PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi pada
kegiatan supervisi, tetapi dalam bidang keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
Jika seseorang berada pada posisi sebagai seorang ketua tim, kepala ruang, atau
perawat pelaksana dalam suatu bagian, orang tersebut memerlukan suatu pemahaman
tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, tidak hanya
mengelola orang lain, tetapi juga sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan orang tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju arah
kesembuhan.
Seperti halnya keperawatan, ilmu manajemen mengembangkan dasar teori dari
berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Oleh karena
organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori manajemen adalah
bagaimana manajemen dapat berhasil dan hal apa yang harus diperbaiki atau diubah
dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan
tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja
keperawatan nonprofesional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Manajemen Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan, antara lain sebagai berikut.
1. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya (Ordway Tead).
Manajemen Keperawatan
berbagai
paradoks
keputusan
yang
dapat
mendorong
kajian-kajian
utama,
kajian-kajian
manajemen),
dan
kajian
transformasional
(visioner,
modern
Behaviors (OCBS),
ditelesuri
kepemimpinan
dari
Organizational
terbagi
dalam
Citizenship
delapan
teori
kepemimpinan, yaitu
1) Kepemimpinan adaftif, melibatkan para pemimpin untuk menyusun visi
masa depan dan mengilhami orang lain untuk menerima perubahan dan
menjadi peserta dalam perjalanan ke depan, dengan ciri; kompeten di
bidangnya, objektif dalam menangani keputusan dan masalah; reflektif
dalam melihat sikap dan perilaku sendiri, dapat dipercaya dalam
menangani kepentingan lain, inovatif dalam mengejar kinerja yang lebih
Manajemen Keperawatan
kepemimpinan
tersebar
berarti
mengetahui
bagaimana
hasil.
Banyak
pemimpin
sekarang
mengharapkan
10
memacu
berbagai
11
1.
-
2.
3.
5.
12
(1978) untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan
transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan
transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan
bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin
Manajemen Keperawatan
13
jawab mereka,
para
yang
mereka
harapkan.
Pemimpin
transformasional
harus
mampu
dimensi ini,
14
mengartikulasikan
pengharapan
mendemonstrasikan
yang
jelas
terhadap
prestasi
bawahan,
stimulation
(stimulasi
intelektual).
Pemimpin
(1992) menyebut
kepemimpinan
transformasional
sebagai
kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996)
menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).
Disebut
tujuan-tujuan
15
yang dapat menjawab Ke mana kita akan melangkah? menjadi hal pertama
yang penting untuk kita implementasikan
2. Motivasi, yakni kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang
terlibat terhadap visi sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan.
Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergis di dalam
organisasi, berarti seharusnya dia dapat mengoptimalkan, memotivasi dan
memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas
atau pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi
mereka pula untuk terlibat suatu proses kreatif, memberikan usulan mengambil
keputusan dalam pemecahan masalah, hal ini akan memberikan nilai tambah bagi
mereka sendiri
3. Fasilitasi, yakni dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi
pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok,
ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal
intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya
4. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan
perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap
orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka
tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin
transformasional harus sigap merespons perubahan tanpa mengorbankan rasa
percaya dan tim kerja yang sudah dibangun
5. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan
tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang
penuh dengan tanggung jawab
6. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri
dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif
Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.
Manajemen Keperawatan
16
kepemimpinan
transaksional,
hubungan
pemimpin-pengikut
didasarkan pada rangkaian pertukaran atau tawar menawar antar pemimpin dan
pengikut. Bass (1985) membedakan dua factor yang menyusun dasar dari tingkat
aktivitas pemimpin dan sifat alami interaksi dengan bawahan. Kepemimpinan
cotingent reward ( penghargaan bersama) merupakan pertukaran yang aktif dan
positif antara pemimpin dan pengikut dimana bawahan diberi penghargaan atas
penyelesaian suatu tujuan yang sudah disepakati bersama. Pemimpin juga bisa
bertransaksi dengan memfokuskan pada kesalahan, keputusan yang tertunda, atau
meghindari campur tangan sampai sesuatu yang salah terjadi, yang biasa disebut
sebagai management by exception. Management by exception secara lebih jauh
dibedakan sebagai suatu transaksi yang aktif atau pasif antara bawahan dan pemimpin
(Howell and Avolio 1993) dalam bentuk aktif, pemimpin secara berkesinambungan
memonitor kinerja bawahan untuk mengantisipasi kesalahan sebelum terjadi suatu
masalah dan secara tepat mengambil tindakan korektif bila diperlukan, secara aktif
Manajemen Keperawatan
17
mencari permasalahan dan penyimpangan dari apa yang diharapkan; namun dalam
manajemen, pemimpin campur tangan dalam bentuk kritik dan memperbaiki hanya
setelah terjadi kesalahan dengan pemimpin menunggu sampai tugas diselesaikan
sebelum diketahui adanya masalah dan kemudian baru memberitahukan kesalahan
tersebut kepada bawahannya.
Perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat
diidentifikasi yakni, bahwa inti teori kepemimpinan transaksional terutama
menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan berupa proses transaksi dan
pertukaran (exchanges process) yang bersifat politis, ekonomis, sementara teori
kepemimpinan transformasional pada hakikatnya menjelaskan proses hubungan
antara atasan/pimpinan dan bawahan/rakyat yang belandasakan pada nilai2,
keyakinan2, dan asumsi mengenai visi dan misi bangsa dan negara.
BAB III
Manajemen Keperawatan
18
19
dan
Blanchard
termasuk
gaya
kepemimpinan instruksi.
a. Tinggi tugas dan rendah hubungan.
Hubungan antara perawat Fatimah dengan berawat Jubaidah dan perawat
Fatimah dengan perawat Umi tidak sama. Artinya perlakuan perawat Fatimah
terhadap perawat Jubaidah dan perawat Umi tidak adil. Perawat Fatimah
memberikan instruksi terhadap perawat Jubaidah untuk melakukan setiap
tindakan keperawatan pada klien. Sedangkan perlakukan perawat Fatimah
dengan perawat Umi diberikan tindakan kebebasan untuk melakukan
tindakan, yang artinya perawat Umi dapat menyampaikan pendapatnya dan
dapat menyalurkan haknya sebagai seorang perawat.
b. Komunikasi sejawat.
Komunikasi antar sesama teman sejawat antara perawat Fatimah, perawat
Jubaidah, dan perawat Umi kurang efektif.
c. Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat
minimal.
Dalam pengambilan keputusan pada perawat Fatimah terhadap perawat
Jubaidah dan perawat Umi tidak adil. Perawat Fatimah tidak memberikan hak
yang sama terhadap mereka untuk menyampaikan pendapat dan memberikan
kebebasan dalam bertindak.
d. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik
serta mengawasi dengan ketat.
Perawat Fatimah memberikan instruksi terhadap perawat Jubaidah, tetapi
tidak sama perlakuannya dengan perawat Umi. Perawat Fatimah tidak
memberikan kebebasan untuk melakukan tindakan keperawatan terhadap
perawat Umi.
4. Mengidentifikasi kepemimpinan transaksional dan transformasional.
a. Penghargaan kepemimpinan Kontinjensi (yaitu, transaksi konstruktif)
mengacu pada perilaku pemimpin berfokus pada klarifikasi peran dan
persyaratan tugas, menyediakan pengikut dengan bahan atau imbalan
psikologis bergantung pada pemenuhan kewajiban kontraktual .
Karena perawat Fatimah memberikan imbalan kepada perawat Umi
kebebasan dan tidak memenuhi kewajibannya sebagai perawat.
Manajemen Keperawatan
20
b. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif
Karena perawat Fatimah tidak memberikan siap siaga kepada perawat Umi
untuk melakukan keperawatan di Rs. Sedangkan perawat Zubaidah selalu siap
siaga melakukan keperawatan di RS. Dan berakibat menimbulkan perselisihan
antar perawat di RS Ibnu Sina
5. Mengidentifikasi kepemimpinan efektif.
Pengembangan tim kerja yang efektif
Pengembangan tim kerja yang efektif dengan cara perawat fatimah
memberikan cara bekerja sama dengan baik dan tetap menjaga komunikasi
antar teman sejawat.
Mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antar staf,
Saling memberikan kepercayaan kepada sesama perawat, saling menjaga
privasi antar teman sejawat. Dan bersama sama belajar untuk
mengembangkan hubungan yang lebih rekat.
Memberikan umpan balik yang positif.
Sesama perawat harus saling memberikan umpan balik yg baik. Antara
perawat dengan perawat atau pun dengan kepala perawat harus saling
menghormati dan menghargai satu sama lain
Menerapkan mentar yang efektif
Sebaiknya perawat fatimah memberikan instruksi serta pembelajaran kepada
kedua perawat yang dibawahnya.
Memberikan sistem pemberian penghargaanyang baik.
Perawat fatimah harusnya memberikan suatu kompetisi antar perawat agar
para perawat lebih baik dalam pelayanan nya, dan memberikan penghargaan
yg sepantas nya atas kerja keras dari perawat
Mengembangkan , meningkatkan dan meninjau indikator organisasi.
Para prawat harus bersama meningkatkan kinerja agar selalu maksimal
dalam pelayanan kesehatan serta dapat mengembangkan indikator dari
perkumpulan perawat-perawat tersebut.
C. Pengambilan Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah merupakan tahap-tahap yang
harus digunakan untuk membuat keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pusat
dari kegiatan organisasi Bahkan Perron dalam Salusu (1996:45), menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan,sedangkan Gore (1959),
Manajemen Keperawatan
21
yang
digunakan
dalam
suatu
proses
pengambilan
Kelebihan
kelemahan
Manajemen Keperawatan
22
Intuisi
Keputusan
yang
dihasilkan
Sulit
mencari
alat
cepat.
Dasar-dasar
lain
dalam
memberikan kepuasan pada umumnya.
Kemampuan
mengambil pengambilan keputusan serangkali
keputusan itu sangat berperan oleh diabaikan.
Wewenang
adalah
Dapat
menimbulkan
sifat
bawahan,terlepas
apakah rutinitas.
Mengasosialisasikan dengan
penerimaan tersebut secara sukarela
praktik dictatorial.
ataukah secara terpaksa.
Memiliki orientisitas(orientik).
sehingga menimbulkan kekaburan.
Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis.Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu,dapat memperhitungkan untung ruginya,baik buruknya
fakta
kepercayaan
terhadap
dengan ikhlas.
Keputusan yang diambil bersifat objektif,logis, lebih transparan,konsisten
untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan secara rasional dapat tercapai: (1) kejelasan masalah,
(2 )orientasi tujuan,(3) pengetahuan alternatif,(4) preferensi yang jelas,dan(5)
hasil maksimal.
Manajemen Keperawatan
23
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Manajemen Keperawatan
24
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Keperawatan
25