatu produk mempunyai pengaruh yang cukup kuat
untuk keberhasilan dari suatu perusahaan. Kualitas produk dapat
tergantung dari permintaan konsumen (artinya produsen tergantung
dari konsumen) atau tergantung dari internal perusahaan tersebut
(konsumen tergantung dari produsen). Oleh karenanya pengendalian
kualitas diperlukan karena mutu bahan baku yang akan diproses
bersifat fluktuatif, selain itu ketidak mampuan dari mesin (alat)
kadang-kadang tidak dapat diprediksi. Penyimpangan dapat
diketahui dari hasil monitoring atau analisa pada bagian laboratorium
pemeriksaan.
b. Pengendalian Kuantitas
Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan dari operator,
kerusakan mesin, keterlambatan pengadaan bahan baku, perbaikan
alat terlalu lama dan lain-lain. Penyimpangan tersebut perlu
diidentifikasi penyebabnya dan diadakan evaluasi.
c. Pengendalian Waktu
Waktu mempunyai peran penting dalam proses produksi. Sebagai
contoh suatu produk dimana kebutuhannya dari
1.4.
1.4.1
Pendahuluan
15
lingkungan kerja Anda. Selain itu juga memerlukan komitmen dari setiap
bagian perusahaan untuk mengatur penggunaan bahan baku, energi dan air
secara optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerja
dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan.
Pengelolaan lingkungan kerja mengutamakan penyelesaian masalah
lingkungan melalui tata kerja yang baik (manajemen) yang baik, bukan
melalui penyelesaian secara teknis yang mahal. Dengan kata lain
pengelolaan lingkungan kerja bertumpu pada pemberdayaan sumberdaya
yang telah ada dalam kegiatan usaha.
Sasaran pengelolaan lingkungan kerja :
1.4.2
Ruang dan meja kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Apabila
terdapat kotoran-kotoran dan terdispersi bahan-bahan kimia yang
berbahaya di area kerja harus segera dibersihkan. Pembersihan adalah
sejumlah upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi bahaya dari suatu
bahan kimia. Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut berbahaya, selain
dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi oleh sarung tangan. Sarung
tangan sangat penting untuk melindungi tangan dari bahaya bahan kimia
yang menempel atau meresap pada lap pembersih.
Ditempat kerja kemungkinan terhadap sumber bahaya potensial
terhadap kesehatan pekerja. Dalam melakukan pekerjaan apapun,
sebenarnya kita beresiko untuk mendapat gangguan kesehatan atau
penyakit yang ditimbulkan oleh pekerja tersebut. Oleh karena itu area kerja
harus bersih dari bahan-bahan kimia yang berbahaya.
1.4.3. Membersihkan area kerja dari debu dan gas
Area kerja sering terpapar oleh debu dan gas. Untuk membersihkan
area kerja dari gas-gas dapat dipasang exhaust fan dan atau lemari asam.
Lemari asam merupakan alat yang paling sering digunakan untuk
menghilangkan gas, debu, kabut, uap dan asap dari kegiatan kerja untuk
meminimalkan racun dan konsentrasi bahan yang mudah terbakar.
16
17
18
19
CONTOH SOAL :
a. Apa yang dimaksud dengan industri dan berikan contoh industri kimia?
Jawab :
Industri merupakan proses yang mengubah bahan baku menjadi produk
yang berguna atau mempunyai nilai tambah.
Contoh industri kimia adalah industri pelapisan logam, yang
menghasilkan produk-produk hasil pelapisan antara lain knalpot
kendaraan yang dilapisi dengan khrom, rangka kursi lipas yang dilapisi
dengan nikel dan khrom.
b. Produk suatu industri dapat berupa produk antara dan produk akhir.
Berikan contoh-contoh produk antara dan produk akhir ?
Jawab :
a. Produk antara :
1. Bubur tembaga (bahan baku untuk pembuatan kawat tembaga)
2. Surimi (bahan baku untuk pembuatan bakso ikan, nugget ikan, sosis
ikan)
3. Tepung gandum (bahan baku untuk pembuatan roti)
b. Produk akhir
4. Air minum dalam kemasan
5. Sabun
6. Mur, baut
c. Produksi industri selalu mencakup produksi masal produk tipe sama.
Untuk pengendalian mutu produk, variasi apa saja yang perlu
diminimumkan ?
Jawab :
a. Variasi dalam bahan
b. Variasi dalam mesin dan peralatan
c. Variasi dalam orang dan metode (pekerjaan dan metode operasi)
d. Variasi dalam pengukuran
d. Coba jelaskan hubungan M5L yang saling mendukung untuk mencapai
tujuan suatu industri yang memproduksi air minum dalam kemasan !
20
Jawab :
Manusia
(Tenaga Ahli)
Material (air
pegunungan dan
pengemas
plastik)
Mesin (alat
pengontrol air
minum)
Tujuan
(Produksi air
minum
dalam
kemasan)
Market (konsumen
penguna air
minum)
Metode :
a. Filtrasi
b. Adsorpsi
c. Destilasi
Lingkungan
(kotoran pada
yang dibuang)
Dipoles
(perlakuan fisika)
Produk asesoris
knalpot yang
berwarna
Diproses ANODISASI
dengan asam sulfat
(perlakuan kimia)
Diwarnai
LATIHAN SOAL :
1. Apa yang dimaksud dengan produk antara dan produk akhir ? Berikan
masing-masing contoh !
2. Bahan baku yang berupa minyak bumi diproses pada industri kimia,
produk-produk apa saja yang dapat dihasilkan dari industri kimia
tersebut ?
3. Jelaskan tentang reaksi dekomposisi dan reaksi kombinasi ? Berikan
contoh-contohnya !
21
22
BAB II
BAHAN BAKU DAN PRODUK INDUSTRI
23
24
25
26
27
tanpa tersedianya bahan yang sesuai barang ini tidak dapat dibuat;
pengembangan laser memerlukan jenis kristal dan gelas yang baru dan
meskipun desain teknik dari mesin turbin gas mengalami kemajuan
pesat, masih tetap di perlukan bahan yang lebih murah dan lebih tahan
terhadap pengaruh suhu tinggi untuk sudut-sudut turbin.
Karena sifat-sifatnya yang menguntungkan, logam biasanya
digunakan sebagai bahan dasar. Tetapi karena logam murni tidak selalu
mempunyai ketahanan yang cukup dalam menghadapi serangan kimia
dari bahan proses, maka umumnya dibuat logam paduan, atau logam
yang murah ditutup atau dilapis logam mulia. Di samping itu, digunakan
pula bahan seperti graft, atau bahan bukan logam, bahan anorganik
seperti gelas, email dan keramik. Beberapa bahan tersebut memiliki
kekuatan tarik yang rendah, tetapi lebih tahan terhadap bahan kimia
(seperti asam kuat) dibandingkan logam, dan harganya cukup murah.
Molekul dari bahan dasar organik mengandung ikatan rantai karbon yang
memanjang, juga semen, asbes sering memiliki ikatan silang (crosslink).
Jenis bahan organik yang digunakan terutama bahan sintetik yang
diperoleh dari polimerisasi, karena hampir semua turunan polimer ini
tahan terhadap asam, basa , kulit dan garam. Sebaliknya, sebagian besar
bahan sintetik tidak tahan terhadap pelarut organik. Secara mekanik,
bahan sintetik hanya dapat diberi beban yang tidak terlalu besar dan
hanya bisa dipakai pada daerah temperatur yang terbatas. Pada
temperatur yang lebih tinggi, bahan sintetik akan menjadi lunak atau
terurai dan kebanyakan dapat terbakar (rantai karbon putus, molekul
pecah). Bahan organik alami serta produk-produknya yang digunakan
dalam jumah terbatas adalah kayu (misainya untuk filter press) dan karet
(misalnya untuk selang dan kerat pelapis), yang juga digimakan sebagai
bahan untuk kertas fitter dan kapas.
Karena merupakan penghantar listrik yang buruk, bahan dasar
organik mudah mendapat muatan elektrostatik. Oleh karena itu, bahan
tersebut jarang digunakan pada transportasi bahan proses elektrostatik.
Oleh karena itu, bahan tersebut jarang digunakan pada transportasi
bahan proses untuk memudahkan pembakaran, pengelompokan bahan
dapat dilihat pada gambar 2.1
28
Bahan teknik
Logam
Logam besi
Bukan Logam
Bukan besi
Bahan sintesis
Besi tempa
Termo Plastik
Baja Karbon
Termo setting
Besi tuang
Elastomers
Logam berat
Logam ringan
Logam mulia
Au, Ag, Pt
Logam murni
Logam murni
Al, Mg, Be
Logam paduan
Logam paduan
Kuningan
Perunggu
Anticorodal
Aluman
Avional
29
Bahan alam
Karet
Gelas
Batu
Minyak
dsd
2.5. LOGAM
Logam-logam yang banyak ditemukan dalam kehidupan kita seharihari, secara umum mempunyai sifat-sifat dapat mengkilat, dapat
mengantar kalor dan listrik, berwarna putih seperti perak (kecuali
tembaga berwarna kemerah-merahan dan emas berwarna kuning).
Logam-logam tersebut mempunyai kekerasan yang berbeda-beda mulai
dari lunak sekali (natrium dan kalium) sampai keras sekali (seperti, chrom
dll.) sementara raksa berbentuk cair.
Menurut massa jenisnya logam digolongkan atas logam berat (yang
massa jenisnya diatas 5) dan logam ringan (yang massa jenisnya kurang
dari 5).
Ditinjau dari sifat kimianya logam-logam mempunyai oksida-oksida
pembentuk basa dan berdasarkan sifat-sifat logam terhadap oksida ini
logam-logam tersebut dapat digolongkan menjadi;
Logam tidak Mulia, yaitu logam-logam yang dalam keadaan biasa dan
pada perubahan temperatur mudah teroksidasi, misalnya K, Na, Mg,
Ca, Al, Zn, Fe, Sn, Pb dll.
Sumber Logam (source of metal) adalah bijih-bijih logam yang
diperoleh dari penambangan biasanya masih bercampur dengan bahanbahan ikutan lainnya. Prosentase berat dari unsur-unsur yang terkandung
didalam bijih-bijih ini bergantung pada kedalaman lapisan tanah dari
mana bijih tersebut diperoleh, misalnya untuk lapisan tanah dengan
kedalaman 16 Km. akan diporoleh bijih-bijih dengan 46,59 % Oksigen,
27,72 % Silikon dan selebihnya unsur lain termasuk logam-logam.
Logam-logam yang terdapat pada bijih-bijih ini biasanya masih dalam
keadaan terikat dengan unsur-unsur lain (berupa senyawa), misalnya
30
31
32
+ CO2
2 Fe2O3 + 6 CO 4 Fe + 6 CO2
Pada suhu 535OC, carbon monoksida mulai terurai menjadi
karbon bebas dan karbon dioksida, dengan reaksi sbb :
2)
CO C + CO2
Pada daerah suhu 400 600OC, terjadi reaksi sbb:
33
bijih-bijih besi
4) Fe2O3 + C 2 FeO + CO
5) Fe3O4 + C 3 FeO + CO
Pada daerah suhu 700 - 800 0C reduksi langsung ferro oksida
mulai dengan membentuk besi spong yang mengandung karbon.
Reaksi ini terjadi antara pertengahan (setengah jalan antara
puncak dan dasar dapur tinggi).
Batu kapur terurai pada suhu 800C. dan dolomit pada suhu
1075OC dengan reaksi :
6) CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Sementara besi spong memperoleh kandungan karbon yang
menurunkan titik lebur dan dalam peleburan menyerap karbon
dari kokas semakin lama scmakin banyak.
Batu kapur mengikat kotoran-kotoran bijih besi dan abu kokas.
Semakin ke bawah suhu semakin meningkat dan terjadi reduksi
langsung paduan dan metalloid dean reaksi sbb
7) a. SiO2 + 2C Si + 2CO
b. MnO + C Mn + CO
c. P205 + 5C 2P + 5CO
d. FeS + CaO + C CaS + Fe + CO
8) Ca3PO4 + 3SiO2 + 5CO 3CaSiO3 + 5CO + 3Fe3P
Didekat tuyer (Lubang tiup) ada hembusan udara panas yang
mongenai kokas terjadi reaksi sbb:
9) 2C + O2 2CO
Sehingga selalu ada gas CO yang dipakai untuk roduksi. Jadi
kokas didalam dapur tinggi berfungsi selain sebagai sumber kalor
adalah berfungsi untuk mereduksi oksigen dalam bijih-bijih besi.
C. Besi kasar
Ada dua macam besi kasar yang dihasilkan oleh dapur tinggi yaitu
besi kasar putih dan besi kasar kelabu.
1) Besi kasar kelabu (Kishy pig iron)
Nama besi kasar ini didapat berdasarkan warna bidang patahnya,
34
yang berwarna kelabu muda sampai tua hampir hitam. Besi kasar
kelabu lebih halus lebih liat dibandingkan dengan besi kasar putih,
Titik Cairnya 1300OC dan berat jenisnya 7 Sampai 7,2, kg/dm3
Besi kasar kelabu ada 2 macam yaitu
Besi kasar kelabu muda.
Besi kasar ini mengandung silisium % - 1 % dan butirbutirnya halus baik untuk silinder mesin.
Besi kasar kelabu tua.
Sifat-sifatnya mudah dituang butir-butirnya kasar juga tahan
terhadap tekanan tinggi
2) Besi kasar putih (Forge pig iron).
Nama besi kasar ini juga didapat dari warna bidang patahnya.
Pada besi kasar ini zat arangnya sebagian besar berbentuk karbid
besi (Fe3C), sehingga sifatnya keras dan getas. Titik cairnya +
1100 C. Kadar karbonnya 2,3 % - 3,5 %, dan kadar mangannya
agak besar. Besi kasar ini paling baik untuk digunakan untuk baja
berat jenisnya 7,58 - 7,73. kg/dm3
D. Besi Tuang (Cast iron)
Susunan besi tuang biasa serupa dengan besi kasar yang dihasilkan
oleh dapur tinggi.
Komposisi pada besi tuang.
Besi tuang biasa mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Karbon
:3-4%
Silicon
:1-3%
Mangan
: 0,5 - 1 %
Belerang
: < 0,1 %.
Phospor
: < 1%
1. Pengaruh unsur-unsur terhadap sifat-sifat besi tuang.
Karbon yang berada dalam besi tuang berupa grafit atau besi
karbid (sementit) yang rapuh. Bila besi tuang banyak mengandung
sementit besi tuang menjadi rapuh dan sulit dimesin.
Silikon.
Silikon (Si) mempermudah pemisahan grafit. Si, cenderung
membentuk besi tuang kelabu dan membuat besi tuang mudah
dimesin.
35
Mangan.
Mn mencegah panggrafitan dan menggalakkan kestabilan
sementit dan larut didalamnya. la membuat butir-butir halus
yang perlitis dan mencegah pengendapan ferrit, dengan
penambahan mangan akan didapatkan struktur perlit dan grafit
yang menguletkan & menguatkan besi.
Belerang.
S menstabilkan sementit sehingga menyebabkan besi menjadi
rapuh.
Phospor.
P mengurangi kelarutan karbon dan memperbanyak sementit,
akibatnya besi menjadi keras dan rapuh.
Pengaruh kecepatan pendinginan. Jika didinginkan dengan
cepat karbon akan dipaksa jadi sementit yang keras. Jika
didinginkan dengan cepat karbon akan dipaksa jadi sementit
yang keras. Jika didinginkan perlahan-lahan sementit terurai
menjadi grafit.
2. Macam-macam besi tuang. .
a. Besi tuang putih.
Namanya diambil dari warna bidang patahnya. Karbon
berbentuk sementit yang keras sehingga besi menjadi keras.
Struktur logam dapat dilihat pada gambar 2.3
Pearlite
Sementite
37
halus
juga
menguletkan
Chromium (Cr).
Menstabilkan karbid dan membentuk chromium karbid yang
lebih keras dari pada sementit biasa. Untuk besi berdaya
tahan tinggi.
Molybdenum (Mo)
Menaikan kekerasan bagian yang tebal dan juga memperbaiki keuletan.
Vanadium (V)
Meningkatkan keuletan dan kekerasan juga meningkatkan
daya tahan panas dar.i besi Luang dengan menstabilkancementite.
Copper (Cu)
Cu hanya sedikit pengaruhnya tetapi disini digunakanterutama untuk memperbaiki daya tahan karat.
2.5.2. Logam-logam Yang Bukan Besi (Nonfero Mental)
A. Tembaga
Tembaga berwarna coklat keabu-abuan dan mempunyai
struktur kristal FCC. Tembaga ini mempunyai sifat sifat yang sangat
baik yakni; sebagai penghantar listrik dan panas yang baik, mampu
tempa, duktil dan mudah dibentuk menjadi plat-plat atau kawat.
Bijih-bijih tembaga dapat diklasifikasikan atas tiga golongan ;
Bijih Sulfida
Bijih Oksida
38
Rumus kimia
Cu Fe S2
CuS Fe2 S3
Cu2 S
Cu CO3 Cu(OH)2
Cu
Cu203 CuOn H2O
Kandungan tembaga
34,6 %
55,6 70 %
68,5 %
57,4 %
99,99 %
-
39
40
Bijih Tembaga
Konsentrasi
Bahan Pengantar
Konsentrat
Buang
Pemaggangan
Stock
Gas
Peleburan
Buang
Terak
Matte
Konvertor
Blister
Terak
Refining
Tembaga
Casting
Sifat-sifat Tembaga
Rapat massa am-lo.tLf : 8,9 gr/cm3
Titik lebur
: 1070-1093C (tergantung kadar kemurniannya).
Sifat-sifat
: - Tembaga murni adalah lunak, kuat dan
malkabel,
- Konduktivitas panas dan listriknya sangat tinggi.
Penggunaan : Tembaga banyak digunakan untuk konduktor
listrik, alat solder, pipa spiral pendingin, kerajinan
tangan, sebagai bahan dasar pembuatan
kuningan dan perunggu dll.
Kekuatan tarik : 200 - 300 N/mm2
41
B. Aluminium
Sifat aluminium yang menonjol adalah berat jenisnya yang
rendah dan daya hantar listrik/panas yang cukup baik.
Logam aluminium mempunyai struktur kristal FCC. Logam ini tahan
terhadap korosi pada media yang berubah-ubah dan juga mempunyai
duktilitas yang tinggi.
Bijih-bijih Aluminium dapat digolongkan menjadi beberapa golongan,
yaitu ;
Bauksit; bijih ini didapat dalam bentuk batu-batuan yang berwarna
merah atau cokiat. Bauksit setelah dipisahkan dari kotoran-kotoran
pengantar didapat kaolin (Al2O3.2 SiO2.H2O), Bochmite/diaspare
(Al2O3H2O), gibbsite (Al2O3 3 H2O),
Nepheline ((Na K)2OAl2O3SiO2 )
Alunite (K2SO4Al2(SO4)4 Al(OH)3)
Cynite (Al4O3SiO2); bijih ini tidak diproduksi untuk Aluminium,
tetapi diproduksi untuk peleburan langsung paduan AluminiumSilikon.
Metoda proses pemurnian Aluminium dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu ;
1). Proses Elektrothermis :
Pada proses ini bijih-bijih dicairkan / direduksi dalam dapur listrik
sehingga diperoleh cairan Aluminium. Proses ini jarang digunakan
karena diperlukan energi listrik yang sangat besar.
2). Proses Asam :
Pada proses ini bijih-bijih Aluminium dilarutkan dengan larutan
asam (H2SO4, HC1 dsb.). Dari reaksi ini didapatkan garam
Al2(SO4)3.AICl3 dsb. Sehingga unsur-unsur pergantar dapat
dipisahkan. Setelah garam terpisah dari pengantarnya baru
kemudian dipisahkan logam dari garam tersebut.
Proses ini dalam industri digunakan dalam batas-batas tertentu,
karena dibutuhkan peralatan-peralatan tahan asam yang sangat
mahal.
3). Proses Alkaline :
Proses ini adalah efect dari reaksi bauksit dengan NaOH atau
Na2CO2 dengan bahan Lambahan kapur/batu kapur. Dari hasil ini
akan didapatkan Sodium Aluminate. Pada proses ini unsur-unsur
42
Sifat-sifat
: 2,7 gr/cm3
: 6600 C
: Dituang
: 90 120 N/mm2
di annealing
: 70 N/mm2
di roll
: 130 : 200 N/mm2
: - Paling ringan diantara logam-logam yang
sering digunakan
Penghantar panas dan listrik yang tinggi
Lunak, ulet dan kekuatan tariknya rendah
Penggunaan
43
C. Nikel
Nikel mempunyai sifat yang keras, bentuk struktur kristalnya
FCC. dan juga bersifat magnetis. Nikel cocok dibuat paduan binary
dan ternary untuk memperbaiki sifat tahan korosi dan tahan panas.
Bijih-bijih nikel dapat diklassifikasikan menjadi dua golongan ;
Bijih Sulfida; bijih ini mengandung:
0,5
5,6
%
Ni
34
52
%
Fe
2
22
%
SiO2
4
6
%
Al2O3
0,8
1,8
%
Cu
21
28
%
S
1,9
7
%
CaO
2,25 %
MgO.
Bijih Silikat; terdiri dari .
0,9
1,6
%
0,01 %
0,1
1,5
%
5,1
22
%
12
14
%
34
42
%
1
%
Ni
Si.
CaO
MgO
Fe
SiO2
Al203
44
diterakkan.
3 Fe S + 3 NiO
3 Fe 0 + Ni3S2 + S2
2Fe O + 3 SiO2
2 Fe O.Si O2
45
Bijih
Bahan tambahan
Matte
Dibuang
Terak
Konvertor
Terak
Matte Bessemer
Reduksi
Pemisahan
Nikel
Gas
Debu
Stock
Gambar 2.8. Proses pemurnian biji nikel
46
:
:
:
Sifat-sifat
Penggunaan
8,9 gr/cm3
4 14580 C
di annealing 400 500 N/mm2
di roll 700 - 800 N/mm2
kuat, liat, tahan korasi, digunakan secara luas
sebagai unsur paduan.
- digunakan untuk pelapisan logam
- digunakan sebagai unsur paduan untuk
meningkatkan kekuatan dan sifat-sifat
mekanik baja.
D. Magnesium
Magnesium tergolong logam ringan, dan tahan terhadap karat
berkat lapisan oksida magnesium.
Magnesium alloy dapat di tuang pada cetakan pasir dan juga dapat
dilas dan di mesin.
Biji magnesium yang banyak kita kenal adalah Magnesit/ Magnesium
karbonat) MgCO3, Dolomite CaCO3, MgCO3, carolite MgCl2KCl6 H2O.
Proses pemurnian magnesium dapat dilakukan dengan metode
thermal atau Electrolitic.
1. Thermal proses adalah didasarkan pada reduksi magnesium
oksida dengan karbon, silikon atau unsur lain pada temperatur
dan vakum yang tinggi.
Thermal proses ini terdiri dari :
47
a. anode
b. cathode
c. dinding pemisah (hood)
2. Proses Elektrolisis
Proses ini terdiri dari beberapa tingkat, yang prinsipnya adalah
pengerjaan pendahuluan dari garam magnesium anhidrous murni,
elektrolisa campuran dan refining.
Masing-masing proses ini dibedakan menurut bijih yang
digunakan (dapat juga carnalite, magnesium, chlorida, dsb), dan
cara pengerjaan pendahuluannya (magnesite chlrorination,
dihidration of magnesium chloride, etc).
Elektrolit larutan garam magnesium dalam teknik tidak digunakan
lagi karena magnesium lebih elektro magnetik dibanding dengan
ion hidrogen pada katoda dan tidak ada cara untuk memperbaiki
teknik tersebut .
Sifat-sifat magnesium :
Rapat massa
: 1,74 gram/cm3
Titik iebur
: 657c
Sifat-sifat
: - lunak dan kekuatan tariknya rendah.
- tahan korosi.
48
Penggunaan
E. Seng
Seng tergolong logam rapuh, tetapi pada temperatur 100150C mempunyai sifat-sifat mudah diroll dan ditarik menjadi kawat.
Logam ini mempunyai susunan kristal hcp. Dari produksi seng 45%
digunakan untuk galvanisasi (pelapisan agar tahan terhadap karat).
Seng ini juga sangat cocok digunakan untuk paduan brass, bronze
dsb.
Bijih seng terdapat dalam bentuk berbagai mineral antara lain
hemomorphite Zn2SiO4H2O, Smith Souite ZnCO3 dsb. Proses
pemurnian seng dapat dilakukan dengan metode destilasi
(Pyrometallurgy), metode Elektrolisa (Hydrometalurgy). Sebelum
proses destilasi, konsentrate terlebih dahulu dipanggang, sementara
untuk proses Elektrolisa konsentrat didahului dengan proses leaching.
Pemanggangan : bertujuan
belerang, prinsipnya :
untuk
memisahkan
seng
dari
Dalam proses destilasi ini konsentrat dan batu bara dibakar dalam
dapur sehingga temperatur mencapai 14000C. Pada dapur ini
seng di reduksi menjadi uap, reaksinya adalah ZnO + CO = Znuap
+ CO2
Uap seng ini kemudian diembunkan dalam kondensor
49
Debu
Kosentrat
Gas
Leaching
Produksi
H2SO4
Residu
Larutan
Destilasi
Elektrolisa
Terak
Debu
Seng
Seng
50
Elektrolis
Sifat-sifat Seng
Rapat massa
: - 7,1 gram/cm2
Titik lebur
: - 4200 C
Kekuatan tarik : - dituang 30 N/mm2
dipress/ditekan 140 N/mm2
Sifat-sifat
: - lunak, ulet dan kekuatan tariknya randah tahan
terhadap korasi
Penggunaan
: - banyak digunakan untuk melapisi pelat baja untuk
mendapatkan "galvanised iron"
- dasar dari paduan penuangan cetak
- sebagai unsur paduan pembuatan kuningan.
F. Timbal
Timbal berwarna abu-abu ke biru-biruan, logam ini sangat
lunak/lembek dan mampu tempa. Logam timbal mempunyai struktur
kristal f c c , dan mempunyai sifat konduksi panas/listrik yang baik,
kekerasannya 1/10 logam tembaga. Timbal diproduksi dari bijih timbal
atau hasil sampingan dari bijih logam lain.
Bijih timbal didapatkan dalam bentuk berbagai mineral antara
lain Galena PbS, Cerusoite PbCO3 dan Anglisite PbSO4. Kadangkadang bijih timah hitam lebih banyak mengandung seng dari pada
timbal, sehingga disebut bijih seng timbal. Proses pemurnian bijih
timbal dapat dilakukan menjadi 3 macam :
1. Reduksi bijih timbal dengan besi sulfit (FeSO3)
Metode ini merupakan dasar peleburan (smelting proses) disini
dihasilkan timbal dan metal sulfida untuk mendapatkan timbal
murni dapat dilakukan dengan metode yang lain. Metode ini
jarang digunakan karena cukup mahal dan cukup rumit.
2. Reduksi antara timbal sulfida (PbS) dan timbal sulfate/oxide (PbO)
Reduksi udara atau reaksi pemanggangan menghasilkan bentuk
timbal dan oksida belerang.
Sistim ini merupakan dasar peleburan (ore-hearth-smelting) yang
digunakan sejak jaman dahulu.
3. Reduksi oksida timbal dengan karbon atau Carbon mono oxide
Dalam proses ini meliputi pengerjaan pendahuluan oksida timbal,
timbal silikat atau senyawa oksida lainnya dengan Cara
pemanggangan dan sintering.
51
Bahan tambah
Blast roasting
Batu bara
Sinter
Gas, debu
Peleburan
Terak
Pemisahan
Timah Hitam
Gas
Debu
Refining
Timah Hitam
Buang
52
Sifat-sifat Timbal :
Rapat massa Relatif
Titik lebur
Kekuatan tarik
Sifat-sifat
:
:
:
:
11, 36 gr/cm''
328 C
15 - 20 N/mm2
- lunak, ulet dan kekuatan tariknya sangat
rendah.
- tahan sekali terhadap korosi.
Jenis penggunaan : - pelindung kabel listrik
- kisi-kisi pelat aki
- pelapis pada industri-industri kimia.
- dasar dari paduan solder
- ditambahkan pada logam lain menjadi kannya
"free cutting".
Leaching : pada leaching ini digunakan larutan asam Hidro chlorida
(HCl). Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan unsur-unsur Fe, Pb, As
pada temperatur 130C.
Pemisahan : secara magnetis, setelah di leaching bijih perlu
dipisahkan dari unsur-unsur yang magnetis (magnetive) setengah
magnetis (Tangstate) dan didapatkan unsur non magnetic (cassiteric).
Setelah proses pendahuluan dilanjutkan dengan peleburan
(Reduction smelting).
Pemurnian konsentrat ini menggunakan metode pyrometallurgy
Metode hidrometallurgy tidak dapat digunakan karena cessiteric tidak
dapat larut pada larutan asam dan alkalis. Proses ini dapat dilakukan
pada dapur Reverberatory atau dapur listrik.
Hasil dari smelting didapatkan timah kasar (pig tin). Sebelum
dipasarkan timah kasar ini harus diproses lagi pada refining untuk
mencapai standard tertentu.
Sifat-sifat timah :
Rapat massa relatif
Titik lebur
Kekuatan tarik
Sifat-sifat
Penggunaan
:
:
:
:
:
7,3 gr/cm3
2320 C
40 : 50 N/mm2
tahan korosi
- untuk melapisi pelat baja lunak
- digunakan untuk sifat solder
- dipadu dengan logam lainnya.
53
Bijih timah
Konsentrasi
Buang
Penghantar
Konsentrat
Konsentrat
Unsur lain
Peleburan
Terak
Timah Kasar
Peleburan ulang
Terak
Timah Kasar
Refining
Timah
Terak
54
55
dan
sifat-sifanya,
baja
paduan
56
Platinite
Elinvar
Paduan patong:
Paduan potong digunakan untuk alat-alat potong yang beroperasi
sampai suhu 1000-1100C. tidak dapat dimesn secara biasa.
Diproduksi dangan dua cara :
casting cutting alloys atau stellites, terdiri dari sejumlah besar
cobalt dan wolfram, memiliki kekerasan (HRc= 60-65) dan
mencair pada suhu tinggi. Batang-batang tuangan paduan ini
dengan ketebalan 5-10mm digunakan untuk memperkeras
permukaan dengan disambung pada ujung alat-alat potong
untuk meningkatkan umur (lama pemakaian).
cemented carbides, dibuat dari campuran powder (serbuk)
wolfram dan titanium carbide dan cobalt yang disatukan secara
proses powsere metallurgy.
Kekerasannya mencapai lebih dari 85 HRc, dan tetap keras
hingga suhu 1000C.
B. Paduan Nonferro
Logam-logam nonferro dan paduannya tidak diproduksi secara
besar-besaran seperti logam besi, tetapi cukup vital untuk kebutuhan
industri karena memiliki sifat sifat yang tidak ditemukan pada logam
besi dan baja.
Sifat-sifat paduan logam nonferro adalah :
57
tahan karat.
sukar dilas.
58
brass dan
bronze.
Brass (kuningan)
Paduan tembaga dan seng dinamakan brass. Penambahan
sedikit timah, nikel, mangan, aluminium, dan unsur-unsur lain
dalam paduan tembaga seng dapat mempartinggi kekerasan dan
kekuatan serta tahan korosi (special - brass).
Bronze (perunggu) .
Paduan tembaga dan timah dengan penambahan sedikit
aluminium, silikon, mangan, besi dan beryllium disebut bronze.
Dalam prakteknya yang paling banyak digunakan adalah
perunggu dengan 25 - 30% Sn.
Wrought bronze, terdiri dari paling tinggi 6% Sn dan casting
bronze lebih dari 6% Sn.
Special bronze, yaitu paduan dengan dasar tembaga dicampur Ni,
Al, Mn, Si, Fe, Be dll.
Aluminium bronze, terdiri dari 4 11% Al, mempunyai sifat-sifat
mekanik yang tinggi dan tahan korosi serta mudah dituang.
Bronze dengan penambahan besi dan nikel memiliki kekuatan
59
60
61
62
Sebagai contoh bahan lumas parafin, lilin atau grafit biasa digunakan
untuk membantu pencampuran yang homogen dan akhir nya padat
selama pengepresan. Karbon tetraclorida (uap beracun) digunakan
dalam pencampuran serbuk karbit & cobalt secara basah dalam
memproduksi perkakas-perkakas karbid.
B. Prosesnya
Pengepresan
Pengepresan adalah operasi yang paling penting. Komponen dalam
bentuk tertentu diperoleh dengan pemadatan serbuk dalam cetakan
(die) dengan tenaga yang cukup, mksudnya:.
1. Kerapatan yang diperlukan produk terpenuhi,
2. Terjadi deformasi plastis partikel serbuk dengan demikian luas
kontak cukup memberikan kekuatan.
3. Menghasilkan adhesi dan penempelan secara dingin.
4. Memungkinkan partikel akhirnya terikat bersama selama
penyinteran.
Sintering
Untuk
perkakas-perkakas
karbid
sebelum
sintering
yang
sesugguhnya diperlukan sinter pendahuluan (prasinter). Maksudnya
sebagai dewaxing untuk memberikan kekuatan pada cetakan (die).
Suhu prasinter 800 0C. Sintering menambah kekuatan & kekerasan
bahan ini dapat dilakukan dengan mengontrol waktu & suhu sinter.
Keadaan yang dapat terjadi selama sinter adalah difusi, rekristalisasi
& pertumbuhan butir. Gambar 2.1 menunjukkan perubahan bentuk
partikel selama sintering.
Pada (a) partikel membuat kontak titik setempat. Pada (b) luas kontak
bertambah dan partikel menjadi merata oleh tarikan permukaan; difusi
dimulai pada boundary butir (partikel) (c) menunjukkan ikatan
mendekati lengkap. Bila kerja mekanik di lakukan pada komponen
yang telah terpadatkan, misalnya membentuk ukuran maka akan
terjadi distorsi (kerusakan) pada boundary butir, ini memungkinkan
untuk rekristalisasi. Beberapa logam dapat mengalami rekristalisasi
tanpa kerja mekanik.
64
Tungsten Okksida
Titanium Oksida
Cobalt Oksida
Lamp black
Direduksi dalam
Air
Direduksi dalam
Air
Direduksi &
dikarburasi
Serbuk logam
Tungsten
Lamp black
Serbuk titanium
Karbit
Serbuk logam
cobalt
Dikarburasi
Serbuk tungsten
Karbit
Ball mill
Decent
Pengeringan
Penyaringan
Wax
Cold press block
From & shape
65
Pill press
66
Sizing (Coining)
Sizing adalah salah satu cara finishing komponen. Ini menghilangkan
distorsi bentuk yang kecil dan menjaga komponen dalam toleransi
yang dikehendaki. Bantalan bronze yang poreus adalah contoh
komponen yang disizing sebagai pengerjaan akhir.
Hasil
1. Perkakas pahat karbid. Ini biasanya digunakan dalam mesinan
logam, pengeboran karang, ektrusi dan sebagainya
2. Cementid oksida dan cementid carbid oksida, produk ini biasa
digunakan untuk pemesinan logam seperti halnya pahat karbid.
Pahat dari bahan ini untuk pemesinan dengan kecepatan sangat
tinggi dimana pahat karbid tidak mampu bekerja pada kondisi
tersebut.
3. Komponen-komponen mobil dan komponen mesin ringan. Beberapa komponen seperti gear-box, suku cadang pompa, roda gigi,
cam dan komponen-komponen kecil mesin tik, mesin telex, mesin
hitung dan komputer dibuat dari logam serbuk.
Bahan komponen ini dari paduan-paduan seperti besi- tembaga,
besi-tembaga-karbon, besi-nikel-karbon, besi-nikel-molibden
(4%Ni3O,5%oMo) dan besi-nikel-mangan. Kekuatan bahan yang
maksimum dicapai dengan paduan besi-nikel-molibden, sedang
ketahanan pakai yang terbaik paduan besi-nikel-manggan.
67
4.
5.
6.
7.
68
69
Na
Zn
Cu
Pt
H2O
bereaksi
tidak
tidak
tidak
bereaksi
tidak
tidak
bereaksi
bereaksi
tidak
70
71
72
ANODA
Logam berbeda*)
Fe & Cu
Zn & Fe
Fasa berbeda :
& Fe3C
KATODA
Fe
Zn
Cu
Fe
Fe3C
Suhu
Tegangan
Butiran
panas
tegang
halus
pinggir
dingin
kasar
tengah
Konsentrasi oksigen
Kotoran
Rendah
Tengah
Tinggi
Pinggir
73
5. Jenis-jenis Korosi
Serangan korosi pada logam-logam oleh lingkungannya dapat
menghasilkan berbagai bentuk kerusakan. Jenis kerusakan yang
terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik
logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga
tergantung pada lingkungannya.
Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, korosi dapat
dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :
a. Korosi merata : Serangan korosi yang merata diseluruh
permukaan logam. Korosi merata umumnya terjadi pada
permukaan - permukaan logam yang memiliki komposisi kimia
sejenis atau memiliki mikro struktur sejenis.
Korosi merata merupakan bentuk kerusakan yang paling
umum dijumpai.
b. Korosi lubang (pitting) : Serangan korosi yang membentuk
lubang. Korosi lubang biasanya merupakan hasil dari aksi sel
korosi autokatalitik setempat. Dengan demikian kondisi kondisi
korosi yang dihasilkan di dalam lubang cenderung
mempercepat proses korosi.
Korosi lubang sangat membahayakan karena biasanya hanya
berbentuk lubang kecil bahkan kadang-kadang dari luar
tertutup dan hanya merupakan permukaan yang kasar.
c. Korosi celah (crevice corrosion) : Serangan korosi pada celahcelah yang umumnya terjadi karena adanya jebakan air atau
elektrolit diantara celah, sambungan dan sebagainya. Korosi
celah ini juga dapat autokatalitik karena hidrolisa ion - ion
logam yang terjadi di dalam celah dan juga penimbunan
muatan positif larutan di dalam celah.
d. Korosi galbani (galvanic corrosion) : Serangan korosi yang
terjadi apabila dua logam yang berbeda dihubungkan satu
dengan yang lain. Logam yang kurang mulia akan bertindak
sebagai anoda dan yang lebih mulia sebagai katoda.
Kecenderungan terkorosi tergantung pada jenis logam yang
berkontak dan luas permukaan daerah katoda dan anodanya.
74
6. Pengendalian Korosi
Prinsip dasar pengendalian korosi sebenarnya sangat sederhana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu faktor logam (faktor dalam) dan faktor lingkungan
(faktor luar).
Jumlah paduan logam maupun variasi lingkungan sangat banyak,
sehingga dapat diperkirakan bahwa persoalan korosi tampaknya
sangat kompleks. Tetapi dasar-dasar pengendaliannya dapat kita
bagi kedalam 4 metode seperti berikut ini :
a) Membuat logam tahan korosi
b) Membuat lingkungan menjadi tidak korosif
c) Membalikkan arah arus korois
d) Memisahkan logam dari lingkungan.
a. Membuat logam tahan korosi
Membuat logam menjadi tahan korosi, dimaksudkan untuk
memperoleh ketahanan korosi dari logam dalam lingkungan
tertentu. Cara penanggulangan seperti ini akan melibatkan
ahli-ahli metallurgi. Ketahanan korosi dari logam dapat
75
76
B. Pelapisan Logam
Setiap tahun, korosi yang terjadi diberbagai lingkungan
menyebabkan kerusakan yang memakan biaya cukup besar. Untuk
menanggulangi bahaya korosi, yang berarti juga memperkecil
kerugian, perlu dicari cara-cara untuk melindungi logam yang mudah
terkorosi.
Salah satu cara perlindungan yang patut diketengahkan adalah
memberikan suatu lapisan logam tertentu sebagai lapis pelindung.
Ada bermacam-macam cara untuk memberikan logam pelapis pada
logam yang akan dilindungi. Salah satu diantaranya adalah proses
lapis listrik (electroplating).
77
78
Katoda (-)
Besi St 37
Anoda (+)
Nikel
(+)
DC
elektrolit
2. Rendaman/Larutan Elektrolit
Setiap larutan elektrolit yang dijadakan rendaman tempat proses
lapis listrik berlangsung harus mengandung bahan-bahan terlarut
yang sekurang-kurangnya memiliki satu dari fungsi berikut ini:
a. Menyediakan sumber logam yang akan diendapkan
b. Membentuk kompleks dengan ion logam yang akan
diendapkan
c. Konduktif
79
80
81
Kemampuan Rendaman.
Rendaman/elektrolit untuk suatu proses lapis listrik diharapkan
mempunyai kemampuan untuk mendapatkan hasil yang
berkualitas baik. Rendaman harus memiliki "covering power",
"throwing power", dan "levelling" yang baik.
"Covering power"
Covering power adalah kemampuan suatu rendaman/elektrolit
untuk mengendapkan logam keseluruh permukaan katoda
yang bagaimanapun juga bentuknya. Covering power
tergantung kepada pengerjaan awal/proses persiapan
peiinukaan dan kondisi dari permukaan benda kerja/katoda
disamping kondisi dari proses lapis listrinya sendiri.
"Throwing power"
Ada dua macam throwing power, yang pertama adalah macro
dan yang kedua adalah micro throwing power.
Macro throwing power.
Macro throwing power dapat didefinisikan sebagai
kemampuan rendaman/elektrolit untuk menghasilkan endapan
yang kurang lebih sama tebalnya pada benda kerja yang tidak
beraturan bentuknya. Faktor yang mempengaruhi macro
throwing power adalah distribusi arus, kondisi operasi,
efisiensi arus dan konduktivitas.
Micro throwing power.
Didefinisikan
sebagai
kemampuan
rendaman
untuk
menghasilkan endapan yang sama tebalnya pada setiap titik
permukaan benda kerja. Difusi ion logam merupakan hal yang
penting bagi micro throwing power.
Levelling"
Dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan
lapisan yang lebih tebal pada lekukan daripada pada
permukaan yang rata.
3. Anoda
Anoda yang digunakan dalam proses lapis listrik harus dapat
mengalirkan arus listrik dari luar kedalam larutan/rendaman dan
82
masing-masing
bila
83
5. Sirkuit Luar
Sirkuit (rangkaian) listrik di luar sistem lapis listrik biasanya terdiri
dari sumber arus dan peralatan lain yang dapat menyearahkan
arus bila sumber arus memberikan arus bolak-balik.
C. Pengerjaan Lapis Listrik
1. Pemilihan Jenis Pelapis
Di dalam proses lapis listrik, logam-logam yang umumnya
digunakan untuk pelapis antara lain adalah : kadmium, khrom,
tembaga, emas, perak, timbal, nikel dan seng, sedangkan logam
paduan yang digunakan antara lain adalah kuningan dan
perunggu.
84
85
86
87
rapat arus
waktu
88
temperatur
89
dilakukan di "lapangan".
iii) Terbatas pada benda kerja yang konduktor.
Dengan adanya kemajuan dari teknoloai lapis listrik, ternyata
kelemahan-kelemahan yang tersebut di atas telah bisa diatasi.
Kelemahan i dan ii bisa diatasi dengan adanya proses lapis listrik
selektip (selective area plating). Dengan menggunakan alat
semacam sikat, benda yang akan dilapisi tidak perlu dibawa ke
tempat pelapisan, bisa dilapisi dilapangan. Ukuran dan bentuk
benda yang akan dilapisi pun tidak menjadi masalah lagi karena
dengan cara selektip ini, tidak diperlukan bak pelapisan.
Kelemahan iii dapat diatasi dengan adanya proses"electroless".
D. Dasar Teori Elektroplating
Elektroplating dibuat dengan jalan mengalirkan arus listrik
melalui larutan antara logam atau material lain yang konduktif. Dua
buah plat logam merupakan anoda dan katoda dihubungkan pada
kutub positif dan negatif terminal sumber arus searah (DC). Logam
yang terhubung dengan kutub positif disebut anoda dan yang
terhubung dengan kutub negatif disebut katoda. Ketika sumber
tegangan digunakan pada elektrolit, maka kutub positif mengeluarkan
ion bergerak dalam larutan menuju katoda dan disebut sebagai
kation. Kutub negatif juga mengeluarkan ion, bergerak menuju anoda
dan disebut sebagai anion. Larutannya disebut elektrolit.
Hubungan antara voltase dalam elektrolit dan kekuatan arus
listrik yang mengalir ditunjukkan oleh hukum Ohm yaitu :
I=
E
R
Dimana :
90
coulomb, yaitu sama dengan listrik yang mengalir ketika arus listrik
sebesar 1 ampere mengalir selama 1 jam.
91
Faraday =
Ar / Mr
I . t
x
96.500 valensi
Volume (cc) =
Volume
Luas permukaan
W'
W
Dimana :
= Efisiensi plating
W = Berat nyata endapan pada katoda
W = Berat teoritis endapan pada katoda menurut Hukum Faraday
93
94
Kalium
(K
Sodium
(Na
Magnesium
(Mg
Aluminium
(Al
Mangan
(Mn
Seng
(Zn
Chrom
(Cr
Besi
(Fe
Cadmium
)
+
Nikel
(Ni
-2,71
Timah putih
(Sn
-2,34
Timah hitam
(Pb
-1,67
Hidrogen
(H )
-1,10
Tembaga
(Cu
-0,769
Tembaga
(Cu
-0,56
Perak
(Ag
-0,44
Merkuri
(Hg
++
+++
++
++
++
(Cd
++
-2,92
)
++
++
-0,40
Emas
++
++
-0,25
-0,15
-0,13
(Au
+0,00
++
+
+
+0,34
+0,52
+0,80
++
+
+0,91
+1,68
Logam seng, timah hitam dan timah putih dinamakan logam dasar
karena mudah larut di dalam asam dan ditunjukkan oleh tanda
potensial negatif, sedangkan kebalikan dari ketiga logam diatas
adalah logam mulia seperi tembaga, perak dan emas ditunjukkan oleh
tanda potensial positif.
1. Proses Elektroplating Tembaga-Nikel-Khrom
Proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau
kuningan sebagai logam yang dilapis adalah satu cara untuk
melindungi logam terhadap serangan korosi dan untuk
mendapatkan sifat dekoratif. Cara pelapisan tembaga-nikel-khrom
dengan metode elektroplating adalah sebagai berikut :
Pelapisan menggunakan arus searah. Cara kerjanya mirip dengan
elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak sebagai anoda,
sedangkan logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang
disertai dengan perlakuan awal terhadap benda kerja yang baik
mempunyai berbagai keuntungan dibandingkan dengan cara-cara
yang lain. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
95
96
97
Tipe : Rochelle
Komponen dan kondisi operasi
Tembaga sianida
40 gr/Lt
Potasium sianida
50 gr/Lt
Sodium karbonat
30 gr/Lt
60 gr/Lt
Rochelle Salt
pH
10,2-10,5
Temperatur
40-60 oC
Rapat arus katoda
2-4 A/dm2
Efisiensi katoda
50 %
Tipe : Efisiensi Tinggi
Komponen dan kondisi operasi
Tembaga sianida
75 gr/Lt
Potasium sianida
100 gr/Lt
Sodium karbonat
30gr/Lt
pH
> 13
Temperatur
70-80 oC
3-6 A/dm2
Rapat arus katoda
100 %
Efisiensi katoda
Larutan Strike menghasilkan lapisan yang sangat tipis. Larutan
strike dapat pula dipakai sebagai pembersih dengan pencelupan
pada larutan sianida yang ditandai dengan keluarnya gas yang
banyak pada benda kerja sehingga kotoran-kotoran yang
menempel akan mengelupas. Larutan ini terutama digunakan
pada komponen-komponen dari baja sebagai lapisan dasar, untuk
selanjutnya dilakukan pelapisan tembaga dengan logam lain.
98
99
2.6.
jenis pengotor
2.6.1. Grafit
Grafit adalah suatu modifikasi dari karbon dengan sifat yang mirip
logam (penghantar panas dan listrik yang baik). Di samping tidak cukup
padat, grafit tidak terdapat dalam jumlah banyak di alam. Oleh karena itu,
untuk keperluan peralatan teknik serta pembuatan elektroda, grafit harus
dibuat secara sintetik. Pembuatan: Grafit alam atau grafit yang dibuat dari
kokas diperkecil ukurannya, dicampur dengan ter atau resin sintetik,
kemudian dipanaskan sehingga membentuk padatan (sintering) dalam
cetakan. Pada proses tersebut, bahan-bahan aditif terbakar menjadi
arang. Pemanasan yang dilakukan sekali lagi sampai temperatur 3000C
akan menghasilkan lebih banyak grafit (grafit elektro). Untuk alat-alat
seperti penukar panas, setelah pemanasan, grafit perlu diberi bahan aditif
100
101
102
Ketahanan kimia:
Gelas sangat mudah rusak oleh lelehan alkali, alkali karbonat, (pH
10), hidrogen, fluorida, dan agak mudah rusak oleh basa panas dengan
pH 7 10, serta larutan panas asam anorganik yang mengandung air,
misalnya HCl 30%.
Pengolahan dan penggunaan: Gelas dapat dibentuk dengan cara
memanaskannya lagi (peniupan kaca). Selain itu gelas dapat digerinda
dingin, dibor, dipotong, direkat, diperkuat (dengan plastik/serat gelas) dan
bisa diberi tegangan (kaca pengaman) dengan pengerjaan panas.
Penggunaan: Gelas digunakan sebagai bahan bila dibutuhkan
peralatan yang tembus pandang dan mempunyai ketahanan kimia yang
tinggi. Contohnya pipa, kaca pengintip, organ penyekat, bejana kecil
dalam operasi, botol keranjang, botol kecil, alat penukar panas, pompa,
siklon, filter sinter, dan alat laboratorium. Secara khusus, gelas dapat
digunakan sebagai kaca pengaman, bahan isolasi, kaca optik (misalnya
untuk filter), kaca jendela, dan cermin.
Keamanan: Botol biasa dan botol keranjang tidak holeh diberi
beban tekanan. Bila tidak ada petunjuk kerja intern maka petunjuk kerja
yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat gelas kimia harus
diberlukukan.
2.6.3. Email
Email adalah bahan ticlak tembus pandang yang dibakarkan
secara berlapis (3 - 6 lapis) pada bahan dasar. Email merupakan massa
yang mirip gelas dan dapat menempel dengan kuat. Email terbentuk
setelah campuran organik yang merigandung kuarsa dalam air dilapiskan
ke alas permukaan logam dengan cara pelelehan dan "sinter".
Sifat-sifat: Email mempunyai sifat mirip gelas. Karena koefisien
pemuaiannya lebih kecil dari pada baja, ada kemungkinan email bisa
retak pada saat pemanasan. Hal ini disebabkan baja memuai lebih
panjang. Demikian pula pada pendinginan yang cepat, email dapat
menjadi retak karena tegangan tarik. Adanya retak-retak menyebabkan
bahan proses dapat menerobos masuk, menyerang baja dan menyebar
dibawah lapisan email. Apabila pada proses ini terbentuk gas seperti H2,
gas tersebut dapat mengangkat lapisan email sehingga terkelupas. Untuk
memperkecil bahaya ini, pada pembuatan peralatan email, email diberi
103
Barang
Hembusan pasir
Pengujian
Pelelehan
Pengeringan
Pembakaran
Pengujian
Gambar 2.41. Pembuatan email
104
Beberapa kali
Gambar 2.42. Bahaya keretakan lapisan email karena t yang terlalu besar
Petunjuk penggunaan:
9 Pukulan atau benturan dengan benda keras harus dihindari.
Misalnya pembersihan lubang yang tersumbat harus
menggunakan kayu lunak. Bila bejana berlapis email akan
diinjak, orang yang menginjak harus mengenakan sepatu kain.
9 Kristal yang keras tidak boleh diisikan ke dalam peralatan email,
karena akan terjadi erosi yang kuat.
9 Perubahan temperatur tidak boleh terlalu tiba-tiba
9 Kotak penyekat (stuffing box) dari email harus selalu diperiksa,
temperaturnya tidak boleh lebih dari 40'C di atas temperatur
reaksi.
9 Bila peralatan sedang dalam keadaan kosong, email harus selalu
dikontrol secara visual, apakah ada retakan-retakan dan pori-pori.
9 Pada tiap inspeksi harus diperiksa apakah email menghantarkan
listrik atau tidak. Pori-pori pada email dapat ditutup dengan
sekrup tantalum dengan penyekat dari teflon. Pada kerusakan
yang lebih besar digunakan pelat tantalum dengan teflon. Bila
kerusakan terialu besar, lapisan email harus diganti dengan yang,
baru.
2.6.4. Keramik
Benda keramik dibuat dari bahan dasar yang berasal dari
campuran berbentuk bubur yang mengandung aluminium silikat dan
105
106
2.6.5. Karet
Getah pohon karet (lateks) mengandung polimer dari isoprena.
Polimer tersebut mempunyai ikatan ganda. Dengan cara menambahkan
belerang pada lateks dan memanaskannya, akan terbentuk suatujaringan
makromolekul. Proses ini disebut vulkanisasi. Bergantung pada
banyaknya belerang yang dicampurkan, karet yang terbentuk akan
bervariasi, dari karet yang elastis sampai karet yang keras.
Sifat-sifatnya akan lebih bervariasi lagi, bila ke dalam karet
mentah dicampurkan bahan-bahan lain seperti karbon hitam, oksida
seng, antioksidan, atau bahan pelunak.
Sifat-sifat karet yang divulkanisir. Di bawah temperatur 5xC, karet
menjadi rapuh. Di atas 145oC, karet menjadi lengket. Dalam pelarut
organik, karet mengembang atau melarut. Karet relatif tahan terhadap
garam, asam dan basa, tetapipeka terhadap oksidasi.
Penggunaan:
Sampai temperatur 90oC, karet elastis dapat digunakan dan dapat
diregang dengan baik. Karet elastis digunakan untuk penyambung
selang, lapisan pelindung luar pada bagian yang bergerak, penyekat,
atau paking.
Karet keras dapat digunakan sampai 100C dan dalam keadaan dingin
peka terhadap benturan. Karet keras digunakan untuk selimut bejana
reaksi, tangki, alat sentrifugasi, pomva, dan pipa saluran.
107
108
109
Bahan sintetik yang sudah jadi dijual dalam bentuk granulat atau
serbuk. Bahan tersebut dapat dibuat dengan cara penggilingan, ekstrusi,
injek si, pengepresan, penarikan, peniupan, atau pemintalan dalam
keadaan cair (melt spinning) hingga didapat bahah setengah jadi atau
bahan jadi. Selain itu, bahan sintetik juga dapat diolah dalam bentuk
larutan, dispersi atau bahan pasta melalui cara injeksi, pemintalan,
penuangan, atau pencelupan. Beberapa jenis bahan sintetik juga dapat
dibuat dari monomer melalui misaInya polimerisasi atau poliadisi. Reaksi
tersebut dapat dilakukan langsung sehingga membentuk benda yang
diinginkan. Dari banyak jenis bahan sintetik yang ada, hanya beberapa
jenis yang cocok digunakan sebagai bagian alat dalam industri kimia.
Untuk tujuan ini, bahan sintetik tidak hanya harus tahan terhadap bahan
yang diproses, tetapi bentuknya juga harus tidak mudah berubah (karena
panas), tidak boleh menjadi tua, mengembang atau menjadi rapuh
(karena kehilangan bahan pelunak). Tergantung pada sifat bahan
pelunak yang dicampurkan ke dalamnya pada waktu pembuatan, bahan
sintetik dapat digolongkan menjadi termoplastik, duroplastik, dan
elastoplastik (elastomer).
Termoplastik menjadi lunak bila dipanaskan dan menjadi keras kembali
bila didinginkan.
Contoh: Polietilena, polipropilena, polivinil-khlorida, nilon, kaca akrilik
(plexiglass), teflon.
Duroplastik (plastik termoset) adalah plastik yang bila sudah mengeras
tidak dapat dilunakkan kembali, sehingga bentuknya tidak dapat diubah.
Comoh : Poliester, epoxid (araldit), phenoplastik.
Elastoplastik adalab plastik yang pada pemanasan menjadi lengket dan
dapat dibentuk. Comoh Huila S, viton.
110
Setelah terkena api, kedua jenis bahan sintetik ini akan menyala
terus. Bahan sintetik ini tahan terhadap hidrogen fluorida encer, asam
khlorida, hidrogen bromida, asam sulfat, asam-asam lemah dan basa
anorganik yang encer. Bahan sintetik ini digunakan sebagai selang,
pipa, bejana kecil, penyekat, bagian-bagian dari pompa, lembaran
pembungkus, organ penyekat.
112
113
2.6.8. Semen
Semen adalah bahan-bahan yang memperlihatkan sifat-sifat
karakteristik mengenai pangiktan serta pengerasannya jika dicampur
dengan air, sehingga terbentuk pasta semen. Semen merupakan suatu
hasil industri yang dapat menjadi sangat kompleks dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda.
Semen dapat dibagi dalam dua kelas sebagai berikut;
- Semen hidrolik
- Semen non-hidrolik.
1. Semen Hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras didalam air, semen hidrolik antara lain meliputi, tetapi tidak
terbatas pada bahan-bahan sebagai berikut ;
- Kapur hidrolik
114
- Semen teras
- Semen terak
- Semen alam
- Semen portland
- Semen portland-teras
- Semen portland terak dapur-tinggi
- Semen alumina - Semen expansif
Dan jenis-jenis lain seperti ;
- Semen portland putih
- Semen berwarna
- Semen yang dipakai waktu pengeboran minyak
- Semen yang digunakan dengan pengaturan
- Semen kedap air
- Semen hydrophobik
- Semen anti-bakteri
- Semen Barium dan Stronsium
2. Semen non-hidrolik
Jenis-jenis semen ini tidak dapat mengikat serta mengeras
didalam air, akan tetapi perlu udara untuk dapat mengeras, contoh
utama dari jenis semen non-hidrolik adalah kapur.
Proses perawatan.
Waktu perawatan berlansung sejak air dibubuhkan pada semen
sampai pengikatan awal dari pasta semen, permulaan serta
lamanya proses perawatan bergantung pada jenis semen yang
digunakan dan cara pengerjaannya. Selama waktu perawatan
bahan yang bersangkutan tidak boleh dipengaruhi oleh getaran
mekanis, guncangan atau panas, sebab kekuatannya dapat
berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan persyaratan.
Proses pengerasan.
Proses pengerasan berlansung sejak tercapainya pengikatan
awal. Lamanya proses pengerasan serta penambahan kekuatan
berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Bahan yang
bersangkutan memerlukan perlakuan yang hati-hati dan tidak
boleh dipengaruhi oleh perlakuan-perlakuan kasar dari luar.
2.6.9. Kapur
Kapur telah digunakan berabad-abad lamanya sebagai bahan
adukan dan plesteran untuk bangunan yang diketemukan dalam
pyramida-pyramida di Mesir, yang dibangun lebih dari 4500 tahun yang
lalu. Kapur dipergunakan sebagai bahan pengikat selama jama Romawi
dan Yunani.
Orang-orang Romawi menggunakan beton untuk membangun
Colleseum dan Pantheon, dengan cara mencampurkan kapur dengan
abu gunung berapi yang didapat dekat Pozzuoli, Italia, yang mereka
namakan Pozzolan ( teras ).
Fundasi dari kebanyakan jalan-jalan orang Romawi merupakan
tanak dasar yang distabilisasi dengan kapur, termasuk jalan termasyhur
Via Appia.
Kini kapur dipergunakan didalam bidang ;
- Pertanian
- Industri karet
- Industri Kimia
- Industri kayu
- Industri Pharmasi
- Industrri gula
- Industri baja
- Industri semen
116
117
118
B. Kapur hidrolik
Bahan mentah ;
Bahan mentahnya adalah kira-kira 65 - 75 % terdiri dari batu
gamping yaitu kalsium karbonat dengan kotoran-kotoran berupa silika,
alumina, magnesia dan oxida besi.
Cara pembuatan ;
Kapur hidrolik dibuat dengan membakar batu kapur yang
mengandung silika dan lempung sampai menjadi klinker dan
mengandung cukup kapur dan silikat untuk menghasilkan kapur
hidrolik akan tetapi yang mengandung cukup kapur bebas sehingga
masa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor setelah berhubungan
dengan air.
Bilamana kadar alumina dan silika dalam batu kapur bertambah,
maka panas yang terjadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara
kapur dan air itu berhenti.
Pada suhu tinggi alumina dan silika berpadu dengan kalsiumoxida, kalsium-silikat, dan aluminat yang tidak mudah bergabung
dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-gumpalan.
Oleh karena itu dalam proses pemberian air dibubuh kan kapur tohor
sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-pecah menjadi
serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor.
Produksi kapur di Indonesia
Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozzolan yang
terdapat di Indonesia adalah teras bahan seperti batu apung yang
disemburkan oleh gunung berapi. Disamping teras batu apung
memperlihatkan juga sifat-sifat seperti pozzolan dan dapat
dipergunakan sebagai kapur teras (pozzolime).
Hasil akhir adalah campuran dari pozzolan dan kapur tohor.
Perbandingannya berkisar antara 1 : 2 dan I : 3 de ngan kapur
selalu situ bagian dan pozzolan dua atau tiga bagian. Dapur
pembakaran kapur di Indonesia berkisar antara yang paling
sederhana sampai yang cukup modern dengan cerobong vertikal.
Dapur ini biasanya diisi dengan batu kapur yang ukurannya terlampau
besar, dengan akibat bahwa sebagian terbakar berlebihan, cukup
terbakar, kurang terbakar, atau tidak terbakar sehingga hasilnya
kurang memuaskan.
119
120
121
C. Semen Teras
Teras adalah suatu bahan yang mengandung Silisium atau
Aluminium yang tidak mempunyai sifat penyemenan, namun dalam
bentuk serbuk halus dan jika dibubuhi air dapat bereaksi dengan
kalsiumhydroxida pada suhu ruangan dan membentuk senyawasenyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.
Teras alam selanjutnya dapat dibagi dalam ;
1. Batu apung, obsidian, scoria, tuf, santorin dan teras yang
dihasilkan dari batuan volkanik.
2. Teras yang mengandung silika halus amorph yang tersebar dalam
jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air,
kemudian membentuk silikat yang mempunyai sifat-sifat hidrolik.
Teras buatan meliputi abu arang-batu, terak ketel uap dan hasill
tambahan dari pengolahan bijih bauxit.
Cara pembuatan teras buatan ;
Semen teras dibuat dengan menggiling langsung batuan volkanik atau
dengan membakar dan kemudian menggiling lempung, batu tulis dan
tanah diatomee. Semen teras meliputi semua bahan semen yang
dibuat dengan menggunakan teras dan kapur tohor yang tidak
membutuhkan pembakaran.
Penggunaan teras buatan ;
Semen teras jarang sekali digunakan dalam bidang konstruksi beton,
semen teras dapat dipakai jika perlu menggunakan banyak bahan
semen namun bangunan yang bersangkutan tidak perlu kuat.
Dalam jumlah terbatas semen teras dipergunakan pula untuk
pembetonan masal yang membutuhkan panas hydrasi rendah.
Semen merah
Semen merah dapat dibuat dengan membakar lempung atau batu
tulis dan kemudian menggilingnya, dapat juga dibuat dengan
menggiling bata merah atau terak dapur tinggi (untuk membuat baja).
D. Semen Terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri
122
dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak dapur tinggi dan
kapur tohor, 60 % dari berat semen terak terdiri dari terak dapur tinggi,
campuran itu biasanya tidak dibakar. Kita kenal dua jenis semen
terak, jenis pertama dapat dipergunakan dalam kombinasi dengan
semen portland untuk pembuatan beton dan dalam kombinasi dengan
kapur untuk pembuatan adukan tembok.
Jenis ke-dua adalah semen terak yang mengandung bahan
pembantu berupa udara, penggunaannya sama seperti jenis pertama
yaitu untuk keperluan umum. Terak dapur tinggi yang cocok untuk
dipergunakan dalam semen terak, adalah silikat kapur yang dapat
dilebur dan merupakan bahan tak-terpakai yang dihasilkan didalam
dapur tinggi, pada waktu mencairkan besi dari bijihnya.
Cara pembuatan semen terak
Semen terak dibuat melalui beberapa pengolahan tertentu seperti
penggilingan, yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik dan
sekaligus mengurangi jumlah sulfida. yang dapat merusak. Setelah itu
terak harus dikeringkan, selanjutnya harus dipersiapkan kapur tohor,
menentukan perbandingan bahan-bahan yang akan dicampurkan,
mencampur bahan-bahan tersebut dan akhirnya menggiling bahanbahan yang telah tercampur itu.
Penggunaan semen terak.
Semen terak dalam beton struktural tidak menempati tempat penting,
akan tetapi dapat digunakan dengan cukup menguntungkan jika
dipergunakan dalam proyek-proyek yang membutuhkan adukan beton
dalam jumlah besar, namun tidak mementingkan kekuatannya.
Semen terak dapat pula digunakan sebagai adukan semen yang
bersifat khas, yaitu tidak memperlihatkan noda-noda oleh karena
kadar alkalinya adalah rendah.
E. Semen Alam
Semen alam adalah sebuah semen hidrolik yang dihasilkan
dengan pembakaran batu kapur yang mengandung lempung, terdapat
secara alamiah, pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan dan
kemudian menggilingnya menjadi serbuk halus.
123
124
125
semen hidrolik yang lebih maju, yang dapat lebih dipercaya, dilakukan
oleh Joseph Aspdin, seorang tukang batu dari Inggris pada tahun
1824. Hasilnya disebut semen portland oleh karena rupanya sama
seperti batu bangunan yang ditemukan dipulau Portland, dekat pantai
Dorset. Sampai akhir abad ke 19 semen portland telah banyak di
export ke lain-lain negara di Dunia.
Pabrik semen portland yang dibuka pertama kali di luar Inggris,
adalah di Perancis dalam tahun 1855, dan di USA dalam tahun 1871.
Di Indonesia kita telah punya pabrik-pabrik semen - portland modern
dengan mutu internasional di tempat-tempat ;
1. SUMATERA, di Padang, yakni Pabrik Semen Indarung I, Indarung
II, Indarung III dan Pabrik Semen Baturaja.
2. JAWA,
Pabrik Semen Gresik, Semen Cibinong, Indo
Cement, Pabrik Semen Nusantara.
3. SULAWESI, Pabrik Semen Tonasa.
Bahan mentah
Bahan semen portland dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai
berikut ;
Daftar ; Bahan mentah semen portland
Mengandung kapur Mengandung kapur dan
lempung
Mengandung lempung
(CaCO3 > 75 %)
Batu kapur
Kapur
Kerang
dan apabila terdapat dalam jumlah 5% atau lebih, maka batu kapur
demikian itu tidak dapat dipakai. Silika tidak dapat bergabung dengan
kapur didalam oven, jadi sejumlah kecil silika bebas dalam batu kapur
menyebabkan batu kapur yang bersangkutan tidak dapat diterima.
Akan tetapi jika silika digabungkan dengan kapur dalam oven,
maka dalam hal ini kapur itu dapat diterima. Besi dalam batu kapur
dapat dijumpai dalam bentuk oxida yakni Fe2O3 atau dalam bentuk
sulfida yaitu FeS2.
Bilamana besi terdapat dalam bentuk oxida, besi itu berfungsi sebagai
aliran dalam penggabungan kapur dan silika didalam oven. Besi
sebagai sulfida menghasilkan suatu reaksi yang dapat merusak
produksi semen portland. Apabila dalam batu kapur kadar sulfida-besi
melebihi 4%, maka batu kapur yang bersangkutan harus ditolak.
Alkali dalam batu kapur harus dijumpai dalam bentuk soda
(natrium karbonat) atau potas (kalium karbonat). Jenis-jenis alkali
tersebut tidak membahayakan dan tertingggal di dalam oven.
Alumina mempunyai peranan yang penting dalam batu kapur,
salah satu peranannya ialah dengan cara bergabung dengan silika
sedemikian sehingga batu kapur akan bergabung dengan kapur akan
bergabung dengan kapur didalam oven dan dengan demikian
menjadikan batu kapur suatu bahan yang dapat diterima.
Belerang, bahan kotoran akhir yang terdapat dalam batu kapur,
dijumpai dalam dua buah bentuk yaitu kalsiumsulfat dan pyrit besi.
Jikalau kadar (kandungan) kedua bahan tersebut mencapai 3% atau
lebih, maka batu kapur yang bersangkutan harus ditolak.
Kapur adalah berbagai macam batu kapur, terbentuk dari organismaorganisma laut atau yang mengambang berbentuk butir-butir yang
sangat harus, tembus air dan dapat dihancurkan dengan remasan
tangan. Warnanya adalah putih atau sangat muda dan hampir
seluruhnya terdiri dari kalsit.
Batuan yang dijumpai terdiri dari kerang kalsit dan dari
mikroorganisma yang sebagian diikat menjadi satu oleh kalsit tanpa
bentuk. Marl adalah deposit kalsium karbonat yang belum mengeras
dan mengandung lempung, warnanya biasanya abu-abu atau abu-abu
kebiru-biruan, agak lunak sehingga dapat diremas-remas, menyerupai
kapur, biasa dijumpai bersama-sama dengan kapur ditempat-tempat
tertentu.
127
128
129
130
- dan lain-lain.
Analisa kimia lebih lanjut menunjukkan bahwa oxida oxida tersebut
diatas dalam semen portland dijumpai dalam bentuk ikatan-ikatan
kalsium silikat dan aluminat sebagai berikut ;
- Trikalsium silikat (3CaO.SiO2) yang dipendekan menjadi C3S
- Dikalsium silikat (2CaO.SiO2) yang dipendekan menjadi C2S
- Trikalsiumaluminat (3CaO.Al2O3) yang dipendekan menjadi C3A
- Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang dipendekan
menjadi C4AF
Ikatan-ikatan tersebut dalam klinker didapat sebagai kristal-kristall
yang saling mengunci.
Karakteristik-karakteristik dari ikatan-ikatan utama dalam Semen
Portland.
Nilai
Nilai
Penyemenan
Trikalsium
Silikat
3CaO.SiO2
(C3S)
Baik
Dikalsium
Silikat
2CaO.SiO2
(C2S)
Baik
Trikalsium
Aluminat
3CaO.Al2O3
(C3A)
Buruk
Totrakalsium
Aluminoferrit
4CaO.Al2O3.Fe2O3
(C4AF)
Buruk
Keeepatan
Reaksi
Sedang
Lambat
Cepat
Lamban
Banyaknya
panas yang
dibebaskan
Sedang
Sedikit
Banyak
Sedikit
131
Biasa
Moderat
Kekuatan awal tinggi
Panas hydrasi rendah
Tahan terhadap sulfat
132
134
135
136
Susunan Kimia.
Untuk mengetahui susunan kimia dari semen portland
dilakukan analisa kimia, dengan cara ini diperoleh persentase
dari setiap oxida dan kemudian dihitung susunan ikatannya.
Pada umumnya analisa kimia menunjukan persentase dari
senyawa-senyawa dan hal-hal berikut ;
Bagian yang tidak larut (dalam asam chlorida).
- Silisiumdioxida
(SiO2)
- Aluminiumoxida
(Al2O3)
- Kalsiumoxida
(CaO)
- Ferioxida
(Fe2O3)
- Magnesiumoxida
(MgO)
- Sulfurtrioxoda
(SO3)
- Alkali sebagai Natriumoxida
(Na2O)
sebagai Kaliumoxida
(K2O)
- Hilang pijar.
- Kalsiumoxida bebas
(CaO-bebas)
Oxida-oxida lainnya seperti phosporoxida, Titan dan Mangan
tidak dianalisa, kecuali apabila secara khusus diperlukan.
Sifat-sifat Fisik.
Kehalusan butir.
Kehalusan butiran semen mempengaruhi kecepatan hydrasi.
Makin halus butiran-butiran semen, makin cepat berjalannya
proses hydrasi dan makin cepat pula perkembangan kekuatan
selama 7 hari pertama.
Untuk mengukur kahalusan butiran semen digunakan
"Turbidimeter dari Wagner " atau " Air Permeability meter dari
Blaine ".
137
RANGKUMAN :
1. Bahan-bahan yang digunakan manusia mengikuti siklus bahan mulai
dari ekstraksi, pembuatan sampai pelapukan.
2. Suatu aspek yang sangat penting dalam konsep siklus bahan adalah
kaitan yang erat antara bahan, energi dan lingkungan.
Mengurangi bahaya
Meningkatkan keselamatan
7. Ada dua macam besi kasar yang dihasilkan oleh dapur tinggi yaitu
besi kasar putih dan besi kasar kelabu.
8. Tembaga ini mempunyai sifat sifat yang sangat baik yakni; sebagai
penghantar listrik dan panas yang baik, mampu tempa, duktil dan
mudah dibentuk menjadi plat-plat atau kawat.
9. Logam aluminium mempunyai struktur kristal FCC. Logam ini tahan
terhadap korosi pada media yang berubah-ubah dan juga mempunyai
duktilitas yang tinggi.
10. Seng tergolong logam rapuh, tetapi pada temperatur 100-150C
mempunyai sifat-sifat mudah diroll dan ditarik menjadi kawat.
Logam ini mempunyai susunan kristal hcp.
11. Timbel berwarna abu-abu ke biru-biruan, logam ini sangat
tunak/lembek dan mampu tempa. Logam timbel mempunyai struktur
kristal f c c , dan mempunyai sifat konduksi panas/listrik yang baik ,
kekerasannya 1/10 logam tembaga.
138
12. Biji magnesium yang banyak kita kenal adalah Magnesit/ Magnesium
karbonat) MgCO3, Dolomite CaCO3, MgCO3, carolite MgCl2KCl6 H2O.
13. Proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau
kuningan sebagai logam yang dilapis adalah satu cara untuk
melindungi logam terhadap serangan korosi dan untuk mendapatkan
sifat dekoratif.
14. Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari
suatu campuran seragam serta kuat dari terak dapur tinggi dan kapur
tohor, 60 % dari berat semen terak terdiri dari terak dapur tinggi,
campuran itu biasanya tidak dibakar.
CONTOH SOAL :
1. Jelaskan prinsip dasar pelapisan logam secara listrik?
Jawab :
Prinsip dasar pelapisan logam secara listrik :
- Benda yang dilapisi diletakkan di Katoda
- Logam pelapis diletakkan di Anoda
- Larutan eletrolit sesuai dengan garam anoda
- Arus listrik yang digunakan arus listrik searah
2. Suatu benda yang terbuat dari besi akan dilapis dengan logam
tembaga. Waktu pelapisan 10 menit. Arus yang digunakan 2 A/dm2.
Luasan benda yang akan dilapis 2 dm2. Tentukan massa tembaga
yang terlapis? MA = 63,5.
Jawab :
eIt
96500
63,5 / 2 . 2,2 . 10 60
=
96500
G =
= 0,79 gram
3. Jelaskan macam-macam metoda untuk pengendalian korosi?
Jawab :
1. Membuat logam tahan korosi
2. Membuat lingkungan menjadi tidak korosif
139
LATIHAN SOAL :
1. Jelaskan yang disebut bahan baku dan bahan pembantu? Berikan
contohnya!
2. Suatu perkakas akan dilapis dengan logam khrom. MA Cr = 52.
Waktu pelapisan 15 menit dengan arus 25 A/dm2. Luasan yang
dilapis 1,2 dm2. Tentukan massa khrom yang terlapis pada
permukaan logam besi?
3. Jelaskan
karakteristik
besi
tuang,
dan
berikan
contoh
penggunaannya?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan paduan logam? Berikan contohcontohnya!
5. Sebutkan sifat-sifat umum dari kapur dan semen?
140
BAB III
INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN
DEFINISI
Instrumentasi (Instrumentation)
a. Penggunaan piranti ukur (instrumen) untuk menentukan harga besaran
yang berubah-ubah, yang seringkali pula untuk keperluan pengaturan
besaran yang perlu berada di batas-batas harga tertentu
b. Semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnit, mekanik, optik, pneumatik)
yang digunakan untuk : menguji, mengamati, mengukur, memantau;
mengubah, membangkitkan, mencatat, menera, memelihara, atau
mengemudikan sifat-sifat badani (fisik) gerakan atau karakteristik lain.
Instrumen (Instrument)
Instrumen atau piranti ukur merupakan piranti untuk mengukur
sesuatu besaran selama dipengamatan. Piranti itu dapat berupa instrumen
tuding (indicating instrument) dan dapat berupa instrumen rekan (recording
instrument)
Istilah "INSTRUMEN" digunakan dua maksud yaitu :
a. Instrumen murni yang terdiri dari mekanisme dan bagian-bagian yang di
bangun didalam wadah (rumah) atau piranti yang berkaitan dengan itu
b. Instrumen murni berikut sembarang alat-alat imbuhan (auxliary) seperti
misalnya: tahanan kondensator atau transformator instrumen.
141
F=
mg
32,174 (ft)(s 2 )
= 1 lb f
= (1 lb m )
2
gc
32,174 (lb m )(ft)/(lb f )(s )
143
144
145
146
147
Sedang n adalah jarak antara dua garis skala nonius, maka setiap
satu bagian skala utama akan lebih panjang sebesar k dibandingkan dengan
satu bagian skala nonius. Apabila posisi garis nol nonius adalah tepat
segaris dengan suatu garis skala utama misalkan A, maka hasil pengukuran
adalah tepat berharga A. Selanjutnya apabila garis nol nonius tergeser ke
kanan sebesar k maka garis pertama nonius akan tepat segaris dengan
salah satu garis skala utama. Seandainya garis nol nonius lebih tergeser ke
kanan lagi sejauh 2 k dari posisi garis A maka garis kedua noniuslah yang
tepat segaris dengan salah satu garis skala utama. Proses pergeseran ini
dapat kita lakukan terus sampai akhirnya garis nol nonius kembali menjadi
segaris dengan garis skala utama (sesudah A). Dengan demikian penentuan
posisi garis nol nonius relatif terhadap A adalah melihat garis nonius yang
keberapa yang menjadi segaris dengan salah satu garis skala utama.
Jarak k adalah menggambarkan kecermatan dari skala nonius,
semakin kecil k maka kecermatannya semakin tinggi, artinya posisi garis nol
nonius relatif terhadap suatu garis skala utama (sesudahnya) menjadi
semakin jelas. Akan tetapi semakin kecil k berarti skala nonius memerlukan
jumlah garis yang lebih banyak, karena jumlah garis nonius (kecuali garis
nol) atau jumlah bagian dari skala nonius adalah sama dengan 1/k buah.
Dengan demikian k tidak boleh terlalu kecil, karena:
- Untuk mempermudah penentuan garis nonius yang menjadi segaris
dengan skala utama
- Untuk membatasi panjang keseluruhan skala nonius, (harus jauh lebih
pendek dari panjang keseluruhan skala utama).
Tabel 3.1 berikut adalah beberapa contoh kecermatan skala nonius yang
digunakan pada beberapa alat ukur, misalnya mistar ingsut dan busur bilah.
148
Besar u
pada skala
utama
1
(0,10) mm
10
1 mm
Besar n
pada skala
nonius
0,9 mm
1
(0,05) mm
20
1 mm
2 mm
1
(0,02) mm
50
10
(5) mm
12
Panjang/besar
keseluruhan
10
9 mm
0,95 mm
1,95 mm
20
30
19 mm
39 mm
1 mm
1 mm
0,98 mm
0,98 mm
50
25
49 mm
24,5 mm
10
110
12
12
110
12
230
30
29,50
20
10
(0,10) mm
60
Skala nonius
Jumlah
bagian
10
230
12
590
60
skala utama sesudah garis nol nonius ditambah dengan harga garis skala
nonius adalah menyatakan sepersepuluh harga skala utama. Angka pada
skala nonius adalah menyatakan sepersepuluh harga skala utama, atau
dalam menit kalau skala utama dalam derajat. Untuk skala nonius dengan
setengah panjang keseluruhannya, jika garis nol nonius telah melewati
setengah bagian skala utama, maka kita harus menambahkan angka lima
pada setiap angka dari skala nonius (atau menambah tiga puluh menit untuk
skala utama dalam derajat).
Skala satuan panjang, mm
posisi nol :
Contoh pembacaan
150
151
kaca yang tipis serta kecil yang kemudian dipasang tepat pada fokus dari
okuler.
152
Garis indeks
pembacaan kasar
6,48 mm
6,53 mm
Skala putar
Skala tetap
6,98 mm
153
154
155
dari 7 buah LED yang disusun seperti angka 8, lihat Gambar 3.10. Apabila
pada suatu saai ke 7 buah LED ini menyala (biasanya dengan sinar merah)
maka kita melihat sebagai kode angka 8. Jika hanya beberapa LED yang
menyala pada tempat-tempat tertentu maka akan terlihat sebagai kode
angka lain. Suatu sirkuit elektronis memerintahkan LED ini untuk
menunjukkan suatu kode angka, demi dan pula halnya untuk kode angkaangka yang lain yang disusun menjadi satu barisan angka.
Silinder ke
156
3.5.
Gambar 3.11. Alat pencatat dengan prinsip galvanometer dan prinsip servo motor
157
3.6.
3.6.1. Ketelitian
Ketelitian juga dikenal sebagai reproduksibilitas. Ketelitian
pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan-pembacaan itu
sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali
dan memberikan hasil yang kurang-lebih sama, maka alat ukur tersebut
dikatakan mempunyai ketelitian atau reproduksibilitas tinggi, dan juga berarti
alat ukur tidak mempunyai penyimpangan. Penyimpangan nilai alat ukur
yang telah dikalibrasi disebabkan oleh berbagai faktor seperti, kontaminasi
logam pada termokopel. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur dalam satu
periode waktu, dan nampaknya tidak diperhatikan. Penyimpangan ini hanya
dapat diketahui melalui pemeriksaan secara berkala kalibrasi alat ukur.
3.6.2. Ketepatan
Ketepatan didefinisikan sebagai tingkat perbedaan yang sekecilkecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk
memperoleh ketepatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan
secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Meskipun semua pemakai alat ukur bertujuan agar selalu
memperoleh tingkat ketepatan setinggi mungkin, namun kesalahan relatif
tetap harus diingat. Ukuran relatif suatu kesalahan biasanya dinyatakan
dalam lingkup nilai sesungguhnya dari kuantitas yang diukur, sebagai
persentase. Sebagai contoh, bila termokopel digunakan untuk mengukur
suhu api, misalnya pada 1.000C dengan ketepatan 5C, maka persentase
kesalahannya adalah :
5
x 100 % = 100 = 0 , 5 %
1 . 000
Namun bila kesalahan 5C terjadi pada pengukuran suhu air mendidih
pada 100C, maka persentase kesalahannya adalah :
5
x 100 % = 0,5%
1.000
Jauh lebih serius kesalahannya.
158
3.6.3. Kepekaan
Kepekaan alat ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada
beberapa kasus kepekaan menyatakan perubahan terkecil nilai peubah
yang diukur di mana alat ukur memberikan tanggapan sementara aliran
pemikiran lain menganggap kepekaan aan sebagai ukuran perubahan yang
dihasilkan oleh alat ukur untuk suatu perubahan peubah yang diukur.
Daerah mati (dead zone) adalah rentang nilai terbesar dari peubah yang
diukur di mana alat ukur tidak memberikan tanggapan. Daerah mati
biasanya terjadi karena gesekan pada alat pencatat. Juga ditemukan jenis
mekanisme tertentu yang hanya dapat menunjukkan sedikit perubahan dan
perubahan diskrit dari nilai peubah yang diukur.
3.6.4. Jangkauan (Rangebility)
Jangkauan (rangeabilitas) dari instrumen biasanya diartikan
perbandingan pembacaan meter maksimum ke pembacaan meter minimum,
di mana kesalahan kurang dari harga yang dinyatakan. Dalam hal
pengukuran yang mempunyai jarum atau pena, ketidakmampuan pemakai
untuk menafsirkan
perpindahan kecil dari jarum atau pena secara tepat, membatasi jangkauan.
3.6.5. Kalibrasi
Kalibrasi mengacu kepada satu keadaan di mana semua masukan
(yang dikehendaki, yang mengganggu, yang mengubah) kecuali satu
masukan dipertahankan pada nilai tetap. Masukan yang dipelajari tersebut
kemudian diubah-ubah sepanjang rentang nilai konstanta yang sama, yang
menyebabkan nilai keluaran berubah sepanjang rentang nilai konstanta
tertentu. Prosedur yang sama diulangi secara bervariasi sesuai dengan
setiap masukan yang diteliti berdasarkan minat, sehingga mengembangkan
satu kumpulan hubungan masukan-keluaran statis.
Tidak mungkin melakukan kalibrasi suatu alat ukur dengan ketepatan
lebih besar dari standar yang diikuti adalah suatu standar kalibrasi yang
paling sedikit mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur yang dikalibrasi. Jadi
adalah amat penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi alat ukur hams
yakin bahwa standar kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai sebagai
pembanding.
159
Dalam
fisika
dan
teknik,
pengukuran
adalah
aktivitas
membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur atau alat pengukur. Alat pengukur
160
adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.
Meskipun sudah dibuat seakurat mungkin, seluruh alat pengukur terkena
kesalahan atau error peralatan yang bervariasi. Ada banyak alat ukur yang
digunakan, namun yang banyak digunakan dalam industri dapat
diklasifikasikan:
a. Alat pengukur suhu
b. Alat pengukur tekanan
c. Alat pengukur aliran
d. Alat pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD
3.7.1. Alat Pengukur Sifat Fisik
A. Alat Pengukur suhu (Termometer)
Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah
sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika
menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan
menggunakan termometer. Termometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah
termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan
meter yang berarti untuk mengukur (to measure). Termometer
diklasifikasikan sebagai termometer kontak dan termometer non kontak
atau termometer inframerah dan diterangkan dibawah ini.
1. Termometer bulb (air raksa atau alkohol) dengan ciri kasnya
sebagai berikut:
161
kesalahan pembacaan
kesalahan pencelupan
2. Termometer spring
Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari
logam yang sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat
pointer. Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga
pointer bergerak naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut
162
163
164
165
Uji Operasional
Semua alat pengukuran harus dikontrol pada saat pertama
beroperasi dan sesudah digunakan paling sedikit satu kali pertahun
dengan menggunakan termometer terkalibrasi. Pengujian harus
dilakukan paling sedikit dengan satu nilai pada rentang temperatur
dimana alat dioperasikan. Untuk pengukuran pada temperatur kamar
0
166
menggunakan
termometer,
hal
berikut
dianjurkan
untuk
memperlambat penunjukan suhu, tempelkan gabus atau kapas/wool
pada ujung termometer dan biarkan termometer kira-kira 1 (satu) jam
untuk mencapai temperatur diinginkan.
Contoh pengujian menggunakan pengukuran 2 (dua) nilai :
Catatan pada pengukuran alat (sebagai koreksi)
0
- 0,3 pada 22 C
0
- 0,2 pada 12 C
0
dari termometer kalibrasi, tidak boleh lebih dari 2,0 C, deviasi dari
0
termometer biasa (normal) tidak boleh lebih dari 1 C, jika tidak ada
nilai-nilai lainnya yang disimpan pada buku peralatan.
8.
9.
167
168
170
e. Pengoperasian manometer
Tidak mudah untuk menjelaskan pengoperasian
manometer dengan satu cara, sebab terdapat banyak macam
manometer yang membutuhkan cara penanganan yang berbeda.
Tetapi, beberapa tahapan operasinya sama. Selama audit energi,
kecepatan aliran udara di saluran dapat diukur dengan
menggunakan tabung pitot dan aliran dihitung dengan
menggunakan manometer. Sebuah lubang pengambil contoh
dibuat di saluran (tabung pembawa gas buang) dan tabung pitot
dimasukkan kedalam saluran. Kedua ujung tabung pitot terbuka
disambungkan ke dua manometer yang terbuka. Perbedaan
tingkat pada manometer menghasilkan total kecepatan tekanan.
Sebagai contoh, dalam kasus manometer digital pembacaan
ditampilkan dalam mm dari kolom air.
f.
171
173
177
178
- Frekuensi
Alat-alat tersebut diatas harus diuji untuk penegasan, dilakukan
oleh petugas laboratorium sebelum alat tersebut digunakan untuk
pertama kalinya.
- Cara Kerja
Dalam melakukan uji penegasan gunakan air bebas mineral /
0
179
180
3.8.
KLASIFIKASI INSTRUMENTASI
182
level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik,
tegangan listrik, tahanan listrik), viskositas, densiti, dll.
3.9.
h=
p
p
=
w SG
Dimana:
h : tekanan
p : densiti cairan
p w : densiti air ( pada 60 oF)
SG : spesific gravity (berat jenis)
3.9.1. Pengukuran Langsung Tinggi Permukaan
A. Tabung Gelas
Pengukuran tinggi permukaan yang sederhana dan secara
langsung ialah dengan gelas penduga yang berbentuk tabung gelas.
Cara ini sangat baik untuk pengukuran cairan jernih serta tidak
dipersyaratkan pengukuran dari jarak jauh.
Alat ini mempunyai batas ukur 1 meter dan kekurangannya
adalah jika gelas penduga pecah maka cairan akan tumpah. Untuk
mengatasi kekurangan tersebut kemudian digunakan konstruksi ekstrom
gauge.
B. Ekstrom Gauge
Pada tabung yang dihubungkan ke tangki, di dalamnya berisi
pelampung yang bersifat magnetik (dimagnetisasikan). Oleh pengaruh
permukaan cairan pelampung akan naik turun. Di bagian luar terdapat
tabung gelas yang berisi bola besi berongga yang akan selalu
menyesuaikan dengan kedudukan pelampung magnetik. Jadi,
183
184
RANGKUMAN :
1. Instrumentasi merupakan salah satu ukur teknik yang makin terasa
keperluannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan nilai
pengukuran yang lebih akurat.
2. Instrumen atau alat ukur merupakan piranti untuk mengukur sesuatu
besaran selama pengamatan.
3. Sekon atau detik adalah jangka waktu 9192631770 periode radiasi atom
cesium 133 yang mengalami transisi diantara dua tingkat yang sangat
kecil pada keadaan dasar.
4. Satuan massa adalah kilogram yang didefinisikan oleh massa The
International Prototype kilogram terbuat dari platinum Irridium dan
disimpan oleh Biro International untuk Berat dan ukuran di dekat Paris.
5. Meter adalah jarak yang ditempatkan oleh cahaya di ruang hampa dalam
1/299792458 sekon.
6. Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang
ditaksir (atau diragukan).
7. Ada banyak alat ukur yang digunakan, namun yang banyak digunakan
dalam industri dapat diklasifikasikan:
a. Alat pengukur suhu
b. Alat pengukur tekanan
c. Alat pengukur aliran
d. Pengujian Peralatan Volumetrik
e. Alat pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD
8. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu.
9. Termometer diklasifikasikan sebagai termometer kontak dan termometer
non kontak atau termometer inframerah dan diterangkan dibawah ini.
10. Jenis jenis Alat Pengukur Tekanan
a. Manometer
b. Tabung Bourdon (Bourdon Tube)
11. Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi
untuk mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis
manometer tertua adalah manometer kolom cairan.
12. Pengukur aliran adalah alat yang digunakan untuk mengukur linier, non
linier, laju alir volum atau masa dari cairan atau gas.
185
13. Jenis pengukur aliran yang paling umum adalah sebagai berikut:
a. Rotameter atau pengukur aliran dengan variasi area untuk gas dan
cairan.
b. Pengukur aliran variabel pengukur aliran piston dan spring untuk
gas dan cairan.
c. Pengukur aliran ultrasonik (Non-Intrusif atau Doppler) untuk cairan
pengukur aliran turbin
d. Pengukur aliran magnetik untuk cairan konduktif
14. Jenis-jenis Peralatan Volumetrik :
- Pipet Gondok (vol Pipette)
- Gelas Ukur
- Labu Ukur
15. Alat Pengukur Sifat Kimiawi
- Pengukuran pH
- Pengukuran BOD dan COD
16. Skala adalah susunan garis yang beraturan dengan jarak antara dua
garis yang berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu.
17. Pembacaan angka pada skala nonius adalah pembacaan yang
menyatakan sepersepuluh hanya skala utama, atau dalam menit kalau
kalau utama dalam derajat.
18. Pencatatan skala ukur instrumen diperlukan alat pencatat yang dapat
membuat suatu grafik pengukuran pada kertas berskala.
19. Sumber kesalahan pengukuran meliputi kebisingan (noise), waktu
tanggap (respon time), keterbatasan rancangan (design limitation),
pertambahan atau kehilangan energi karena interaksi, transmisi,
keausan atau kerusakan sistem pengukuran, pengaruh regangan
terhadap sistem, kesalahan penafsiran oleh pengamat.
CONTOH SOAL :
1. Termokopel digunakan untuk mengukur suhu api, misalnya 1200C
dengan ketepatan 6C, maka persentase kesalahannya adalah :
6
x 100% = 0,5%
1200
186
6
x 100% = 6%
100
100
mm. Bila suatu garis bilah pembantu berimpit dengan suatu tanda
49
pada skala utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung
dari angka 0 x 0,02 mm.
Pada pengukuran, mula-mula kita baca skala pada bilah utama.
Harga vermir diperoleh dengan memperhatikan garis yang berimpit
dengan garis pada skala utama. Andaikan merupakan garis keempat,
maka ditambahkan 4 x 0,02 pada pembacaan skala utama.
Pada Gambar 3.25. tampak cara pengukuran dalam dan luar.
Ukuran dalam :
Skala utama = 70 + 8
= 78,00 mm
Vernir
= 0,08 mm
= 4 garis x 0,02
Ukuran dalam
= 78,08 mm
Ukuran luar :
Skala utama = 70 + 0
= 70,00 mm
Vernir
= 0,08 mm
= 4 garis x 0,02
Ukuran luar
= 70,08 mm
187
Gambar 3.25.
Kaliper vernir
188
= 0,16 mm
= 10,66 mm
189
GAMBAR 3.27
Vb =
At . X b
a . Tb
190
d 2
X o
4
=
(a Tb )
2
0,03 0,4
4
=
(0,18 10 3 1)
= 6,28 cm3
Konstanta waktu,
. C . Vb
h . Ab
3
d
C 6
=
h d 2
4
C 2
d
h 3
di mana,
dan
1 3
d (volume rata-rata)
6
d =3
=3
6 Vb
6 6,28
= 2,27 cm
Dengan memasukkan harga-harga d dan
=
0,136 0,4 4
2,27
0,8
6
= 0,103 s
191
Gambar 3.28.
Dinamika manometer. Perhatikan seluruh badan cairan sebagai
benda bebas dan ambil massa efektif, yang didasarkan pada energi
kinetic dari aliran laminer yang mantap, kita gunakan hukum Newton dan
tuliskan gerakan dalam arah 'X' (Gambar).
R2 (P1-P2) - 2 R2 x - 2 RL
4X
4 R 2 L
=
X
g
R
3
X
(D) =
P
D2
n
di mana,
K =
K
+ 2
+1
1
2
3g
2L
192
dan
gL
R 2
= 2,45
2Rn X m
g
Diketahui: L = 70 cm
R = 2 cm
Misalkan: = 0,007Pa s
= 0.018x 108 kg/m3
= 2,45 x 0,007
9,81 0,70
0,02 0,018 10 6
3
= 0,0623
n
jadi,
Xm =
=
3g
=
2L
3 9,81
= 4,64 cps
2 0,7
2100 g
2 Rn
2100 9,81 0,007
2 0,018 10 6 0,02 4,64
= 0,0434 m
= 4,34 cm
atau
Xm
Sekarang kalau Xm = 5 x 4,34 = 21,70 cm = Y
(kurang dan sama dengan kondisi NR=2100)
Angka Reynold NR=
21,70
x 2100 = 10,500
4,34
Yang berada kurang dari arus turbulen dalam pipa halus (3000 <
NR < 10.500).
Hasil ini mensubstitusi gaya akibat tekanan geser ke dalam
Hukum Newton yang menghasilkan persamaan tak-linear.
193
di mana,
Jadi
0,184 L
g
=
R 125
=
2g
=
L
( )075
2 9,81
= 5,3 Hz
0,7
x 5,3 x 0,217)0,75
= 0,0128
(Catatan : 1.
telah diambil sama dengan n )
2. Nilai
n telah dihitung untuk aliran turbulen dengan
mengabaikan sama sekali faktor redaman).
LATIHAN SOAL :
1. Apa beda pengertian Instrumentasi dan Instrumen? Jelaskan, berikan
contoh !
2. Jelaskan mengapa alat ukur timbangan analitik yang sudah dipakai
beberapa lama perlu dikalibrasi?
3. Bagaimana menyiapkan pembacaan skala ukur instrumen?
4. Jelaskan tentang ketelitian ketepatan, kepekaan suatu alat ukur?
Berikan contohnya!
5. Jelaskan sumber-sumber kesalahan pengukuran?
6. Penunjuk dibedakan penunjuk berskala dan penunjuk berangka (digital).
Apa kelebihan dan kekurangan alat pencatat tersebut? Bila ada kelainan
skala ukur bagaimana cara melaporkannya?
7. Apa
beda
termometer
kontrol
dan
non-kontrol?
Jelaskan
penggunaannya untuk masing-masing termometer?
194
195
BAB IV
TEKNOLOGI PROSES
Bahan
Baku
PROSES
Produk
196
4.1.
Penguapan
Matahari
Air Laut
Tambak
Sawah
Pompa
Garam
Dapur
Cetak
Garam kristal
kotor
Pemurnian +
Iodium
197
Tebu
Penggiling
: 16%
: 25%
: 59%
Bagase
Gula
Pulp
Padatan :
berisi Pulp
Penyaring
Sirup
(Gula+Air)
Air
Penguapan
Sirup
kental
Pengkritalisasi
(Penghabluran)
Gula
kristal
198
Keterangan
Aliran proses dimulai
Bahan baku masuk
Bahan antara masuk
Produk keluar
Produk samping keluar
199
Tekanan, 3 atm
Aliran gas, 120 std m3/det; (misalkan)
gas ideal pada 273 K, 1 atm
Aliran cairan, 300 liter/det
Jenis Alat
Fasilitas alat bantu
Peralatan kontak gas-padat (Dryer, Kiln)
Crusher, Mill, Grinder
Sistem Bejana (Process Vessel ): menara destilasi, kolom
absorpsi, scrubber, stripper, spray tower.
Penukar panas (cooler, condensor, heater, reboiler)
Bejana penyimpan (tangki, drum, receiver, bin, hopper, siol)
Gas mover (Fan, kompresor, pompa vakum, ejektor vakum
Separator (bag filter, rotary filter, cartri
200
Jenis Alat
Konveyor
Instrumentasi (katup kendali, tranmiter, indikator, recorder,
analiser)
Pompa
Agitator, Pencampur
Motor, turbin, penggerak (drive)
Unit paket (refrigerator, generator uap, menara pendingin)
Tungku (furnace), process heater
Reaktor
Size enlargement equipment
Vaporizer dan evaporator
Lain-lain
Beberapa simbol dari peralatan satuan operasi dapat dilihat pada gambar
berikut beserta pengelompokkannya berdasarkan tabel 4.2
Kelompok A: Fasilitas Alat Bantu:
Peralatan pada kelompok A ini, merupakan peralatan yang banyak
digunakan dalam unit alat bantu pabrik, atau pada bagian utilitas. Untuk satu
satuan (unit) tidak berarti hanya terdiri dari satu alat, akan tetapi dapat terdiri
dari beberapa alat.
Utilitas
udara
Unit Udara
201
Udara kering
bertekanan
gas bersih
gas kotor
Utilitas
Bahan Bakar
&
Udara
Unit Pembangkit
Listrik
202
Tenaga
Listrik
air sungai
air pendingin
203
Kukus
(Steam)
Gas buang
(Flue gas)
Umpan
Umpan
Air - Boiler
Bahan bakar
&
Udara
Abu (ash)
umpan
204
Keluaran
(Vent)
Media
Pengering
Gambar 4.11: Tunnel
205
Keluaran
(Vent)
Media
Pengering
air kotor
Gambar 4.13: Menara vertikal (Vertical tower)
206
207
gas bersih
umpan
air kotor
gas bersih
umpan
air kotor
Gambar 4.18: Menara Isian (Packed Tower)
208
gas bersih
air
gas kotor
air kotor
Gambar 4.19: Menara Semprot (Spray Tower)
gas bersih
gas kotor
air
air kotor
Gambar 4.20: Menara Gelembung (Bubble Tower)
209
uap
umpan
cairan
umpan
umpan
umpan
umpan
Gambar 4.22: Simbol Alat Penukar Panas Tabung Selongsong Aliran lawan arah
(Shell-Tube Heat Exchanger- Counter Current)
210
umpan
umpan
umpan
umpan
Fluida proses pada sisi selongsong
(shell)
Aliran kalor
Aliran fluida
Aliran fluida
a.
Aliran kalor
Aliran fluida panas
b.
Gambar 4.24: Alat Penukar Panas Tipe Tabung Selongsong, dengan:
a. aliran 1,1 (shell, tube); b.aliran 1,2 (shell,tube)
211
atap tetap
output
Gambar 4.27: Tangki penyimpan dengan atap tetap (fixed roof) berbentuk konikal
212
output
input
input
output
input
output
213
input
output
output
input
output
input
input
output
214
gas bersih
gas kotor
debu
Gambar 4.35: Siklon
gas kotor
debu
debu
gas bersih
gas kotor
debu
Gambar 4.37: Dekanter
215
Pencuci
Umpan
Gumpalan
(Cake)
Filtrat
cairan
hasil saringan
Gambar 4.40: Penyaring
216
Kelompok J: Konveyor
umpan
produk
umpan
produk
Gambar 4.42: Konveyor jenis Sabuk (Belt conveyor)
umpan
produk
Kelompok L : Pompa
217
outlet
inlet
inlet
outlet
inlet
outlet
218
Kelompok R: Reaktor
inlet
outlet
output
input
PFR
219
outlet
inlet
Gambar 4.51: Reaktor Isian Tetap (Fixed Bed Reactor)
outlet
inlet
Gambar 4.52: Reaktor Isian Fluidisasi (Fluidized Bed Reactor).
220
221
Aturan dalam sistem pemberian nomor pada diagram alir proses, dengan
menggunakan contoh seperti pada gambar 4.53, yang merupakan diagram
alir proses dari unit pembangkit tenaga uap:
1. Tiap alat dimulai dari huruf yang merupakan kode kelompok dari
peralatan seperti yang disajikan pada tabel 4.2, misalkan Q-110
(kelompok furnace dan proses pemanasan); H-118 (kelompok
separator dalam hal ini peralatannya adalah bag filter sebagai alat
penyaring udara)
2. Nomor pada setiap lokasi (area) proses dimulai dari 100, 200, 300
dan seterusnya. Artinya, digit pertama menunjukkan lokasi (area)
dari alat proses tersebut. Jadi peralatan diatas Q-110 dan H-118
berada pada lokasi yang sama yaitu pada lokasi 1.
3. Nomor dari bagian peralatan proses utama dimulai dari angka satu
pada digit kedua, jadi 110, 120, 130 dan seterusnya. Jadi pada unit
boiler (yang berada didalam garis putus-putus) yaitu dengan kode P101 di dalamnya terdiri dari peralatan F-114; L-115; Q-110; G-117
dan seterusnya
4. Nomor bagian pendukung dari suatu alat dibedakan pada digit ke
tiga, sebagaimana pada peralatan Q-110 didalam bagian dari alat
tersebut terdapat dua alat pendukung yaitu E-111 dan E-112, yang
keduanya berada didalam alat Q-110 sebagai pemanas.
5. Pada bagian bawah dari diagram alir proses, biasanya memuat tabel
neraca bahan dari sistem tersebut sebagaimana pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Neraca Bahan (g/detik)
Komponen
(BM)
N2 (28)
O2 (32)
H2O (18)
Total
..
..
Udara
Air umpan
boiler
Produk
steam
1271
386
22
1390
1390
1390
1390
1679
222
..
4.2.
223
maka proses baik fisis maupun kimia akan semakin baik. Untuk
memperbesar luas permukaan dari padatan, maka bahan padat tersebut
perlu diubah ukurannya menjadi lebih kecil (size reduction). Secara umum
digunakan kata penghancuran (crushing) dan penggiling, penggerusan
(grinding) untuk mengubah partikel padatan dari ukuran besar menjadi kecil.
4.3.1. Peralatan Pemecah dan penghalus
Peralatan penghancur zat padat dibagi atas mesin pemecah
(crusher), mesin giling (grinder), dan mesin potong (cutting machine). Mesin
pemecah bertugas melakukan kerja berat memecah bongkah-bongkah
besar menjadi kepingan-kepingan kecil. Mesin giling bertugas memperkecil
lagi umpan hasil pecahan menjadi serbuk. Mesin potong menghasilkan
partikel yang ukuran dan bentuknya tertentu. Berikut beberapa macam
mesin pengubah ukuran dari bahan padat yang banyak dijumpai di pasaran.
4.4.
225
4.4.1. Pendahuluan
Pencampuran bahan merupakan salah satu proses penting dalam
industri kimia. Pencampuran adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan
secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain
demikian pula sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya terpisah
dalam keadaan dua fase atau lebih yang akhirnya membentuk hasil yang
lebih seragam (homogen). Pada proses pencampuran diperlukan gaya
mekanik untuk menggerakkan bahan-bahan sehingga didapat hasil yang
homogen. Gaya mekanik diperoleh sebagai akibat adanya aliran bahan
ataupun dihasilkan oleh alat pencampur. Beberapa peralatan yang biasa
digunakan untuk mencampur zat cair dapat juga digunakan untuk
mencampur zat padat atau pasta, dan demikian juga sebaliknya.
4.4.2. Tujuan Pencampuran Bahan
Beberapa tujuan yang perlu diperhatikan pada proses pencampuran antara
lain:
Menghilangkan perbedaan
mempertukarkan panas
konsentrasi
dan
tertentu dan
perbedaan
suhu,
Aliran
226
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi biasanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya, aliran yang laminar
dapat menggagalkan pencampuran.
Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur satu
terhadap lainnya, semakin baik pencampurannya.
227
ditembus arus zat cair. Kedalaman zat cair biasanya hampir sama
dengan diameter tangki. Di dalam tangki itu dipasang pengaduk
(impeller) pada ujung poros menggantung, artinya poros itu ditumpu dari
atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang kadang-kadang
dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya.
228
Alat yang digunakan dapat berupa tangki atau bejana vertikal yang
berbentuk silinder, bahan digilas dan diuli oleh satu atau dua perkakas
campur yang mirip pengaduk.
229
230
4.5.
PENYULINGAN (Distillation)
4.5.1. Pendahuluan
Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari
suatu campuran yang berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari
campuran tersebut adalah mampu-campur dan mudah menguap, selain itu
komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap dan
hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompokkelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat
dikatakan pula proses penyulingan merupakan proses pemisahan
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Sebagai contoh, proses penyulingan dari larutan garam yang
dilakukan di laboratorium, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.60.
Pada gambar tersebut, terlihat, larutan garam (NaCl) dimasukkan pada labu,
dimana pada bagian atas dari labu tersebut dipasang alat pengukur suhu
atau thermometer. Larutan garam di dalam labu dipanasi dengan
menggunakan pembakar Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam
tersebut akan mendidih dan sebagian akan menguap. Uap tersebut
dilewatkan kondensor, dan akan terkondensasi yang ditampung pada
erlemeyer. Cairan pada erlemeyer merupakan destilat sebagai air murni.
231
232
Pada kondisi diatas, dari campuran dua komponen cairan (campuran biner)
akan didapat dua cairan yang relatif murni. Hal ini dapat terlaksana, apabila
beda titik didih dari kedua komponen tersebu relatif besar. Apabila
perbedaan titik didih dari kedua komponen tersebut tidak terlalu jauh, maka
perlu dilakukan proses penyulingan sebagaimana ditunjukkan pada gambar
4.62.
233
REFLUKS
Panas
masuk
UAP
KONDEN
SOR
234
Tanggul
D
C
Aliran Gas
235
Keterangan gambar:
A : Piring (plate)
B : Lubang-lubang pada piring (perforasi)
C : Saluran limpahan menuju piring berikutnya
D : Saluran limpahan dari piring sebelumnya
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan
perpindahan massa. Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan
dengan dua cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep
tahapan kesetimbangan dan kedua atas dasar proses laju difusi. Distilasi
dilaksanakan dengan rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri dari
piring (plate/tray tower) sehingga dengan pemanasan komponen dapat
menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan
tekanan uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap
kesetimbangan.
Untuk menentukan jumlah variabel bebas dalam suatu sistem
digunakan kaidah derajat kebebasan:
DK = C P + 2
Dimana:
DK = Derajat kebebasan
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fase
Sebagai contoh, campuran antara CO2-udara-air pada kesetimbangan gascair, maka berdasarkan rumus diatas terdapat tiga derajat kebebasan (DK =
3), dimana C = 3 dan P = 2. Jadi apabila tekanan total dan suhu sudah
ditentukan, maka tinggal satu variabel yang bisa diatur.
Jadi pada distilasi satu tahapannya yang memisahkan dua
komponen (C=2), misalkan campuran amonia-air, dengan sistem uap-cair (2
fasa, P=2), maka pada sistem tersebut, mempunyai dua derajat kebebasan.
Pada sistem tersebut, terdapat empat variabel yaitu tekanan, suhu, dan
fraksi komposisi komponen A (NH3) pada fasa cair, xA dan fraksi komposisi
komponen A (NH3) fasa uap, yA. Dimana fraksi komposisi komponen B sama
dengan 1 dikurangi fraksi komposisi komponen A dapat diketahui,
berdasarkan: xA + xB = 1 dan yA + yB = 1. Jika telah ditetapkan temperatur,
hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas, sedangkan
236
237
Gambar 4.65: Grafik hubungan antara komposisi dan suhu untuk campuran biner
238
YA1
XA1
Fraksi cair, XA
239
240
241
[4.1]
Neraca komponen:
F.xf = D.xd + B.xb
[4.2]
Jumlah D adalah selisih antara laju aliran arus yang masuk dan yang keluar
atas kolom.
Neraca massa pada konsensor dan akumulator adalah:
D = V a La
[4.3]
Selisih antara laju aliran uap dan laju aliran cairan di manapun pada bagian
atas kolom adalah D, yang jelas terlihat bila diperhatikan bagian dari
instalasi itu yang dikurung permukaan kendali I. Permukaan ini meliputi
kondensor dan semua piring di n+1. Neraca massa total pada permukaan
tersebut adalah:
242
D = Vn+1 Ln
[4.4]
Jumlah D adalah laju aliran netto bahan ke atas pada bagian atas kolom.
Berapapun pertukaran konsentrasi komponen pada V dan L selisihnya
selalu D. Neraca massa untuk komponen a sesuai dengan persamaan:
D. xd = Va.ya La.xa = Vn+1.yn+1 Ln.xn.
[4.5]
Jumlah D.xd adalah laju aliran netto komponen A ke atas pada bagian ata
kolom. Jumlah ini konstan pada seluruh bagian atas kolom.
Pada bagian bawah kolom, laju alir netto juga konstan, tetapi arahnya ke
bawah. Laju aliran netto total adalah B, untuk komponen A adalah B.xb,
sesuai persamaan:
B = Lb Vb = Lm Vm+1
[4.6]
[4.7]
Karena kolom distilasi terdiri dari bagian atas dan bagian bawah, maka ada
2 garis operasi, satu untuk bagian rektifikasi dan satu untuk bagian
pelucutan. Persamaan garis operasi untuk bagian pelucutan adalah:
y n+1 =
V y -L x
Ln
xn = a a a a
y n+1
Vn+1
[4.8]
y n+1 =
D. x d
Ln
xn +
Vn+1
Vn+1
[4.9]
Gradien garis operasi adalah ratio antara aliran cairan dan uap. Jika Vn+1
dieliminasi:
y n+1 =
D.x d
Ln
xn +
Ln + D
Ln + D
[4.10]
243
[4.11]
y m+1 =
D. x b
Lm
xm +
Vm+1
Vm+1
[4.12]
y m+1 =
B.x b
Lm
xm +
Lm B
Lm B
[4.13]
Bila garis operasi bagian atas dan bagian bawah tersebut digambarkan
bersama kurva kesetimbangan pada diagram x-y, dapat digunakan
konstruksi bertahap McCabe-Thille untuk menghitung berapa banyaknya
tray ideal yang diperlukan untuk mendapatkan suatu perbedaan konsentrasi
tertentu, baik pada bagian rektifikasi maupun pada bagian pelucutan. Jika
dilihat persamaan garis operasi, terlihat bahwa garis operasi akan
merupakan garis lengkung, kecuali jika Ln dan Lm konstan. Garis
operasipun hanya dapat digambarkan jika perubahan konsentrasi pada
aliran dalam diketahui. Untuk menentukan garis operasi yang berbentuk
kurva diperlukan neraca entalpi.
Pada distilasi, laju aliran molar uap dan zat cair pada masing-masing bagian
kolom itu hampir mendekati konstan, dan garis operasinya mendekati garis
lurus. Hal ini akibat kalor penguapan molar yang hampir sama, sehingga
setiap mol komponen yang titik didihnya tinggi yang terkondensasi pada
waktu uapnya mengalir ke atas akan membebaskan energi sebanyak yang
diperlukan untuk menguapkan 1 mol komponen yang titik didihnya rendah.
Perubahan entalpi aliran cairan dan uap dan kehilangan kalor dari kolom
biasanya mengakibatkan perlunya pembentukan uap yang agak lebih
banyak pada bagian bawah kolom, sehingga ratio molar aliran uap pada
bagian bawah akan lebih mendekati 1. Karena itu, dalam merancang kolom
distilasi biasanya digunakan konsep constant molal overflow, sehingga
244
dalam persamaan garis operasi tanda tray n, n-1, n+1, m, m-1, dan m+1
pada L dan V dapat dianggap sama. Dalam model ini, persamaanpersamaan neraca massa adalah linear dan garis operasinya berupa garis
lurus. Garis operasi dapat digambar bila diketahui dua titik. Akibatnya,
metoda McCabe-Thiele dapat digunkan tanpa memerlukan neraca entalpi.
4.5.5. Analisis Kolom Fraksinasi
Analisis kolom fraksionasi dimudahkan lagi dengan menggunakan
besaran refluks ratio. Ada 2 macam refluks ratio yang biasa digunakan, yaitu
refluks ratio terhadap hasil atas Rd dan refluks ratio terhadap uap (aliran
uap komponen) Rv.
Persamaan kedua refluks ratio tersebut adalah:
Rd =
L L -D
=
D
D
[4.14]
Rv =
L
L
=
V L +D
[4.15]
Karena itu persamaa garis operasi untuk bagian rektifikasi yang mengikuti
constant molal overflow dapat disederhanakan:
y n+1 =
Rd
x
xd + d
R d+1
R d+1
[4.16]
245
tetapi produk atas dan bawah adalah 0 pada setiap umpan dengan laju alir
tertentu.
ya
Jika ab =
yb
xa
[4.17]
xb
Nmin =
log[x d (1 x b ) / x b (1 x d )]
log ab
[4.18]
246
R dm =
x d y'
y' x '
[4.19]
Bila refluks ratio ditingkatkan mulai minimum, jumlah tray akan bertambah,
mula-mula dengan cepat , kemudian berangsur makin perlahan, hingga
jumlah tray minimum pada refluks total. Luas penampang kolom biasanya
sebanding dengan laju aliran uap. Bila refluks ratio meningkat sampai pada
tingkat keluaran distilat dan bottom tertentu, V dan L akan meningkat sampai
dicapai suatu titik dimana peningkatan diameter kolom jauh lebih cepat dari
pada berkurangnya jumlah piring. Biaya instalasi sebanding dengan luas
permukaan piring dan jumlah piring kali luas penampang kolom.
4.5.6. Volatilitas Relatif
Hubungan komposisi uap dan cairan dalam keadaan setimbang
dapat dinyatakan dengan volatilitas relatif yang didefinisikan sebagai berikut:
yA
=
yB
xA
xB
yA
=
1 y A
xA
[4.20]
1 x A
yA =
x A
1 + ( 1)x A
[4.21]
[4.22]
[4.23]
247
dimana:
yA =
PA PAo x A
=
P
P
(1 y A ) =
[4.24]
P B PBo (1 x A )
=
P
P
[4.25]
yA
xA
P
=
= A
(1 y A ) PB
(1 x A )
[4.26]
Bila harga yA = xA maka harga =1, dan campuran biner pada komposisi
tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan
cara distilasi.
4.5.8. Tipe Distilasi
Karena karakter campuran yang berbeda maka distilasi dilakukan
dengan cara berbeda pula. Oleh karena itu distilasi meliputi beberapa tipe
yaitu: distilasi azeotropik, distilasi kering, distilasi ekstraktif, distilasi beku
(freeze distillation), distilasi fraksinasi, distilasi uap (steam distillation) dan
distilasi vakum.
Berdasarkan prosesnya, distilasi juga dapat dibedakan menjadi distilasi
batch (batch distillation) dan distilasi kontinyu (continuous distillation).
Disebut distilasi batch jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan
dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya (distilat
dan residu). Disebut distilasi kontinyu jika prosesnya berlangsung terusmenerus. Ada aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.
Rangkaian alat distilasi yang banyak digunakan di industri adalah jenis tray
tower dan packed tower.
248
249
250
Untuk umpan yang berupa zat cair pada titik gelembungnya (q = 1) yaitu
cairan jenuh, kalor yang diberikan pada pendidih ulang sama dengan
yang dikeluarkan pada kondensor. Untuk umpan yang berwujud selain
cairan jenuh kebutuhan kukus, pemanas dihitung dengan neraca panas
(neraca entalpi).
251
4.6.
ADSORPSI
4.6.1.
Pendahuluan
Adsorpsi atau penjerapan adalah proses pemisahan bahan dari
campuran gas atau cair, bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh
permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel
kecil zat penyerap ditempatkan ke suatu hamparan tetap dan fluida
kemudian dialirkan melalui hamparan tetap tersebut sampai zat padat itu
mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung
lagi. Kebanyakan zat pengadsorpsi adalah adsorben. Bahan-bahan yang
berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori.
Pemisahan terjadi karena perbedaan bibit molekul atau karena perbedaan
polaritas menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan itu lebih
erat daripada molekul-molekul lainnya. Misalnya, limbah industri pencucian
kain batik diadsorpsi zat warnanya dengan menggunakan arang tempurung
kelapa yang sudah diaktifkan. Limbah elektroplating yang mengandung
nikel, logam berat nikel diadsorpsi dengan zeolit yang diaktifkan.
4.6.2. Pemeriksaan Pendahuluan Peralatan Adsorpsi
a. Persiapan media karbon aktif
Karbon aktif yang digunakan dalam peralatan ini adalah produk komersil
yang dijual di pasaran. Karbon aktif yang digunakan terbuat dari bahan
baku kayu. Langkah pertama dalam tahap ini adalah mengayak karbon
aktif menggunakan penyaring elektrik untuk mendapatkan karbon aktif
dengan kisaran ukuran I 16-30 MESH, ukuran II 30-50 MESH dan
ukuran III 50-100 MESH yang seragam. Karbon aktif dihilangkan
kandungan airnya dengan cara dipanaskan pada kondisi vakum dalam
vacum furnace pada temperatur 105 oC dan tekanan 50 mbar selama 12
jam. Demikian diharapkan dengan perlakuan ini selain untuk
menghilangkan kadar air, juga untuk mensterilkan karbon aktif.
b. Persiapan larutan yang akan mendapat perlakuan diadsorpsi
c. Pembuatan kurva kalibrasi
- Pembuatan kurva kalibrasi dari pembacaan alat spektrofotometer
model 390 dengan panjang gelombang minimum yang bisa
digunakan 420 nm dan panjang gelombang maksimumnya 980 nm.
- Sebelum alat tersebut digunakan, dipanaskan selama 30 menit.
Kemudian larutan contoh dimasukkan dalam cuvet dengan terlebih
dahulu dibuat posisi skala nol untuk pembacaan absorbansi dengan
menggunakan blangko aquades, panjang gelombang dicari diantara
kisaran 500-570 nm.
d. Menyiapkan peralatan percobaan batch
Disiapkan peralatan jar test yang dilengkapi dengan peralatan :
252
c
d
5
e
7
8
2
1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kran pengatur 1
Kran pengatur 2
Kran pengatur 3
Outlet sampel h1 =20 cm
Outlet sampel h2 = 40 cm
Outlet sampel h3 = 60 cm
Outlet sampel h4 = 80 cm
Outlet sampel h5 = 100 cm
253
4.7.3. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
- Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
- Selektif.
- Memiliki tekanan uap yang rendah.
- Tidak korosif.
- Mempunyai viskositas yang rendah.
- Stabil secara termis.
- Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
4.7.4. Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.
255
256
Keterangan :
(a) input gas
(b) gas keluaran
(c) pelarut
(d) hasil absorbsi
(e) disperser
(f) packed column
Menara Isian (Packed Tower )
Packed towers hampir selalu memiliki tekanan yang rendah
dibandingkan tower yang lain.
Isian (Packing) terdiri dari keping-keping yang jumlahnya banyak untuk
meningkatkan kapasitas absorbsinya.
Aliran gasnya sekitar 500 ft3/min (14.2 m3/min) digunakan di1 in (2.5 cm)
packing, untuk aliran gasnya atau 2000 ft3/min (56.6 m3/min) or more,
use 2 in (5 cm) packing
Perbandingan Bahan Pembuat Menara Isian (Packed Tower)
Bahan plastik :
Harganya murah
Daya tahannya lemah
Bahan keramik
Harganya mahal
Daya tahannya lebih lama
4.7.5. Prinsip Kerja Kolom Absorbsi
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda
fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen
kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada
setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,
pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan
kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua
fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa
difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air
sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi
ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang
dimasukkan tadi.
257
Keterangan:
(a) gas keluaran (b) gas input (c) pelarut
258
Contoh kedua
Absorber yang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan stripping
column. The stripping vapor dibuat dari cairan pelarut itu sendiri. Bagian
yang telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi absorber.
Contoh ketiga
Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang.
Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom.
Dibawahnya, pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber.
259
4.8
EKSTRAKSI
4.8.1. Pendahuluan
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)
tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena
komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah
satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling
ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan
dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun
teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi
yang telah dibakar atau digiling.
4.8.2. Peralatan ekstraksi
260
261
262
Selektivitas
Pelarat hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,
terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain
(misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak
yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh
harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan
pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam
hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan
garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
263
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu
tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.
Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi semua syarat di atas,
maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah: air, asam-asam. organik
dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton,
hidrokarbon yang mengandung chlor, isopropanol, etanol.
Dengan sangat menyederhanakan proses yang berlangsung pada ekstraksi,
performansi ekstraksi (atau kecepatan ekstraksi) dapat dinyatakan dengan:
264
265
kecil viskositas fasa cair dan semakin besar kelarutan ekstrak dalam pelarut.
Selain itu kecenderungan, pembentukan emulsi berkurang pada suhu yang
tinggi.
4.8.4. Pelaksanaan Proses Ekstrasksi
A. Ekstraksi padat-cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa kornponen yang
dapat larut dipisalikan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses
ini digunakan secara teknis dalam skala besar terutama di bidang
industri bahan alami dan makanan, misalnyauntuk memperoleh :
bahan ekstraksi. Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi pada tiap tahap
ekstraksi, perlu diusahakan agar kuantitas cairan yang tertinggal sekecil
mungkin. Biasanya hal ini dapat dilakukan dengan membiarkannya
menetes keluar arang dengan cara penekanan atau sentrifugasi). Karena alasan ekonomi dan pelestarian lingkungan, seringkali sisa pelarut
yang tertinggal dalam rafinat dipisahkan (misalnya dengan pemanasan
langsung menggunakan kukus) dan diambil kembali pada akhir proses
ekstraksi. Untuk mencapai unjuk keda ekstraksi atau kecepatan
ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, syarat-syarat berikut
harus dipenuhi:
o Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara
fasa padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin. Ini dapat dicapai dengan rnemperkecil
ukuran bahan ekstraksi. Dalam hal itu lintasan-lintasan kapiler, yang
harus dilewati dengan cara difusi, menjadi lebih pendek sehingga
mengurangi tahanannya. Pada ekstrak terkurung dalarn sel-sel
seringkali perlu dibentuk kontak langsung dengan pelarut melalui
dinding sel yang dipecahkan. Pemecahan dapat dilakukan misalnya
dengan menekan atau menggerus bahan ekstraksi.Untuk alat-alat
ekstraksi tertentu harus dijaga agar pada pengecilan bahan
ekstraksi, ukuran partikel yang diperoleh tidak menjadi terlalu kecil.
Bila hal itu terjadi, tidak dapat dipastikan bahwa bahan ekstraksi
cukup permeabel untuk pelarut.
o Kecepatan alir pelarut, sedapat mungkin besar dibandingkan dengan
laju alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera
diangkut keluar dari permukaan bahan padat. Tergantung pada jenis
ekstraktor yang digunakan, hal tersebut dapat dicapai baik dengan
pengadukan secara turbulen, atau dengan pemberian laju alir pelarut
yang tinggi
Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan untuk kerja
ekstraksi.
Alat-alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu berikut ini biasanya
merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap, yang misalnya terdiri
atas.
o Alat untuk pengolahan awal (pengecilan ukuran, pengeringan) bahan
ekstraksi
267
o
o
268
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari
pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ,
menggabungkannya
dalam
sebuah
kondenser
dan
segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan
konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.
Kerugiannya, adalah pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terus menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah
bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum (misalnya alat
penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali ke dalam ekstraktor
dalam keadaan dingin.
C. Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor
yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga
pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam
sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat diperoleh
output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit.
Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia
dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari
beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor
keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).
Ekstraktor keranjang
Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar rotary extractor), bahan
ekstraksi terus menerus dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk
juring (sektor) dari sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi poros.
Bagian bawah sel-sel ditutup oleh sebuah pelat ayak. Selama satu
putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut atau
larutan ekstrak yang konsentrasinya meningkat. Pelarut atau larutan
269
tersebut dipompa dari sel ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat.
Akhirnya, bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses ini berlangsung
secara otomatik.
Ekstraktor sabuk
Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpankan secara kontinu di atas
sabuk ayak yang melingkar. Di sepanjang sabuk bahan dibasahi oleh
pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi yang meningkat dan
arah aliran berlawanan. Setelah itu bahan dikeluarkan dari ekstrakor.
D. Ekstraksi cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut.
Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produkproduk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan
untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat
cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis.
Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna
mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke
dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini,
bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam
daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes
kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu saja
pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi (lihat 5150) yang tidak dapat lagi atau sukar sekali
270
dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang
batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan
sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas.
Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes
hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan
yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan
output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu
dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam
alat semakin luas.
Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu
dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian
dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya terdiri atas
ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di belakangnya
(misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau
memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut
E Ekstraktor cair-cair tak kontinu
- Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair
dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki
pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah).
Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara
penjernihan (pengaruh gaya berat).
- Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran
dan pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang
dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun
kaca Intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya
untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil, atau bila hanya sekali-sekali
dilakukan ekstraksi.
Untuk Pemisahan Yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa
ringan, sedikit-sedikitnya djperlukan sebuah kaca intip pada saluran
keluar di bagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan
antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantaraart
alat ukur konduktivitas), secara optik (dengan bantuan detektor cahaya
271
272
Bidang batas antara fasa berat dan fasa ringan terdapat pada ujung
atas atau ujung bawah kolorn (diketahui melalui percobaan). Kedudukannya
dipertahankan konstan oleh sebuah pengatur tinggi permukaan, yang
mengendalikan pembuangan fasa berat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengintensifkan perpindahan
massa antara bahan ekstraksi dan pelarut (atau larutan ekstrak dengan
konsentrasi yang meningkat). Pada dasamya dapat dibedakan antara kolom
dengan perlengkapan dalam yang tak bergerak dan kolom dengan
perlengkapan dalarn yang dapat digerakkan. Dalam kolom dengan,
perlengkapan dalam yang tak bergerak (misalnya kolorn semprot, kolom
pelat ayak dan kolom benda pengisi), perpindahan massa berlangsung
relatif lambat. Sebaliknya dalam kolom dengan perlengkapan dalam yang
berdenyut atau berputar, perpindahan massa berlangsung lebih cepat,
karena sarana pembantu mekanik yang ditempatkan di dalam kolom selalu
menciptakan bidang antar muka yang baru lagi untuk perpindahan massa.
Biasanya perbandingan optimal antara intensitas pencampuran dan laju alir
atau juga performansi ekstraksi hanya dapat ditentukan melalui
percobaan-percobaan.
Berlawanan
misalnyadengan
perangkat
pencampuran-pemisah, pada kolom. ekstraksi seringkali terdapat bahaya
pencampuran balik (back mixing), yaitu ikut terbawanya partikel-partikel fasa
berat ke atas atau partikel-partikel fasa ringan ke bawah. Hal ini terutama
terjadi jika proses pencampuran dilaksanakan secara terlalu intensif
Dalam hal-hal tertentu kolom ekstraksi juga diapit dengan dua jenis pelarut,
yaitu untuk memisahkan dua komponen yang berbeda dari suatu bahan
ekstraksi. Secara kontinu pelarut yang satu dimasukkan di ujung atas kolom.
4.8.6. Pengeluaran Ekstraksi
Proses ekstraksi biasanya menyangkut : a) ekstraksi cair-cair, b)
mendapatkan pelarut kembali), c) raffinate desolventizing (penghilangan/
pengambilan pelarut pada rafinat), d) pengeluaran ekstraksi.
Sebuah contoh proses ekstraksi cair-cair dengan biaya yang ekonomis
adalah mendapatkan asam asetat dari air dengan menggunakan etil eter
atau etill asetat. Pelarut didapatkan kembali dengan distilasi dan rafinat
dimurnikan dari pelarutnya dengan distilasi uap. Dalam beberapa hal pelarut
yang dipakai mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada larutan.
273
Contoh lain :
1. Pemisahan aromatik dari minyak kerosen untuk meningkatkan daya
bakarnya dan pemisahan aromatik dari parafin dan zat naphthenic untuk
meningkatkan karakteristik suhu-viskositas pada sifat gesekan minyak.
2. Untuk mendapatkan zat yang sangat murni seperti benzen, toluen, dan
xylen dari sifat katalitik yang didapatkan dari industri minyak.
3. Produksi asam asetat arhidorus.
4. Pada pemurnian penicillin.
Hal yang baru dan sangat canggih adalah proses ekstraksi cair pada proses
metalurgi. Contohnya adalah pemurnian bahan bakar uranium dan untuk
mendapatkan kembali bahan bakar sisa pada industri tenaga nuklir dengan
metode ekstraksi.
Pada praktiknya, ekstraksi mengangkut operasi fisik, seperti yang dijelaskan
di atas, atau operasi kimia. Operasi kimia dapat dikelompokkan oleh
Hanson, sebagai berikut :
1. yang menyangkut perpindahan kation, misalnya ekstraksi logam dengan
asam karboksilat akan mendapat ekstrak logam.
2. yang menyangkut perpindahan anion, misalnya ekstraksi anion yang
menyangkut metal dengan amin akan mendapat ekstraksi metal.
3. yang menyangkut pembentukan zat additif, misalnya ekstraksi pada zat
neutral organo-phosphorus. Proses yang terkenal pada tipe ini adalah
pemurnian uranium dari nitrat dengan tri-n-butil fosfat akan didapat
ekstrak uranium
Umpan pada proses ekstraksi cair-cair adalah larutan yang berisi
komponenkomponen yang akan dipisahkan. Komponen yang lebih banyak
jumlahnya di dalam umpan disebut sebagai larutan umpan. Komponen yang
lebih sedikit jumlahnya dinamakan zat terlarut. Pelarut pengekstrak atau
hanya pelarut saja, adalah cairan yang tidak mudah larut yang ditambahkan
ke dalam proses untuk mengekstrak larutan umpan. Fasa campuran yang
meninggalkan pengontakan antar cairan adalah ekstrak. Ekstrak ini dapat
dikeluarkan dari kolom ekstrasksi. Rafinat adalah fasa cair yang tertinggal
dari umpan sesudah dikontakkan dengan fasa kedua. Larutan pencuci
adalah cairan yang ditambahkan pada proses pemisahan untuk mencuci
atau memurnikan larutan pada fasa ekstrak.
274
275
276
FILTRASI
4.9.1. Pendahuluan
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat
itu tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari
penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang
difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan
mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru limbah
padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang.
Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk
meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau
memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah
diatomae. Oleh karena varietas dari material yang harus disaring beragam
dan kondisi proses yang berbeda, banyak jenis penyaring telah
dikembangkan.
4.9.2. Filtrasi skala laboratorium
Filtrasi digunakan untuk memisahkan campuran heterogen zat padat
yang tidak larut dalam cairan. Penyaringan menggunakan kertas saring,
hasil saringan disebut filtrat.
Kertas saring
Corong pemisah
Staty
Filtrat
277
skala
pilot
plan/industri
sebelum
278
Plat dan bingkai dipasang pada posisi vertikal dalam rak logam,
dengan kain melingkupi permukaan setiap plat, dan ditekan dengan
keras bersama dengan memutar skrup hidraulik.
Lumpur memasuki suatu sisi akhir dari rangkaian plat dan bingkai.
279
Hal ini terjadi ketika bingkai penuh padatan atau tidak ada lumpur
lagi yang dapat masuk.
280
281
SUBLIMASI
282
283
Gambar 4.83
: Penyubliman Yodium
Sebagian yang lain masukkan juga pada tabung reaksi dan tuangi
alkohol.
284
4.11. EVAPORASI
4.11.1. Operasi Evaporasi
Operasi evaporasi atau penguapan pada dasarnya merupakan
operasi pendidihan khusus, dimana terjadi peristiwa perpindahan panas
dalam cairan mendidih. Tujuan operasi evaporasi adalah untuk memperoleh
larutan pekat dari larutan encer dengan jalan pendidihan dan penguapan.
Yang dimaksud dengan larutan adalah terdiri dari zat terlarut yang tidak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Pelarutnya dalam
kebanyakan hal adalah air, tetapi dapat juga cairan lain.
Memeriksa kondisi evaporator sebelum dioperasikan :
a. Evaporator sebelum dioperasikan harus diperiksa bagian-bagiannya
agar kinerjanya menjadi optimum.
b. Kondensor diperiksa fungsi kerjanya dengan cara membersihkan ruang
kondensasi.
c. Injeksi uap juga diperiksa apakah pengukur tekanan berfungsi dengan
baik atau tidak.
d. Perangkap uap juga diperiksa jika terjadi kebocoran-keborocan
e. Perangkap tetap dibersihkan dari debu dan kotoran.
4.11.2. Pelaksanaan Proses Evaporasi
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya
hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran
umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponenkomponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi.
4.11.3. Pelaporan Proses Evaporasi
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia
dilakukan dengan peralatan yang namanya evaporator.
Perlengkapan peralatan :
Evaporator, kondensor, Injeksi uap, perangkap uap, perangkap tetes
Proses evaporasi didokumentasikan dalam lembar pelaporan sesuai data :
- Kerja kondensor
- Kerja injeksi uap
- Kerja perangkap uap
- Kerja perangkap tetes
285
4.12.
PENUKAR PANAS
4.12.1. Pendahuluan
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah
bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas
maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat
panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas
antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi
karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit
listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator
mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara
sekitar.
286
Gambar 4.85. Aliran pada alat penukar panas tabung dan selongsong
287
288
Melakukan pengecekan pada saluran fluida panas dan fluida dingin, jika
ada kotoran yang menyumbat harus dibersihkan terlebih dahulu,
sehingga aliran fluida dapat lancar.
Kedua jalur plat ini juga harus diperiksa agar terjadi pertukaran panas
antara kedua fluida tersebut agar fluida panas secara optimum akan
mengalami penurunan temperatur sedangkan fluida dingin akan
mengalami kenaikan temperatur.
290
291
terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat zat
tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa
asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai
asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa.
Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa
dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan
basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa
dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam.
Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara
bersama-sama.Untuk memperoleh pengetahuan tentang sifat asam, basa
dan garam suatu zat lebih jauh lagi, silahkan baca artikel-artiikel kami pada
tombol di samping kiri Anda.
b. Asam
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis, termasuk Antoine
Lavoisier, secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung
oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen
karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam
okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen
dari kata bahasa Yunani yang berarti "pembentuk asam". Setelah unsur
klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asamasam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi
oleh Lavoisier tersebut hares ditinggalkan.
Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy,
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada
tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius
dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian
merumuskan pengertian asam.
c. Basa
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia,
asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali.
Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka
dalam hal ini basa mempunyai arti sebagai berikut.
Basa adalah zat yang jika di larutkan dalam air akan menghasilkan
ion hidroksida (OH-)
292
293
basa) membentuk air. Reaksi antara ion H+ dengan OH- tersebut dapat di
tuliskan sebagai berikut.
air
H+ + OHReaksi antara asam dan basa disebut reaksi penetral (netralisasi).
Hal ini karena selain air, basil reaksi antara asam dan basa adalah suatu zat
yang bersifat netral, yaitu zat yang tidak bersifat asam maupun basa. Zat
netral yang di maksudkan di sini adalah garam. Mengingat reaksi netralisasi
dapat menghasilkan garam, maka reaksi ini juga di kenal dengan istilah
reaksi penggaraman. Secara sederhana, reaksi netralisasi atau reaksi
penggaraman dapat di tuliskan sebagai berikut.
Asam + basa = garam + air
Sifat asam
Sifat basa
Digunakan obat yang
Asam klorida encer dalam
lambung yang berlebihan dapat mengandung basa magnesium
hidroksida atau aluminium
menyebabkan gangguan
hidroksida untuk menetralisir
pencernaan (penyakit maag)
kelebihan asam lambung
Sengatan lebah dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit
294
295
Fase berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase
dapat juga meliputi padat, cair dan gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase
296
juga dapat diterapkan dalam dua zat cair dimana keduanya tidak saling
melarutkan (contoh, minyak dan air).
Kita dapat melihat batas diantara kedua zat cair tersebut.
297
Hanya partikel-partikel yang berada pada area di sebelah kanan dari aktivasi
energi yang akan bereaksi ketika mereka bertumbukan. Sebagian besar dari
partikel tidak memiliki energi yang cukup dan tidak menghasilkan reaksi.
Katalis dan Energi Aktivasi
Untuk meningkatkan laju reaksi kita perlu untuk meningkatkan jumlah
tumbukan-tumbukan yang berhasil. Salah satu cara alternatif untuk
mewujudkannya adalah dengan menurunkan energi aktivasi.
Menambahkan katalis memberikan perubahaan yang berarti pada energi
aktivasi. Katalis menyediakan satu rute alternatif bagi reaksi. Rute alternatif
ini memiliki energi aktivasi yang rendah. Diagram dibawah ini merupakan
gambaran keadaan energi.
298
REAKSI
KATALITIK
299
minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan
Indonesia yang potensial untuk dijadikan biodiesel.
B. Proses pembuatan Biodiesel
1. Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis
Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut
transesterifikasi. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil
esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan
produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel
antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur
ulang. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol.
Pada pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses
esterifikasi. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati yang
digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari
bahan baku tersebut.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati
adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol
atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam
alcohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil
biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan
trigiserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh
tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya waktu
pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut
pada saat reaksi berlangsung, umumnya katalis yang digunakan
bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida.
Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan,
apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang
dari 2 %, disamping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis
tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi
membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan
alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis
kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi
selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral
kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan
dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk
300
H
H
R1
R1
O
H
C R2
O
OCH3
O H
O H
O H
NaOH (Aq)
CH3 OH
R2
OCH3
C R3
R3
OCH3
Trigliserida
Biodiesel
Gliserin
optimum reaksi ini adalah 40oC. Selain itu juga dapat digunakan
katalis padat (solid catalyst) dari gula dengan cara melakukan
pirolisis terhadap senyawa gula (D-glucose dan sucrose) pada
temperatur di atas 300oC. Proses ini menyebabkan karbonisasi tak
sempurna terhadap senyawa gula dan terbentuknya lembar-lembar
karbon aromatik polisiklis (polycyclic aromatic carbon sheets). Asam
sulfat (sulphuric acid) kemudian digunakan untuk mensulfonasi cincin
aromatik tersebut sehingga menghasilkan katalis. Katalis padat yang
dihasilkan dengan cara ini disebutkan memiliki kemampuan
mengkonversi minyak tumbuhan menjadi biodiesel lebih tinggi
dibandingkan katalis asam sulfat cair ataupun katalis asam padat lain
yang telah ada sebelumnya.
KW 1
KW 3
KW 2
302
Butir jagung mempunyai kadar minyak rata rata 3 %, tetapi jika diambil
lembaganya saja, maka kadar minyak dalam lembaga itu rata rata antara
22 28%. Minyak jagung adalah ester dari glyserol dengan asam lemak,
dimana semua radikal ( OH ) dari glyserol sudah di esterifikasi,
karenanya disebut : Tri Glyserida Ester.
Struktur molekulnya :
Asam oleat : C17H33COOH merupakan Komponen yang paling
banyak terdapat Dalam minyak jagung sekitar 20 70%. Dan asam
linoleat : c17h31cooh sekitar 16 67%, yang keduanya merupakan
Asam-asam lemak yang tidak jenuh.
Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan poly unsaturated fat,
yaitu lemak tak jenuh yang justru aktif menurunkan kadar cholesterol
303
dalam darah. Cholesterol adalah sterol yang terdapat dalam fat, dan
bersifat dapat membuat kerak dalam pembuluh darah, sehingga akan
terjadi penyempitan dalam pembuluh darah tersebut akibatnya orang
yang terkena akan menderita penyakit tekanan darah tinggi .
Rumus molekul Cholesterol : C27 H46 O yang umumnya banyak terdapat
dalam Lemak hewan.
B. Proses Pembuatan Minyak Jagung Dalam Industri
Prinsip operasi dalam industri ini adalah : Ekstraksi minyak jagung
dengan solvent organik dan hasilnya didestilasi atas dasar perbedaan
titik didih untuk memisahkan minyak jagung dengan solventnya.
Bahan Baku :
Bahan baku dan bahan bahan pembantu lainnya yang dipakai dalam
memproduksi minyak jagung adalah :
Bahan utamanya adalah jagung dari segala macam jenis jagung kuning
dengan kualitas baik dan mengandung 14% air (optimal moisture
content).
Bahan bahan pembantu :
1. n Hexane ( C6H14 ): Berfungsi sebagai solvent organik yang dapat
melarutkan minyak jagung.
2. Garam NaCl dan NaOH : Berfungsi untuk menghilangkan Free Fatty
Acid dan impurities dari crude oil.
3. Bleaching earth dan Carbon Active: berfungsi menyerap warna dari
crude oil melalui proses bleaching.
4. Ascorbyl Palmitat : Berfungsi sebagai penyerap bau melalui
Deodorizer process. Tetapi pada kondisi tekanan vacuum 10 kg /
cm2 dan suhu 200 oC, bau dan rasa yang tidak diinginkan dalam
minyak bisa hilang.
C. Proses Pengolahan Minyak Jagung
Proses operasi pengolahan ini dilaksanakan melalui 2 unit pengolahan
yaitu :
304
305
Proses pengolahan pada Unit Oil Mill ini meliputi 3 tingkatan proses,
yaitu :
a. Unit Persiapan dan Ekstraksi
b. Unit Refinery
c. Canning
Lembaga jagung berkadar minyak 24%, dan karena lembaga jagung
ini termasuk biji-bijian yang kandungan minyaknya rendah, maka
pengambilan minyaknya ini
akan lebih efficient melalui proses
extractie dengan solvent organik. Kecuali kadar airnya 14%, maka
penyimpanan lembaga jagung jangan terlalu lama, sebab bisa terjadi
proses fermentasi yang bisa menyebabkan kadar Free Fatty Acid
akan naik. Asam lemak sebagai free fatty acid yang tergolong paling
banyak dalam minyak jagung adalah asam oleat : C17H33COOH dan
juga asam Linoleat : C17H31COOH.
a. Unit Persiapan dan Ekstraksi
(1) Unit Persiapan:
Lembaga jagung dikenakan proses pemasakan dalam cooker
pada suhu 90oC dan proses penghalusan dalam alat
penggumpal sehingga dicapai kehalusan 0,2 mm. Tujuan dari
flaker process (proses penggumpalan) adalah untuk
memperluas permukaan lembaga, sehingga kontak antara
solvent dan sel sel minyak akan lebih besar, sehingga proses
ekstraksi mencapai hasil yang maksimal. Hasilnya disebut
Flaker Germ.
Cooker
berpengaduk
untuk
memasak
lembaga,
pemanasannya dapat dengan indirect atau direct steam, dan
suhu yang diperlukan adalah 80 90 C. Kadar air maksimum
harus 11% agar prose ekstraksi berjalan baik, jika kadar air
kurang dari 11% perlu ditambah air secara imbibisi.
Tujuan dari proses pemasakan (cooking process) ini, adalah :
- Untuk mempermudah pecahnya sel sel minyak, sehingga
minyak cepat keluar dari bahannya, apabila dikenakan
process ekstraksi nanti.
306
308
309
RANGKUMAN :
1. Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang
ditaksir (atau diragukan).
2. Ada banyak alat ukur yang digunakan, namun yang banyak digunakan
dalam industri dapat diklasifikasikan:
a. Alat pengukur suhu
b. Alat pengukur tekanan
c. Alat pengukur aliran
d. Pengujian Peralatan Volumetrik
e. Alat pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD
3. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu.
4. Termometer diklasifikasikan sebagai termometer kontak dan termometer
non kontak atau termometer inframerah.
5. Sensor temperatur harus dibersihkan dengan solvent (pelarut) dan
dibersihkan dengan air bebas mineral/aquadest, setelah digunakan.
6. Jenis jenis Alat Pengukur Tekanan
a. Manometer
b. Tabung Bourdon (Bourdon Tube)
7. Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi
untuk mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis
manometer tertua adalah manometer kolom cairan.
8. Selama pelaksanaan audit energi, manometer digunakan untuk
menentukan perbedaan tekanan diantara dua titik di saluran
pembuangan gas atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan
untuk menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan
persamaan Bernoulli (Perbedaan tekanan = v2/2g).
9. Pengukur aliran adalah alat yang digunakan untuk mengukur linier, non
linier, laju alir volum atau masa dari cairan atau gas.
10. Jenis pengukur aliran yang paling umum adalah sebagai berikut:
a. Rotameter atau pengukur aliran dengan variasi area untuk gas dan
cairan.
b. Pengukur aliran variabel pengukur aliran piston dan spring untuk
gas dan cairan.
c. Pengukur aliran ultrasonik (Non-Intrusif atau Doppler) untuk cairan
310
Xi
Pi, atm
(pada 105 oC)
0,33
0,37
0,30
2,68
1,21
0,554
Ki =
Pi
Ptot
2,23
1,01
0,462
Yi = Ki Xi
0,7359
0,3737
0,1386
Yi = 1,248
311
No. Komponen
1. n-heksana
2. n-heptana
3. n-oktana
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
2,16
0,93
0,41
Ki =
Pi
Ptot
1,8
0,775
0,342
Yi = Ki Xi
0,5940
0,2868
0,1025
Yi = 0,9833
Ternyata Yi lebih rendah dari 1 (< 1). Jadi harus dilakukan interpolasi,
dari kedua kondisi tersebut, maka didapat : pada T = 97oC
Komposisi adalah sebagai berikut :
Komponen
n-heksana
n-heptana
n-oktana
Y
0,604
0,292
0,104
1,000
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
2,68
1,21
0,462
Ki =
Pi
Ptot
2,28
0,01
0,458
Yi = Ki Xi
0,1480
0,37
0,655
Yi = 1,173
No. Komponen
1. n-heksana
2. n-heptana
3. n-oktana
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
3,8
1,8
0,85
Ki =
Pi
Ptot
Yi = Ki Xi
0,1042
0,2467
0,4237
3,167
1,500
0,708
Xi = 0,7746
= 0,1042 +
114 105
(0,1480 0,1042)
120 105
= 0,1305
n-heptana X2
= 0,2467 +
114 105
(0,37 0,2467)
120 105
= 0,5625
n-oktana X3
= 0,4237 +
114 105
(0,655 0,4237)
120 105
= 0,5625
Xi = 0,1305 + 0,3207 + 0,5625 = 1,024 1
Jika air digunakan sebagai medium pendingin dalam kondensor dan
kondensatnya tidak dingin lanjut, maka kebutuhan air pendingin adalah :
Mc =
=
T2 T1 T2 T1
Mc
= massa air yang dibutuhkan
T2 T1 = kenaikan temperatur air
3. Soda kaustik diproduksi dengan proses lime-soda dari pencampuran
larutan natrium karbonat dalam air (0,25 kg/s Na2CO3) dengan sejumlah
lime, soda batu secukupnya, dan setelah reaksinya selesai endapan
CaCO3, yang terdiri atas 1 bagian berat dari CaCO3 per sembilan bagian
berat dari air, diumpankan secara kontinyu ke tiga buah thickener
secara seri dan countercurrent (gambar di bawah). Hitung laju yang
dibutuhkan air umpan ke thickener sehingga kalsium karbonat, pada
313
Gambar 4.90
Jawab
Na2CO3 + Ca(OH)2
106 kg
= 2NaOH + CaCO3
= 80 kg
100 kg
4. Anggap bahwa x1, x2, x3 adalah nisbah antara zat terlarut dan pelarut
pada thickener 1, 2 dan 3. Jumlah CaCO3, NaOH dan air pada setiap
aliran akan dihitung untuk setiap 100 kg kalsium karbonat.
Neraca keseluruhan
CaCO3
NaOH
Air
100
80
900
Wf (misal)
Hasil-keluaran bawah
100
300 x'3
300
Hasil-keluaran atas
80-300 x'3
600 + Wf
100
80
900
Thickener 1
Umpan dari reaktor
Umpan dari reaktor
'
'
Umpan-keluaran atas
300(x 1-x 3)
Wf
Hasil-keluaran bawah
100
300 x'1
300
Hasil-keluaran atas
'
80-300 x 3
600 + Wf
100
300 x'1
300
Thickener 2
Umpankeluaran bawah
314
Umpan-keluaran atas
Hasil-keluaran bawah
Hasil-keluaran atas
300(x'2-x'3)
100
'
300 x 2
'
Wf
300
'
300(x 1-x 3)
Wf
Umpankeluaran bawah
100
300 x'2
300
Umpan-air
Wf
Thickener 3
Hasil-keluaran bawah
Hasil-keluaran atas
100
'
300 x 3
'
300
'
300(x 2-x 3)
Wf
Karena keluaran bawah akhir harus terdiri atas 1 persen NaOH, maka:
300 x' 3
= 0,01
100
5. Jika keseimbangan telah dicapai untuk setiap thickener, nisbah NaOH
terhadap air akan sama antara keluaran bawah dan keluaran atas. Jadi:
315
Gambar 4.91
Jawab
a. C = 0,203 (0,05) = 0,0102 lb minyak tersisa per lb inert m = 51,5
(0,0185)1'47 = 0,146
dengan laju ekstraksi per menit dan per pound inert setelah 13,8
menit, saat konsentrasi residu adalah 0,01 lb minyak/Ib inert.
7. Tentukan temperatur titik gelembung dan titik embun (kondensasi), serta
komposisi uap dan komposisi cairan dari campuran yang terdiri atas :
33% mol n - heksana
37 % mol n - heptana
30 % mol n - oktana
pada tekanan total 1,2 atm
Penyelesaian :
Kita plot/buat pada kerta semilog PVST, untuk komponen-komponen
tersebut (data Po dari Perry).
a. Titik gelembung :
Mis = T 105 C
No. Komponen
4. n-heksana
5. n-heptana
6. n-oktana
Xi
Pi, atm
(pada 105 oC)
0,33
0,37
0,30
2,68
1,21
0,554
Ki =
Pi
Ptot
2,23
1,01
0,462
Yi = Ki Xi
0,7359
0,3737
0,1386
Yi = 1,248
317
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
2,16
0,93
0,41
Ki =
Pi
Ptot
1,8
0,775
0,342
Yi = Ki Xi
0,5940
0,2868
0,1025
Yi = 0,9833
Ternyata Yi lebih rendah dari 1 (< 1). Jadi harus dilakukan interpolasi,
dari kedua kondisi tersebut, maka didapat : pada T = 97oC
Komposisi adalah sebagai berikut :
Komponen
Y
n-heksana
0,604
n-heptana
0,292
n-oktana
0,104
1,000
Jadi titik gelembung = 97oC dan komposisi uap dalam keseimbangan
adalah = n-heksana 60,4% mol ; n-heptana 29,2% mol dan n-oktana
10,4% mol.
b. Titik embun (dew point)
Karena titik embun lebih tinggi dari titik gelembung, sehingga sebagai
awal diambil Td = 105oC.
No. Komponen
1. n-heksana
2. n-heptana
3. n-oktana
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
2,68
1,21
0,462
Ki =
Pi
Ptot
2,23
0,01
0,458
Yi = Ki Xi
0,1480
0,37
0,655
Yi = 1,173
318
No. Komponen
1. n-heksana
2. n-heptana
3. n-oktana
Xi
Pi pada 90 oC atm
0,33
0,37
0,30
3,8
1,8
0,85
Ki =
Pi
Ptot
Yi = Ki Xi
0,1042
0,2467
0,4237
3,167
1,500
0,708
Xi = 0,7746
= 0,1042 +
114 105
(0,1480 0,1042)
120 105
= 0,1305
n-heptana X2
= 0,2467 +
114 105
(0,37 0,2467)
120 105
= 0,5625
n-oktana X3
= 0,4237 +
114 105
(0,655 0,4237)
120 105
= 0,5625
Xi = 0,1305 + 0,3207 + 0,5625 = 1,024 1
8. Temperatur fraksionasi kontinu dirancang untuk memisahkan 30.000 lb/
jam campuran yang terdiri atas 40% benzena (% berat) dan 60 %
toluena menjadi suatu hasil atas (distilat) yang mengandung 97 %
benzena dan hasil bawah (bottom) yang mengandung 98 % toluena.
Nisbah refluks adalah 3,5 mol refluks untuk setiap mol hasil. Panas laten
molal benzena = 7360 kal/g. mol
Panas laten molal toluena = 7960 kal/g. mol
Benzena dan toluena membentuk sistem ideal dengan volatilitas relatif
(a) = 2,5.
Titik didih umpan ialah 95C pada 1 atm
Data kesetimbangan : benzena dan toluena (berdasarkan fraksi mol
cairan benzena).
Cairan X
0,823
0,659
0,508
0,376
0,256
0,155
0,058
Uap (Y)
0,922
0,830
0.720
0,596
0,453
0,304
0,128
319
a. Hitunglah berapa mol hasil atas (D) dan hasil bawah (B)
b. Tentukan banyaknya piring ideal dan letak piring umpan bila umpan
berupa cairan jenuh.
c. Jika uap pada tekanan 20 Ibf/in2 digunakan sebagai pemanas,
berapa uap pemanas yang diperlukan per jam pada kasus b.
d. Jika air pendingin masuk kondensor pada suhu 80 F (26,7C) dan
keluar pada 150F (65,5C), berapa banyak air pendingin yang
diperlukan dalam lb/jam.
Penyelesaian :
a. B.M benzena = 78
B.M toluena = 78
Konsentrasi umpan XF ; konsentrasi destilat XD dan konsentrasi hasil
bawah = XB adalah sebagai berikut :
XF =
40 / 78
97 / 98
= 0,44 ; D =
= 0,974
40 / 78 + 60 / 92
97 / 78 + 3 / 92
XB =
2 / 78
= 0,0235
2 / 78 + 98 / 92
100
= 85,8
40 / 78 + 60 / 92
30.000
= 350 lb mol/j
85,8
Neraca massa
F = D + B B = F D = (350 D) lb/mol/j
F.XF = D.XD + B.XB
350 x 0,44 = D 0,974 + (350 D . 0,0235)
D = 1534 lb mol/j
B = (350 153,4) = 196,6 lb mol/j
b. R = 35
Intercept
XD
RD + 1
0,974
3,5 + 1
= 0,216
320
= V - (1 - q) F
= 690 -350 (1 -q)
= 690 - 350 (1 -1)
= 690 lb mol/j
Kalor penguapan campuran dari umpan
Dari tabel diatas kalor (panas) dari 1 lb uap pemanas pada tekanan 20
Ibf/in2, didapat 958,8 Btu/lb.
Kebutuhan pemanas :
MS =
321
= 9969,2 lb/j
d. Kebutuhan air pendingin yang diperfukan :
MC =
V.
T2 T1
690 x 135852,8
150 - 80
9558432
= 136549,03 lb/jam
70
LATIHAN SOAL :
1. Koefisien distribusi I2 antara CCI4 dan H2O adalah 85. Hitung jumlah I2
yang tertinggal pada 100 cm3 suatu larutan yang asalnya 1 x 10-3 M,
sesudah ekstraksi dengan 2 kali 50 cm CCI4. Berapa jumlah I2 yang
tertinggal jika larutan yang sama diekstraksi dengan 100 cm3 CCI4 ?
2. Temperatur fraksionasi kontinu dirancang untuk memisahkan 30.000
lb/jam campuran yang terdiri atas 40% benzena (% berat) dan 60 %
toluena menjadi suatu hasil atas (distilat) yang mengandung 97 %
benzena dan hasil bawah (bottom) yang mengandung 98 % toluena.
Nisbah refluks adalah 3,5 mol refluks untuk setiap mol hasil. Panas laten
molal benzena = 7360 kal/g. mol
Panas laten molal toluena = 7960 kal/g. mol
Benzena dan toluena membentuk sistem ideal dengan volatilitas relatif
(a) = 2,5.
Titik didih umpan ialah 95C pada 1 atm
Data kesetimbangan : benzena dan toluena (berdasarkan fraksi mol
cairan
benzena).
Cairan X
0,823
0,659
0,508
0,376
0,256
0,155
0,058
Uap (Y)
0,922
0,830
0.720
0,596
0,453
0,304
0,128
322
a. Hitunglah berapa mol hasil atas (D) dan hasil bawah (B)
b. Tentukan banyaknya piring ideal dan letak piring umpan bila umpan
berupa cairan jenuh.
c. Jika uap pada tekanan 20 lbf/in2 digunakan sebagai pemanas,
berapa uap pemanas yang diperlukan per jam pada kasus b.
d. Jika air pendingin masuk kondensor pada suhu 80 F (26,7C) dan
keluar pada 150F (65,5C), berapa banyak air pendingin yang
diperlukan dalam lb/jam.
3. Menentukan ky, kG, NA dan laju penguapan
Tekanan parsial zat A pada permukaan adalah tekanan uap komponen A
pada temperatur 298 K adalah 0.20 atm. Koefisien perpindahan massa,
ky diperkirakan sebesar 6.78x10-5 kgmol/det.m2.
Tentukan konstanta perpindahan massa ky dan k9, fluksi massa dan laju
penguapan bila tekanan gas murni adalah 2 atm.
4. Absorpsi gas dengan cairan
Gas sulfur dioksida akan dihilangkan dari campuran gas yang memiliki
kelakuan seperti udara dengan cara pencucian (scrubbing) dengan
menggunakan larutan garam amonium sulfat di dalam sebuah kolom
dengan bahan pengisi Intaloz Saddles keramik yang berukuran 25 mm.
Gas masuk kolom dengan laju 0.80 m3/det. Pada temperatur 30C dan
tekanan 1 bar. Campuran gas mengandung 7,0 % SO2 yang hampir
keseluruhannya dapat dihilangkan. Larutan pencuci memasuki kolom
dengan laju alir 3,8 kg/detik dan mempunyai rapat massa 1235 kg/m3,
viskositas 0,0025 kg/m. det.
Pertanyaan :
a. Tentukan diameter kolom jika penurunan tekanan yang dialami gas
adalah 400 (N/m2)/m
b. Bila tinggi irrigated packing adalah 8,0 meter, penurunan tekanan
sekitar 400 (N/m2)/m dan tinggi dan diameter Intalox Saddles
keramik masing-masing 1 m dan 25 mm digunakan di atas titik
masuk cairan sebagai entrainment separator. Pertanyaan : perkiraan
daya yang dibutuhkan untuk mengatasi penurunan tekanan bila
efisiensi motor fan yang digunakan adalah 60%.
323
BAB V
UTILITAS PABRIK
Sebuah pabrik mempunyai dua sistem proses utama, yaitu sistem
pereaksian dan sistem proses pemisahan & pemurnian. Kedua sistem
tersebut membutuhkan kondisi operasi pada suhu dan tekanan tertentu.
Dalam pabrik, panas biasanya disimpan dalam fluida yang dijaga pada
suhu dan tekanan tertentu. Fluida yang paling umum digunakan adalah air
panas dan uap air karena alasan murah dan memiliki kapasitas panas tinggi.
Fluida lain biasanya digunakan untuk kondisi pertukaran panas pada suhu di
atas 100 oC pada tekanan atmosfer. Air atau uap air bertekanan (dinamakan
kukus atau steam) mendapatkan panas dari ketel uap (boiler.).
Sistem pemindahan panas bertugas memberikan panas dan
menyerap panas. Misalnya, menyerap panas dari sistem proses yang
menghasilkan energi seperti sistem proses yang melibatkan reaksi
eksotermik atau menyerap panas agar kondisi sistem di bawah suhu ruang
atau suhu sekitar. Untuk penyerap panas agar suhu di bawah suhu ruang
biasanya pabrik menggunakan refrigerant, bahan yang sama dengan yang
bekerja pada lemari es. Penggunaan air sebagai media pendingin juga
dibatasi sifat fisiknya, yaitu titik didih dan titik beku. Suhu air pendingin perlu
dikembalikan ke suhu sekitar atau suhu ruang agar bisa difungsikan kembali
sebagi pendingin. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah cooling
tower.
Cooling tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistemsistem pemroses untuk sistem penyedia panas dan sistem pembuang
panas. Kedua sistem proses ini bersama-sama dengan sistem penyedia
udara bertekanan, sistem penyedia listrik dan air bersih untuk kebutuhan
produksi merupakan sistem penunjang berlangsungnya sistem proses
utama yang dinamakan sistem utilitas. Kebutuhan sistem utilitas dan
kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem utilitas tersebut mampu
melayani kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada efisiensi
penggunaan bahan baku dan bahan bakar.
Pabrik tidak harus mempunyai sistem pemroses utilitas sendiri.
Listrik misalnya, pabrik bisa membelinya dari PLN jika kapasitas PLN
setempat mencukupi atau membeli dari pabrik tetangga. Demikian pula
untuk unit pengolahan limbah, unit penyedia uap air & air pendingin dan unit
penyedia udara bertekanan.
324
325
326
Air ketel
Kesadahan
pH
TDS
PAlkali
M Alkali
Chlorine
Sulfit
Oksigen
Silikat
Fe
P205
< 0,1 OD
7,5-8,0
Tidak nyata
50 ppm
100 ppM
Tidak nyata
30 ppm
Tidak nyata
Tidak nyata
<0,1 OD
10,0-10,8
max 1500
300 ppm
500 ppm
max 70 ppm
max 60 ppm
Tidak nyata
Max 30 ppm
327
A. Penukar Ion
Air sungai dan air tanah mula-mula ditampung di bak tarik yang
dilengkapi pompa untuk dialirkan ke bak pencampur dan diberi tawas
sebagai flokulan. Air yang telah diberi tawas dialirkan ke bak penggumpal
untuk memberi waktu flokulasi pengotor dalam air. Air dengan flok-flok
pengotor dialirkan ke bak pengendap agar flok-flok yang terbentuk turun dan
terpisah dari air. Air yang keluar dari bak pengendap sudah jernih tapi masih
ada pengotor yang melayang, oleh karena itu air kemudian disaring dengan
saringan untuk memisahkan partikel ini.
Air yang telah disaring masih mengandung zat-zat terlarut yang
menimbulkan kesadahan. Untuk menghilangkan pengotor yang terlarut ini
digunakan zat yang dapat menyerap ion-ion dalam larutan tersebut. Dengan
ion exchanger, diharapkan air yang akan digunakan pada proses memiliki
kesadahan sesedikit mungkin bahkan 0 agar tidak menimbulkan kerak.
1. Kondisi Peralatan Penukar Ion
Proses penghilangan ion-ion yang terlarut dalam air dapat
melibatkan penukar kation (cation exchanger) yang berupa resin Na
(R-Na). Proses-pertukaran-ion natrium merupakan proses yang paling
banyak digunakan untuk melunakkan air. Dalam proses pelunakan ini,
ion-ion kalsium dan magnesium disingkirkan dari air berkesadahan tinggi
dengan jalan pertukaran kation dengan natrium. Bila resin penukar itu
sudah selesai menyingkirkan sebagian besar ion kalsium dan
magnesium sampai batas kapasitasnya, resin itu di kemudian
diregenerasi kembali ke dalam bentuk natriumnya dengan menggunakan
larutan garam dengan pH antara 6 sampai 8. Kapasitas pertukaran resin
polistirena besarnya 650 kg/m3 bila diregenerasikan dengan 250 g
garam per kilogram kesadahan yang dibuang.
328
2 R-Na + CaCl2
R-Na + MgCl2
330
331
332
yang diinginkan telah tertentu) dan pada tingkat kemurnian yang diminta.
Untuk operasi yang semi kontinu (bila pengolahan air tidak bolch
berhenti di tengah-tengah) diperlukan dua buah unit yang dihubungkan
secara paralel. Karena proses pertukaran dan proses regenerasi tidak
dapat berlangsung pada saat yang bersamaan, kedua unit tersebut
bekerja secara bergantian, yang satu sebagai penukar ketika yang lain
sedang regenerasi.
333
Tipe
Asam kuat
Suhu tertinggi
yang diizinkan
o
( C)
120
Rentang pH
Penerapan terutama
di bidang
1 14
Pengolahan air
pemisahan limbah
Katalisasi
120
4 - 14
60 75
11 12
Pengolahan limbah
laurtan farmasi dan
antibiotika
Demineralisasi
Air produksi, katalisa
Penghilangan
garam
dari air pencuci yang
mengandung khromat.
40
11 - 12
60
0 14
Kation
Asam lemah
Anion
Basa kuat
Basa kuat
Resin
pencampur
334
Demineralisasidan
menghilangkan asam
Air bekas garam
335
336
337
338
339
340
B. Pemeriksaan Ketel
Perusahaan yang menggunakan ketel bertekanan, tiap saat
harus melakukan pemeriksaan. Dalam memeriksa ketel termasuk di
dalamnya adalah perhitungan konstruksi, bahan, cara menggunakan
atau mengoperasikan.
Ketel yang akan diperiksa, harus dipersiapkan:
1. Ketel dibersihkan bagian luar dan dalam, bersih dari batu ketel,
lumpur dan kotoran lainnya
2. Semua lubang uap/air/ peralatan keteldisumbat dengan baik
3. Semua bagian ketel yang dipandang dapat menghambat
pemeriksaan, dilepas.
Pemeriksaan ketel dibagi menjadi dua macam yaitu pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan luar. Periode pemeriksaan, untuk ketel kapal
dilakukan 1 tahun sekali, sedangkan ketel darat: pemeriksaan dalam 3
4 tahun sekali dan pemeriksaan luar 2 tahun sekali.
Hal yang penting dalam pemeriksaan dalam adalah:
1. keadaan bahannya
2. apakah bahannya tidak rusak setempat
3. apakah tidak terdapat rengat-rengat pada tempat-tempat tikungan
4. apakah penguat-penguat masih cukup kuat
Cara memeriksanya :
1. dengan pancaindra
2. dengan pukulan-pukulan palu, dan suaranya didengar
341
342
343
kontrol yang ada sebaiknya diberi label dan diperiksa secara berkala.
Tampilan kunci pengaman harus memiliki penyetel manual dan alarm.
Harus dilakukan pengujian, atau pemasangan indikator permanen pada
burner untuk memantau kondisi kondisi tekanan/suhu operasi.
Dalam boiler yang berbahan bakar minyak atau gas, kabel-kabel
sistim fussible link untuk mematikan/shutdown jika ada kebakaran atau
pemanasan berlebih yang melintasi jalan yang dilewati karyawan, harus
ditempatkan pada posisi di atas kepala. Fasilitas emergency shutdown
diletakkan pada pintu keluar ruang boiler.
344
Sistim udara tekan terdiri dari bagian pemasokan, yang terdiri dari
kompesor dan perlakuan udara, dan bagian permintaan, yang terdiri dari
sistim distribusi & penyimpanan dan peralatan pemakai akhir. Bagian
pemasokan yang dikelola dengan benar akan menghasilkan udara bersih,
kering, stabil yang dikirimkan pada tekanan yang dibutuhkan dengan biaya
yang efektif. Bagian permintaan yang dikelola dengan benar akan
meminimalkan udara terbuang dan penggunaan udara tekan untuk
penerapan yang tepat. Perbaikan dan pencapaian puncak kinerja sistim
udara tekan memerlukan bagian sistim pemasokan dan permintaan dan
interaksi diantara keduanya.
345
346
347
348
349
350
momen dan tekanan udara. Momen ini dirubah menjadi tekanan tertentu
dengan penurunan udara secara perlahan dalam difuser statis.
Kompresor udara sentrifugal adalah kompresor yang dirancang bebas
minyak pelumas. Gir yang dilumasi minyak pelumas terletak terpisah dari
udara dengan pemisah yang menggunakan sil pada poros dan ventilasi
atmosferis.
Sentrifugal merupakan kompresor yang bekerja kontinyu, dengan
sedikit bagian yang bergerak; lebih sesuai digunakan pada volum yang
besar dimana dibutuhkan bebas minyak pada udaranya.
Kompresor udara sentrifugal menggunakan pendingin air dan
dapat berbentuk paket; khususnya paket yang termasuk after-cooler dan
semua control. Kompresor ini dikenal berbeda karakteristiknya jika
dibandingkan dengan mesin reciprocating. Perubahan kecil pada rasio
kompresi menghasilkan perubahan besar pada hasil kompresi dan
efisiensinya. Mesin sentrifugal lebih sesuai diterapkan untuk kapasitas
besar diatas 12,000 cfm.
351
352
353
354
355
356
9. Bau
Bau tak enak yang khas biasanya ditimbulkan oleh senyawa
belerang dalam bahan bakar cair. Senyawa itu adalah belerang
hidrokarbon atau merkaptan yang bersifat korosif.
10. Titik Anilin
Titik anilin adalah suhu dimana sejumlah volume yang sama
dari bahan bakar cair dan anilin tepat bercampur. Atau, suhu
terendah dimana terjadi awan yang disebabkan karena batas
pemisahan fase cair dari campurannya yang homogeny sejumlah
volume anilin yang sama dengan volume sampel menjadi hilang.
11. Faktor Karakterisasi dan Titik Didih
Faktor karakterisasi ini memberi petunjuk tentang watak dan
sifat-sifat termal fraksi minyak bumi. Di samping itu, juga menyatakan
perbedaan sifat parafinitas.
5.5.3 Bahan Bakar Padat
Tabel 5-1. Nilai Panas Bahan Bakar Padat
358
(3). Penyaluran
Adapun penyerahan bahan bakar minyak dari Pertamina
kepada konsumen terdapat beberapa macam cara, antara lain:
(1). Melalui SPBU untuk kendaraan umum,
(2). Melalui kapal/tongkang untuk industri-industri besar,
(3). Melalui mobil tangki untuk industri- industri sedang,
(4). Melalui pipa untuk PLN,
(5). Melalui container/drum untuk daerah-daerah terpencil
1. Penerimaan
Di dalam proses penerimaan bahan bakar minyak oleh industri, halhal yang perlu diketahui dan dilaksanakan adalah:
- Rencana nominasi penerimaan bahan bakar minyak harus sesuai
atau tersedia ruang kosong pada tangki penimbun di lokasi
penerimaan.
- Untuk persiapan penerimaan, lakukan pemeriksaan dokumen
yang berkaitan dengan jumlah dan mutu bahan bakar minyak.
- Memeriksa segel-segelnya, apabila ada yang rusak buatkan
berita acara atas kejadian tersebut serta segera menghubungi
bagian penjualan Pertamina terdekat.
- Memeriksa mutu bahan bakar minyak tersebut secara visual
(warna, bau, spesific grafity), apabila terjadi kecurigaan atas
mutunya segera konsultasi dengan wira penjualan atau sales
engineer Pertamina setempat.
- Memasang Bonding Cable yang ada pada mobil tangki ke tanah.
- Memeriksa tangki timbun, meyakinkan masih ada volume yang
cukup untuk menerima serta mencatat volume bahan bakar
minyak sebelum penimbunan.
- Menyiapkan selalu Fire and Safety (pemadam kebakaran dan
keselamatan kerja) guna pencegahan apabila terjadi kebakaran.
- Menyiapkan fasilitas pembongkaran (memasang slang pembongkaran, membuka valve, menghidupkan pompa inlet)
- Apabila proses pembongkaran bahan bakar minyak telah selesai,
mencatat volume akhir dalam tangki timbun, mengurangi dengan
volume awal sehingga didapat volume penerimaan, bila tidak
sesuai lakukan pemeriksaan kalibrasi tangki.
359
2. Penimbunan
Pelaksanaan penimbunan dapat dilakukan dengan beberapa
cara/ tempat penimbunan, yaitu:
a. Tangki Vertikal,
b. Tangki Horizontal.
Untuk penimbunan bahan bakar minyak yang menggunakan
tangki horizontal umumnya dibuat dengan kapasitas 15 m3 sampai
dengan 100 m3, sedangkan untuk keperluan penimbunan bahan
bakar minyak dengan jumlah yang lebih besar dapat dipergunakan
tangki tegak/ vertikal.
Di dalam proses penimbunan bahan bakar minyak, untuk
menjaga faktor kebakaran dan keselamatan kerja, perlu diperhatikan
desain tangki timbun yang dipergunakan serta peralatan-peralatan
yang harus dilengkapi. Sedangkan hal-hal yang harus diketahui dan
dilakukan dalam penimbunan bahan bakar minyak adalah sebagai
berikut:
- Lakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah/volume bahan
bakar minyak dalam tangki timbun setiap hari dan setiap kali ada
mutasi atau pergerakan.
- Periksalah secra periodik mutu bahan bakar minyak secra visual
(contoh diambil dari bagian atas, tengah dan bawah), apabila
terdapat kecurigaan atas mutu bahan bakar minyak tersebut,
dapat dikonsultasikan dengan sales engineer/wira penjualan
Pertamina setempat.
- Setiap 6 tahun sekali dilakukan pembersihan tangki timbun, hal
ini dimaksudkan untuk membersihkan segala macam bentuk
360
3. Penyaluran/Penggunaan
Di dalam proses penyaluran/penggunaan bahan bakar
minyak, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
- Memeriksa selalu jalur-jalur perpipaan penyaluran dari kebocoran
dan memeriksa saringan/filter.
- Fasilitas serta peralatan pendukung penyaluran diusahakan yang
kedap terhadap percikan listrik (flame proof) guna mencegah
terjadinya kebakaran.
- Melakukan pencatatan terhadap pemakaian bahan bakar minyak
setiap harinya sehingga dapat diperkirakan konsumsi setiap
bulan serta waktu permintaan penyuplaian bahan bakar minyak.
- Menghindari penyaluran/pengeluaran pada saat yang sama dari
tangki yang sama dengan tangki penerimaan. Hal ini untuk
menghindari kesalahan perhitungan penerimaan/ penyaluran.
361
363
364
365
4.
5.
6.
7.
8.
366
367
368
369
370
dengan lemari, laci-laci dan soket listrik. Meja kimia jenis ini tentulah
sukar dipindah-pindahkan.
Meja untuk percobaan kimia yang tidak dipindah-pindah lengkap
dengan penyediaan air dan bak air, gas, dan listrik. Perhatikan letak
soket listrik yang berada di ujung-ujung meja, cukup jauh dari
penyediaan air.
371
372
373
2. Lemari Asap
Lemari asap
digunakan sebagai tempat melakukan
percobaan yang menghasilkan uap atau gas yang berbahaya bagi
tubuh. Tujuan pengadaannya ialah untuk menghindari ruang
laboratorium dari pencemaran (kontaminasi) oleh zat-zat (biasanya
berupa gas atau uap) berbahaya, yang dihasilkan oleh suatu. reaksi
kimia. Lemari asapbertugas mengalirkan
Lemari asap harus terbuat dari bahan yang tahan api, tahan
asam, dan tahan karat. Selain itu pintu geser lemari asap harus
mudah dibuka dan ditutup. Apabila alat-alat di dalam lemari asap
tersebut memerlukan saklar, keran gas, dan keran air, alat-alat
tersebut harus berada di luar lemari agar dapat dioperasikan dari luar
lemari ketika pintu lemari ada dalam keadaan tertutup.
Lemari asap harus mampu memindahkan segala jenis gas
atau uap, termasuk uap yang kerapatannya besar (uap "berat")
seperti uap brom. Untuk itu digunakan kipas angin listrik pengisap
untuk menyaluTkan gas-gas hasil reaksi ke luar laboratorium. Agar
pengaliran gas-gas berlangsung dengan baik, konstruksi ruang di
dalam lemari harus sedemikian sehingga dapat terjadi aliran
gas/udara yang bersifat "garis arus" (streamline), tidak aliran
turbulens. Gambar tersebut memperlihatkan satu contoh bentuk
bagan bagian dalam lemari yang dapat mengalirkan udara/gas
dengan aliran udara/gas turbulensinya kecil.
374
375
b. Ventilasi
Ciri khas laboratorium kimia ialah adanya bau beraneka ragam,
mulai dari bau yang mungkin menyenangkan sampai ke bau yang
menyengat hidung dan bau tidak menyenangkan (busuk). Bau ini
376
tentulah akibat adanya berbagai jenis gas atau uap yang muncul sebagai
hasil suatu reaksi kimia, lebih-lebih jika laboratorium tidak dilenigkapi
dengan lemari asap. Oleh karena itu, sangatlah disarankan agar ruang
laboratorium kimia dan ruang tempat penyimpanan bahan diberi ventilasi
buatan ("ventilasi paksa"), di samping ventilasi alamiah yang terjadi
karena konveksi.
378
379
380
c.
381
382
dari debu atau kotoran lain yang melekat padanya. Perlu diketahui,
bahwa baja tahan karat pun tidak sepenuhnya tahan korosi. Hanya
korosinya berlangsung jauh lebih lambat daripada baja biasa.
2. Alat-alat dari Logam
Banyak alat laboratorium yang sebagian atau seluruhnya
terbuat dari logam, terutama besi dan baja bukan tahan karat.
Logam-logam lain yang juga banyak digunakan ialah aluminium,
kuningan, dan tembaga.
Di laboratorium kimia ada statif, pemusing (centrifuge), kasa,
kaki tiga, neraca, dll. Meskipun pada pembuatannya alat-alat logam
ini mungkin sudah diberi perlindungan agar tidak mudah mengalami
korosi, keadaan pelindungnya perlu diperiksa secara periodik. Jika
lapisan pelindung itu rusak, perlu ada upaya memperbaikinya, bila
perbaikan itu dimungkinkan. Perbaikan, yang mungkin dila kukan
ialah mengecat ulang, apabila pelindung itu berupa cat. Jika
pelapisan dilakukan dengan logam, pelapisannya mungkin di luar
kemampuan laboratorium sekolah melakukannya. Perlindungan
sederhana dapat dilakukan dengan melapisi bagian yang rusak
dengan mengoleskan minyak pelumas pada bagian yang rusak.
Alat-alat logam juga akan lebih aman jika diletakkan
(disimpan) di tempat yang kering, tidak lembab, dan bebas dari uap
yang korosif. Hal ini sudah dibahas juga pada pembahasan
mengenai penyimpanan alat di atas.
3. Alat-alat Bergerak
Kerusakan lain dapat terjadi pada alat-alat yang memiliki
bagian-bagian bergerak atau berputar. Bagian-bagian alat seperti ini
dapat terbuat dari logam, dapat pula dari bahan bukan logam, misalnya plastik. Ada bagian-bagian alat yang bergesekan satu sama lain,
seperti roda dengan poros, ulir dengan ulir, dan gerigi dengan gerigi.
Agar tidak mudah aus, bagian-bagian yang bergesekan ini secara
periodik harus diberi pelumas. Lapisan minyak di antara
bagian-bagian yang bergesekan mengurangi ausnya bagian-bagian
itu, dengan demikian memperpanjang umur layanan alat-alat
tersebut.
383
RANGKUMAN :
1. Utilitas pabrik terdiri dari :
- Unit penyedia listrik
- Unit penyedia air
- Unit pengadaan uap
- Unit penyedia udara tekan
2. Sumber-sumber air pengisi ketel :
- Air sumur
- Air kondensat
3. Syarat air pengisi ketel dan air ketel :
384
Spesifikasi
Air ketel
Kesadahan
pH
TDS
PAlkali
M Alkali
Chlorine
Sulfit
Oksigen
Silikat
Fe
P205
< 0,1 OD
7,5-8,0
Tidak nyata
50 ppm
100 ppM
Tidak nyata
30 ppm
Tidak nyata
Tidak nyata
<0,1 OD
10,0-10,8
max 1500
300 ppm
500 ppm
max 70 ppm
max 60 ppm
Tidak nyata
Max 30 ppm
385
Bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
Bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium. Pada bahan
bakar nuklir, kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atomatom melalui peristiwa radioaktif.
Bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati,
minyak hewani.
16. Bahan bakar konvensional, ditinjau dari keadaannmya dan wujudnya
adalah :
- Padat
- Cair
- Gas
17. Cara untuk menyimpan alat dan bahan untuk laboratorium, yaitu:
- Semua alat dan bahan disimpan di dalam ruang khusus
menggunakan lemari dan/atau rak penyimpanan.
- Alat dan bahan kimia sebaiknya ditempatkan di dalam ruang
yang terpisah.
- Setiap ruang penyimpanan harus memiliki sistem ventilasi
alamiah yang baik agar ruang tidak menjadi lembab dan dipenuhi
uap/gas bahan-bahan kimia, terutama bahan-bahan korosif.
18. Membersihkan area kerja
- Ruang dan meja kerja di Laboratorium harus selalu dalam
keadaan bersih.
Apabila terjadi tumpahan bahan kimia maka meja kerja harus
selalu dibersihkan. Meja kerja harus segera dibersihkan setelah
terjadi tumbahan zat / bahan kimia.
Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup / sangat
berbahaya, selain dibersihkan dengan lap, tangan harus
dilindungi oleh sarung tangan.
Untuk membersihkan laboratorium dari gas-gas dapat dipasang
exhaust fan dan atau lemari asam. Lemari asam merupakan alat
yang paling sering digunakan untuk menghilangkan gas, debu,
kabut, uap dan asap dari kegiatan laboratorium untuk
meminimalkan timbulnya racun dan konsentrasi bahan yang
mudah terbakar.
CONTOH SOAL :
387
1. Suatu resin sintetis penukar ion digunakan untuk mengurangi kadar ion
Cu2+ dalam larutan buangan Iimbah industri. Umpan mengandung garam
CuSO4 sebanyak 20 mg ekivalen (meq) Cu2+/liter larutan dan laju alir
umpan 10000 galon/jam. Operasi dilakukan secara kontinu, dan
regenerasi terhadap resin dilakukan secara berlawanan arah pada
menara tegak (vertical column). Hasil pengolahan menunjukkan bahwa
99% ion Cu2+ dari larutan umpan dapat dikurangi. Proses regenerasi
dilakukan dengan menggunakan larutan asam sulfat (H2SO) 2 N.
Perolehan ion Cu2+
Laju alir cairan adalah 2,2 liter/jam. cm2, kecepatan perpindahan
massa 2.0 meq ion Cu2+/ (jam) (gr resin) (meq Cu2+/liter). Resin yang
telah diregenerasi mengandung 0.30 meq ion Cu2+/Cu2+/gram serta 1,2
kali kecepatan perpindahan ion Cu2+ dalam resin minimum rasio
larutan yang akan digunakan.
Regenerasi resin
Kecepatan aliran dan kecepatan perpindahan massa masing-masing
adalah 0,17 liter/(jam)(cm2) dan 0,018 meq ion Cu2+/ (jam)(g resin)
(meq ion Cu2+/liter). H2SO4 yang digunakan mempunyai kadar 70%.
Hitunglah :
a. kecepatan perpindahan ion Cu2+ (gr/jam) dalam resin
b. hold-up resin (Ib)
c. kebutuhan karbon (Ib) per 1000 lb larutan
d. kebutuhan karbon (lb) per 100 lb larutan bila aliran berlangsung
secara berlawanan arah.
Kesetimbangan untuk pertukaran ion Cu2+ - H+ telah disediakan oleh
Selke dan Bliss yang mempunyai dua batas harga konsentrasi, yaitu
antara 20 meq kation/liter dan 2000 meq kation/ liter. Hal ini
ditunjukkan oleh Gambar 5.29 berikut.
388
= 10000 gal/jam
= (10000 gal/jam)(3,785 liter/gal)
= 37850 liter/jam
= 20 meq ion Cu2+/liter
c1
c2
= 0,01 (20)
= 0.2 meq ion Cu2+/liter
Cu2+ yang diolah
= (37850 liter/jam)(20-0.20) meq Cu2+/liter
= 750.000
meq Cu 2+
jam
(jawab a)
389
= 163000 gr/jam.
Untuk 1.2 kali kecepatan resin minimum :
= 1,2 (163000) gr/jam
= 196000 gr/jam
= 430 lb/jam.
Neraca massa untuk Cu :
750000 = 196000(X1 - 0.30)
X1 = 4,12 meq Cu2+ gr resin
Kemudian dibuat garis operasi yang melalui titik (c1,X1) di Gambar-6.3a
di atas. Bila diberikan data-data konsentrasi dalam kesetimbangan :
c
20
16
12
0.2
c*
2,4
1,9
0,5
0,25
0,10
0,05
0,02
1
0,057 0,071 0,087 0,13
c c*
0,26
0,51
1,00
KL . ap
(c_c*) d (SZs)
(1)
(2)
atau
SZs =
KL.
V
ap s
c1
dc
(c c*)
(3)
c2
Dari data-data di atas, dapat dibuat kurva hubungan antara 1/(c- c*)
sebagai ordinat dan c sebagai absis, sehingga harga integral dapat
dihitung secara grafis, yaitu dengan menghitung luas daerah di bawah
kurva.
Luas daerah di bawah kurva = 5,72.
Hold-up resin = 5,72 x 37850 liter/jam
= 108,300 gram
= 239 lb.
Regenerasi resin
Ion Cu2+ yang ditukar = 750000 meq/jam ekivalen dengan sejumlah
390
meq ion H+/jam. Kadar asam sulfat sebesar 70 %, maka umpan yang
diolah harus mengandung ion H+ sebesar :
Ion H+ =
750000
meq / jam
0.70
= 1.071.000 meq/jam
= 536 liter/jam.
X1 = 0.30 meq Cu2+/gr mesin ; c1 = 0
X2 = 4.12 meq Cu2+/gr resin ; c2 = 750000/536
= 1400 meq Cu2+/liter
Titik (c1, X1) dan (c2,X2) dapat ditarik garis operasi yang ditunjukkan
oleh Gambar 3.3b di atas. Integrasi terhadap laju alir yaitu garis
operasi dan garis kesetimbangan berbentuk linier ditulis sebagai
berikut :
V(c*-c) =
KL ap
(SZs)(c*-c)m
(4)
Dengan
(c* - c)m = rata-rata logaritma (logarithmic average) gaya dorong di
kolom
(c*1 c1) = 120 - 0 = 120 meq ion Cu2+/liter
(c*2 - c2) = 1700 - 1400 = 300 meq ion Cu2+/liter
(c* - c)m =
c * 2 c 2
300 120
=
In ((c *2 c 2 ) /(c *1 c1 ) ) In(300 / 120)
SZs
Ls1 =
G (Y0 Y1 )
X1 X 0
= 212.000 gram
= 476 lb.
=
(jawab b)
391
Ls2 =
Jadi,
G (Y1 Y2 )
X 2 X1
(Ls1 + Ls2)
= 11,14 + 8,67
= 19,81
lb karbon
1000 lb laru tan
(jawab c)
Cara lain :
Sebagai alternatif untuk perhitungan di atas, adalah memakai
persamaan Freundlich, maka diperoleh :
Untuk : Y2/Y0 = 0,96/9,6 = 0,10 ; n = 1,66
dari Gambar 5.20 diperoleh : Y1/Yo = 0.344
Y1 = 0,344 Yo = 0,344 (9,6)
= 3,3
Ls1
Y0 Y1
9,6 3,3
=
=
1/ n
G8
(Y1 / m)
[(3,3 /(8,91.10 5 )]1 / 1,66
= 0,01114
lb karbon
lb laru tan
(di tahap 1)
Y0 Y1
Ls1
3,3 0,96
=
=
1/ n
G8
(Y2 / m)
[(0,6 /(8,91.10 5 )]1 / 1,166
= 0,00867
lb karbon
lb laru tan
(di tahap 2)
lb karbon
100 lb laru tan
392
= 12,8
lb karbon
1000 lb laru tan
Alternatif :
= 0,96/0,96 = 0,10 ; n = 1,66 ; dari Gambar 5.24, maka
Y2/Yo
diperoleh
= 0,217 atau Y1
= Y2/0,217
Y2/Y1
= 0,96/0,217
= 4,42
Kebutuhan karbon per 1000 lb larutan :
lb karbon
1000 lb laru tan
Komentar :
Ternyata kebutuhan karbon (adsorben) untuk aliran berlawanan arah
lebih kecil dari pada proses partaian untuk jumlah tahap sama.
LATIHAN SOAL:
Suatu gas nitrogen-dioksida (NO2) dihasilkan dengan menggunakan proses
panas yaitu adsorpsi udara pada silika gel yang berlangsung secara kontinu
dengan aliran counter-current. Gas yang masuk mengandung 1,5 % volume
gas N2 dan laju alirnya sebesar 1000 lb/jam. Operasi berlangsung secara
isothermal, yang itu pada 25C dan tekanan 1 atmosfer serta 90 % gas N2
yang masuk dapat diadsorpsi. Pada saat dimasukkan, silica gel babas gas
N2. Data-data eksoterm kesetimbangan adsorpsi dapat diberikan sebagai
berikut :
Tek. parsial N2
0
2
4
6
8
10
12
(mmHg)
gr N2
0 0.4 0.9 1.65 2.60 3.65 4.85
100 gr gel
Hitunglah :
a. Jumlah berat minimum gel yang diperlukan/jam
b. Bila kecepatan gel minimum diperbesar menjadi dua kali perkirakan
jumlah unit transfer yang diperlukan
Suatu kolom adsorpsi diisi dengan resin sintetis penukar kation (asam
sulfonat), sehingga membentuk unggun diam (fixed-bed) Larutan umpan
393
394
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
6.1. PENDAHULUAN
Di dalam memasuki Era Globalisasi, maka upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja harus mendapatkan perhatian yang serius bagi dunia
industri, hal ini dikarenakan dengan adanya kecelakaan kerja termasuk
penyakit akibat kerja, peledakan dan kebakaran serta pencemaran
lingkungan kerja, akan menurunkan kredibilitas dari suatu perusahaan
tersebut di mata pembeli/pemakai produknya.
Adapun mengenai upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
dimaksudkan untuk memberikan jaminan Keselamatan dan meningkatkan
derajat Kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Selanjutnya dengan perkembangan
dunia industri maka dirasa perlu melaksanakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang pada dasarnya ialah bagaimana kita melaksanakan
industri/berproduksi dengan aman, nyaman, tidak ada gangguan kecelakaan
kerja termasuk peledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan kerja.
Apa sebab dikatakan pencemaran lingkungan kerja, karena UndangUndang kita tentang Keselamatan Kerja, ialah mengatur mengenai tempat
kerja agar jangan sampai terjadi pencemaran di lingkungan kerja atau
tempat kerja. Yang akibatnya apabila tidak mendapatkan perhatian yang
serius dari perusahaan akan menjalar menjadi pencemaran lingkungan di
luar tempat kerja, dan mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat di
lingkungan perusahaan, akhirnya perusahaan akan mendapatkan
perlawanan dari masyarakat di sekitar lingkungan tersebut. Sehingga
keberadaan perusahaan tersebut menjadikan tidak aman, nyaman dan
sejahtera bagi tenaga kerja maupun masyarakat di lingkungannya.
Selanjutnya dengan adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
ini maka diharapkan agar setiap tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja
mendapatkan rasa aman, nyaman dan sejahtera, tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja akan tercapai. Untuk mencapai tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja telah diupayakan adanya Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, yang pada prinsipnya harus adanya Komitmen dari
395
396
397
Telah
menerapkan;
317 bh; 2%
Belum
menerapkan;
14726 bh; 98%
Gambar. 6.1. Persentase perusahaan besar yang telah menerapkan K 3 tahun 2003
Cacat Total;
317; 1%
Kematian;
1048; 2%
Cacat
Sebagian;
5400; 10%
Kecelakaan
Ringan;
45234; 87%
398
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2002
2003
399
401
402
Penanggung jawab
Aturan
Isi
Sistem
Sertifikasi
Pengendali JASANZ yang
diakreditasi
badan sertifikasi
SMK3
Akreditasi
Organisasi
Sertifikasi dan
Komisi Registrasi
Auditor Komisi
Pedoman
Rencana
audit
safety OSHC
Australia
Selandia
Baru
Komisi Nasional K3
Gubernur Negara
Bagian, Agensi yang
terkait pada JAS-ANZ
Pedoman bagi
Negara-negara,
dukungan untuk
AS/NZS 480
China
Komisi Nasional
Ekonomi dan
Perdagangan, Biro
Nasional Pengawas
Keamanan Produksi
Materi Pedoman
bagi biro dan
komisi pedoman
Hongkong
Departemen Perburuhan
Pedoman dewan
K3
India
Menteri Perburuhan,
Direktorat Jenderal
Industri dan Inspektorat
Propinsi
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
Kerangka kerja
Parlemen untuk
SMK3*
(Standar K3)
NA
Bukan pada
tingkat nasional
Ketetapan Menteri
tentang SMK3 dan
ketetapan audit
Pedoman dan
audit
berdasarkan
hasil audit
Pedoman bap
kegiatan SMK
Tiga kategori
sertifikasi
Indonesia
Jepang
Menteri Kesehatan,
Perburuhan dan
Kesejahteraan
Menteri Perburuhan,
Korea Occupational
Safety and Health
Agency (KOSHA)
Peraturan tentang
Pedoman SMK3
Malaysia
(Undang-undang K3)
Singapura
Regulasi Industri
Kode praktis
untuk SMK3
Thailand
TIS 18000
Pedoman SMKS
khususnya bagi
perusahaan kecil
dan menengah
Korea
Pedoman SMK3
403
Kode KOSHA
pada SMK3 dan
Program
KOSHA
2000
OHSAS 1800
bagi standar
organisasi
Tidak ada
sertifikasi resmi
Sertifikasi
Program KOSHA
2000
Sertifikasi
OHSAS
18001oleh SIRIM
QAS Sdn Bhd
Tidak
mempersyaratkan
sertifikasi
Sertifikasi TIS
18000 oleh
institusi sertifikasi
sistem
manajemen.
404
405
406
407
dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan
fungsi dalam manajemen perusahaan.
Dalam melakukan penerapan Sistem Manajemen, K3, kita dapat
mengacu pada bagan halaman berikut. Untuk lebih memudahkan
penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan
mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan
langkah-langkah tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:
1. Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/ perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen
dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai
dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.
Adapun, tahap persiapan ini, antara lain :
408
Faktor
Eksternal
Faktor
Internal
Kaji awal
Kebijakan
Audit
Pengelolaan
Rencana dan
penerapan
Pengukuran
kinerja
Link Informasi
Link Kontrol
Gambar 6.4 Bagan Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3
409
Pastikan bahwa konsultan yang dipilih adalah konsultan yang betulbetul berkompeten di bidang standar Sistem Manajemen K3, bukan
konsultan dokumen manajemen K3 biasa yang lebih memusatkan
dirinya pada pembuatan dokumen saja.
411
412
manusia
Bertanggung jawab untuk mempersiapkan penulisan dokumendokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam standar Sistem
Manajemen K3 termasuk mempersiapkan penulisan panduan
mutu, prosedur, instruksi kerja dan formulir-formulir.
Melakukan apa yang telah ditulis dalam dokumen baik di unit
kerjanya sendiri maupun di seluruh perusahaan.
Ikut serta sebagai anggota tim audit internal.
Bertanggung jawab untuk mempromosikan standar Sistem
Manajemen K3 secara terus menerus baik di unit kerjanya sendiri
maupun di unit kerja lain secara konsisten serta bersama-sama
memelihara penerapan sistemnya.
c) Kualifikasi anggota kelompok kerja
Dalam menunjuk anggota kelompok kerja sebenarnya tidak
ada ketentuan kualifikasi yang baku. Namun demikian untuk
memudahkan dalam pemilihan anggota kelompok kerja, manajemen
mempertimbangkan personel yang:
Memiliki taraf kecerdasan yang cukup sehingga mampu berpikir
secara konseptual dan berimajinasi.
Rajin dan suka bekerja keras.
Senang belajar termasuk suka membaca buku-buku tentang
standar Sistem Manajemen K3.
Mampu membuat bagan alir dan menulis.
Disiplin dan tepat waktu.
Berpengalaman keija cukup di unit kerjanya sehingga menguasai
dari segi operasional.
Mampu berkomunikasi dengan efektif dalam presentasi dan
pelatihan.
Mempunyai waktu cukup dalam membantu melaksanakan proyek
penerapan standar Sistem Manajemen K3 di luar tugas-tugas
utamanya.
d) Jumlah anggota kelompok kerja
Mengenai jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi
413
414
416
418
419
yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu
yang digunakan untuk menyempurnakan sistem dan memodifikasi
dokumen.
Dalam praktek pelaksanaannya maka kelompok kerja tidak harus
menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai dan
sudah mencakup salah satu elemen standar maka penerapan sudah
dapat mulai dikerjakan. Sementara proses penerapan sistem
berlangsung, kelompok kerja dapat tetap melakukan pertemuan berskala
untuk memantau kelancaran proses penerapan sistem ini.
Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan
dengan baik maka proses penerapan sistem ini relatif lebih mudah
dilaksanakan. Penerapan sistem ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga
bulan sebelum pelaksanaan audit internal. Waktu tiga bulan ini
diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk rekaman
tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan
sistem serta modifikasi dokumen.
Langkah 10. Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya
Sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996.
Namun untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan
lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.
Untuk itu organisasi disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi
OHSAS 18001 yang paling tepat.
6.1.4. Mengenal Alat Pelindung Diri (APD)
A. Pengertian APD
Adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa
(engineering) dan cara kerja yang aman (work praktices) telah
maximum.
Kelemahan penggunaan APD :
(1) Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
(2) Sering APD tidak dipakai karena kurang nyaman
420
B. Jenis-jenis APD
1. Alat pelindung kepala
Berdasarkan fungsinya dapat dibagi 3 bagian :
Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan bonda-benda
Topi/tudung untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif,
debu, kondisi iklim yang buruk
Tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau
mencegah lilitan rambut dari mesin.
421
423
5. Pakaian Kerja
Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat pelindui g diri.
Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber-sumber
bahaya tertentu seperti :
Terhadap radiasi panas
Pakaian kerja untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan
yang bisa merefleksikan panas, biasanya aluminium dan
berkilau. Bahan-bahan pakain lain yang bersifat isolasi terhadap
panas adalah : wool, katun, asbes (tahan sampai 500 derajat
celsius), kaca tahan sampai 450 derajat celsius, Terhadap
radiasi mengion.
Pakain kerja harus dilapisi dengan timbal, biasanya berupa
apron.
Terhadap cairan dan bahan-bahan kimia
Biasanya terbuat dari bahan plastik atau karet
424
6) Sarung Tangan
Fungsinya melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas, dingin,
radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia,
benturan dan pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bahan-bahan yang
digunakan dapat berupa
Asbes, katun, wool untuk panas dan api
Kulit untuk panas, listrik, Iuka, lecet
Karet clam atau sintetik, untuk kelembaban air, bahan kimia, dll
Poli viniyl chloride (PVC), untuk zat kimia, asam kuat, oksidator,
dl
425
7) Tali/sabuk Pengaman
Ada 3 jenis yang berbeda :
(a) Jaring angkat
(b) Sabuk penunjang
(c) Sabuk pengikat
a) Jaring Angkat
Digunakan pada pekerjaan dalam wadah sempit yang terbuka
seperti sumur. Pada saat kerja dilaksanakan tali harus kuat
dikaitkan setiap saat dengan pengaman. Jaring angkat terdiri dari
sabuk yang melingkari pinggang dan badan dibungkus oleh
jaring.
b) Sabuk Penunjang
Digunakan pada pekerjaan diatas tiang kayu dan kemudian
dikombinasikan dengan penggunaan tiang penyangga. Sabuk
penunjang terdiri dari sabuk untuk pinggang dengan penunjang
belakang dan dua alat untuk pengikat tali.
c) Sabuk Pengikat
Digunakan dalam kaitannya dengan kerja ditempat dimana ada
resiko jatuh seperti diatas atap atau konstruksi perancah atau
didalam tambang dan penggalian batu.
Ada 2 macam yaitu :
(i) Sabuk pengikat dengan tali penahan yang terbukti dari serat
sintetis yang berentang jika dibentangkan.
(ii) Sabuk ikat pengaman, sabuk ini dirancang untuk mencegah
pemakaiannya jatuh atau mengikat dia dalam keadaan mau
jatuh.
8) Pelindung Kaki
Fungsinya untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda
berat, terbakar karena logam cair, bahan kimia korosif, dermatitis
karena bahan-bahan kimia, kemungkinan tersandung atau
tergelincir. Fungsinya untuk melindungi kaki dari tertimpa bendabenda berat, terbakar karena logam cair, bahan kimia korosif,
dermatitis karena bahan-bahan kimia, kemungkinan tersandung atau
tergelincir.
426
C. Syarat-syarat APD
Enak dipakai
Tidak mengganggu kerja
Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya di
tempat kerja
D. Perlakuan setelah alat pelindung diri digunakan
Semua alat pelindung diri harus dirawat sedemikian rupa
sehingga alat itu tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna
terhadap faktor-faktor yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
pekerja. Hal ini berarti, bahwa prosedur yang cocok untuk melaporkan
kerusakan pemeriksaan rutin, pembangunan perbaikan dan
pembersihan harus dilaksanakan.
Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat-alat itu
kemungkinan besar akan dipakai, dan disimpan baik-baik agar tidak
memburuk dan rusak. Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri
penting agar fungsi alat pelindung diri tetap baik, misalnya alat pelindung
diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan
penyerap (contridge), alat pelindung diri dapat menularkan penyakit bila
dipakai bergantian.
Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi
yang baik, tetap bersih dan terawat. Alat pelindung diri pada saat tidak
dipakai harus disimpan dengan baik untuk mencegah kerusakan dan
hilang.
Alat pelindung pernapasan harus dibersihkan dan di cek secara
teratur. Kedua hal ini perlu dilaksanakan terhadap pelindung yang
427
428
429
430
Reaksi Masyarakat
Kebisingan dari mesin produksi yang telah demikian
hebat akan muncul protes oleh karena kegiatan tersebut.
Pengukuran intensitas kebisingan Alat pengukur intensitas
kebisingan "Sound Level meter"
Pengendalian Kebisingan
Di tempat kerja pengendalian terhadap bahaya kebisingan
pada prinsipnya adalah mengurangi tingkat intensiftas
kebisingan atau mengurangi lamanya pemaparan selama
jam kerja.
Usaha-usaha yang dapat ditempuh dengan cara :
Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada
sumbernya;
hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
menempatkan alat peredam pada sumber getaran;
Penempatan penghalang pada jalan transmisi hal ini
dilakukan secara baik dengan cara mengisolasi mesin
atau tenaga kerja;
Penggunaan alat pelindung telinga; Alat ini pada
umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Sumber telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff);
Pengaturan waktu kerja; Bila hal-hal tersebut diatas
masih sulit untuk diterapkan masih ada usaha
perlindungan yang meminta perhatian khusus terutama
pihak pengusaha dengan jalan mengatur waktu kerja
sesuai dengan intensitas bising yang diterima tenaga
kerja.
3)
4)
2. lklim Kerja
a) Pengertian dan Batasan
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban
udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu
tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai
dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas
kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas
kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah
sekitar 24C sampai 26C dan selisih suhu didalam dan diluar
431
tidak boleh lebih dari 5C. Batas kecepatan angin secara kasar
yaitu 0,25 sampai 0,5m/dt.
b) Keseimbangan Panas
Suhu tubuh manusia selalu dipertahankan hampir konstan/
menetap oleh suatu pengatur suhu pada tubuh manusia. Suhu
menetap ini adalah akibat keseimbangan antara panas yang
dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitarnya.
Dalam hal ini darah sangat berperan dalam membawa panas dari
tubuh dalam ke kulit sehingga panas dihamburkan ke sekitarnya.
c) Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas diantara
tubuh dengan sekitarnya dalah ;
Konduksi; adalah pertukaran panas diantara tubuh dengan benda
atau lingkungan sekitarnya melalui kontak langsung, perpindahan
panas seperti ini dari tubuh melalui udara yang diam sangatlah
kecil sehingga panas konduksi tersebut dapat diabaikan.
Konveksi; yaitu gerakan molekul-molekul gas/cairan dengan
suhu yang rendah, perpindahan melaiui media udara sangat
dipengaruhi oleh suhu udaradan kecepatarr gerakan udara.
Radiasi; adalah energi gelombang dari kedua benda akan
saling berpengaruh sehingga energi gelombang panas yang
lebih tinggi akan memancarkan panas radiasi dan panas
radiasi yang lebih rendah akan menerima panas radiasi.
Evaporasi/penguapan; adalah keringat yang dihasilkan pada
permukaan kulit melalui pelepasan uap air, terjadi apabila
tekanan uap air lingkungan kerja, sehingga keseimbangan
panas dari tubuh dan lingkungan harus dijaga.
d) Pengaruh Lingkungan Kerja Panas Terhadap Tubuh
Untuk individu yang selalu berhadapan dengan faktor panas agar
tidak merasa terganggu, maka beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu faktor yang mempengaruhi toleransi tubuh
terhadap panas:
Aklimatimasi
Ukuran badan
Umur
Jenis kelamin
432
Kesegaran jasmani
Suku bangsa
Suhu yang tinggi biasanya bertalian dengan berbagai penyakit
antara lain heat cramps, heat exchaustion, heat stroke dan
milliaria, dalam pengalaman penyakit-penyakit tersebut jarang
ditemukan di Indonesia.
e) Pencegahan Iklim Kerja Panas
Untuk pencegahan yang sebaik-baiknya harus terkoordinasi ilmu
teknis dan ilmu kedokteran. Teknis untuk menurunkan suhu di
tempat kerja dan kedokteran untuk mengevaluasi efek suhu
kepada tenaga kerja.
Cara pencegahan tekanan panas dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain :
Memperbaiki aliran udara atau sistem ventilasi yang lebih
sempurna;
Mereduksi tekanan panas di lingkungan kerja yang ada
sumber panasnya, sehingga diperoleh efisiensi kerja yang
baik;
Penerapan teknologi pengendalian untuk menurunkan suhu
basah dibawah nilai ambang batas;
Penggunaan teknis perlindungan agar tenaga kerja tidak
terpapar terhadap tekanan panas dan pemeliharaan
kesegaran jasmani tenaga kerja;
Penyediaan air minum yang cukup untuk keseimbangan
cairan tubuh;
Penyesuaian berat ringan pekerjaan.
3. Pencahayaan
a) Pengertian dan Batasan
Penerangan/pencahayaan merupakan salah satu komponen agar
pekerja dapat bekerja/mengamati benda yang sedang dikerjakan
secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan
yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang
Iebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebuah
benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya,
baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan
433
434
d) Kesilauan
Silau merupakan gangguan utama terhadap penyesuaian dari
retina dan dapat dibedakan atas :
Silau relatif; kontras terlalu kuat didalam bidang visual;
Silau mutlak; penerangan yang begitu tinggi sehingga
adaptasi tidak dimungkinkan;
Silau adaptif; adaptif pada tingkat terang tertentu tetapi yang
belum tercapai.
Pencegahan Kesilauan dilakukan dengan :
Pemilihan lampu secara tepat, yang tidak menjadi pelambang
kedudukan seseorang, melainkan dimaksud-kan untuk
penerangan yang baik;
Penempatan sumber sumber cahaya terhadap meja dan
mesin, juga diperhitungkan Ietak jendela;
Penggunaan alat alat pelapis yang tidak atau mengkilat
(untuk dinding, lantai, meja, dll);
Penyaringan sinar matahari langsung.
435
436
437
438
439
Upaya Pencegahan
Pemeirksaan kesehatan awal bagi pekerja
Peralatan tangan bergetar harus dirawat sebaik-baiknya
sesuai petunjuk
Pekerja dianjurkan :
Memakai pakaian yang cukup untuk mempertahankan suhu
badan;
Memakai sarung tangan
Sebelum bekerja harus diadakan pemanasan
Jangan memegang peralatan yang bergetar terlalu erat/
kencang
Sedapat mungkin pengoperasian alat tidak sampai kapasitas
penuh
Bila timbul tanda-tanda kesemutan, kaku, jari-jari memutih
atau membiru harus segera memeriksa ke dokter.
B. Faktor Kimia
Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan kimia di dalam
industri, maka semakin sering pula terlihat pengaruh-pengaruhnya
terhadap tenaga kerja dan industri sendiri, yang selalu akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan, sehingga akan sangat
mempengaruhi produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan
bersangkutan.
Penanganan bahan kimia dalam industri memerlukan perhatian
khusus agar dapat memberika perlindungan yang optimal bagi tenaga
kerja dan masyarakat umum, sejak dari pengadaan, penyimpanan,
pemakaian sampai pengolahan sisa-sisa produksi yang dihasilkan.
Penanganan yang salah atau tidak benar akan mengakibatkan berbagai
hal yang bisa menyebabkan kerugian bagi tenaga kerja dan perusahaan
440
sendiri.
Berdasarkan sifat-sifat fisika dan kimia maka bahan berbahaya
yang dipakai didalam industri, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Bahan kimia yang mudah terbakar seperti benzena, aseton, eter,
hexsan
b) Bahan kimia yang mudah meledak seperti ammonium nitrat,
nitrogliserin
c) Bahan kimia beracun seperti asam chiorida
d) Bahan kimia korosif seperti asam chlorida
e) Bahan kimia yang bersifat oksidator, seperti perklorat, permanganat,
peroksida organik dll
f) Bahan kimia yang peka (reaktif) terhadap air, seperti natrium hibrida,
karbit, nitrida dll
g) Bahan kimia yang bersifat asam kuat
h) Bahan kimia yang harus disimpan dalam tekanan tinggi seperti gas
nitrogen dioxide, hidrogen chlorida di dalam silinder penyimoan
i) Bahan kimia yang bersifat radioaktif
Efek Bahan Kimia di Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah tempat dimana tenaga kerja melakukan
pekerjaan serta mendapat pemaparan berbagai potensi bahaya.
Bagaimanapun sempurna dan efektifnya penanganan bahan kimia yang
dilakukan didalam industri, maka tetap terjadi pelepasan bahan kimia
berbahaya kedalam lingkungan kerja, sehingga tenaga kerja akan tetap
terpapar.
Bahan kimia berbahaya dapat berpengaruh terhadap tenaga kerja
apabila bahan tersebut "masuk" kedalam tubuh tenaga kerja. Masuknya
bahan ini kedalam tubuh sangat tergantung dari bentuk fisik bahan
tersebut.
Dikenal beberapa bentuk fisik bahan kimia didalam lingkungan
kerja, yaitu :
Padat seperti debu, serat atau partikel, yang dapat berasal dari debu
rokok, debu logam berat, debu mineral (asbes dan silika), debu padi
dan tumbuhan lain, serat kapas dan kain, dll.
Cair seperti liquid, misalnya titik cairan semprotan pembasmi
serangga, orang bersin dll;
441
Gas dan uap, seperti O2, N2, CO2, CO, SO2, NH3, NO2, H2S yang
berbentuk gas, sedang yang dalam bentuk uap misalnya uap pelarut
cat atau tinner yang mengandung benzena, toluena, xylena dan
derivat-derivatnya, uap pelarut atau pembersih gemuk, uap pericuci
dipercetakan, uap pelarut perekat dan sebagainya.
442
443
444
445
446
447
448
449
450
Flixborough
Siberia
Los Alfaques
Pifer Alpha
Houston 1990
:
:
:
:
:
451
Syarat-syarat Perundangan
452
453
Design pengolahan
Tata letak perusahaan
Design instalasi
Konstruksi
Operasi
Perawatan dan
Manajemen yang baik
Audit
PERENCANAAN
454
Identifikasi bahaya
Menentukan resiko
Membuat program
Menerapkan program
Tinjauan
456
457
Tidak
ya
Step 2 :
Identifikasi bahaya
Mengikuti informasi
dalam peraturan
standar kode atau
buku panduan
Step 4 :
Menerapkan pengendalian
Step 3 :
Menetapkan pengendalian
458
459
Energi
Akses
Mengacu pada akses yang
sesuai
Elektical
Tersetrum
Penyegar ruangan
Udara yang kotor
Gravitasi
Jatuh
Tersandung
Tergelincir
Tertimpa benda
Energi kinetik
Menabrak benda
Tertabrak benda
Radiasi
Radiasi ultra violet
Ergonomis
Kelelahan
Gelombang mikro
Tekanan mental
Gertakan/gangguan
Kekerasan
Kerja shift
Pekerjaan Manual
Tegangan tubuh
Tegang otot ketika
mangangkat, mangangkut
atau menurunkan benda
Laser
Getaran
Getaran seluruh tubuh
Getaran bagian tubuh
Kebisingan
Bising tiba-tiba
Bising dalam waktu yang lama
Biologi
Plant
Bakteri
Mekanik,
Jamur
Kendaraan bermotor
Virus
Parasit
Peralatan mesin
Peralatan manual
460
Zat Kimia
Terkontaminasi dengan
zat kimia dalam waktu
sebentar
Terkontaminasi zat kimia
dalam waktu lama
Tersengat hewan berbisa
Kebakaran dan ledakan
Udara keras
Debu dari kayu, asbes,
silika
Gas, seperti: CO, CO2
Asap dan uap
Kabut seperti asam
Kontak kulit
Terserap, seperti pestisida
Karatan seperti: asam,
alkali
Alergi
Pengelasan
Perakitan
Kegiatan
Bahaya potensial
Tarabsorpsi
Terhirup/pernafasan
Terkena benda panas
Terkena mata
Tersengat listrik
Kebisingan
Suhu tingga
Kelelahan
Terpeleset
Tersengat listrik
Kejang otot
Penerangan buruk
Pernafasan
461
Resiko Minor
Jika dalam organisasi Anda terdapat resiko yang relatif kecil atau
bahaya yang dapat dengan mudah diselesaikan. kita mungkin tidak
perlu melakukan penilaian menyeluruh sebagaimana yang dijelaskan
dalam Langkah 2. Jadi cukup sebagian aktivitas saja
Diatur dalam persyaratan perundang-undangan, standar, kode
industri atau materi panduan.
- Peraturan perundangan
Jika peraturan perundangan mengatur kegiatan yang terkait
dengan aktivitas kegiatan Anda, maka mau tak mau Anda harus
mentaati peraturan tersebut.
- Standar atan kode industri
Jika terdapat standar atau kode industri terkait yang mengatur
tentang bahaya di tempat kerja Anda, maka dapat dilakukan dua
hal:
Mengadopsi dan mengikuti ketentuannya.
Membuat cara lain dengan tingkatan yang sama dalam
menanggulangi resiko.
Nomor SNI
SNI 13-6350-2000
2
3
4
SNI 13-6351-2000
SNI 19-4122-1996
SNI 13-4126-1996
5
6
Umum
SNI 19-4127-1996
SNI 19-4173-1996
SNI 13-4181-1996
8
9
SNI 13-4182-1996
SNI 19-4183-1996
10
11
12
13
SNI 13-4000-1995
SNI 13-3619-1994
SNI 13-3620-1994
SNI 13-3621-1994
Judul SNI
Demarkasi di Lorong, Jalan Lintas, Daerah Bebas
Rintangan, dan Tempat Penyimpanan Barang.
Rambu-Rambu Jalan di Area Pertambangan
Keselamatan Kerja pada Pengelasan Listrik secara Manual
Penyumbuan
Detonator
Biasa
pada
Kegiatan
Pertambangan
Bahasa Isyarat Pengoperasian Pesawat Angkat (Crane)
Penentuan Kadar Raksa di Udara dengan Mercury
Analyzer
Pengolahan Limbah Cair dari Proses Sianidasi Bijih Emas
secara Kimiawi
Tata Pengukuran Derajat Keasaman Tanah
Tata Pengukuran Disesuaikan Kadar Sianida dalam Air
Limbah
Bekerja di Jalur Operasi Grader
Penanganan Tabung Bertekan
Cara Pemakaian Perkakas Tangan dengan Aman
Pengukuran Kuantitas Udara Cara trverse pada Tambang
Bawah Tanah dengan Alat Vane-Anemometer
462
Materi pedoman
Walaupun pedoman-pedoman ini bukan bagian dari peraturan yang
harus dipatuhi, tapi membantu kita dalam menangani aspek K3.
Mengikuti ketentuan-ketentuan yang dalam buku pedoman mungkin
lebih mudah dan masuk akal, akan tetapi mungkin dalam buku
panduan tersebut tidak mengatur semua resiko atau bahaya terkait.
Dalam keadaan ini, kita perlu mengidentifikasi resiko lainnya yang
tidak dijelaskan dalam sebuah buku panduan.
Timbul pertanyaan bagi kita, bagaimana menentukan dan
mendapatkan peraturan perundangan, standar, kode industri atau
buku panduan yang sesuai dengan aktivitas di organisasi kita. Tidak
semua perusahaan mengetahuinya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, kami menyediakan daftar peraturan-peraturan yang ada di
Indonesia. Sedangkan untuk tingkat daerah seperti Perda, standar,
atau buku panduan, Anda dapat menghubungi kantor pemda
setempat, kadin, asosiasi atau konsultan.
Menentukan peluang
Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja, kita
dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya.
Berikut ini faktor yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya
sebuah insiden:
Durasi paparan
Semakin lama seseorang terkena maka semakin tinggi peluang
insiden akan terjadi.
464
kondisi lingkungun
Kondisi peralatan
Efektifitas pengendalian yang ada
yang
sesuai
terhadap
Peluang
Dapat terjadi kapan saja
Dapat terjadi secara berkala
Dapat terjadi pada kondisi tertentu
Dapat terjadi, tapi jarang
Memungkinkan tidak pernah terjadi
Menentukan konsekuensi
Untuk menentukan konsekuensi, kita harus membuat ketetapan
pada severity yang berpotensi terjadi. Kita harus meninjau informasi
yang dikumpulkan sejak tahap identifikasi, mencakup statistik insiden,
dan data manufaktur.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsekuensi harus juga kita
pertimbangkan, yang mencakup antara lain:
465
Iritasi mata
Ketidak
yamanan
Pegal-pegal
Lelah
Minor (M)
Luka
pada
permukaan
tubuh
Tergores
Terpotong/
tersayat kecil
Bising
Sakit
Sedang
Besar (B)
Besar (BB)
Luka
terkoyak
Terbakar
Patah tulang
berat
Patah tulang
ringan
Sakit radang
kulit
Asma
Gagar otak
Amputasi
Terkilir serius
Luka fatal
Keracunan
Luka
kompleks
Kanker
Cacat Minor
permanen
kepala/ pusing
Penyakit
mematikan
Penyakit fatal
akut
Kematian
Tuli
Memar
466
Contoh penghitungan
No.
Aktivitas
Bahaya potensial
TS
Pekerjaan
pengelasan
Pekerjaan Housekeeping
Tersandung
Terhirup/pernafasan
Terpleset
Terkena mata
Tersandung
Tersengat listrik
Kebisingan
Suhu tinggi
Jatuh dari ketinggian
Terpleset
Tersengat
Terabsorpsi kulit
Penerangan buruk
Pernafasan
Konsekuensi
M
S
B
9
9
9
9
9
BB
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Konsekuensi
Peluang
A
Sering kali
B
Sering
C
Sedang
D
Jarang
E
Sangat Jarang
1
Tidak signifikan
H
2
Minor
H
3
Moderat
E
4
Major
E
5
Bencana besar
E
467
Penilaian resiko
Paparan
(E)
Peluang
(L)
Konsekuensi
(K)
Nilai Resiko
ExLxK
Tingkatan
Resiko
Definisi
Paparan
Terus menerus 10
Berkala 6
Tertentu 3
Tidak teratur 2
Jarang 1
Peluang
Sangar sering 1
Sering 0,6
Sedang 0,3
Jarang 0,1
Sangat jarang 0,05
Konsekuensi
Fatal 20
Major 10
Sedang 5
Minor 2
Tidak signifikan 1
Nilai resiko
E > 20
H > 10
M3-10
L<3
Legenda:
E
: Ekstrim/Signifikan
H : Resiko tinggi
M : Resiko sedang
L
: Resiko rendah
RESIKO SEDANG
TINDAK LANJUT
Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Hal yang
Perlu diperhatikan adalah jalan keluar yang lebih
menghemat biaya atau peningkatan yang tidak
memerlukan biaya tambahan besar. Pemantauan
diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian
dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.
Perlu tindakan untuk mengurangi resiko, tetapi
biaya
pencegahan
yang
diperlukan
perlu
diperhitungkan
dengan
teliti
dan
dibatasi.
Pengukuran pengurangan resiko perlu diterapkan
dengan baik dan benar.
468
RESIKO TINGGI
EKSTRIM
Menghilangkan
Penggantian
Engineering/rekayasa
Adminisrasi
470
Substitusi / mengganti
Prinsip dari alat kendali ini adalah menggantikan sumber resiko
dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih kurang/
tidak ada. Contoh:
o Penggunaan bahan kimia bergbahaya dengan yang lebih rendah
tingkatan bahayanya, seperti: menggati bahan kimia yang
berbasis gas dengan berbasis cair, mengganti toxic solvent
dengan deterjen.
o Mengganti kaca dengan plastik
o Menggabti pedestal fan dengan ceiling fan dalam dapur
o Enggineering/rekayasa
471
Isolasi
Dalam tahab ini kita melakukan isolasi terhadap area bahaya dari
pekerja atau dari orang yang ingin memasukinya.
Contohnya:
o Memasang pagar pengaman di sekitar lokasi bahaya
o Menutup atau menjaga peralatan yang berbahaya
o Melarang personel masuk area berbahaya.
Catatan : .
.
.
473
Pemeliharaan
Pemeiiharaan terhadap alat pengendali bahaya adalah bagian yang
penting dalam proses penerapan. Prosedur kerja harus mencantumkan
persyaratan pemeliharaan untuk mamastikan keefektifan penggunaan
alat kendali ini.
Langkah 5: Monitor dan Tinjauan
Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan memonitor
dan meninjau efektivitas pengendalian. Pemantauan dan tinjauan resiko
harus dilakukan pada interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan
dalam organisasi.
Untuk menentukan periode monitoring dan tinjauan resiko sangat
tergantung pada:
Magnitude risiko
Perubahan operasi
474
Ya
Temuan
Parsial
Pertimbangan Dokumentasi
Sesuai
dengan
persyaratan
OHSAS
18001:1999
yang
mempersyaratkan adanya prosedur, maka kita harus mencantumkan
lima langkah yang telah kita bahas di atas. Di sini kita diminta untuk
memelihara dokumentasi yang ada, serta data dan rekaman yang
herhubungan dengan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko. Akan tetapi hal-hal yang harus juga kita pertimbangkan dalam
pembuatan prosedur adalah:
475
penentuan resiko
diidentifikasi.
yang
terkait
476
dengan
bahaya
yang
telah
Pertanyaan
Tdk
9
9
Ya
9
9
Temuan
Parsial
Apakah metodologi:
Menetapkan lingkup, sifat dan waktu?
9
9
477
tidak dikendalikan dengan tepat. Hal ini dapat memicu terjadinya bencana.
Bencana utama yang pernah terjadi termasuk tahun 1984 di Bhopal,
India, yang menyebabkan lebih dari 2.000 orang tewas; bulan Oktober 1989
di Philips Petroleum Company, Pasadena, Texas, terjadi insiden yang
menyebabkan 23 orang tewas dan 132 orang mengalami cedera; bulan Juli
1990 di BASF, Cincinnati, Ohio, terjadi insiden yang menyebabkan 2 orang
tewas; dan di bulan Mei 1991 di IMC, Sterlington, Los Angeles, terjadi
insiden yang menyebabkan 8 orang tewas dan 128 orang cedera.
Pada industri kimia sendiri problem keselamatan yang terkait dengan
penggunaan bahan kimia, dengan alasan ukuran dan kompleksitasnya,
akan, berhubungan dengan evaluasi sistematik atas semua sifat-sifat bahan
kimia yang dikenal, seperti toksisitas dan
kemampuan terbakar.
Tingkat toksisitas berbagai bahan kimia tidak sama antara satu bahan
dengan bahan lainnya, sehingga harus diketahui dengan pasti bahan kimia
yang akan digunakan bila ingin melakukan penggantian penggunaan bahan
kimia dari bahan kimia yang berbahaya menjadi yang kurang berbahaya.
Untuk itu diperlukan suatu pengetahuan dasar tentang toksikologi.
Selain memiliki bahaya toksisitas atau tingkat keracunan, bahan kimia
memiliki bahaya-bahaya lain.
Berdasar beberapa evaluasi, suatu pabrik dapat dengan tepat
merancang, untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya, menghindari
adanya limbah bahan kimia yang berharga atau yang berbahaya, dan
melakukan pencegahan operasi. Karenanya, pada industri yang
menggunakan bahan kimia dewasa ini, kuantitas bahan kimia yang besar
dapat dimanipulasi tanpa risiko, reaksi yang menghasilkan energi yang
besar dapat dikendalikan, dan tingkat kekerapan kecelakaan dapat ditekan
di bawah industri lain. Meskipun demikian, manipulasi atau penanganan
bahan kimia secara tepat hanya dapat dilakukan jika bahan kimia yang
dipergunakan telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk itu diperlukan identifikasi
bahan kimia yang dibahas di Sub Bab 6.3.
Setelah dilakukan identifikasi bahan kimia yang dipergunakan,
disimpan, atau didistribusikan, maka harus dilakukan pendokumentasian
bahan kimia yang dikenal sebagai Material Safety Data Sheet (MSDS) atau
Lembar Data Keselamatan Bahan (istilah baku dari Depnaker).
Selama beberapa tahun telah terjadi keyakinan pada manajemen yang
baik di industri kimia bahwa perusahaan kimia yang aman tergantung dari
478
Input
PROSES
Output
Limbah
Pada kegiatan industri apapun akan ada suatu pembelian,
penerimaan, dan suplai bahan termasuk bahan kimia, sehingga halhal yang
terkait dengan keselamatan manusia, fasilitas (facility) dan bahan kimia
pada saat memasuki perusahaan harus tercakup di dalamnya. Setelah
melalui tahap penerimaan, maka bahan kimia akan dipergunakan pada
suatu proses, yang didalamnya termasuk adanya risiko kecelakaan kerja
akibat bahan kimia, sehingga diperlukan suatu kondisi yang menyangkut
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada proses yang
menggunakan bahan kimia.
479
480
481
mudah terbakar bila titik nyala > 21 C dan < 55 C pada tekanan 1 atm.
Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21C dan
titik didih < 20 C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar
jika titik didih < 20 C pada tekanan 1 atm.
Bahan mudah terbakar dapat diklasifikasikan menjadi:
1). Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar dalam industri adalah belerang (sulfur),
fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas. Pada umumnya zat
padat lebih. sukar terbakar daripada dalam bentuk cair. Meski
demikian zat padat berbentuk serbuk halus sangat mudah terbakar.
2). Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah yang paling banyak ditemui dalam industri yang
dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol,
aseton, benzena, heksan, dan lain-lain. Pelarut-pelarut tersebut
pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan
tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik.
Pengalaman menunjukkan bahwa uap pelarut dapat berdifusi sejauh
3 meter menuju titik api atau seolah-olah kita melihat api
menyambar pelarut organik pada jarak tersebut.
482
Selain itu berat jenis uap relatif terhadap udara juga penting, karena
uap lebih berat dari udara akan menyebabkan uap akan merayap di
atas tanah. Sedang uap yang lebih ringan dari udara akan
cenderung naik ke atas, atau membentuk kantong gas di atap
gedung.
Berat jenis pelarut organik relatif terhadap air perlu pula
diperhatikan. Pelarut organik yang lebih ringan dari air dan tidak
larut dalam air, seperti benzena, bensin, dan heksan, bila terbakar
akan amat berbahaya kalau disiram dengan air. Penggunaan pelarut
organik dalam industri antara lain adalah:
Industri cat: petroleum eter, alkohol, aseton, eter, heksan,
MIBK (Metil Iso-Butil Keton).
Industri kertas: karbon disulfida
Pengolahan minyak: bensin, benzena, toluena, dan xilene
3). Gas mudah terbakar
Gas mudah terbakar dalam industri misaInya adalah gas alam,
hidrogen, asetilen, etilen oksida. Gas-gas tersebut amat cepat
terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan.
Di bawah ini adalah karakter beberapa bahan organik mudah
terbakar
Daerah
kons %
mudah
terbakar
Titik
o
didih C
Titik
o
bakar C
No.
Pelarut
Aseton
3-13
56
-18
538
0.79
2.0
Benzena
L4-8
80
-11
562
0.88
2.8
Bensin
14-7.6
38-204
-43
280-456
0.8
3.04
Titik
nyala
O
C
W
cairan
W
uap
Etil alkohol
13-19
79
12
423
0.79
1.59
Etil eter
1.85-48
34
-45
180
0.71
2.55
Heksana
LI-7.5
68
-22
261
0.66
2.97
Karbon
disulfida
1-44
46
-30
100
1.26
2.6
Metanol
6-36.5
65
12
464
0.79
1.1
Metil etil
keton
2-10
80
-7
515
01.81
2.5
10
Petroleuin
1-6
30-60
-57
288
0.6
2.5
483
dalam pabrik zat wama, dan magnesium dalam pabrik baja adalah
debu-debu yang sering menimbulkan ledakan.
Eksplosif dapat pula terjadi akibat pencampuran beberapa bahan,
terutama bahan oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun
dalam penyimpanan.
Di bawah ini adalah contoh campuran bahan yang dapat bersifat
eksplosif.
Oksidator
Reduktor
KG03, NaN03
Karbon, belerang
Asam nitrat
etanol
Kalium permanganat gliserol
Krom trioksida
hidrazin
C. Bahan kimia reaktif terhadap air
Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik, yaitu
mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun
bahan-bahan kimia tersebut adalah :
Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)
Logam halida anhidrat (alumunium tribromida.)
Logam oksida anhidrat (CaO)
Oksida non-logam halida (sulfuril klorida)
485
Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam nitrat
(HNO3), asam klorida, (HCI), natrium hidroksida (NaOH), kalsium
hidroksida Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).
F. Bahan kimia irirtan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat
menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak
dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran
pernapasan. Bahan iritan pada umuninya adalah bahan korosif.
486
487
488
1.
Jenis zat
beracun
Logam/
metaloid
2. Bahan pelarut
3. Gas-gas
beracun
Jenis bahan
Pb (TEL, PbCO3)
Hg
Cadmium (P)
Krom (Cr)
Arsen (As)
Fosfor (P)
Hidrokarbon alifatik
(bensin, minyak tanah)
Hirokarbon terhalogenasi
(Khloroform CCl4)
Alkohol
Aspiksian sederhana
(N2, Argon, He)
Aspiksian kimia:
Asam sianida
(HCN)
Asam sulfida (H2S)
Karbon monoksida (CO)
Nitrogen oksida(NOx)
4. Karsinogen
Benzena
Asbes
Bensidin
Krom
Naftil amin
Vinil klorida
5. Pestisida
Organoklorin
Organofosfat
489
490
491
Tutup botol jangan diletakkan di atas meja karena isi botol dapat
terkotori.
492
Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia
tersebut.
Letakkan batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
Jika gelas kimia digunakan sebagai pemanas air, isilah dengan air,
maksimum seperempatnya.
493
494
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Karbon dioksida.
Menimbulkan keracunan sistemik; bahan kimia yang dapat
mempengaruhi bagian-bagian tubuh, diantaranya merusak had, ginjal,
susunan syaraf dan lain-lain
Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia,
sehingga merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkecil dalam
bentuk tumor ganas
Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai oleh kelahiran dalam
keadaan cacat atau kemandulan
Menyebabkan pnemokoniosis yaitu timbunan debu dalam paruparu
sehingga kernampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi
kurang, akibatnya penderita mengalami napas pendek
Menyebabkan efek bias (narkotika) yaitu bahan kimia mengganggu
sistem syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar, pingsan atau
kematian.
Data
Sheet)
atau
lembar
data
Identifikasi semua bahan kimia dan instalasi yang akan ditangani untuk
mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya
Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
495
(3)
6.4.
496
Api terbuka
: 415 (37,19 %)
Listrik
: 297 (26,6%)
Pembakaran
: 80 (7,17 %)
Peralatari panas
: 35 (3,14 %)
Mekanik
: 24 (2,15 %)
Kimia
: 15 (1,34 %)
Proses biologi
: 5 (0,45 %)
Alam
: 2 (0,18 %)
: 218 (19,53 %)
Lain-lain
: 25 (0,24 %)
Data penyebab kebakaran diatas adalah fakta lapangan yang dapat
dijadikan sebagai referensi bahwa ada 2 faktor penyebab yang menonjol,
yaitu api terbuka dan listrik.
Garnbaran data diatas adalah sebagai pelajaran yang sangat
berharga bagi pengawasan K3 khususnya dibidang penanggulangan
kebakaran. Faktor-faktor penyebab kegagalan pemadaman kebakaran perlu
pula dikaji secara baik agar dapat diambil langkah yang tepat.
Faktor-faktor kegagalan dan kendala dapat terjadi karena faktor
peralatan proteksi kebakaran kurang memadai, sumber daya manusia yang
tidak dipersiapkan atau hambatan dari manajemen.
Dari fakta lapangan yang ada maka kegiatan inspeksi harus
diarahkan pada masalah yang menonjol. Dari sisi penyebab kebakaran ada
2 hal, yaitu api terbuka dan listrik harus selalu menjadi perhatian, disamping
faktor khusus yang ada disetiap tempat kerja.
Penggunaan api terbuka pada umumnya terdapat dalam
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat sementara, seperti pekerjaan
497
498
3.
4.
5.
3 faktor yaitu :
a. Tingkat kemudahan terbakar (flamebility) dari bahan yang diolah atau
disimpan.
b. Jumiah dan kondisi penyimpanan bahan mudah terbakar sehingga
dapat diperkirakan kecepatan laju pertumbuhan atau menjalarnya
api.
c. Tingkat paparan, yaitu seberapa besar nilai material dan atau
seberapa banyak orang yang terancam.
Mengurangi resiko kebakaran, adalah pertimbangan syarat K3 untuk
dapat menekan resiko ketingkat level yang lebih rendah. Seorang Ahli
K3 harus mampu menetapkan rekomendasi syarat dan strategi apa
yang diperlukan untuk meminimalkan tingkat ancaman ke level yang
lebih rendah.
Memadamkan Kebakaran, adalah suatu teknik menghentikan reaksi
kebakaran/nyala api. Nyala api adalah suatu proses perubahan zat
menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia, oksidasi eksotermal. Nyala
yang tampak adalah gejala zat yang sedang memijar. Pada nyala api
yang sedang berlangsung terdapat 4 elemen yang berinteraksi, yaitu
unsur pertama adalah bahan bakar/fuel bisa padat, cair, atau gas yang
umumnya mengandung karbon (C) dan atau hidrogen (H); unsur yang
kedua adalah bahan pengoksidan yaitu oksigen yang dapat berasal dari
udara atau terikat pada bahan tertentu (bahan oksidator); sedang unsur
ketiga adalah sumber panas yang berasal dari dalam sistem maupun
dari luar sistem; unsur keempat adalah adalah rantai reaksi kimia.
Memadamkan kebakaran, dapat dilakukam dengan prinsip
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api,
yaitu : pendinginan (cooling), penyelimutan (smothering), mengurangi
bahan (stafation), memutuskan rantai reaksi api dan melemahkan
(dulution). Teknik pemadaman dengan media pemadaman harus sesuai
dengan prinsip-prinsip pemadaman.
Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran, atau disebut
means of escape adalah sarana berbentuk konstruksi permanen pada
bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu
tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran.
Panas, asap dan gas, adalah produk kebakaran yang pada hakikatnya
merupakan jenis bahaya yang dapat mengancam keselamatan baik
499
500
menganalisis,
supervisi
dan
Identifikasi potensi bahaya (Fire Hazard Identification); sumber-sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran
seperti setiap bentuk energi panas yang ditimbulkan listrik, petir,
mekanik, kimia, dan bentuk energi lain yang dipakai dalam proses
kegiatan harus teridentifikasi untuk dikendalikan sesuai dengan
ketentuan peraturan dan standart yang berlaku.
Analisa resiko (Fire Risk Assessment); berbagai potensi bahaya
yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya,
apakah masuk kategori ringan, sedang, berat, atau sangat serius
dengan parameter kecepatan menjalamya api, tingkat paparan,
konsekwensi kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
Sarana proteksi kebakaran aktif; yaitu alat atau instalasi yang
dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti
sistim deteksi dan alarm, APAR, hydrant, sprinkler, hose rell, dll yang
dirancang berdasarkan standart sesuai dengan tingkat bahayanya
Sarana proteksi kebakaran pasif; yaitu alat, sarana atau metode
mengendalikan penyebaran asap, panas, dan gas berbahaya bila
terjadi kebakaran. Contoh sistim kompartemenisasi, treatment, atau
clotting fire reterdant, sarana pengendalian asap (smoke controle
system), sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api (smoke
damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue, dll.
6.4.4. Pengetahuan dasar pemadaman api
Dari uraian dasar terjadinya kebakaran dapat ditarik tiga pemahaman
penting yang terkait dengan pembahasan prinsip pemadaman api, yaitu :
Pemahaman pertama
Berdasarkan teori segitiga api. Ada 3 elemen pokok untuk terjadinya
nyala api yaitu :
Bahan bakar
Oksigen
501
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition point
Dari besaran angka diatas, maka tindakan pengendalian tgerhadap
bahaya kebakaran dilakukan penerapan sistem pengendalian dengan
peralatan deteksi.
Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetra
hedron of fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal atom-atom bebas
yang ternyata mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya
nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk
memadamkan api dapat dilakukan dengan cara 4 prinsip yaitu:
502
Klas C atau Klas E menurut British, adalah ditinjau dari aspek bahaya
terkena aliran listrik bagi petugas pemadam yang sesuai.
Sistem peralatan pemadam kebakaran yang dapat dirancang dalam
bentuk peralatan tabung bertekanan (portable), atau dalam bentuk sistem
instalasi yang dipasang permanen (fixed system) antara lain sistem hydrant,
sistem sprinkler, dan instalasi khusus lainnya dengan media busa, seruk
kimia, CO2, dan sebagainya yang dapat dirancang secara manual, semi
otomatik, fully automatic integrated system.
Tipe rancangan instalasi sistem pemadam, kebakaran permanen
dapat dirancang otomatik terintegrasi dengan sistem perlindungan lokal
(local application) atau sistem perlindungan total dengan pancaran serentak
(total flooding).
Dari data analisis media pemadam kebakaran untuk ruangan khusus
yang menyimpan bahan dan material berharga yang paling sesuai adalah
jenis Clean Agent.
Media pemadam kebakaran kategori jenis cleant agent sesuai
persyaratan standar harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
Tidak konduktif
Tidak korosif
503
Sarana proteksi kebakaran aktif, yaitu alat bantu atau instalasi yang
dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti
sistem deteksi dah alarm, APAR, hydrant, sprinkler, hose rell, dll.
Manual
504
505
506
507
G. Kompartementasi
Kompartemensi adalah metoda pengaturan tata ruang untuk
menghambat penjalaran kebakaran ke bagian lain. Metoda ini dapat
menerapkan jarak tertentu atau dengan dinding pembatas dan mengatur
posisi bukaan tidak saling berhadapan.
Peraturan khusus EE dan K menetapkan
- Tempat kerja harus dibagi menurut jenis dan sifat pekerjaannya
- Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat meledak
atau terbakar harus terpisah dengan ruangan yang menggunakan alat
yang dapat menimbulkan sumber panas.
- Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran tidak
mudah merambat ke tempat lain.
- Bukaan antar bangunan agar tidak saling berhadapan.
- Tempat kerja dibuat juga dengan cara dibatasi denga tembok tahan api.
H. Sistem pengendalian asap dan panas
Asap dan gas pada waktu kejadian kebakaran merupakan salah satu
produk kebakaran yang sangat membahayakan bagi manusia.
Kecenderungan asap dan gas akan menyebar ke atas, karena itu pada
gedung bertingkat harus direncanakan suatu jalur atau bukaan vertikal
menyerupai cerobong, karena itu harus ada sistem mekanik yang dapat
mengendalikan asap dan gas.
Bagunan gedung dengan sistem AC central, apabila terjadi
kebakaran akan menyebarkan asap ke seluruh ruangan. Karena itu harus
ada sistem deteksi asap yang dapat mengontrol secara mekanis penutupan
asap (smoke damper) dan atau mematikan asap sentral.
508
I.
Pressurized fan
Pada ruangan atau pada bagian proses yang terdapat emisi gas atau
uap yang dapat terbakar maka perlu adanya sistem mekanik pressurized fan
untuk memecah konsentrasi uap berada di bawah flammable range,
sehingga terhindar dari resiko penyalaan.
Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar. Tempat
(tanki) penimbunan bahan cair yang mudah terbakar harus ditempatkan
diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan di sekitarnya. Tangki
penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan tanggul di sekelilingnya
untuk membatasi meluasnya cairan bahan mudah terbakar tersebut apabila
terjadi kebocoran.
Persyaratan kapasitas pelindung untuk melindungi 1 tangki minimal
mampu menampung 80 % dari kapasitas tangki, apabila 2 tangki minimal
60% dan bila lebih dari 3 tangki minimal 40 %.
Persediaan bahan bakar cadangan di dalam ruangan harus dibatasi
maksimal 20 liter dengan tempat yang tidak mudah terbakar dan ditutup.
Tempat (tangki) penimbunan bahan gas yang mudah menyala harus
ditempatkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan di
sekitarnya. Tangki penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan water
spray sistem yang dapat bekerja otornatik untuk membatasi meningkatnya
suhu yang dapat menimbulkan tangki meledak.
Water spray system bukan ditujukan untuk memadarnkan api, tetapi
untuk mendinginkan tangki agar tidak meledak karena peningkatan tekanan
akibat paparan panas dari luar.
6.4.6. Sistem tanggap darurat
Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal
dan mengancam keselamatan jiwa manusia serta harta benda. Beberapa
cirinya adalah :
Terjadi tiba-tiba
Mengnggu kegiatan/organisasi/komunitas
Banjir
509
Kekeringan
Angin topan
Gempa
Petir
Pemadaman listrik
Bendungan bobol
Kebocoran nuklir
Huru hara
Perang
Kerusahan
510
menyeluruh.
Tahapan perencanaan keadaan darurat kebakaran dilaksanakan
sbb:
1. Identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
2. Penakaran sumber daya yang dimiliki
3. Tinjau ulang rencana yang telah ada
4. Tentukan tujuan clan lingkup
5. Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
6. Tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
7. Tentukan konsep operasi
8. Tulis dan perbaiki
6.4.7. Pemeriksaan Berkala Sistem Proteksi Proteksi Kebakaran
Instalasi proteksi kebakaran yang telah terpasang agar dapat
beroperasi dengan baik harus terus dijaga keandalan operasinya, hingga
mampu memberikan perlindungan sesuai fungsinya bila sewaktu-waktu
terjadi suatu kebakaran.
Kondisi keandalan yang tinggi tersebut tercapai bila sistem proteksi
yang terpasang dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala secara rutin
dengan menggunakan standart K3 yang berlaku.
Dengan penyelenggaraan program pemeriksaan dan pengujian
berkala kerusakan maupun penyimpangan-penyimpangan prosedur operasi
dapat segera diketahui dan dilakukan langkah perbaikannya.
6.4.8. Pemeriksaaan berkala instalasi alarm kebakaran
Pemeriksaan berkala ini dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
5 ( lima ) tahun, dengan materi pemeriksaan meliputi :
yang terakhir.
6.4.11. Pemeriksaan berkala tabung APAR
Pemeriksaan berkala ini, dilakukan sekurang-kurangnya 2 ( dua ) kali
dalam 1 ( satu ) tahun, meliputi pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan
dan 12 ( dua belas ) bulan.
Pemeriksaan jangka 6 ( enam ) bulan dilakukan hanya bersifat fisik
melihat kondisi luar tabung serta letak penempatan tabung. Pemeriksaan
jangka 12 ( dua belas ) bulan selain bersifat fisik sebagaimana pemeriksaan
6 ( enam ) bulan, secara lebih detail dilakukan pula pemeriksaan terhadap
komponen pada bagian luar dan dalam tabung, antara lain :
o Isi media pemadam api
o Pipa pelepasan yang terdapat didalam dan diluar tabung serta
nozzle
o Ulir dan gelang tutup tabung
o Gerakan katup
o Fisik tabung luar dan dalam terhadap karat
o Lapisan pelindung tabung
6.4.12. Pemadaman dan pengendalian bahaya kebakaran
Kebakaran yang umum terjadi sebagaimana fenomena alam selalu
diawali dengan api yang relatif kecil, kemudian membesar dan menjalar
melalui media yang ada disekitarnya.
Bila api yang relatif kecil gagal dipadamkan, maka kebakaran
menjadi lebih sulit dikendalikan dan timbul dampak-dampak lain yang
membahayakan yaitu timbulnya bahaya ikutan seperti asap, panas, gas
serta kepanikan.
Panas yang tinggi akibat radiasi kebakaran dapat menyebabkan
manusia kekurangan cairan tubuh, kehabisan tenaga, luka bakar, berhenti
detak jantuhgnya, karena daya tahan tubuh manusia terpapar dengan panas
hanya 300 F.
Asap yang dihasilkan oleh kebakaran bahan-bahan tertentu dapat
berwarna pekat, dan bila mendapat pengaruh panas suhunya akan naik
sehingga dapat mengganggu penglihatan serta pernafasan manusia.
Produk lain yang sangat berbahaya dari kebakaran adalah gas racun
yang munculnya tidak disadari manusia, seperti gas karbon monoksida yang
keberadaannya sulit dideteksi dsengan kemampuan individu manusia
513
karena gas tersebut tidak berwarna, berbau, dan tidak dirasa. Dampak lain
pada kejadian kebakaran adalah perasaan panik dan ketakutan hunian yang
berada di dalam tempat kebakaran karena dapat dipastikan akan
menambah komplek permasalahan penanggulangan kebakaran.
Untuk memadamkan kebakaran secepatnya tanpa disertai dengan
korban manusia maupun kerugian materiil, maka di sekitar tempat kerja
tersedia tabung-tabung APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran yang
paling dominan kemungkinan kejadiannya di tempat kerja bahkan bilamana
perlu dipasang fasilitas-fasilitas pernadam kebakaran kebakaran tetap,
seperti hydrant atau sprinkler.
A. Pemadaman Kebakaran
Pemadaman kebakaran harus diupayakan secepatnya ketika api
masih relatif kecil karena bila sudah terlanjur besar, maka api akan lebih
sulit dikendalikan apalagi bila hanya dengan pemakaian tabung APAR.
Pemadaman ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terdekat atau
orang-orang yang melihat awal kebakaran.
Oleh karena itu pada setiap perusahaan / tempat kerja minimal harus
ada petugas peran kebakaran, yaitu karyawan perusahaaan yang diberikan
tugas sampingan selain tugas pokoknya yakni melakukan pemadaman api
sesegera mungkin dan mengamankan barang-barang penting perusahaan
bila di tempat kerja mengalami kebakaran serta membantu upaya
pemadaman lanjut yang dilakukan regu pemadam kebakaran bila awal
kebakaran gagal dipadamkan.
Mengingat pentingnya petugas peran kebakaran, maka pada setiap
bagian / departemen, atau setiap lantai bangunan bertingkat di suatu
perusahaan harus ditunjuk 3 4 orang petugas peran kebakaran, masingmasing dengan peran tugas
B. Penyelamatan hunian yang terjebak kebakaran
Penyelamatan terhadap hunian khususnya orang-orang yang
terjebak didalam ruangan yang terkurung oleh kebakaran harus dilakukan
oleh tim penyelamat yang dipersiapakan dengan peralatan khusus.
Kegiatan operasi penyelamatan ini harus dilakukan hati-hati karena
terdapat kemungkinan orang-orang yang terjebak kebakaran sudah lemas
atau pingsan serta kemungkinan putus asa, sehingga mereka harus dipandu
atau ditandu.
514
Kunci-kunci pembuka
Peralatan tandu
Dilokasi yang aman, person lain dari Tim Penyelamat harus segera
memberi pertolohgan darurat kepada korban-korban yang telah
diselamatkan, dan bilamana. diperlukan pertolongan yang lebih intensif,
maka harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat.
6.5.
515
Dalam melakukan pelaporan ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan
diantaranya :
516
Lembar catatan kinerja ini dapat berupa catatan kemajuan baik yang
harian, bulanan atau tahunan mengenai kinerja dari suatu kegiatan dan
lembar catatan hasil kerja.
Mengapa ada sejumlah tertentu bahan kimia yang terbuang atau hilang?
517
berbeda?
Nama
bahan
kimia
MSDS
tersedia
Frasa
R
Kelompok
Bahaya
Jumlah per
batch/kegiatan
Keberdebuan/
penguapan
Pendekatan
pengendalian
6.6.
518
KEAMANAN
SEBELUM
MENGHIDUPKAN
519
520
521
b.
c.
d.
e.
Roda, ban
Puli-puli
Peralatan yang bergerak
Gerak horizontal
Gerak vertikal
Gerak maju/mundur
Yang menanggung beban
Pondasi
Kolom-kolom
Kerangka/ chasis
Dudukan mesin
Alat penumpu
Landasan
Tenaga penggerak
Peledakan
Suhu tinggi
Kebakaran
Kebisingan
Getaran
Lingkungan
Jenis kecelakaan pada pengoperasian peralatan
Terbakar
Terbelit
Terjepit
Tersengat listrik
Teriris
Tergores
Terkena cairan panas
Radiasi panas, dll
RANGKUMAN :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja secara etimologis ialah memberikan
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap
sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
522
523
524
BAB VII
LIMBAH INDUSTRI
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar
yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah
B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan
sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai
keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses,
diperdagangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut,
cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam
tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk
menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini
terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis
bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah
dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun
diperdagangkan.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama
yang bersumber dari pabrik industriy Bahan beracun dan berbahaya
banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai
penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik
dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain
mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi
bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.
Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat
merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan
lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam
lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya
pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang
batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh
525
526
527
PROSES
- Industri primair
- Industri
sekundair
- Industri tertier
OUTPUT
LIMBAH
- Produk utama
- Produk
sampingan
- Limbah
- Nilai ekonomis
- Tidak bernilai
ekonomis
7.1.2
Sebagai input meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin
dan tenaga ahli dan lain-lain.
Pilihan klasifikasi industri tergantung pada jenis bahan baku
sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah
suatu industri itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder
ataupun tertier. Untuk beberapa hal industri primer dapat diidentifikasi
sebagai industri hulu karena pada dasarnya industri itu mengolah bahan
baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan hasil pertanian,
perkebunan, pertambangan dan obatobatan.
Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan
dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan
nonekonomis.
Penyelidikan sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input,
proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi
limbah yang diproduksi.
Bagan 1 menggambarkan hubungan antara subkegiatan dengan
kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi.
Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar
pabrik mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar
keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air dan bahan
padatan. Bahan buangan yang keluar dari pabrik masuk dalam
lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar. Sebagai
sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar,
jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda
jenis, dan jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem
proses, dan cara kerja karyawan dalam pabrik.
Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu
diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan
akhir.
7.1.3
Bahan baku
Bahan penolong
Air
Bahan bakar
Pra porses
- Pencucian
- Pencampuran
- Pengolahan
- Penyimpanan
Daur ulang
Limbah
PROSES
- Produk
utama
- Sampingan
- Produk
antara
- Waste
Limbah
Daur ulang
-
Bocoran
Tumpahan
Kecerobohan
Tidak dapat
dihindari
Tidak bernilai
ekonomis
532
533
Volume Air
Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam
limbah dan konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak
volume air yang bercampur dengan limbah semakin kecil
konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima
limbah sering tidak mendapat pengaruh.
Kualitas Air
Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa
tertentu sebelum menerima buangan. Kualitas tersebut
menetapkan arah penggunaan air. Adanya bahan pencemar
yang sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan
dalam air penerima. Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar
dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar
dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka
konsentrasi bahan pencemar setelah bercampur akan menjadi
lebih kecil. Sejauh mana konsentrasi tersebut dapat ditoleransi
sesuai dengan standar kualitas lingkungan agar kualitas
lingkungan tidak mengalami perubahan sebagai yang telah
distandarkan.
Kegunaan Air
Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas
air untuk keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan
industri.
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut
mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan. Hal ini
dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam
memelihara lingkungan yang sehat dan bersih.
Buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang
dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan
tinja akan mempengaruhi tingkatkandungan BOD, COD dan
bakteri coli dalam air sungai. Semakin padat penduduk suatu
lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan.
Lingkungan
Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang
536
537
Dari uraian di atas, kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat
yaitu, pada titik sebelum dan sesudah bercampur dengan badan
penerima. Penetapan kualitas limbah ini perlu mendapat penegasan
karena beberapa hal yang mendasari yaitu: bila limbah tidak dibuang ke
tempat umum dibuatkan tempat tersendiri dan tidak bercampur dengan
badan penerima. Biasanya hal seperti ini terjadi untuk limbah air.
Standar kualitas
lingkungan
Standar kualitas
limbah
Daya dukung
lingkungan
Gambar 7.20. Hubungan ketergantungan standar kualitas lingkungan,
limbah dan daya dukung.
539
kimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat
dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat
dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.
Sifat setiap jenis limbah tergandung dari sumber limbah. Uraian di
bawah ini menjelaskan karakteristik masing-masing limbah.
7.2.1. Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air
harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses
dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
Pada beberapa.pabrik tertentu - misalnya pabrik pengolahan kawat,
seng, besi baja - sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan
mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu
dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan,
kemudian dibuang. Oleh sebab itu pada saluran pabrik terlihat air
mengalir dalam volume yang cukup besar.
Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui
pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi
sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu
dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel. Air
pencuci ini juga harus dibuang.
Pencucian lantai pabrik setiap hari untuk beberapa pabrik tertentu
membutuhkan air dalam jumlah banyak. Pabrik pengalengan ikan
membutuhkan air pencuci dalam jumlah yang relatif harus banyak.
Jumlah air terus menerus diperlukan mencuci peralatan, lantai dan lainlain. Karat perlu dicuci sebelum masuk pencincangan dan pada saat
dicincang air terus-menerus mengalir untuk menghilangkan pasir abu
yang terbawa.
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang
larut maupun mengendap. Bahan ini ada yangkasar dan halus. Kerap kali
air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi.
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya
mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan
540
ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan,
warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan
identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air
di mana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya
dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan.
Jenis industri menghasilkan limbah cair di antaranya adalah
industri-industri pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, minyak kelapa
sawit, baja dan besi, minyak goreng, kertas, tekstil, kaustiksoda, elektro
plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan
pewarnaan, daging dan lain-lain. Jumlah limbah yang dikeluarkan
masing-masing industri ini tergantung pada banyak produksi yang
dihasilkan, serta jenis produksi. Industri pulp dan rayon menghasilkan
limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi. Untuk industri
ikan dan makanan laut limbah air berkisar antara 79 m3 sampai dengan
500 m3 per hari; industri pengolahan crumb rubber limbah air antara 100
m3 s/d 2000 m3 per hari, industri pengolahan kelapa sawit mempunyai
limbah air: rata-rata 120 m3 per hari skala menengah.
A. Sifat Air
Untuk memperoleh air dalam keadaan murni, sangat sulit kecuali
setelah melalui proses pengolahan. Sebagaimana sudah
dijelaskan di depan, air dikelompokkan menjadi 5 bagian dan yang
kita bahas di sini adalah air dalam kaitannya dengan limbah
industri.
Lingkungan penerima dikelompokkan menjadi berbagai
kelompok sesuai dengan fungsi dan peranan air. Fungsi dan
peranannya sebagai sarana pembuangan limbah keadaannya
tidak menjadi sulit bila limbah dapat langsung dibuang. Tetapi lain
halnya bila air digunakan untuk pengairan sawah atau ternak
udang, maka limbah air itu harus memenuhi persyaratan untuk
ikan, udang dan tanaman padi.
Dalam air buangan ditemukan senyawa yang dapat diidentifikasi melalui visual maupun laboratorium. Warna air, rasa, bau,
kekeruhan dapat dikenal melalui cara umum dengan mata dan
indera biasa, sedangkan senyawa kimia seperti kandungan fenol,
kandungan oksigen, besi dan lain-lain harus dilakukan melalui
penelitian laboratorium.
541
543
Sumber limbah
Bahan organik buangan industri dan domestik.
Penguraian limbah dan buangan industri.
Sumber air, buangan industri dan domestik.
Buangan domestik dan industri.
Cholorida
Logam berat
Nitrogen
pH
Phospor
Sulfur
Bahan beracun
Biologi :
Virus
Limbah domestik.
544
Keasaman Air
Keasaman air diukur dengan pll meter. Keasaman ditetapkan
berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam
air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah
menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan. Demikian juga makhluk
lain, misalnya ikan tidak dapat hidup. Air yang mempunyai pH
rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan
konstruksi seperti besi.
Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan
mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat,
bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari bahan
kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung
545
Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat,
bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium
dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan
air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut
dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada
dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.
Oleh sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan
pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran
kandungan ion CaCO3, ion Ca, ion Mg, bikarbonat, karbonat
dan lain-lain.
Chlorida
Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda.
Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam
dan lain-lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan tidak
menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi
dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa
instalasi.
Phosphat
Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya
546
Sulfur
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion
sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioxida
dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik soda ion sulfat
terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri
direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan
selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam
suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara
bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H2S bersifat racun
dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas H2S yang
bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif.
H2S akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat
dengan senyawa besi membentuk Fe2 S.
bakteri
2S + O2 + H2O
2HS + 2O2
H2S + 2O2
Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam
bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia.
Dalam kondisi aerobik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat
mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat
digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain untuk
547
Fenol
Istilah fenol dalam air limbah tidak hanya terbatas pada fenol
(C6H5 - OH) tapi bermacam-macam campuran organik yang
terdiri dari satu atau lebih gugusan hidroxil. Fenol yang
dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan
rasa dan bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk
chlorophenol.
Sumber fenol terdapat pada industri pengolahan minyak, batubara, pabrik kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.
7.3.
550
terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari
menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi
hujan masam.
Arah angin mempengaruhi daerah pencemaran karena sifat
gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan konsentrasi
partikel dan gas dalam udara di beberapa kota besar dan daerah
industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan jarak
pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan
timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu.
Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara
di antaranya:
industri semen
industri pupuk
industri aluminium
industri kertas
industri pertambangan
551
4.
5.
6.
Jenis Industri
Industri pupuk
Pabrik pangan (ikan, daging,
minyak makan, bagase, bir
Industri pertambangan (mineral)
semen, aspal, kapur, batu bara,
karbida, serat gelas.
Industri metalurgi (tembaga, bajaseng, timah hitam, aluminium)
Industri kimia (sulfat, serat rayon
PVC, amonia, cat dan lain- lain
Industri pulp.
Jenis Limbah
Uap asam, NH3, bau, partikel
Hidrokarbon, bau,
partikel, CO, H2S dan uap asam.
NOx, SOx,CO, HK,
bau, partikel.
Nox, SO, CO, HK, H2S, chlor,
bau dan partikel.
HK, CO, NH3, bau dan partikel.
SOx CO, NH3, H2S, bau.
Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO. bersumber dari
instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara,
NO dioksidasi menjadi NO2 dan bila bereaksi dengan
hidrokarbon yang terdapat dalam udara akan membentuk
asap. NO2 akan berpengaruh terhadap tanam-tanaman dan
sekaligus menghambat pertumbuhan.
Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp
dan rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak,
semen, galas, batubara, timah hitam, song dan peleburan
magnesium.
Fluorida
Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat
berkembang d atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk
fluorine, zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke
dalam daun-daun menyebabkan daun berwarna kuningkecoklatan. Binatang yang memakan daunan tersebut bisa
menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber
fluor antara lain pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk,
pembakaran batubara, pengecoran baja dan lainnya
Sulfurdioksida
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi
kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik.
Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada
permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain.
Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu
reaks foto sintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2
membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber
gas SO2 adalal pabrik belerang, pengecoran biji logam, pabrik
asam sulfat, pabrik semen, peleburan tembaga, timah hitam
dan lain-lain. Dalam konsentrasi melebihi nilai ambang batas
553
dapat mematikan.
Ozon
Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merpakan
reaksi foto kimiawi antara NO2 dengan hidrokarbon karena
pengaruh ultra violet sinar matahari. Sifat ozon merusak daun
tumbuh-tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi
pembentukan ozon sebagai berikut:
ultra violet
NO2
O2 + On
NO + On
NO + On
O3
NO2
Amonia
Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi minyak
dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya
sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.
Partikel
Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,
berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia.
Partikel dalam udara terdiri dari:
1. Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.
2. Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.
3. Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.
4. Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap.
5. Fume, merupakan hasil penguapan.
555
Pengadaan
Penyimpanan
Limbah ekonomis
Pengangkutan
Proses
Proses
Buangan
nonekonomis
Hasil jadi
Limbah
+
Setengah jadi
Industri + Konsumen
Bila dilihat dalam mata rantai tersebut, setiap titik akan
menimbulkan peluang untuk mencemarkan dan atau merusakkan
lingkungan. Kriteria beracun dan berbahaya akan memenuhi
setiap mata rantai tersebut. Berbahaya dan beracun yang
dimaksudkan karena dapat mematikan seketika atau pun
beberapa lama, dapat secara biologis, dapat berakumulasi dalam
lingkungan dan terakhir tidak bisa terdegradasi.
Ditinjau dari sudut pengawasan dan pengamanan bahan ini
pengelolaannya harus dilaksanakan mulai dari pengadaan sampai
kepada distribusi. Mengingat seringnya terjadi kecelakaan yang
ditimbulkan bahan beracun dan berbahaya maka setiap
pengusaha dianjurkan untuk membuat label setiap jenis bahan
tersebut. Label itu menunjukkan jenis bahan, sifat kimia maupun
556
Limbah Padat
tanpa
rencana
557
sangat
membahayakan
560
Parameter Fisika
Yang dimaksud dengan parameter fisika adalah berbagai sifat
air yang dapat ditetapkan dengan cara pengukuran secara
fisis seperti kekeruhan, salinitas, daya hantar listrik, bau, suhu,
lumpur dan lain-lain. Kekeruhan air menunjukkan bahwa
dalam air banyak partikel yang larut, terendap, melayang dan
terapung yang terdiri dari berbagai persenyawaan. Partikel ini
berupa peruraian dari zat organik, jasad renik, lumpur dan
tanah fiat. Adanya partikel tersebut membatasi cahaya sinar
matahari masuk dalam air sehingga menghalangi reaksi foto
sintesa. Di antara partikel ini ada yang bersifat membawa
kesuburan bagi tanaman air tertentu.
Berbeda halnya dengan kadar salinitas yang menunjukkan
kadar garam dalam air. Semakin tinggi kadar garam air
semakin asin dan penggunaannya pun terbatas. Tingkat
konduktifitas air diukur dengan daya air untuk mengantarkan
arus listrik. Tingginya konduktifitas air menyatakan bahwa
terdapat ion yang cukup baik menghantarkan listrik terutama
ion logam. Padatan yang terdapat dalam air limbah yaitu
bahan yang tersisa apabila limbah disaring atau divapkan.
Padatan ini terdiri padatan terlarut, mengendap dan
tercampur.
Jenis parameter pencemar secara fisis dalam kapasitas
tertentu mengakibatkan perubahan badan penerima. Adanya
perubahan itu maka fungsi penggunaan air tidak sesuai lagi
562
Parameter Kimia
Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam
kategori kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia
paling dominan dalam mengukur kondisi badan air akibat
buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling hanya
menciptakan kecemaran dan bahaya terhadap lingkungan.
Oksigen mempunyai peranan penting dalam air. Kekurangan
oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme
dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk menguraikan zat organik
dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik
oleh adanya bakteri aerohik. Atas dasar reaksi ini dapat
diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik.
Keasaman Air
Nilai keasaman air (pH) ditentukan oleh banyaknya ion
hidrogen yang terlarut dalam air. Keasaman mempunyai nilai
antara 1-14. Kondisi air normal, bila tingkat keasaman berkisar
antara 6,5 s/d 8,5. Air yang mempunyai tingkat keasaman
tinggi mengakibatkan kehidupan makhluk dalam air menjadi
terancam. Yang membuat air menjadi asam adalah buangan
yang mengandung asam, seperti asam sulfat dan klorida.
Keasaman air yang rendah membuat air sukar berbuih, karena
mengandung zat seperti kalium, natrium. Keasaman tinggi
maupun rendah membuat air menjadi steril yang
mengakibatkan tidak dapat dipergunakan.
Logam Berat
Yang termasuk logam berat adalah besi, air raksa (merkuri),
cadmium, chromium, nikel, plumbum dan lain-lain. Sebagian
besar logam ini ditemukan dalam buangan berbentuk
anorganik. Kandungan logam dalam buangan dan badan
penerima mengurangi penggunaan air. Logam termasuk
bahan beracun.
563
Tabel 6.7. Jenis parameter pencemar yang diukur dalam air limbah
No
I
II
Parameter
Yang termasuk parameter pencemaran
fisika :
1. Warna
2. Kekeruhan
3. Salinitas
4. Konduktifitas
5. Padatan total
6. Suspensi solid
7. Padatan terlarut
8. Bau
9. Temperatur
Yang
termasuk
parameter
kimia
anorganik
1. Konsentrasi ion hidrogen
2. Zat-zat organik
3. COD
4. BOD
5. Kesadahan
6. Kalsium
7. Magnesium
8. P. alkalinitas
9. M. alkalinitas
10. CO2
11. Garam-garam karbonat
12. Nitrit
13. Nitrat
14. Chlorida
15. Sianida
16. Silika
17. Phosphat
18. Amoniak
19. Besi
20. Timbal
21. Natrium
22. Kalium
23. Tembaga
564
Satuan
Pt Co
mg/1
0/00
M ohms
mg/1
mg/1
oC
mg/1
-----
-^_
--
--
--
Keterangan
No
Parameter
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
III
Satuan
Seng mg/1
Arsen
Mangan
Chrom
Air raksa
Nikel
Fluorida
--
Organik :
1. Minyak dan lemak mg/1
2. Pestisida
3. Hidrokarbon
4. Chloroforen
5. Protein mg/1
6. Fenol
Yang termasuk parameter biologis
1. Bakteri dan jenis-jenisnya
2. Organisme phatogen.
IV
Keterangan
Radioaktif
1. Radium 226
2. Strontium 90
--
Banyak per
100 ml
Banyak per
100 ml
Pci / l
Pci / l
565
566
567
Alergi
Fibrosis
Penyakit demam
ppm =
273 + t o C
mg / liter
760
X 22,400 X
X
273
M
P
570
Tabel 7.8. Konsentrasi zat tertentu yang diizinkan dalam lingkungan kerja
Waktu
Senyawa
Wilayah
24 jam
1 jam
P jam
Carbon monoksida
0,001
120 ppm
60
-
30 ppm
15
-
0,002
0,004
Ilidrogen sulfida
Nitrogen dioksida
Sulfur dioksida
0,08
0,15
-
0,25
0,21
0,32
-
0,05
(30 menit)
0,005
(30 hari)
- 0,01
(30 hari)
0,12
Iluurida sebagai HP
Plurnbum (debu)
Sulfat sebagai H2SO4
(suspended)
Particulate
Kalifornia.
New York
New York
Rural
New York - Urban
New York Industrial
Kalifornia
Kalifornia
Rural
Industrial
Montana
Kolorado (3
bulan)
Matter
Tabel 7.9. Beberapa zat pencemar dan jenis gangguan yang ditimbulkan
1
1.
Bahan
pencemar
2
Aldehid
2.
Amoniak
3.
Arsen
4.
Hidrogen
5.
Chlorine
No.
Sumber
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
4
- gangguan pada rongga
saluran pernapasan
- radang saluran pernafasan
3
- Pemanasan lemak,
minyak dan gliserol
- proses kimia dari
pembuatan celup,
eksplosif dan pupuk
- pengolahan metal
- merusak sel darah, ginjal dan
atau asam yang
menyebabkan penyakit kuning
Mengandung arsen,
pematrian
- fumigasi: perapian tungku, - mengganggu sel saraf,
industri kimia
menyebabkan kekeningan
dan metal pialing
kerongkongan, penglihatan
kabur dan sakit perut
- Pengelantangan tekstil
- mengganggu sistern
dan pencucian fluor, serta
pernafasan dan selaput mato
proses kimia
serta menyebabkan kerusakan
paru-paru
571
Bahan
pencemar
6. Natrium
No.
7. Phosgenes
8. Suspendid
partikel (abu,
asap)
9. Karbon
monoksida
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
- Sisa pembakaran
- gangguan aktivitas "cilia
kendaraan bermotor, softsehingga debu langsung
masuk paru-paru
coal
- industri kimia dan celup
- batuk-batuk dan kadangkadang gatal pada paru-paru
Sumber
- pembakaran sampah
atauindustri
-
10.
Oksida foto
kimiawi (kabutasap, smog)
-
11.
Sulfat
12.
Timah hitam
(Plumbum, Pb)
13.
Oksida balerang
572
No.
Bahan
pencemar
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
kesehatan lainnya
- kerusakan pabrik dan korosi
- asthma dan pernafasan
terganggu
- batuk bertambah
- menambah kematian
Sumber
14.
Benda bentuk
butiran
15.
kebakaran hutan
gunung meletus
PLTB
proses dalam pabrik dan
lain-lain.
pengecoran biji logam
yang mengandung
belerang
pembakaran bahan bakar
fosil yang mengandung
belerang
pembakaran dalam mesin
pembakaran strasioner
pabrik bahan peledak
16.
17.
Fluorida
hidrogen
18.
Nikel (Ni)
19.
Vinilchlorida
(VC)
573
gangguan pernafasan
asthma, bronchitis
kronis, emfisema paru
mata terganggu (berair)
menambah kematian
- bisa menggugurkan
kandungan
- janin abnormal
- kanker hati
No.
20.
Bahan
pencemar
Policrominatphenyl
21.
Strontium-90
dan lain-lain
22.
Warangan
(arsenoas)
23.
Asbes
24.
Barium (Ba)
25.
Berilium
26.
Hidrokarbon
berchlori
- DDT
- Hexachlorida
- Dieldrin
- Aldrin
- Endrin
- Chlordan
- dll.
Organofosfat
- paratnion
27.
Sumber
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
reproduksi terganggu
kerusakan fungsi hati
gangguan fungsi syaraf
teratogenic agent
leukemia
kanker tulang
gangguan pada genetika
- campuran termoplastik
- plastik pada mesin tik,
mesin hitung, alat baca
mikro film, radio, alat TV,
- termostat
- alami (batu, tanah, sinar
kosmos)
- pengetesan senjata nuklir
- pusat tenaga nuklir
- tambang uranium
bahan pestisida
bahan herbisida
industri cat,
galas dan keramik
pengawet kayu
pembakaran batu
bara
pengecoran Pb
tambang/pabrik ashes
bahan penolak kebakaran
gedung/bangunan yang
mengandung asbes
- dicampur dengan bahan
bakar di sel
- barium sulfat tak beracun
- baritosis
- gangguan jantung dan
hipertensi
- gangguan ginjal
- industri perunggu
- berilosis
- industri pembuatan lampu - peradangan seluruh sistern
neon
pernafasan
- lemah badan
- berat badan berkurang
- keracunan, dengan gejala
Bahan racun jenis:
pening, nafsu makan
- DDt
berkurang, fungsi hati
- Hexachlorida
terganggu, hiperaktivitas
- Dieldrin
- bahan karcinogenik
- Aldrin
- perubahan genetika
- Endrin
- Chioridan
574
No.
Bahan
pencemar
Sumber
- atrazin
- simazin
28.
Carbamat
- baygon
- carbaryl dll.
29.
- pemusnah rumput
- turunan urea
30.
Herbisida
(pemusnah
daunan)
Fungisida
31.
Cadmium
32.
Chlorine
(C.)
33.
Chromium
(CT)
34.
Fluorida
35.
Air raksa
- captan phatalimida
industri plat
listrik
baterai nikel
cadmium
pewarna plastik
pewarna cat
pipa galvanisasi
racun dalam makanan
kaleng
- pemrosesan chlotine
dalam pabrik kertas
-
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
dapat mengganggu fungsi hati,
gangguan syaraf, kelainan
waktu lahir.
- gejala
keracunan
pada
umumnya
sama
dengan
organo fosfat.
- sebagai bahan karcinogenik
- bahan karcinogenik
- bahan teratogenik
- bahan mutagenik (efek seperti
thalidomid)
- melalui
saluran
dan
pencernaan makanan
- lelah, gugup, mulut kering
- pancaindera terganggu
- radang tenggorokan
- emphisema
- cirhosis hepatitis
- air kencing keruh
- hipertensi
- edema paru-paru
- bronchitis
- kanker saluran pernaasan
- infeksi kulit (dermatitis)
- kekurangan fluor:
caries gigi
- kelebihan fluor:
- akumulasi protein pada otot,
tulang, resobsi tulang
- kelahiran mongoloid
industri pemakai air raksa - keracunan metil Hg:
kelainan syaraf
penggunaan pestisida air - kesulitan menelan,
raksa "
- buta, tuli, lumpuh
industri kertas
- kelainan fungsi ginjal
ikan dengan keracunan air - cacat lahir
raksa dimakan manusia
- membawa kematian
575
No.
36.
37.
Bahan
pencemar
Oksidanoksidan
Monoksida
karbon
38.
Hidrokarbon
total berbentuk
gas
-
39.
Oksida nitrogen -
40.
Aldehid
alipatik total,
formaldehida
dan ecrolein
fluorine
Bahan-bahan
partikel
41
42
Sulfida
Jenis gangguan
yang ditimbulkan
reaksi fotokimia di
- gangguan sensorik dan
atmosfer oksida nitrogen,
pernafasan serta kesehatan
gas organik, uap-uap dan
lain
radiasi rnatahari
- pengurangan ketajaman
penglihatan karena aerosol
fotokimia
kendaraan yang memakai - penurunan dari daya tampung
bahan bakar minyak,
darah untuk oksigen
pembakaran minyak,
proses industri
pembakaran minyak,
- penurunan penglihatan,
proses
gangguan sensorik, gangguan
industri, penguapan
kerusakan pabrik
hidrokarbon
pembakaran minyak,
- penurunan penglihatan,
proses industri
gangguan sensorik, gangguan
k&sehatan lain
pembakaran minyak,
- gangguan sensorik,
pembakaran limbah,
pengurangan penglihatan,
reaksi fotokimia di
gangguan kesehatan lainnya
atmosfer
Sumber
- pembakaran mesin,
proses industri, proses
alami
- coke, destilasi ter,
penyulingan minyak dan
gas alam, pembuatan
- viscoserayon dan proses
kimia tertentu
- pengurangan penglihatan,
pengotoran permukaan
- gangguan bau dan dapat
menyebabkan kematian dalam
dosis yang tinggi
576
577
Bahan baku
Sumber Daya Lingkungan
Industri
Produk
Limbah
Konsumen
Pengolahan
Daur ulang
Pembuangan
Limbah
Produk
Pengolahan
Konsumen
Limbah
Pembuangan
Memenuhi Syarat
Gambar 7.22. Mekanisme Pengolahan Limbah
578
579
Jenis kegiatan
Peralatan
1.
Penyaringan
Barscreen
dan Macks kasar
2.
Menangkap pasir
Grit chamber
3.
4.
5.
6.
Menangkap lemak
dan buih
Perataan air
Nctralisasi
Pengendapan
Skimmer &
Greasetrap
Tangki ekualisasi
Bahan kimia
Tangki pengendap
7.
Pengapungan.
Tangki Pengapung
8.
Lumpur aktif
Bak (kolam)
9.
Trickling filter
Saringan
10.
Acrasi
11.
Karbon aktif
Saringan dengan
karbon aktif
12.
13.
Pengendapan kimin
Nitrifikasi
14.
Chlorinasi
Bahan kimia
Tujuan pengolahan
Untuk menyaring bahan
kasar dan padat
Menghilangkan pasir
dan }coral
Memisahkan bahanbahan terapung
Meratakan konsentrasi
Menetralkan air
Mengendapkan lumpur
dengan bahan kimia
Menghilangkan senyawa
terlarut dengan bantuan
udara
Menghilangkan larutan
organik biologis
Menghilangkan larutan
organik biologis
Menghilangkan larutan
organik
Menghilangkan senyawa
organik yang tidak dapat
berurai
Mengendapkan bahan
kimia
Menghilangkan nitrat dan
nitrit
Menghancurkan bakteri
pathogen
580
Parameter pencemar
1.
Suspensi solid
2.
3.
Bahan-bahan anorganik
4.
5.
Cuper (tembaga)
Chromium
6.
Phosphor
7.
Seng
8.
9.
Sludge
10.
Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar
melampaui nilai yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat
minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,
plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari
beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan
dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk
melakukan pengeridapan suspensi solid.
Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benarbenar bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan
581
USAHA/
INDUSTRI
PROSES
PRODUK
LIMBAH
PERATURAN
PER-UU-AN,
PERSY, IZIN
PERUSH.
(TERCIPTANYA
IKLIM SEJUK
PENGELOLAAN
LINGK. AMAN
MASY.
AMAN
582
f)
g)
h)
i)
Aerobic Treatment
Suspended
Biomass
Attached
Biomass
Anaerobic Treatment
Septic Tank
Imhoff Tank
Anaerobic Lagoon
Uplift Anaerobic Sludge
Blanket (UASB)
Anaerobic contact. Baffled
Septic Tank
Oxydation Ditch, Facultative Pond, Jokasso, SBR
Activated Sludge
Modified Activated
Sludge xtended,
Carousscl)
Aerated Lagoon
Oxydation Ponds
Trickling Filter
Rotating Biological
Contactor (RBC)
Contact Aeration
Anaerobic Filter
A. PRETREATMENT
a. Screen / Saringan
Saringan biasanya dipasang pada awal pemasukan pada unit
pengolahan limbah cair, gunanya untuk menyaring sampah padat yang
terikut dalam aliran air limbah. Bentuk dan fungsinya sangat beragam
tergantung dari padatan yang akan disaring. Type screen dibedakan dari
585
586
menit.
Lemak pada limbah cair terdiri dari bermacam bentuk material
antara lain lemak, malam/lilin, fatic-acid, sabun, mineral-oil dan
material non-volatil lainnya. Lemak sebetulnya bisa diuraikan oleh
bakteri/microorganisme, tetapi karena lemak ini mudah
mengapung dan dipisahkan dari air limbah, maka dengan
menangkap/menghilangkan lemak sebelum masuk pada unit
pengolahan, akan mengurangi beban/load organik yang ada,
sehingga berdampak pada desain dan besaran konstruksi.
Bangunan penangkap lemak sering juga disebut sebaga; Grease
Trap, Prinsip dari konstruksi ini adalah bahan yang ringan
(minyak, lemak, dst) akan mengapung jika kondisi airnya tenang,
sehingga biasanya konstruksi grease trap adalah bak dengan
sekat sekat untuk menghilangkan turbulensi.
Melihat dari kedua sifat yang ada tersebut yaitu bahan yang
ringan (minyak, lemak, dlsb.) akan mengapung, sedangkan bahan
yang berat (pasir, kerikil, pecahan kaca, logam, dlsb.) akan
mengendap,
maka
akan
lebih
menghemat
jika
hisa
menggabungkan konstruksi Grit Chamber dan Grease Trap dalam
satu konstruksi.
Untuk menghindari agar bahan yang biodegreable tidak
mengendap disini dianjurkan agar dasar dari konstruksi ini dibuat
tirus hingga kecepatan aliran pada bagian bawah lebih besar. Hal
penting yang perlu dilakukan adalah pembersihan dari lemak dan
bahan padat lainnya secara periodik, dengan kata lain
sungguhpun konstruksi penangkap lemak. dan bahan padat telah
dibuat, tetapi bila tidak dilakukan pembersihan secara periodik
maka manfaatnya sama sekali tidak ada.
Periode pembersihan ini sangat tergantung pada jumlah bahan
padat dan lemak yang terikut. Tetapi rata rata sekali tiap minggu
sampai maksimum sekali tiap bulan merupakan praktek yang
lazim.
Contoh sketsa konstruksi gabungan Grit chamber dan Grease trap
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
587
Contoh soal :
Diketahui :
Limbah dari asrama Perawat RS berjumlah 40 m3 per hari. Limbah
tersebut dari WC penghuni asrama tersebut dan juga berbagai
kegiatan yang dilakukan seperti dapur dan cusian Total produksi
limbah per hari 40 m3, waktu produksi limbah rata rata 8 jam dalam
satu hari
Direncanakan untuk membangun suatu grease trap dan grit chamber
sebelum limbah tersebut masuk ke unit pengoiahan.
Berapa kira kira volume dari konstruksi tersebut ??
588
Perhitungan :
Flow rate adalah
= 40 m3 / 8 jam = 5 m3/jam
= 500J liter / 60 menit
= 83.33 liter / menit
Retention time dalam konstruksi diambil 3 menit
Maka volume konstruksi yang dibutuhkan = 83.33 It/menit x 3 menit
= 250 liter atau 0.25 m3.
Dimensi kita tentukan dulu lebarnya, misal dasar trapesium 20 cm an,
lebar = 60 cm, dan panjang nya 2x lebar = 120 cm.
Karena kemiringan 60 maka tinggi trapesium = 34,64 cm bulatkan
jadi 35 cm.
Volume trapesium (A) = (
0.6 + 0.2
x 0.35) x 1.2 = 0.168 m 3
2
Volume chamber = Vol (A) + vol (B) Vol (B) = 0.25 m3 0.168 m3
(0.6 x 1.2 x T) = 0.082 m3
TB (tinggi B) = 0.114 m = 11.4 cm
(+Freeboard 20cm)
= 30 cm
Tinggi total (A) + (B) = 35 + 30 = 65 cm
589
b. Equalisasi
Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengoiahan tetapi
merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari
proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah
adalah parameter operasional bagi unit pengolahan sellanjutnya
seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan,
dsb.
590
591
Jam
pengukuran
Pengukuran
(Lt/menit)
m3
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
50
40
62
310
270
140
90
110
80
150
230
305
30
200
80
60
70
55
40
70
75
45
55
35
3
2,4
3,75
18,6
16,2
8,4
5,4
6,6
4,8
9
3,8
18,3
22,8
12
4,8
3,6
4,2
3,3
2,4
4,2
4,5
2,7
3,3
2,1
180,12
Akumulasi
(m3)
37,72
5,4
9,12
2,72
43,92
52,32
57,72
64,32
69,12
78,12
91,92
110,22
133,02
145,02
149,82
153,42
157,62
160,92
163,32
167,52
172,02
174,72
178,02
180,12
592
Flow patern
Jam
Volume bak equalisasi
= V1 + V2
= 4 0 m 3 + 1 3 r 1 3 = 53 m3
untuk keamanan tambah 10 % 53 m3 x 1,1 = 58.3 m3
Bentuk bak bisa dibuat persegi, bulat maupun oval dengan
konstruksi pasangan batu atau beton bertulang.
Misal bak berbentuk persegi dengan
Panjang
=5m
Lebar
= 4,5 m
Dalam
= 2,6 m
Maka, volume = 5 x 4,5 x 2,6 = 58,5 m3 (siip)
Untuk kedalaman ditambah free-board 30 cm, sehingga total
kedalaman konstruksi bak menjadi 2,9 m
Gambar Sketsa dari perhitungan di atas dapat dilihat pada:
593
c. Netralisasi
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan
bahan yang bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang
perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun sebelum
limbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara
biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa
dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada
pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH
6,5 - 8,5, karena sebagian besar microb aktif atau hidup pada
kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih
efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.
594
595
596
597
598
599
60, pada flow rate besar / konstruksi besar akan sulit membuat
sudut kemiringan sebesar itu (konst. jadi dalam banget), sehingga
dipakailah mechanical scrapers, pada kasus ini kemiringan hanya
berkisar 1% (pada bentuk persegi panjang) dan 8% (pada bentuk
silinder).
Contoh soal .
Diketahui :
Volume limbah su,itu pabrLk = 50 per hari, sebeluni masuk pada unit
pengolahan biclogis, padatan pada lmbah tersebut akan diendapkan
teriebih dahulu pada tangki sedimentasi berbentuk bujur sangkar
dengan dasar trapesium. Hitunglah dimensi tangki tersebut.
Perhitungan :
Kita ambil detention time > 3 jam, dan surface loadingnya < 10 m3/
m2.hari.
Surface area (A) = Vol. Limbah per hari : Surface loading
= 50 m3/hari : 10m3/m2. hari
A = 5m2
panjang sisi belah ketupat a = A = 5
= 2.23m dibulatkan => 2,2 m
Volume tangki
= Vol Limbah per jam x Detention time
= (50 m3/hari : 24 jam/hari) x 3 jam
= 6.25 m3
600
Gambar :
Weir Loading max = 30 m3 / m.hari
Check weir loadng = Vol. Limbah masuk : pajang weir
= 50 m3 / hari : (2.2 m 0,3) x 4
= 6,7 m3 / m.hari < 30 (okee)
B. Anaerobic Treatment
1. Septic Tank
Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim
digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala
kecil. Pada intinya proses yang terjadi pada septic tank adalah
sedimentasi (pengendapan) dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari
bahan bahan yang diendapkan tersebut lewat proses anaerobic.
Keuntungan dari septic tank adalah murah, konstruksinya scderhana
dan dengan operasi yang baik umur teknis nya amat panjang.
Tetapi kelemahan dari septic tank adalah treatment efficiency yang
relutif rendah (15% - 40% BOD) dan effluent yang dihasilkan masih
berbau karena mengandung bahan yang belum terdekomposisi
sempurna.
Konstruksi Septic tank terdiri dari minimum 2 ruang (chamber) dan
bisa juga Iebih.
Pada ruang pertama (treatment chamber 1) berkisar 70% (2/3) dari
total volume desain, karena sebagian besar dari lumpur/sludge don
scum akan terjadi di ruang ini, dan ruang kedua 30% (1/3) total
volume untuk menangkap partikel padatan yang lobs dari ruang
pertama.
601
Pada ruang pertama ini limbah cair yang masuk akan menjadi 3
bagian ialah:
Lumpur/sludge yang mengendap pada bagian bawah dan untuk
seterusnya lumpur ini akan terurai lewat proses anaerobik.
Supernatant, ialah cairan yang telah terkurangi unsur
padatannya dan untuk seterusnya akan mengalir menuju ke
chamber 2
Scum (buih atau langit-langit) yang merupakan bahan yang lebih
ringan dari air seperti minyak, lemak, dan bahan ikutan lain.
Scum ini bertambah lama bertambah tebal. Karena itu perlu
dihilangkan secara periodik (biasanya sekali dalam 1 tahun).
Scum ini sebenarnya tidak mengganggu reaksi yang terjadi
selama proses pengolahan, tetapi bila terlampau tebal akan
memakan tempat hingga kapasitas treatment akan berkurang.
602
Perhitungan :
Pengolahan limbah akan melibatkan proses fisika (misalnya
pengendapan, settlement, pemisahan) dan juga proses biologis serta
kimiawi yang amat komplex. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi
proses tersebut amat banyak dan tidak dapat dihitung secaia eksak
seperti perhitungan aljabar.
Karena itu dianjurkari untuk menggunakan kaidah dan pengalaman
empiris yang telah dikembangkan oleh ahli ahli yang berkecimpung
dalam masalah ini dengan tetap peka terhadap faktor faktor lain yang
sifatnya site spesifik.
Dari data diatas maka Flow rate = 13/12
= 1.08 m3/jam
Seperti telah disinggung diatas proses utama yang terjadi dalam
sistem septic tank adalah pengendapan (settling).
Selama pengendapan ini terjadi pengurangan (removal) dari
organic load.
Dengan HRT 18 jam, dari grafik empiris diatas didapatkan faktor
pengali kira kira 0.5.
Maka COD removal rate dihitung = 0.42 (ratio SS/COD) dibagi
angka 0.6 dan dikalikan faktor
pengali tsb.
(angka 0.6 adalah faktor yang
didapat dari pengalaman)
= (0.42/0.6) x 0.5
= 0.35 atau 35%
Maka kadar COD dari effluent
= (1-0.35) x 630
= 409.5 mg/lt
Pengurangan BOD selama pengolahan limbah pada septic tank
tidak linear dengan pengurangan COD. Untuk limbah domestik
hubungan empiris dapat dilihat pada grafik ini
604
Dari grafik terlihat bahwa COD removal 35% maka diperoleh faktor =
1.06. Maka pengurangan BOD (BOD removal) = 1.06 x COD removal =
1.06x35% = 37.1%
Karena itu perkiraan kadar BOD effluent = (100% - 37.1%) x 330 = 207.5
mg/Itr
Berikutnya adalah langkah untuk perhitungan volume dan dimensi septic
tank. Yang harus diingat disini adalah volume yang dibutuhkan untuk
menampung limbah selama hydraulic retention time yang kita inginkan
dan juga volume yang dibutuhkan untuk menampung lumpur yang terjadi.
Misalnya Limbah yang masuk mempunyai kadar BOD sebesar A
sedangkan yang keluar BOD nya sudah berkurang menjadi B. Selisih (AB) inilah yang yang diendapkan dalam septic tank dan menjadi
lumpur/sludge. Pertanyaannya adalah setiap kg BOD tsb menjadi lumpur
berapa liter ? Pertanyaan berikutnya adalah apakah lumpur tsb bila
disimpan cukup lama tidak termampatkan hingga volumenya berkurang ?
Lumpur bila disimpan dalam waktu yang cukup lama akan termampatkan
dan berkurang volumenya dan percobaan empiris untuk limbah domestik
menghasilkan grafik dibawah ini:
605
2. Imhoff Tank
Prinsip kerja dan proses yang terjadi pada Imhoff tank mirip dengan
yang terjadi pada Septic tank, ialah pengendapan dan dilaniutkan
dengan stabilisasi lewat proses anaerobik.
Pada intinya Imhoff tank dikembangkan untuk menanggulangi
berbagai masalah yang timbul pada septic tank.
Misalnya effluent dari septic tank masih bau karena kemungkinan
terjadinya kontak antara limbah yang baru masuk dengan sludge/
lumpur.
Pada Imhoff tank hal tersebut dihindari dengan memisahkan limbah
yang masuk dan endapan lumpur yang terjadi. Pemisahan tersebut
dilakukan dengan membuat konstruksi tirus (funnel type) seperti pada
sketsa dibawah.
608
609
Sedangkan hydraulic load nya harus kurang dari 1.5 m3/jam per
m2 luas area permukaan dari chamber2.
Untuk mempemiudah pemahaman didalam merencanakan maka
uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam
bentuk contoh kasus.
Kasus 1.
Data:
JICA akan membantu untuk membuat pusat pelatihan dan asrama
bagi pendidikan non formal. Para siswa akan tinggal di dalam asrama
dan disamping itu juga akan ada kantin dan unit pelatihan untuk
teknologi makanan dimana para siswa akan diajarkan membuat keju
dan fondu.
Setelah dihitung jumlah limbah yang akan dihasilkan adalah 25 m3
per hari. Setelah dilakukan pengamatan ternyata limbah tersebut
mengalir selama rata rata 12 jam, ialah dari jam 7.00 pagi sampai
jam 19.00 malam.
Disamping peralatan untuk proyek Langit Biru, kebetulan Swiss
contact mempunyai peralatan testing untuk air limbah. Dari hasil
testing ternyata limbah tersebut mempunyai BOD = 340 mg/ltr dan
COD = 630 mg/Itr
Seperti telah disinggung diatas Hydraulic retention time (HRT) pada
chamber 1 atau flow tank minimum adalah 1.5 jam.
Sedangkan pimpinan proyek menetapkan interval pengurasan
(desludging interval) adalah sekali setiap tahun atau sekali setiap 12
bulan. Karena interval pengurasan yang lebih sering dianggap
merepotkun.
Data lain yang sebenarnya harus diteliti adalah ratio SS/COD
terendap (settleable SS/COD ratio). Ratio ini sangat dipengaruhi dari
jenis limbah yang akan diolah.
Untuk berbagai ragam limbah domestik telah dilakukan banyak uji
coba empiris di negera berkembang dan ratio SS/COD terendap
tersebut lazimnya berkisar antara 0.35 0.45.
Karena itu untuk kasus ini perencana menetapkan ratio sebesar 0.42
610
Perhitungan :
O Flow rate = 25/12
= 2.08 m3/jam
Volume dari flow tank (atau chamber1) adalah Peak flow rate dari
limbah dikalikan HRT pada flow tank :
= 2.08 m3/jam x 1.5 jam
= 3.13 m3
Dari sini anda sudah bisa mulai mereka-reka model dan ukuran
flow tank. Misalnya anda tetapkan lebar flow tank = 1.3 meter dan
ukuran lain lihat Dada skets dibawah ini.
Untuk kasus ini misalnya kita memilih model yang kedua; dan jarak
antara dinding flow tank ke satu bagian kita berikan 0.55 meter dan
yang lainnya hanya 0.25 meter.
Maka total lebar (bag dalam) dari konstruksi Imhoff tank ini adalah:
= 0.55 + 1.3 + 0.25 + 2 x 0.07 (7 cm adalah tebal
dinding flow tank)
= 2.24 meter.
Sungguhpun jumlah sludge yang akan terbentuk selama setahun
(dengan kondisi seperti sesuai dengan karakteristik limbah yang akan
diolah hanyalah 3.6 m3), tetapi tidak mungkin anda membuat ukuran
chamber 2 persis seperti volume tersebut.
Karena timbunan sludge tersebut harue terletak dibawah sedemikian
hingga tidak menutup moncong dari flow tank.
Maka langkah berikutnya adalah memperkirakan tinggi dari timbunan
sludge tersebut.
Tinggi dari timbunan sludge = Volume sludge/luas
= 3.6/(2.24 x 2.83)
= 0.57 meter
Dengan kata lain selama 12 bulan (interval desluiging) timbunan
lumpur yang akan terjadi tebalnya adalah 0.57 meter.
Ketinggian Imhoff tank (sampai posisi pipa outlet) menjadi :
= 0.57 meter (tinggi sludge) + 1.1 meter + 0.3 meter + 0.3
meter (freeboard)
= 2.27 meter
Dengan demikian skets teknis dari rencana Imhoff Tank untuk pusat
pelatihan tsb adalah sbb:
613
614
616
619
620
= (1 0.72) x 253
= 70 mg/Itr
Hingga ditinjau secara keseluruhan sistem yang anda desain bisa
diharapkan untuk mengurangi BOD sebanyak = (1 - 70/333)
= 79%
Dari perhitungan diatas skets konstruksi adalah sbb:
621
622
C. Anaerobic Filter
Pada sistem septic tank dan imhoff tank yang telah dibahas diatas
proses yang terjadi adalah sedimentasi (pengendapan) dari bahan
bahan yang dapat terendapkan dan seterusnya terjadi proses
digestion/penguraian dari bahan terendapkan tersebut.
Sedangkan kandungan yang masih terikut (tidak terendapkan) praktis
tidak mengalami proses apapun.
Anaerobic Filter (atau dikenal juga dengan sebutan Fixed Bed atau
Fixed Film Reactor) mempunyai prinsip yang berbeda dengan septic
tank & imhoff tank, karena sistem ini justru diharapkan untuk memoroses bahan bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat
terlarut (dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan surplus
mikro organisme. Mikro organisme tersebut akan menguraikan bahan
organic terlarut (dissolved organic) dan bahan organic yg ter dispersi
(dispersed organic) yang ada didalam limbah.
Sebagian besar mikro organisme (untuk selanjutnya disebut sebagai
bakteria) tersebut cenderung tidak mobil. Artinya mereka tidak seperti
singa yang lari kesana kemari than aktif untuk mencari makan, tetapi
cenderung diam dan menunggu makanan yang di dekat kan
kepadanya.
Bakteria ini cenderung menumpel pada dinding atau tempat lain yang
permukaannya dapat digunakan untuk tempelan.
Karena itu yang dimaksudkan sebagai filter disini adalah media
dimana bakteria dapat menempel dan limbah dapat mengalir/Iewat
diantaranya. Selama aliran ini kandungan organik akan diuraikan
oleh berbagai bakteria dan hasilnya adalah pengurangan kandungan
organik pada effluent.
Media yang digunakan bermacam macam tetapi prinsipnya lebih luas
permukaan akan lebih baik fungsinya. Misalnya koral, kerikil, plastik
yang dibuat khusus sebagai media, ijuk, pasir, dlsb.
Media yang baik luas permukaannya (surface area) kira kira 100
300 m2 per m3 volume yang ditempatinya.
Dengan pola pikir itu maka kita cenderung untuk memilih media yang
mempunyai surface area yang besar dengan harapan hasilnya akan
baik sekali. Misalnya tepung arang, pasir, dlsb.
623
624
625
626
mempercepat hal ini dapat mengambil bakteria dari septic tank dan
mengumpankannya pada media anaerobik filter.
Biar bagaimanapun unjuk kerja optimal dari anaerobik filter baru
terjadi beberapa bulan setelah dioperasikan. Jadi jangan
bahwasanya bermimpi begitu di operasi kan langsung memberikan
hasil optimal.
Design criteria dan Iangkah perencanaan untuk Anaerobik Filter.
Seperti sistem yang telah diuraikan diatas, untuk mempermudah
pemahaman didalam merencanakan maka uraian design criteria dan
langkah perencanaan diuraikan dalam bentuk contoh kasus.
Kasus
Data: Anda diminta untuk membantu menanggulangi permasaiahan
limbah disuatu industri yang memproduksi makanan seperti biscuit
Setelah dilakukan pengamatan jumlah limbah dari kegiatan
tersebut adalah 25 m3/hari.
Setiap harinya kegiatan tersebut praktis hanya beroperasi selama
12 jam hingga mayoritas limbah hanya mengalir selama 12 jam
setiap harinya.
Sample limbah di teliti di laboratorium dan kadar BOD = 333
mg/IV dan kadar COD = 633 mg/Itr.
Di laboraturium juga dilakukan uji coba pengendapan. Setelah limbah
diendapkan diambil bagian yang tidak terendapkan dan di test COD
nya. Lewat test ini direkomendasikan ratio SS terendapkan dibanding
pengurangan COD adalah 0.42.
Oleh pemerintah daerah limbah yang dihasilkan oleh para
pengusaha kecil tersebut diharuskan untuk memenuhi standard
yang telah ditetapkan. Untuk mencapai standard tersebut akan
dipakai sistem anaerobik filter.
Dengan diskusi bersama rekan rekan anda, diputuskan hal-hal sbb:
Resiko yang sangat mungkin terjadi pada Sistem anaerobik filter
adalah terjadinya clogging pada media. Karena itu sebelum
masuk ke anaerobik filter harus ada sarana untuk mengendapkan
suspended solid.
Sarana untuk mengendapkan suspended solid yang dipilih adalah
sistem septic tank.
627
628
Dengan demikian kandungan COD yang keluar dari septik tank dan
masuk ke anaerobik filter adalah = (1-0.25) x 633 = 475 mg/Itr
Seperti pada perhitungan septik tank diatas, pengurangan BOD
karena pengendapan tidak identik dengan pengurangan COD.
Untuk ini Iihat Graf 2.
Untuk COD removal kurang dari 50% diperoleh faktor = 1.06.
Maka BOD removal di ST = 1.06 x 25%
= 26%
Dengan demikian kandungan BOD yang keluar dari septik tank
(artinya yang masuk ke anaerobik filter) = (1-0.26) x 333
= 247 mg/Itr
Selanjutnya marilah kita hitung dimensi dari septik tank.
Karena desludging interval ditetapkan = 36 bulan, maka dari graf
3 akan diperoleh faktor 50%. Angka ini merupakan faktor reduksi
dari volume sludge karena di tando selama 36 bulan.
Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan,
volume dar sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.00f,
liter.
Istilah nya adalah Sludge Itr/gram BOD removal = 0.005
Karena itu = 50% x 0.005 = 0.0025 Itr/gr BOD rem
Selanjutnya lihat patokan untuk perhitungan septik tank yang telah
diuraikan dibagian terdahulu.
9 Volume sludge yang akan terjadi adalah:
= 0.0025 x (333 - 247)/1000 x 36 bin x 30 hr x 25
= 5.805 m3
Ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan
selama 36 buian sesuai dengan desludging interval yang kita
inginkan.
9 Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah
2 jam dan flow rate nya adalah 2.08 m3/jam, maka volume
yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 2 jam
tersebut adalah:
= 2 x 2.08
= 4.16 m3
9 Bayangkan pada setelah hampir 3 tahun sesuai dengan
desludging interval yang ditetapkan, maka kapasitas yang
dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah:
629
= 5.805 + 4.16
= 9.965 m3 . untuk mudahnya disebut A
9 Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 25 m3
Karena HRT ditetapkan 2 jam (padahal satu hari adalah 24 jam)
maka untuk menginapkan selama 2 jam dibutuhkan volume
sebesar:
= 25 x 2/24
= 2.08 m3
Diatas telah disebut bahwa total akuinulasi lumpur dan limbah
jangan sampai lebih lebih dari separo konstruksi.
Maka = 2 x 2.08 m3 = 4.16 m3 ....... untuk mudahnya disebut B
Bila
A<B
dipakai volume B untuk desain
Tetapi bila A > B dianjurkan memakai volume A
Dalam kasus ini A > B, maka volume desain septic tank adalah
9.965 m3 atau dibulatkan menjadi 10 m3.
Sampai sini urusan perhitungan volume septik tank (primary
treatment) selesai dan dibawah mulai menginjak urusan
perhitungan anaerobik filter (secondary treatment).
Untuk anaerobik filter misalnya anda akan menggunakan media
tertentu. Specific surface area dari media tsb adalah 100 m2/m3
Sedangkan void ratio = 35%
HRT (hydraulic retention time) pada anaerobik filter berkisar
antara 1 2 hari (24 48 jam). Angka ini merupakan patokan
umum mengingat proses degradasi pada proses anaerobik lebih
lambat dibanding proses aerobik. Untuk kasus ini misalnya HRT
ditetapkan selama 30 jam.
Faktor faktor empiris yang digunakan untuk memperhitungkan
penguraian pada sistem anaerobik filter adalah sbb:
630
Dalam kasus yang sedang anda garap HRT nya adalah 30 jam,
dan dari grafik diatas akan diperoleh faktor = 69%
Variabel lain yang diperoleh dari pengalaman konstruksi
anaerobik filter adalah jumlah chamber (atau jumlah bak), jumlah
bak yang lebih banyak (sungguhpun volume efektifnya sama)
ternyata memberikan effisiensi penguraian yang lebih tinggi.
Contohnya dapat dilihat pada skets dibawah:
631
632
=
=
=
=
2.25 m
2.25 m
2.25 m
6.75 m
633
634
D. Aerobic Treatment
1. Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge Process)
Sesudah dikembangkan pada 1910 an di Eropa dan Amerika Serikat,
karena efisien dan ekonomis, proses Lumpur aktif mulai banyak
digunakan dan menjadi proses aerobik yang paling popular.
Istilah "lumpur aktif" sering diartikan sebagai nama proses itu sendiri dan
juga sering diartikan sebagai padatan biologik yang merupakan motor di
dalam proses pengolahan.
635
636
Gambar 7.36. diagram proses lumpur aktif yang dilengkapi sarana pre treatment
637
[jam]
Apabila BOD influen, BOD Loading dan MLSS sudah tetap, dengar,
sendirinya HRT akan ditetapkan.
Misalnya, kalau debit influen 100 m3/hari, BOD influen 200 ppm dan BOD
Loading = 0.3 kg BOD/kg MLSS/hari dan MLSS 3,000 ppm, maka mikroorganisme yang dibutuhkan dalam tangki (Wa kg) aerasi adalah
Wa = (0.2 x 100/0.3) = 67 kg
Maka volume tangki aerasi (V m3)yang dibutuhkan adalah:
V = 67/3 = 22 m3
638
pH
Biasanya pH yang optimal untuk reaksi !umpur aktif adalah 6 8.
Nutrient Balance
Pada umumnya perbandingan antara BOD, nitrogen dan phosphorous
yang optimal untuk proses lumpur aktif adalah
BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Kalau nutrient balancenya kurang baik, maka kita bisa memperbaiki
639
640
641
642
643
644
berfungsi.
Bila didesain, dilaksanakan dan di operasi kan dengan baik maka
filter horizontal dapat berfungsi secara optimum selama 15 20
tahun. Umur tersebut sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran dari
gravel dan strength dari limbah.
Bila fungsinya sudah menurun (ditunjukkan dergan menurunnya
hydraulic conductivity) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
untuk memfungsikan sistem tersebut kembali, ialah:
Mengistirahatkan dan men drain filter horizontal untuk beberapa
waktu. Proses ini lazim disebut "resting". Untuk ini didalam desain
lebih baik membagi seluruh filter bed menjadi beberapa bagian
hingga bila bagian tertentu sedang "resting" bagian lain masih tetup
dapat difungsikan.
9 Setelah itu dilakukan pengisian secara bergantian (alternate
chaiging) dan setelah dianggap cukup dapat difungsikan
kembali.
9 Selama proses resting dan drain lersebut berbagai elemen
yang meengakibatkan penyumbangan dapat terdekomposisi
hingga hydraulic conductivity dapat ditingkatkan kembali.
9 Tetapi bila turunnya hydraulic conductivity ini disebabkan
oleh partikel padat yang tidak dapat terurai (misalnya tanah)
maka tidak ada jalan lain selain membongkar media dan
melakukan penggantian. Bila hal ini terpaksa dilakukan maka
lebih baik dilakukan pada bagian inlet. Karena bagian ini
lazimnya merupakan bagian yang paling sering mengalami
masalah clogging
Tanaman digunakan untuk menutup filter media data disamping itu
dengan adanya tanaman akan melahirkan suatu micro ecosystem
yang menghasilkan sinergi yang positif terhadap proses
pengolahan limbah.
Banyak uji coba empiris yang dilakukan yang masing masing
melaporkan kelebihan dan kekurangannya. Tetapi akhirnya jenis
tanaman yang aipilih haruslah yang banyak tersedia (atau mudah
untuk diadakan) di suatu lokasi.
Patokan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman
yang akan ditanam diatas horizontal filter adalah:
645
Model ini menggunakan batu kali dengan ukuran besar (15 20 cm)
untuk bagian muka dari konstruksi. Susunan batu kali tersebut berfungsi
sebagai distributor hingga aliran yang masuk ke media diharapkan
merata .
Antara batu kali dengan media digunakan batu pipih yang fungsinya
untuk memudahkan pengaturan media dan sekaligus juga berfungsi
untuk meratakan aliran.
Bagian pertama (kira kim 2/3 panjang) biasanya digunakan gravel
dengan ukuran yang lebih besar sedarigkan pada bagian akhir dengan
646
ukuran yang lebih kecil. Pada bagian akhir digunakan juga batu kali yang
didalamnya diletakkan pipa melintang yang berlubang (perforated pipe).
Untuk mengatur aliran digunakan pipa pengeluaran vertikal yang dapat
diatur ketinggiannya (swivel pipe atau pipa goyang).
Untuk menjamin pengaliran horizontal yang merata di seluruh tampang
dari media, seringkali pada bagian tengah dibuat pasangan batu kali
tambahan (Lihat skets dibawah)
Model 2
Pada model ini bagian depan dan belakang (inlet dan outlet) diberi
tambahan tembok yang ber lubang lubang agar distribusi
masukan limbah lebih merata. Kesemuanya membentuk gang
(gallery) pada bagian pemasukan dan pengeluaran. Bentuk
demikian sering digunakan bila jumlah debit harian limbah cukup
besar.
647
dibawah.
Khusus untuk Indonesia perlu diperhatikan jenis plastik yang
digunakan. Beberapa uji coba (untuk stabilisasi jalan dan sawah
plastik) terdapat beberapa jenis plastik yang justru amat digemari
oleh cricket (sejenis belalang) dan dengan giginya yang bergerigi
dapat merusak konstruksi tersebut dalam waktu singkat.
Bibit tanaman yang baru tidak dapat tumbuh diatas air limbah.
Karena itu pada tahap awal dianjurkan untuk banyak menambah
air dan muatan limbah bertambah seirama dengan pertumbuhan
tanaman tsb.
Setelah mencapai full load, ketinggian pipa goyang mulai diatur
sesuai dengan debit yang direncanakan.
Pada waktu hujan, maka air hujan akan jatuh diatasnya dan hal
tersebut tidak dap dihindari. Tetapi harus dihindari agar air hujan
yang jatuh disekitarnya tide mengalir menuju ke konstruksi ini;
karena kandurigan partikel halus yang biasan) terdapat
didalamnya akan menyumbat sistem filtrasi.
Berikutnya adalah mencari HRT (hydraulic retention time) yang
dibutuhkan untuk mencapai BOD removal sesuai dengan yang
diharapkan.
Sungguhpun hal tersebut dapat dihitung secara teoritis, tetapi
pada kenyataannya akan cukup komplex. Karena hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan void ratio dab gravel yang
digunakan. Lebih lebih gravel yang digunakan tidak mungkin
bentuknya sama (regular). Ditambah lagi terdapat akar tanaman
yang diharapkan menembus sela sela filter bed agar diperoleh
micro ecosystem yang berpengaruh positif terhadap proses
pengolahan limbah secara keseluruhari. Dengan kata lain
terdapat berbagai variable dan interaksi nya yang cukup kom p lex
hingga mau tidak mau diperlukan berbagai uji coba empiris dan
hasil empiris tersebut kemudian digunakan sebagai pegangan
648
didalam perencanaan.
Uji coba empiris yang banyak dilakukan adalah untuk limbah
domestik dan limbah industri makaran dan hasilnya dapat
digunakan sebagai pegangan awal. Kaitan empiris antara BOD
removal dengan faktor pengali terhadap HRT dapat dilihat pada
grafik berikut:
649
650
(disebut B)
Bila A > B
maka gunakanlah angka A
Tetapi bila A < B
Lebih baik gunakan angka B untuk desain.
Dalam hal ini A < B hingga luas area penampang (cross section) =
37,27 m 2 .
(disebut Y)
651
Dalam kasus ini Y > X ... maka total luas (pandangan atas) dari
media untuk desain adalah 559 m 2 .
Dengan lebar 62,1 meter dan total area 559 m 2 maka panjang
dari konstruksi adalah 559/62,1 = 9 meter.
Hingga Dimensi pokok dari desain adalah:
Media
Bila di desain dan dibuat konstruksi yang baik, operasi nya akan
mudah dan prosesnya berjalan secara alamiah (micro
ecosystem); dalam kurun waktu yang cukup lama (10 - 20
tahun). Dengan kata lain selama periode 10 - 20 tahun tersebut
berfungsi dengan sendirinya.
Dengan tambahan sentuhan estetika (misalnya sentuhan arsitek)
konstruksi ini dapat digabungkan menjadi tempat yang indah dan
dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain seperti taman, dlsb
(misalnya untuk perhotelan, rumah sakit, dlsb)
652
B. Limbah Gas
1. Proses Pencemaran Udara
Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
"bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang
cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima
(receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant).
Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara
cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer
dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang
diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di
atmosfer.
653
654
Perkiraan emisi per satuan berat bahan bakar disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Perkiraan emisi CO per satuan berat bahan bakar
Sumber Bahan Bakar
Faktor Emisi CO %
Emisi CO Kg/Ton BB
0,025
0,15
51,0
0,25
1,5
510,0
3,5
5,0
35,0
50,0
Batu bara
Pembangkit listrik
Industri
Bensin
Kayu dan BB non-komersial
Insinerasi
Kebakaran Hutan
655
Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar disajikan pada
Tabel berikut.
656
Tabel 7.13. Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar
Sumber Bahan Bakar
Batu bara
Pembangkit listrik
Industri
Minyak Bumi
Bensin
Kerosen
Solar (Fuel Oil )
Minyak residu
Gas alam
Pembangkit listrik
Industri
Kebakaran hutan
c.
Faktor Emisi CO %
1
1
10 kg/ton
10 kg/ton
2
1,3
1,25
1,8
20 kg/ton
13 kg/ton
12,5 kg/ton
18 kg/ton
0,6*
0,3*
0,25
6 kg/m3
Kg/m3
2,5 kg/ton
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4
garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari
cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan
sumbangan 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit
dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan
sumbangan 15% dari emisi total.
Perkiraan emisi sulfur dioksida per satuan berat bahan bakar disajikan
pada Tabel berikut.
657
Tabel 7.14. Perkiraan emisi SO2 per satuan berat bahan bakar
Sumber Bahan Bakar
Batu bara
Pembangkit listrik
Industri
Minyak Bumi
Bensin
Kerosen
Solar (Fuel Oil )
Minyak residu
Gas alam
Pembangkit listrik
Industri
d.
Faktor Emisi CO %
45
40
45 kg/ton
40 kg/ton
Hidrokarbon (HC)
Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) +
860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah
11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain
5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi
terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan
9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari
sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari
pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent
1,9%.
658
Faktor Emisi CO %
Emisi Hidrokarbon
kg.ton BB
0,016
0,051
0,16
0,51
9,0
2,06
< 0,1
0,035
0,039
0,15
0,37
60,0
20,6
< 1,0
0,35
0,39
1,5
3,7
Batu bara
Pembangkit listrik
Industri
Bensin
Pembakaran
Evaporasi dan transfer
Kerosen
Solar (Fuel Oil )
Minyak residu
Kayu
Kebakaran hutan
e.
Partikulat
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 m.
Partikel dengan ukuran > 10 m akan diendapkan secara gravitasi
dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 m pada
umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu
cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 10 m. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar
13% - 59% dan insinerasi.
Tabel 16. Perkiraan Faktor Emisi Partikulat
Sumber Bahan Bakar
Gas Alam
Pembangkit listrik
Industri
Distilat minyak bumi
Industri
Rumah tangga
Minyak residu
Pembangkit listrik
Kayu
659
f.
Karbondioksida (CO2)
Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan
sumber alami. Sumber cemaran antropogenik utama adalah
pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan
2,8%
Tabel 7.17. Perkiraan emisi CO2 per satuan berat bahan bakar
Sumber Bahan Bakar
Faktor Emisi CO %
248
317
275
146
120
2,48
3,17
2,75
1,46
1,20
Batu bara
Minyak bumi
Gas alam
Kayu
Kebakaran hutan
g.
Metana (CH4)
Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2,
CFC, dan N2O menyebabkan efek rumah kaca sehingga
menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah
sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll
(5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar
matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh
permukaan bumi dan sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam
660
Hujan asam
Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka
akan diubah menjadi HNO3 dan H2SO4.
Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan
Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4.
HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI
menyebabkan derajad keasaman (pH) hujan menjadi rendah < 5,7.
pada umumnya kisaran pH hujan asam 4 - 5,5
661
Proses Transportasi
Konversi dan Penghilangan
Koncentrasi
Cemaran Ambien
Efek Pencemaran
Terhadap Kesehatan
dan Kesejahteraan
Masyarakat
662
Cemaran
Ozon
Karbon
monoksida
Waktu
rata-rata
1 jam
8 jam
Buku
mutu
primer
240 g/m3
(0,12 ppm)
Buku
mutu
sekunder
240 g/m3
(0,12 ppm)
10 g/m3
(9 ppm)
40 g/m3
(35 ppm)
100 g/m'
(0,05 ppm)
Nitrogen
dioksida
Rerata
tahunan
10 g/m3
(9 ppm)
40 g/m3
(35 ppm)
100 g/m3
(0,05 ppm)
Sulfur
dioksida
Rerata
tahunan
24 jam
3 jam
80 g/m3
(0,03ppm)
365 g/m3
-
Rata-rata
geometrik
24 jam
75 g/m3
1300 g/m3
(0,05 ppm)
60 g/m3
260 g/m3
150 g/m3
3 jam
160 g/m3
(0,24 ppm)
160 g/m3
(0,24 ppm)
1 jam
Partikulat
tersuspensi
Hidrokarbon
Sasaran umum
Untuk mencegah iritasi
mata dan kemungkinan
gangguan fungsi paru pada
orang dengan penyakit paru
kronis,
dan
mencegah
kerusakan tumbuhan.
Untuk mencegah gangguan
transportasi oksigen pada
darah.
Untuk mencegah resiko
pada
kesehatan
masyarakat dan pelunturan
warna kain
Untuk mencegah iritasi paru
663
Sulfur dioksida
Waktu
Pengukuran
24 jam
Karbon monoksida
B jam
Oksida nitrogen
24 jam
Oksidan
I jam
Debu
Timah hitam
24 jam
24 jam
Parameter
Baku Mutu
260 g/m
(0,10 ppm)3
2260 g/m
(20 ppm) 3
92,5 g/m
(0,05 ppm)
200 g/m3
(0,10ppm)3
0,26 g/m
0,06 g/m3
Metoda Analisis
Para-rosanilin
Non Dispersive
Infrarred (NDIR)
Saltzman
Chemiluminescent
Gravimetri
Gravimetrik
Absorpsi atom
300
2. Sulfur dioksida
1500
3. Nitrogen oksida
1700
664
665
Contoh 1:
Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai
kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW
dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat,
NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut:
Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam
lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO2 = 20; SO2 =
38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan
bakar. (1 lb = 453,6 gram)
Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW
adalah:
2.250 MW / 0,38
= 5.930 x 106 Watt
= 20.200 x 106 Btu/Jam
(Watt = 3,4114 Btu/jam).
Dari kebutuhan energi, maka kebutuhan bahan bakarnya adalah:
= 1.834 x 103 lb/jam
(20.200 x 106 Btu/jam) /(11.000 Btu/lb)
= 917 ton/jam.
Besarnya emisi masing-masing polutan dapat diperkirakan sebesar:
Partikulat
: (16 x 8 lb/ton) x 917 ton/jam
= 117.300 lb/jam
: (20 lb/ton) x 917 ton/jam
= 18.340 lb/jam
NO2
SO2
: (38 x 0,5 Ibton) x 917 ton/jam
= 17.400 lb/jam
Jumlah emisi partikulat dapat dikurangi jika pada sistem tersebut
dilengkapi dengan satuan operasi lain (alat pengendali emisi partikulat)
seperti elektrostatik presipitator misalnya,
Contoh 2:
Perkiraan emisi partikulat dari sistem di atas, jika sistem dilengkapi
dengan EP yang mempunyai spesifikasi:
Ukuran partikel, pm
0-5
5-10
10-20
20-44
>44
Efisiensi, %
75
94,5
97
99,5
100
666
0-5
5-10
10-20
20-44
>44
% berat
15
17
20
23
25
0-5
4.398,75
5-10
1.096,76
10-20
703,80
20-44
134,90
> 44
0,0
Jumlah
==
6.334,2
= 3.510.000 kg/hari
= 3.510 ton/hari
Emisi partikulat:
7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari
Faktor emisi dari berbagai jenis bahan bakar tersebut diperoleh atas hasil
pengukuran berulang pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem
667
yang sama. Oleh karena itu walaupun bahan bakarnya sama, jika tipe
sistemnya berbeda, maka emisi polutannya akan berbeda besarnya.
Beberapa contoh Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun
berbagai tipe sistem yang digunakan disajikan pada Tabel 7.21.
Tabel 7.21. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran batubara, lb/ton coal
1.
Aldehid, HCHO
0,005
0,005
Rumah tangga /
Kantor
0,005
2.
Karbon Monoksida, CO
0,5
50
3.
Hidrokarbon, CH4
0,2
10
4.
20
20
5.
Sulfur Dioksida
38S
38S
38S
6.
Partikulat
16A
16A
16A
No
Polutan
Power Plant
Industri
Polutan
Aldehid, HCHO
Karbon Monoksida, CO
Hidrokarbon, CH4
Oksida Nitrogen, NO2
Sulfur Dioksida
Partikulat
Power Plant
Industri
1
N
N
390
0,4
15
2
0,4
N
214
0,4
18
668
Rumah Tangga/
Kantor
N
0,4
N
116
0,4
19
Polutan
1.
2.
3.
4.
Aldehid, HCHO
Karbon Monoksida, CO
Hidrokarbon
Oksida Nitrogen, NO2
Sulfur Dioksida, SO2
Sulfur Trioksida, SO3
Partikulat
6.
6.
Power Rant
Industri
0,6
0,04
3,2
104
157S
2,4S
10
2
2
2
72
157S
2S
23
Rumah
Tangga/Kantor
2
2
3
72
157S
2S
8
P
c1 T 1
=
c n P
T n
dengan:
c1 ; cn = konsentrasi polutan pada kondisi 1 dan kondisi normal. (P,T)1 ;
(P,T)n = tekanan dan suhu pada kondisi 1 dan kondisi normal
3.
Sebaran polutan
669
Gambar 7.50. Model Kotak Hitam (Black Box) Standar dan Profil Konsentrasinya
Cj = (Qj)/(v.W.D)
dengan:
Cj = konsentrasi polutan j, mg/m3
v = kecepatan angin, dianggap konstan, m/det
Q, = laju emisi polutan j, mg/det
D = tinggi kolom udara, m
W = lebar kolom udara, m
Selain model di atas dapat digunakan model kotak tertutup, terutama
jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol) sebagai berikut:
dengan:
Cj
Cj
x
Qj
D
W
t
= (Qj. t)/(x. . W. D)
= konsentrasi polutan j, mg/m3
= panjang kolom udara, m
= laju emisi polutan j, mg/det
= tinggi kolom udara, m
= lebar kolom udara, m
= waktu emisi, detik
670
671
Siang
Kuat
Sedang
Lemah
A
A-B
B
C
C
A-B
B
B-C
C-D
D
B
C
C
D
D
Malam
Cerah hingga
Berawan
berawan
E
F
D
E
D
D
D
D
2.
672
Contoh 4.
Perkiraan konsentrasi SO2 pada sisi hilir dari sebuah PLTU 1.000 MIW
pada jarak 1 km dan 5 km, yang menggunakan 10.000 ton batubara per
hari sebagai bahan bakarnya, kadar sulfur 1%, tinggi stack efektif 250 m,
angin bergerak dengan kecepatan 3m/det, diukur pada kondisi sedikit
cerah, siang hari pada ketinggian 10 m.
x, km
1
5
Tz, m
125
500
Ty, 117
140
540
673
Jumlah sulfur
= 10.000 ton/hari x 1/100
= 100 ton/hari (27.777.700 mg/detik)
Emisi SO2
= (64/32)(27.777.700)mg/det
= 55.555.400 mg/det.
Pada ground level concentration maximum (GLC), konsentrasi SO2
adalah:
C1km
C5km
674
675
676
jantung).
7. Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang
ke manusia.
Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit
bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi
urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun
akan tetapi sulfur oksida, asam sulfur, partikulat, dan nitrogen dioksida
telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetusnya asthma
brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru.
Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan
bahwa bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika
umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan dengan merokok
dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.
Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan
ataupun timbulnya penyakit yang disebabkannya sebetulnya masih belum
dapat diterangkan dengan jelas betul dan merupakan problema yang
sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan
hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan epidemiologik
hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.
Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan
berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi penemuanpenemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang terjadi lebih
dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa, sebagai
akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan
pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini
mungkin.
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of
Measurement telah menetapkan beberapa tingkat konsentrasi
pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap
kesehatan/ lingkungan sebagai berikut:
Tingkat I : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui
akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi pada
panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan,
pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang
merugikan pada lingkungan (adverse level).
677
678
679
Bronchitis kronika
Asthma bronchiale
Asthrnatik bronchitis
Emphysema pulmonum dan komplikasinya
Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)
Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)
Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambangtambang AS).
Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang
dianggap disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan
mendapat kompensasi akibat kerugian dan biaya perawatan dari
penyakitnya oleh polluters.
4. Pengendalian Pencemaran Udara
a. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara
Pencemaran udara ditinjau dari asalnya dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, yaitu pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas alam
seperti hembusan angin yang membuat debu beterbangan, letusan
gunung berapi yang mengeluarkan gas dan debu ke udara, aroma yang
dikeluarkan flora dan fauna, kebakaran hutan, serbuk sari dari bunga,
pembusukan hewan, dan tumbuh-tumbuhan, radioaktivitas alam. Dalam
beberapa kasus pencemaran alamiah ini berskala sangat besar sperti
letusan gunung berapi yang sekali meletus bisa mengeluarkan jutaan ton
gas dan debu ke udara, ataupun kebakaran hutan yang asapnya bisa
menyebar menutupi suatu kawasan yang sangat luas. Pencemaran udara
680
akibat aktivitas alam ini sangat sulit dikontrol oleh manusia, hanya
kebakaran hutan saja yang bisa dikontrol.
Kedua, pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
seperti alat transportasi, pembangkit tenaga listrik non-PLTA, industri
yang kesemuanya menghasilkan 5 macam polutan utama yang
berbahaya yaitu partikulat, karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen
oksida dan belerang oksida.
Pencemaran udara akibat aktivitas manusia sekarang ini sudah sangat
berat. Sebagai contoh, diperkirakan polutan yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia di Amerika Serikat saja dalam satu tahun sebesar 300
juta ton (bandingkan dengan polusi belerang dioksida akibat pembakaran
bahan bakar di Indonesia sekitar 160.000 ton/th dari batubara dan 3500
ton/th dari bahan bakar minyak). Pencemaran udara akibat aktivitas
manusia ini yang akan dibahas dan care penanggulangannya agar tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Sudah terbukti bahwa polutan bisa menimbulkan akibat negatif, antara
lain kesehatan manusia seperti penyakit saluran pernafasan dan pareparu, iritasi mata-kulit, alergi, dan lain-lainnya. Terhadap binatang selain
pernafasan juga makanan seperti yang terjadi terdap tumbuh-tumbuhan,
antara lain kerusakan hutan akibat hujan asam, rusaknya warna daun,
bunga, buah dan sebagainya. Tidak bisa diabaikan adalah kerusakan
material akibat korosi, perubahan warna, pemecahan rantai molekul,
kotor akibat debu, berkurangnya jarak pandang dan lainnya. Terhadap
clam: adanya zat CFC/HCFC yang merusak lapisan ozon (pelindung
bumi dari radiasi sinar ultra-violet matahari.
Aerosol di udara bersifatmenyerap energi radiasi sinar ultraviolet
matahari dan mengubahnya jadi panas yang membuat udara menjadi
lebih panas. Naiknya kandungan gas karbon monoksida di atmosfer akan
mengakibatkan terhalangnya pantulan panas bumi ke angkasa luar hal ini
mengakibatkan terperangkapnya panas di atmosfer, sehingga suhu bumi
menjadi naik dan akibat lanjutannya antara lain adalah naiknya
permukaan air laut akibat meleburnya lapisan es di kutub bumi.
Secara garis besar ada dua macam zat pencemar di udara yang berasal
dari emisi peralatan yang berkaitan dengan aktivitas manusia yaitu Gas
dan Partikulat.
681
a. Gas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beberapa jenis gas tersebut di atas mempunyai bau yang spesifik yang
dapat dipakai sebagai indikator adanya pencemaran udara.
b. Partikulat
Partikulat dapat berbentuk zat padat atau cairan yang ukurannya lebih
besar dari ukuran 1 molekul, tetapi kurang dari 1000 m. Partikulat yang
terdispersi di udara di sebut Aerosol. Debu adalah hasil pemecahan zat
padat sehingga berukuran 1 sampai 200 Etm. Asap adalah padatan atau
butiran cairan hasil pembakaran zat organik dan berukuran antara 0,01
sampai 1 m, demikian halusnya ukurannya sehingga bisa terdispersi
cukup lama di udara.
Polutan gas dan partikulat dilihat dari sumbernya dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, sumber bergerak, misalnya alat transportasi seperti mobil,
bis, truk, pesawat udara, kapal, kereta api, dimana gas asap sisa hasil
pembakaran di buang langsung ke udara. Kedua, sumber tidak bergerak,
yaitu industri/pabrik yang emisi polutannya sebagian besar dikeluarkan
lewat cerobong asap, sebagian lagi as ke Iingkungan karena operasi
peralatan pabrik yang tidak sempurna atau terbuka sehingga gas/
partikulat dapat lolos ke udara.
2. Prinsip Dasar Pengendalian Pencemaran Udara
Dengan mengetahui jenis dan sumber zat-zat pencemar udara, maka
dapat dilakukan dua tindakan untuk pengendalian pencernaran udara,
yaitu: DI DALAM PROSES dan DI LUAR PROSES.
682
683
Cerobong
dilengkapi
dengan
sampling
point
mempermudah pengontrolan kualitas gas buang.
rendah
konsentrasi
untuk
684
Media yang dipakai batu berukuran antara 1,0 1,5 inchi, gravel
0,5 cm antrasit dan plastik 1,8 mm
685
686
5. Asap
6. Belerang dioksida
7. Soda api
8. Asam chlorida
9. Asam sulfat
10. Amoniak
11. Timah hitam
12. Nitro karbon
13. Hlidrogen fluorida
14. Nitrogen sulfida
15. Chlor
16. Merkuri
687
688
2.
3.
689
V dan R yang tepat agar nilai akselerasi ini menjadi beberapa kali
nilai gravitasi : g , sehingga gaya centripetal yang dihasilkannya juga
meningkat.
Pengoperasian alat dust collector :
1. Menggunakan dasar dust collector untuk memisahkan debupartikulat dari gas pembawanya adalah dengan mengalirkan gas
yang membawa partikulat tersebut masuk silinder dust collector
melalui horizontal tangential inlet sehingga aliran gas dalam dust
collector menjadi berputar-cepat. Sehingga partikel debu akan
mendapatkan gaya centripetal terlempar kearah luar putaran gas
mendekati dinding dust collector.
2. Partikel akan
terkonsentrasi di dekat dinding, turun berputar
kebawah dan keluar dari bagian bawah dust collector.
3. Aliran gas akan berputar kebawah, dan berbalik arah naik keatas
melalui bagian tengah dust collector dan keluar dari alas melalui pipa
tengah.
Hawksley menurunkan rumus yang digunakan untuk menghltung efisiensi
pemisahan debu di dalam dust collector sebagai berikut :
d 2 Vc
=
18 D
dimana
690
9 B 2 H
=
p Q g
1/ 2
(2 L1 + L2)
: panjang cylinder
: panjang dust collector
691
692
1. Scrubber
Alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah
bereaksi dengan air. Prinsip kerjanya adalah mencampurkan air
dengan uap dalam satu kolam. Pada umumnya arah aliran
berlawanan agar kontak uap/gas dengan air dapat sempurna. Alat
terdiri dari beberapa tipe: penyemprot, kolam, piringan dan putaran.
Menara Penyemprot
Gas kotor masuk dari bagiah dasar akibat tekanan. Gas
membubung ke atas sementara dari atas dimasukkan pipa air yang
dilengkapi dengan sprayer (penyemprot), sehingga air keluar
merupakan titik-titik air memenuhi menara. Karena gaya berat, titik air
turun sementara gas naik bersama udara. Gas yang terkandung
dalam udara bereaksi dengan air dan turun ke bawah lalu ditampung
dan dialirkan ke tempat tertentu. Udara yang bersih keluar melalui
cerobong atas. Faktor yang perlu diperhatikan adalah waktu kontak.
Jenis lain dari menara penyemprot yaitu packet tower dilengkapi
dengan paking yang berfungsi memperluas permukaan kontak uap
penceipar dengan air.
Plate tower adalah bentuk lain yaitu paking digantung dengan
piringan yang berlobang-lobang. Air berada di atas piringan dan turun
melalui lubang-lubang, sementara udara dan gas mengalir dari
bawah.
Scrubber model tegak hampir mirip dengan menara
penyemprot. Air dialirkan melalui pipa tegak (sejajar dengan kolam)
berada di tengah-tengah liolam dan di sekeliling pipa dibuat lubang
untuk menyemprotkan air. Gambar 22, 23 dan 24 adalah bagan alat
pengolahan gas.
2. Pengolahan dengan Penyerapan (Absorbsi)
Prinsip penyerapan (absorbsi) adalah pemisahan zat pencemar
bentuk gas melalui cairan penyerap yang tidak mudah menguap.
Udara yang mengandung zat pencemar dialirkan melalui cairan
penyerap yang tidak mudah menguap (seperti air) sehingga zat-zat
tersebut terserap. Penyerapan berlangsung dengan mudah apabila
kontak permukaan cukup luas. Untuk itu dilakukan dengan
membentuk butiran cairan atau membentuk cairan yang berbentuk
693
694
Di samping itu perlu juga diperhatikan zat pencemar yang mudah dah
bereaksi dengan zat penyerap seperti asam dengan alkohol.
Ada 5 (lima) metode kerja absorbsi yaitu:
695
696
a. Menara Isi
Menara berbentuk silinder tegak diisi butiran pengisi untuk
memperluas kontak permukaan. Cairan mengalir melalui butiran.
Sementara itu gas dapat mengalir searah atau berlawanan arah
dengan cairan penyerap.
Efektivitas alat sangat dipengaruhi distribusi gas yang mengalir
melalui butiran pengisi. Butiran dapat dibuat dari bahan plastik atau
karbon dengan ukuran 2,5 cm / s/d 5 cm. Lihat gambar 25, 26 dan
27.
b. Menara Semprot
Menggunakan cairan penyerap yang disemprotkan ke dalam
menara dan cairan ini mudah bereaksi dengan gas, seperti gas
chlor. Yang penting gas mudah larut dalam cairan.
Gas masuk dari bagian samping bawah silinder sementara butir
cairan masuk dari samping silinder sebelah tengah. Gas dan
butiran padat akan larut bersama cairan penyerap dan terbawa ke
bawah sementara gas bersih keluar melalui pembuangan sebelah
atas.
c. Penyerapan dengan Tarikan Cairan
Berfungsi untuk menarik partikel dari buangan gas. Cairan
penyerap dibangkitkan dan terjadi kontak dengan partikel,
sehingga terjadi ikatan partikel dengan cairan. Sementara gas
terbuang melalui lubang pembuangan atas.
d. Semprot Cyclone
Alat ini merupakan silinder tegak yang sebelah bawah terdapat alat
penyemprot. Gas masuk ke dalam silinder melalui saluran yang
berbentuk tangensial. Aliran gas yang berjalan mengelilingi cairan
menabrak butiran cairan sehingga terjadi penyerapan.
e. Penyerapan Mekanis
Alat diisi cairan penyerap dan diputar dengan kipas. Gas kotor
masuk ke dalam cairan. Reaksi antara cairan dan gas berlangsung
dengan cukup baik. Gas dan partikel yang mudah bereaksi tinggal
bersama cairan sementara gas keluar sudah bersih.
697
698
699
lain.
Bagaimanapun pengolahan akhir harus mendapat perhatian
utama yaitu mau dikemanakan limbah? Karena itu perlu
dilakukan pengolahan sebelumnya untuk memperoleh limbah
yang lebih mudal mengelolanya, seperti mudah memindahkan,
mengangkut, tidak menimbulkan bau sewaktu dibawa dan
lain-lain.
Berdasarkan pertimbangan di atas pengolahan limbah dapat
dilakukan melalui proses sebagai berikut:
a. Pemisahan
Pemisahan dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai
ukuran yarig berbeda dan kandungan bahan tertentu.
Pemisahan perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan
kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan
peralatan (mesin) yang tidak cocok dengan komponen bahan
pencemar dalam limbah.
Pemisahan dilakukan sebagai berikut:
1) Sistem balistik. Pemisahan cara ini untuk memperoleh
ukuran yang lebih seragam, misalnya berat mendekati
seragam atau ukuran volume yang lebih seragam pula.
2) Sistem grafitasi
Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya berat, misalnya
bahan yang mudah terapung dengan bahan yang berat.
Atau pada pemisahan biji sawit dengan serat dilakukan
berdasarkan hembusan angin.
3) Sistem magnetis
Bahan yang bersifat maknet akan menempel pada magnet
sedangkan yang tidak mempunyai sifat magnetis akan
langsung berpisah. Alat ini banyak digunakan untuk
memisahkan bahan yang bercampur antara logam dan
nonlogam.
b. Penyusutan Ukuran
Ukuran perlu diperkecil unttik memperoleh ukuran yang lebih
homogen sehingga lebih mudah memberi perlakuan terhadap
pengolahan berikutnya dengan tujuan:
700
701
702
Pabrik Kimia
5. Pabrik
batubara
minyak dan
pabrik energi
Pabrik industri
logam dasar
Pabrikuningan
Pengecoran
besi
Penyulingan
minyak atsiri
Kotoran
Endapan
Selulose
Polimer
Tawas
NaNO3
Deterjen
Silika
Al2O3
Serfikan
Tanah hat
Kaolin
Silika
kapur
Besi
Besi
NaOH
Cupper
sang
Tanah liat
Pasir
Bahan organik
703
Kapur
Kapur
Pemotongan
Cetakan
Bahan penolong
Residu furnace
Precipitator
Kerak
Batu kapur
Pemotongan
Cetakan
704
Pemekatan
Penghancuran
Pengurangan air
Pengeringan
Pembakaran
Buangan
Gambar 7.66. sistem pengolahan buangan padat
705
RANGKUMAN :
1. Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung
dalam limbah cair oleh gaya gravitasi.
2. Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim
digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala
kecil.
3. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung
dari sumber cemaran.
4. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia
di atmosfer.
5. Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu
polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar
se/ama kurun waktu tertentu.
6. Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack),
hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise"
atau kenaikan kepulan asap.
CONTOH SOAL :
Contoh 1:
Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai
kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW
dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat,
NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut:
Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam
lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO2 = 20; SO2 =
38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan
bakar. (1 lb = 453,6 gram)
Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW
adalah:
2.250 MW / 0,38
= 5.930 x 106 Watt
= 20.200 x 106 Btu/Jam
(Watt = 3,4114 Btu/jam).
706
0-5
5-10
10-20
20-44
>44
Efisiensi, %
75
94,5
97
99,5
100
0-5
5-10
10-20
20-44
>44
% berat
15
17
20
23
25
0-5
4.398,75
5-10
1.096,76
10-20
703,80
20-44
134,90
> 44
0,0
Jumlah
==
707
6.334,2
= 3.510.000 kg/hari
= 3.510 ton/hari
Emisi partikulat:
7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari
LATIHAN SOAL :
1.
2.
3.
4.
708
DAFTAR PUSTAKA
A.K.SHAHA. 1997, Combustion Engineering and Fuel Technology OXFORD
& IBH PUBLISHING CO.
Abdul Kadir, Prof., Ir., 1993. Pengantar Tenaga Listrik, Edisi Revisi, PT
Pustaka LP3ES, Jakarta.
Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stuble H., Schneiter E., Chemiche
Technologie 2 (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir.,
1995. Kimia Teknologi 2, PT. Pradnya Paramita, Bandung.
Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stuble H., Schneiter E., 1995.
Chemiche Technologie 1 (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda
Dr. Ir., Kimia Teknologi 1, PT. Pradnya Paramita, Bandung.
Brace, 1998. Technology of Anodizing, Robert Draper Ltd., Teddington.
Champbell, 1998. Prinsip of Manufacturing Materials & Processes, New
Delhi.
Corbitt, R. E., 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering,
McGraw-Hill Book Co., New York.
Dennis, 2002. "Nickel and Chromium-Plating", Newnes-Butterworths.
Don A. Watson, 2000. CONSTRUCTION MATERIALS AND PROCESSES.
Mc Graw-Hill Book Company, Sidney.
Erlinda N, Ir., 2004. "Korosi Umum", Seminar Masalah Penanggulangan
Korosi dengan Bahan Pengubah Karat, LMN-LIPI.
Gabe, 1998. "Principle of Metal. Surface Treatment and Protection", 2nd
edition, Pergamon Press, London.
George T Austin, E. Jasjfi (alih bahasa), 1995. Industri Proses Kimia, Jilid
1, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Handojo, L, 1995, Teknologi Kimia, Jilid 2, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Katz, (Ed.) 1997. Methods Of Air Sampling and Analysis. Interdiscipplinary
Books and Periodical, APHA, Washington.
Kenneth N.Derucher, Conrad P. Heins 1996. MATERIALS. FOR CIVIL AND
709
UGM-UNDIP, Semarang.
Silman, H., BSc., 1998. Protective and Decorative Coating for Metals,
Finishing Publications Ltd., London.
Slamet Setiyo, Ir., Margono B.Sc., 1982. Mesin dan Instrumentasi 2,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Jakarta.
Soedomo M. 1998. Pehigelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan
Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi
Limbah, ITB, Bandung.
Stern, A.C., 1996, Air Pollution, Third edition, Volume III Measuring,
monitoring, and surveillance of air pollution. Academic Press, New
York.
Tata Surdia Ir. Msc Met E; Kenji Chijiwa Prof. Dr. 2000, Teknik
Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Ulrich D. Gael, 1984. A Guide To Chemical Engineering Process Design
And Economics John Wiley & Sons, USA.
Ulrich, Gael D., 1984, A guide to chemical Engineering Process Design and
Economics John Wiley and Sons.
W.H.Taylor, 1999. CONCRETE TECHNOLOGY AND PRACTICE. Mc GrawHill Book Company, Sidney.
Wahyudin, K., 1990. Kursus Elektroplating dan Penerapannya, Lembaga
Metallurgi Nasional-LIPI - BENGPUSMAT III.
Bahan Bakar Dan Pembakaran,
www.chemeng.vi.ac.id/wulan/materi/cecture%20notes/umum
Http://www.chem.itb.ac.id/safety/Tim Keselamatan Kerja Departemen Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2002
http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/
http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm
http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html
711
http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Didcot_power_station_cooling_tow
er_zootalures.jpg
http://www.lenntech.com/fran%C3%A7ais/chaudi%C3%A8re/eaualimentation-chaudiere.htm
http://www.queensindustrial.com/service.htm
http://www.geothermie.de/egec-geothernet/prof/heat_exchangers.htm
http://www.sensorsmag.com/sensors/Level+and+Leak+Detection/A-DozenWays-to-Measure-Fluid-Level-and-How-TheyW/ArticleStandard/Article/detail/360729
Integrated Biodiesel Plant & Palm Oil Mill, Agus Kismanto, BPPT,
http://bfuel.biz/files/ako_integrated_Biodiesel_Plant_Palm_Oil_Read_Only_p
df
Teknologi
Proses
Produksi
Biodiesel,
Martini
Rahayu,
www.geocities.com/markal_bppt/pubilsh/biofbbm/biraha.pdf
US Department of Energy (US DOE), Energy Efficiency and Renewable
Energy. Improving.
Compressed Air System Performance. DEO/GO-102003-1822. 2003.
www.oit.doe.gov/bestpractices/compressed_air
Wiki, Instrumentasi, 3 Januari 2008, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
Availabel
[online]:<http://id.wikipedia.org/wiki/Instrumentasi>[19
Januari
2008]
www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20%20Compressors%20and%20Compressed%20Air%20Sy
www_process-controls_cod-Metex-Aqualytic-images
reaktore_klein_jpg_files\cod_reactor.htm
United Nations Environment Programme, Peralatan Pemantauan, 2006,
Available[online]< Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
www.energyefficiencyasia.org>
712
KIMIA INDUSTRI
Kimia
Industri
Suparni Setyowati Rahayu
Sari Purnavita
untuk SMK
untuk
Sekolah Menengah Kejuruan
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Suparni S. R. | Sari P.
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.