Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi pada
kegiatan supervisi, tetapi dalam bidang keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
Jika seseorang berada pada posisi sebagai seorang ketua tim, kepala ruang, atau
perawat pelaksana dalam suatu bagian, orang tersebut memerlukan suatu pemahaman
tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, tidak hanya
mengelola orang lain, tetapi juga sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan orang tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju arah
kesembuhan.
Seperti halnya keperawatan, ilmu manajemen mengembangkan dasar teori dari
berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Oleh karena
organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori manajemen adalah
bagaimana manajemen dapat berhasil dan hal apa yang harus diperbaiki atau diubah
dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan
tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja
keperawatan nonprofesional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Manajemen Keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan, antara lain sebagai berikut.
1. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya (Ordway Tead).
Manajemen Keperawatan

2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi aktivitas seseorang atau


sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan (Stogdill).
3. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Georgy R. Terry).
4. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam
suatu situasi tertentu (Paul Hersay dan Ken Blanchard).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul
apabila ada seseorang yang karena sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan
untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan berbuat sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Kepemimpinan dalam konteks organisasi
menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahukan, menunjukkan,
dan memotivasi bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor
manusia dalam suatu organisasi yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus
pada kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang lain.
Dalam bidang keperawatan, kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan
seorang pemimpin (perawat) dalam mengajak dan mempengaruhi perawat lainnya
yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan
tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan,
namun keterampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan
ditingkatkan.
B. Teori Kepemimpinan
Menurut Pavlop, kepemimpinan memainkan peran penting dalam pelaksanaan
perubahan yang melibatkan dua aspek penting, yaitu perubahan dan orang. Mengubah
organisasi sesusungguhnya adalah berkenaan dengan mengubah perilaku orang,
sehingga organisasi dalam melaksanakan perubahan membutuhkan pemimpin
Manajemen Keperawatan

yang dapat membantu menyebar dan mempertahankan nilai-nilai baru yang


diperlukan untuk reformasi sektor publik. Akan tetapi, mengelola dan memimpin
adalah dua fungsi yang berbeda yang memerlukan sejumlah keterampilan yang
berbeda yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan (Pavlop et al., 2001).
Oleh karena itu, diperlukan kecermatan bagi seorang pemimpin dalam menyikapi
perubahan, terlebih pada era gloablisasi dan dimensi perubahan lingkungan saat ini
yang tidak mudah diprediksi. Berbagai teori dan gaya kepemimpinan dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi, situasi, serta bakat yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
a. Teori Great Man
Teori ini berdasarkan keyakinan bahwa pemimpin adalah orang yang luar biasa,
dilahirkan dengan kualitas bawaan, ditakdirkan untuk memimpin. Penggunaan
'pria-man' itu disengaja karena hingga pada akhir abad ke-20 kepemimpinan
dianggap sebagai sebuah konsep terutama berhubungan dengan laki-laki,
misalnya pemunculannya di militer dan dunia Barat (Bolden dkk, 2003).
Munculnya tokoh besar seperti Napoleon, George Washington, atau Martin
Luther, yang telah berpengaruh besar pada masyarakat (Wart, 2003).
Anggapan bahwa para pemimpin dilahirkan, telah memiliki warisan sifat-sifat
kepemimpinan seperti halnya pada jaman raja-raja di Asia. Teori ini juga
mendorong pemunculan teori sifat, dimana seorang pemimpin dibandingkan
dengan yang bukan pemimpin memiliki ciri-ciri yang berbeda. Diantara teori
kepemimpinan yang memiliki kedekatan klasifikasi dengan teori genesis adalah
teori sifat dan karismatik (Suryadi, 2010)
b. Teori Sifat
Menurut Bolden, dkk (2003) dan Wart (2003), terdaftar sederetan sifat atau
kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan yang ada secara
berkelimpahan dan terus diproduksi. Semua sifat yang menggambarkan
beberapa atribut manusia positif yang semangat untuk hidup. Penekanan pada
sifat-sifat individu (fisik, pribadi, motivasi, bakat) dan keterampilan
(komunikasi dan kemampuan untuk memengaruhi) yang menyertai para
pemimpin ke semua tugas kepemimpinan. Era ini dipengaruhi oleh
metodologi ilmiah secara umum (pengukuran terutama industri) dan
manajemen ilmiah pada khususnya (misalnya, definisi peran tugas,
Manajemen Keperawatan

kompetensi untuk peran-peran bersangkutan). Menurut Suryadi (2010),


pendekatan sifat merupakan pendekatan tertua dalam studi kepemimpinan.
Pendekatan ini didasarkan atas anggapan karakteristik tertentu yang akan
membuat orang menjadi pemimpin yang baik dibandingkan dengan lainnya
dan bahwa memungkinkan menentukan sifat-sifat pemimpin yang baik.
Dalam bukunya yang menampilkan studi seleksi karyawan menyebutkan
kriteria seorang pemimpin mencakup kemampuan, pengalaman kerja,
motivasi dan kepribadian, sedangkan dalam kajian emergensi pemimpin
dengan menampilkan hasil penelitian Lord, de Veder dan Alinger (1986)
menemukan sifat kepemimpinan, yaitu: kecerdasan, agresif, tegas, dan
dominasi berhubungan dengan emergensi pemimpin.
c. Teori Perilaku
Ini berkonsentrasi pada apa yang para pemimpin benar-benar lakukan
daripada penerapan kualitas mereka. Pola yang berbeda dari perilaku yang
diamati dan dikategorikan sebagai 'gaya kepemimpinan' (Bolden dkk, 2003).
Sebagian besar studi kepemimpinan publik dasarnya studi tentang hidup dan
karakteristik tertentu dari perilaku individu menduduki kantor-kantor publik.
Studi ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan, memahami, dan mengevaluasi perilaku elit atau beberapa
orang yang menjalankan kekuasaan dan pengaruhnya atas banyak hal. Elit
dapat dipelajari dalam berbagai cara - dengan mewawancarai mereka, dengan
membajak melalui pidato dan tulisan mereka, dengan memberikan survei
kepada mereka, dengan melihat CV mereka, menyusun dan membandingkan
karakteristik demografi mereka, sosial dan profesional, atau dengan
mengamati mereka dari dekat sebanyak mungkin (Hart, Paul 't dan John Uhr,
2008). Menjadi sebuah kebingunan tersendiri ketika para ahli kepemimpinan
menyusun sebuah paradigma kepemimpinan secara tumpang tindih dengan
yang lainnya. Kadang-kadang teori sifat sangat terkait dengan perilaku,
demikian juga perilaku bersimetris dengan teori kontingensi dan teori
situasional.
d. Teori Situasional
Manajemen Keperawatan

Pendekatan ini melihat kepemimpinan sebagai hal khusus untuk situasi


dimana kepemimpinan sedang dilakukan. Sebagai contoh, beberapa situasi
mungkin memerlukan gaya otokratis dan sementara bagi orang lain mungkin
perlu pendekatan yang lebih partisipatif. Hal ini juga dapat menampilkan
bahwa mungkin ada perbedaan dalam gaya kepemimpinan yang diperlukan
pada tingkat yang berbeda dalam organisasi yang sama. Pembicaraan masalah
kepemimpinan bersifat situasional, dimana pemimpin harus dapat mengatur
gaya kepemimpinanya agar dapat berjalan secara efektif. Menurut Papworth
(2008) gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah ditentukan oleh tingkat
kesiapan para pemimpin dan pengikutnya.
e. Teori Kontingensi
Teori Ini adalah penyempurnaan dari sudut pandang situasional yang terfokus
pada identifikasi variabel-variabel situasional yang paling memprediksi gaya
kepemimpinan yang paling tepat atau efektif agar sesuai dengan keadaan
tertentu. Penekanan para pemimpin situasional berkaitan dengan kinerja dan
variabel pengikut. Pergeseran dari sifat-sifat dan keterampilan untuk perilaku
(misalnya, tingkat energi dan keterampilan komunikasi, klarifikasi peran, dan
motivasi staf).
f. Teori Transaksional
Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan antara pemimpin dan
pengikut, berfokus pada keadaan saling menguntungkan, teori ini bersumber
dari bentuk kontrak dimana pemimpin memberikan hal-hal seperti
penghargaan atau pengakuan sebagai imbalan atas komitmen atau kesetiaan
para pengikut. Menurut Antonakis, Avolio, dan Sivasubramaniam (Bodla dan
Nawaz, 2010), kepemimpinan transaksional adalah sebuah proses pertukaran
yang didasarkan pada pemenuhan kewajiban kontrak dan biasanya
direpresentasikan sebagai penetapan tujuan dari hasil pemantauan dan
pengendalian.
g. Teori Transformasi
Konsep utama dalam teori ini adalah perubahan dan peran kepemimpinan
dalam membayangkan dan melaksanakan transformasi kinerja organisasi.
Penekanan pada pemimpin yang membuat perubahan dalam struktur-struktur,
Manajemen Keperawatan

proses utama, atau budaya secara keseluruhan. Pemimpin secara teknis


memiliki visi yang menarik, wawasan teknis yang brilian, dan kualitas
kharismatik (Wart, 2003).
h. Teori Pelayan (Servant)
Penekanan pada tanggung jawab etis untuk pengikut, stakeholder, dan
masyarakat. Teori bisnis cenderung menekankan pelayanan pada pengikut;
teoretikus politik menekankan pada warga negara, analis administrasi publik
cenderung menekankan kepatuhan hukum dan warga negara (Wart, 2003).
Menurut Barbuto Wheeler (2006) bahwa, pemimpin pelayan digambarkan
sebagai kategoris bijaksana dan proses keputusan mereka berorientasi
layanan. Tampaknya penerapan pengetahuan dan pengalaman informasi untuk
membuat pilihan-pilihan, baik optimal dan altruistik (Bierly, Kessler &
Chritensen, 2000). Sebuah filosofi layanan berorientasi dalam pendekatan
kepemimpinan adalah manifestasi dari masa lalu yang memungkinkan sebuah
organisasi yang bijaksana. Pemimpin pelayan telah digambarkan mampu
mengelola

berbagai

paradoks

keputusan

yang

dapat

mendorong

pengembangan kebijaksanaan organisasi (Srvasta & Cooperrider, 1998).


i. Teori Visioner
Tampaknya bahwa ada karakteristik individu tertentu yang membuat beberapa
orang lebih baik menciptakan visi organisasi daripada yang lain. Tiga
karakteristik yang telah dibahas dalam literatur kepemimpinan adalah sikap
positif terhadap kehidupan, orientasi masa depan, dan kreativitas (Pinto,
Jeffrey K. Et all, 1998). Dalam penelitian Thom (1994) menunjukkan
beberapa manusia cenderung berfokus pada masa lalu, sementara yang lain
fokus pada masa sekarang, dan yang lain pada masa depan. Fokus ini dapat
memanifestasikan dirinya dalam cara-cara orang berpikir tentang diri mereka
sendiri.
j. Teori Multifaceted (Holistik)
Penekanan pada mengintegrasikan

kajian-kajian

utama,

kajian-kajian

transaksional (sifat dan masalah perilaku sebagian besar mewakili


kepentingan

manajemen),

dan

kajian

transformasional

(visioner,

kewirausahaan, dan kharismatik). Era ini dipengaruhi oleh perekonomian


Manajemen Keperawatan

global yang sangat kompetitif dan kebutuhan untuk memberikan pendekatan


yang lebih canggih sophisticated dan holistik untuk kepemimpinan (Wart,
2003). Dalam dimensi organisasi publik tentu diharapkan kemampuan seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan menjadi pemimpin, mampu menguasai
teknologi dan informasi sehingga mampu memberikan pandangan dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi secara komprehensif.
Menurut Mohamed Nura (2009) ada delapan prinsip harus dimiliki pemimpin
yaitu: pemimpin harus mampu membuat keputusan, berani mengambil resiko,
fleksibel, memimpin dengan contoh, visibilitas yang baik, mampu
berkomunikasi, memiliki pengendalian diri dan kemampuan melakukan
konsultasi. Selanjutnya dalam model meta kepemimpinan strategis (Sander, et
all, 2011), menyebutkan bahwa gabungan dari berbagai perilaku pemimpin
memberi pengaruh pada efektifitas kepemimpinan dalam mempengaruhi
pengikutnya. Tentunya perjalanan seorang pemimpin tidak memikirkan atau
bertindak hanya mengacu pada persoalan bagaimana menyelesaikan
kepentingan organisasi, seperti masalah pegawai, kinerja, dan keuangan,
tetapi pada kepentingan yang lebih besar yaitu pada persoalan masyarakat,
klien dan, lingkungan serta organisasi lainnya, yang kedepannya sangat
berpengaruh pada keberlangsungan organisasi, lebih-lebih pada organisasi
publik.
k. Teori Modern
Bambale (2011) menyampaikan dalam tulisannya, bahwa paradigma
kepemimpinan

modern

Behaviors (OCBS),

ditelesuri

kepemimpinan

dari

Organizational

terbagi

dalam

Citizenship

delapan

teori

kepemimpinan, yaitu
1) Kepemimpinan adaftif, melibatkan para pemimpin untuk menyusun visi
masa depan dan mengilhami orang lain untuk menerima perubahan dan
menjadi peserta dalam perjalanan ke depan, dengan ciri; kompeten di
bidangnya, objektif dalam menangani keputusan dan masalah; reflektif
dalam melihat sikap dan perilaku sendiri, dapat dipercaya dalam
menangani kepentingan lain, inovatif dalam mengejar kinerja yang lebih
Manajemen Keperawatan

baik, kegiatan yang efisien, berpikiran terbuka dalam mempertimbangkan


informasi yang relevan dan perspektif.
2) Kepemimpinan tersebar, model
baru

kepemimpinan

tersebar

mempromosikan pembagian kekuasaan antara pemimpin dan pengikut


(Gordon, 2002).
3) Kepemimpinan otentik, merupakan model yang ketiga, pemimpin sejati
adalah individu yang sangat menyadari bagaimana mereka berpikir,
berperilaku dan dirasakan oleh orang lain sebagaimana menyadari diri
mereka sendiri dan moral perspektif orang lain, pengetahuan, dan
kekuatan (Avolio, Luthans, & Walumbwa, 2004).
4) Kepemimpinan hormat, dalam usaha mereka untuk menempatkan
kepemimpinan hormat dalam perspektif yang jelas.
5) Kepemimpinan rohani.
6) Kepemimpinan transenden, adalah berangkat dari analisis kepemimpinan
tradisional yang sebagian besar difokuskan pada hubungan individu, dari
teori kepemimpinan yang sebagian besar terlihat pada kepemimpinan
sebagai domain perilaku organisasi yang penekannanya pada perspektif
yang berorientasi mikro (Waldman, Javidan, & Varella, 2004). Seorang
pemimpin transenden adalah pemimimpin yang strategis memimpin dalam
dan antara tingkat diri sendiri, orang lain, dan organisasi.
7) Kepemimpinan terbuka, kepemimpinan terbuka merupakan pendekatan
karyawan terkemuka dan pelanggan yang menggunakan teknologi sosial
untuk memungkinkan pembelajaran yang konstan. Kepemimpinan terbuka
adalah cara baru untuk membangun hubungan dengan pelanggan
organisasi yang paling terlibat, berpotensi paling berharga dan karyawan,
terutama ketika mendengarkan dan belajar untuk membentuk elemen
dasar kepemimpinan yang terbuka serta mudah untuk mengadopsi (Li,
2010). Pemimpin terbuka penasaran tentang pelanggan, tentang karyawan
mereka, tentang pemasok, tentang trend industri, dan tentang dunia yang
lebih luas (Li, 2010). Kepemimpinan terbuka menjadi salah satu konstruk
kepemimpinan baru saat ini merupakan aspek lain yang menantang
mempengaruhi perilaku organisasi.
Manajemen Keperawatan

l. Teori post modern


Bokina (dalam Lumby, Jacky & Marianne Coleman, 2007), menyatakan
bahwa keterlibatan postmodernis jelas pada ras, kelas dan gender, dalam
kenyataan yang mengabaikan kelas dan berfokus pada ras dan gender. Dua
konsep yang menciptakan identitas politik yang berimplikasi sosial dan politik
penting, tetapi juga bertumpu pada aspek biologi manusia. Dalam politik
identitas ras dan gender, biologi merupakan sebuah takdir.
C. Karakteristik Kepemimpinan
Ada 10 karakteristik kepemimpinan yaitu:
1) Penyingkapan Diri
Share feeling adalah kekuatan membuat pengakuan pribadi atau
memberikan informasi yang dapat merugikan reputasi anda atau orang
lain adalah tidak bujaksana
Pengungkapan
diri
ini

berarti

mengetahui

bagaimana

mempresentasikan pandangan anda yang positif dan cerah. Orang yang


dapat melakukan ini sering membuat lingkungan dimana orang lain
merasa aman mengungkapkan perasaan diri sendiri. Inilah awal
persahabatan yang produktif dan menciptakan sistem pendukung,
sinergi tim,kemitraan,produktifitas, dan pemecahan masalah.
2) Wawasan (knowledge)
Komplemen wawasan poribadi adalah kapasitas mengenali pola orang
lain. Ini dapat memicu perbandingan yang mempermudah menangani
kebutuhan emosi orang dan mengetahui bagaimana memecahkan
masalah.
3) Tanggung jawab pribadi
Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab pribadi untuk
menggapai

hasil.

Banyak

pemimpin

sekarang

mengharapkan

perubahan dan menuntut hasil tetapi tidak berpartisipasi dalam


berusaha dan tidak diperhitungkan dalam menetukan kesuksesan
perusahaan. Pemimpin semacam ini perlu umpan balik dan duduk
bersama dalam membuat keputusan. Pemimpin sekarang perlu terlibat
aktif dan tanggung jawab terhadap proses pengembangan dan
implementasi.
Manajemen Keperawatan

10

4) Agen perubahan (Agent Of Change)


Menjadi
agen
perubahan
berarti

memacu

berbagai

gagasan,perasaan,dan informasi yang meningkatkan produktifitas dan


pada akhirnya membuahkan pemahaman dua arah yang jujur.
5) Pengembang
Pembuat consensus dan pemerjelas pemahaman. Mereka tahu kapan
mendengarkan,empati,berbicara,dan memberikan pengarahan.
6) Pemegang saham
Karyawan diberikan saham beban untuk merealisasikan misi
berubahan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan.
Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana mendelegasikan
dan memberikan peluang kepada karyawan untuk menyumbangkan
kreatifitas kepada suatu posisi.
7) Keterampilan mengatasi stress
Meluangkan waktu untuk memeriksa realita perilaku dan sikap.
Mengurangi tekanan yang dibebankan kepada diri sendiri.
Belajar mengenali kapan cangkir anda penuh dan bertindak
seperlunya.
8) Ekspresi
Menghargai seseorang, empati terhadap situasi, focus pada masalah,
bukan pada pribadi,jelas dan jujur, mengalokasikan waktu untuk
menerima umpan balik.
9) Menjinakan anomi perusahaan atau organisasi
Anomi: zona perang: visi atau nilai inti yang tidak dijunjung bersama,
kode etik yang tidak dijadikan rujukan.
a. Memimpin dengan konsisten, jujur dan penuh integritas.
b. Berbagi visi, mencontoh perilaku yang dapat diterima.
c. Membangun tim yang sinergis.
10) Harmoni
Semua usaha dinamis menyatu untuk menggapai kebaikan bersama.
D. Kepemimpinan Efektif
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang
dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Tidak ada gaya atau
karakteristik kepemimpinan yang dapat dikatakan efektif tanpa mempertimbangkan
situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerjayang terus-menerus berubah dari
Manajemen Keperawatan

11

1.
-

2.
3.
5.

waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa


ahli sebagai berikut :
Fiedler (1977), dikutip dari Gilles ( 1996 ) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat
berjalan efektif bila :
Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya
ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja
Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja
dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja
lainnya.
Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia
Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan
Mempunyai kemampuan menjalin hubungan antar manusia
Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk
mengenal orang lain dengan baik
Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah
sebagai berikut :
Intelegensi ( pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara )
Kepribadian ( mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi yang
baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain )
Kemampuan ( bekerjasama, hubungan antarmanusiadan partisipasi sosial )
4. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan
sendiri serta kebutuhan orang lain.
Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
Mengambil tindakan
Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang
bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
6. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu
orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
Karakteristik kelompok
Manajemen Keperawatan

12

Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma,


nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban
kelompok.
Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap
individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
E. Paradigma Kepemimpinan Transformasional-Transaksional
A. Paradigma Kepemimpinan Transformasional
Paradigma ini memandang kepemimpinan sebagai suatu penguatan bersama dari
pengikut oleh pemimpin transaksional atau pergerakan pengikut melebihi
kepentingan pribadi mereka demi kebaikan kelompok, organisasi, atau masyarakat
oleh pemimpin transformasional. Kepemimpinan ini tidak menggantikan konsep
kepemimpinan sebagai pertukaran penguatan oleh pemimpin yang bersama dengan
kinerja pengikut, dia menambahkan peran dari pemimpin transaksional dalam
memperluas dan mengangkat motivasi, pemahaman, kematangan dan rasa
penghargaan terhadap diri sendiri dari pengikut. (Bass 1997)
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan
serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi, memelopori
perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu
karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid,
membawa pembaharuan dalam etos kerja kinerja manajemen, berani dan bertanggung
jawab memimpin dan mengendalikan organisasi.
Konsep kepemimpinan transformasional

mengintegrasikan ide-ide yang

dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan

kontingensi. Menurut Burns

(1978) untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan
transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan
transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan
bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin
Manajemen Keperawatan

13

transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.


Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggung

jawab mereka,

para

pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan


dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model
kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin
perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih
dari

yang

mereka

harapkan.

Pemimpin

transformasional

harus

mampu

mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan


bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. Pemimpin
transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral
dan

strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin

transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa


depan organisasi yang realistik menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual,
dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya
serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa
yang mereka butuhkan. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and
Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek
transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Menurut
Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk
para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka
sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness
through

Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan

bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya


sebagai "the Four I's".
1. Dimensi idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi ini digambarkan sebagai
perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati
dan sekaligus mempercayainya.
2. Dimensi inspirational motivation

(motivasi inspirasi). Dalam

dimensi ini,

pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu


Manajemen Keperawatan

14

mengartikulasikan

pengharapan

mendemonstrasikan

yang

jelas

terhadap

prestasi

bawahan,

komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan

mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme


dan optimisme.
3. Dimensi intellectual

stimulation

(stimulasi

intelektual).

Pemimpin

transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi


yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan
memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan
yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4. Dimensi individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara
khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan
karir.
Bryman

(1992) menyebut

kepemimpinan

transformasional

sebagai

kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996)
menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).

Disebut

sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk


membawa perubahan-perubahan

yang sangat besar terhadap individu-individu

maupun organisasi dengan jalan:

memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri

individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses


penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar
lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi
semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan

tujuan-tujuan

organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan.


Rees (2001) menyatakan paradigma baru kepemimpinan transformasional
mengangkat tujuh prinsip menciptakan kepemimpinan yang sinergis, yakni:
1. Simplifikasi, yakni keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi
yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan
dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional
Manajemen Keperawatan

15

yang dapat menjawab Ke mana kita akan melangkah? menjadi hal pertama
yang penting untuk kita implementasikan
2. Motivasi, yakni kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang
terlibat terhadap visi sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan.
Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergis di dalam
organisasi, berarti seharusnya dia dapat mengoptimalkan, memotivasi dan
memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas
atau pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi
mereka pula untuk terlibat suatu proses kreatif, memberikan usulan mengambil
keputusan dalam pemecahan masalah, hal ini akan memberikan nilai tambah bagi
mereka sendiri
3. Fasilitasi, yakni dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi
pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok,
ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal
intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya
4. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan
perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap
orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka
tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin
transformasional harus sigap merespons perubahan tanpa mengorbankan rasa
percaya dan tim kerja yang sudah dibangun
5. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan
tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang
penuh dengan tanggung jawab
6. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri
dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif
Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.
Manajemen Keperawatan

16

B. Paradigma Kepemimpinan Transaksional


Kepemimpinan transaksional menekankan pentingnya hubungan antara
pemimpin dan pengikut, berfokus pada keadaan saling menguntungkan, teori ini
bersumber dari bentuk 'kontrak' di mana pemimpin memberikan hal-hal seperti
penghargaan atau pengakuan sebagai imbalan atas komitmen atau kesetiaan para
pengikut. Kepemimpinan transaksional secara teori terdiri dari tiga faktor-faktor
berikut:
a. Penghargaan kepemimpinan Kontinjensi (yaitu, transaksi konstruktif) mengacu
pada perilaku pemimpin berfokus pada klarifikasi peran dan persyaratan tugas,
menyediakan pengikut dengan bahan atau imbalan psikologis bergantung pada
pemenuhan kewajiban kontraktual
b. Manajemen dengan pengecualian aktif (yaitu, transaksi korektif aktif) mengacu
pada kewaspadaan aktif seorang pemimpin yang tujuannya untuk memastikan
bahwa standar dipenuhi; dan
c. Manajemen dengan pengecualian pasif (yaitu, transaksi korektif pasif) pemimpin
hanya intervensi setelah pelanggaran telah terjadi atau ketika kesalahan telah
terjadi.
Dalam

kepemimpinan

transaksional,

hubungan

pemimpin-pengikut

didasarkan pada rangkaian pertukaran atau tawar menawar antar pemimpin dan
pengikut. Bass (1985) membedakan dua factor yang menyusun dasar dari tingkat
aktivitas pemimpin dan sifat alami interaksi dengan bawahan. Kepemimpinan
cotingent reward ( penghargaan bersama) merupakan pertukaran yang aktif dan
positif antara pemimpin dan pengikut dimana bawahan diberi penghargaan atas
penyelesaian suatu tujuan yang sudah disepakati bersama. Pemimpin juga bisa
bertransaksi dengan memfokuskan pada kesalahan, keputusan yang tertunda, atau
meghindari campur tangan sampai sesuatu yang salah terjadi, yang biasa disebut
sebagai management by exception. Management by exception secara lebih jauh
dibedakan sebagai suatu transaksi yang aktif atau pasif antara bawahan dan pemimpin
(Howell and Avolio 1993) dalam bentuk aktif, pemimpin secara berkesinambungan
memonitor kinerja bawahan untuk mengantisipasi kesalahan sebelum terjadi suatu
masalah dan secara tepat mengambil tindakan korektif bila diperlukan, secara aktif
Manajemen Keperawatan

17

mencari permasalahan dan penyimpangan dari apa yang diharapkan; namun dalam
manajemen, pemimpin campur tangan dalam bentuk kritik dan memperbaiki hanya
setelah terjadi kesalahan dengan pemimpin menunggu sampai tugas diselesaikan
sebelum diketahui adanya masalah dan kemudian baru memberitahukan kesalahan
tersebut kepada bawahannya.
Perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat
diidentifikasi yakni, bahwa inti teori kepemimpinan transaksional terutama
menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan berupa proses transaksi dan
pertukaran (exchanges process) yang bersifat politis, ekonomis, sementara teori
kepemimpinan transformasional pada hakikatnya menjelaskan proses hubungan
antara atasan/pimpinan dan bawahan/rakyat yang belandasakan pada nilai2,
keyakinan2, dan asumsi mengenai visi dan misi bangsa dan negara.

BAB III
Manajemen Keperawatan

18

KONSEP PEMECAHAN MASALAH


A. Kasus Fiktif
Perawat Fatimah sudah 10 tahun bertugas sebagai perawat RSU Dr. Ibnu Sina.
Sekarang perawat Fatimah baru pulang dari tugas belajar program pendidikan Ners
dan mendapatkan promosi sebagai kepala ruangan Ismail. Perawat Fatimah selalu
memberikan intruksi terhadap perawat Jubaidah, sedangkan pada perawat Umi
diberikan kebebasan untuk bertindak.
B. Pemecahan Masalah
1. Mengidentifikasi teori kepemimpinan.
Pada kasus tersebut menggunakan teori kepemimpinan perilaku yang lebih
menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dan perilaku
otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut
Vestal (1994), teori perilaku ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi
perilaku, berorientasi kepada bawahan dan produksi. Perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasanbawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta
menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan seperti yang dilakukan oleh perawat fatimah
kepada perawat zuabaidah, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas
serta pencapaian tujuan.
2. Mengidentifikasi karakteristik kepemimpinan.
Karakteristik kepemimpinan perawat fatimah yaitu perawat fatimah berorientasi
pada produksi yang memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan
seperti yang dilakukan oleh perawat fatimah kepada perawat zuabaidah yang selalu
memberikan instruksi untuk melakukan tindakan keperawatan. Dan perawat fatimah
mengamati antara perbedaan prilaku dan sifat perawat zubaidah dengan perawat umi
sehingga perawat fatimah menerima perbedaan kepribadian antara kedua perawat
tersebut, dan memperlakukan kedua perawat tersebut dengan cara yang berbeda.
Manajemen Keperawatan

19

3. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan.


Gaya kepemimpinan menurut Hersey

dan

Blanchard

termasuk

gaya

kepemimpinan instruksi.
a. Tinggi tugas dan rendah hubungan.
Hubungan antara perawat Fatimah dengan berawat Jubaidah dan perawat
Fatimah dengan perawat Umi tidak sama. Artinya perlakuan perawat Fatimah
terhadap perawat Jubaidah dan perawat Umi tidak adil. Perawat Fatimah
memberikan instruksi terhadap perawat Jubaidah untuk melakukan setiap
tindakan keperawatan pada klien. Sedangkan perlakukan perawat Fatimah
dengan perawat Umi diberikan tindakan kebebasan untuk melakukan
tindakan, yang artinya perawat Umi dapat menyampaikan pendapatnya dan
dapat menyalurkan haknya sebagai seorang perawat.
b. Komunikasi sejawat.
Komunikasi antar sesama teman sejawat antara perawat Fatimah, perawat
Jubaidah, dan perawat Umi kurang efektif.
c. Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat
minimal.
Dalam pengambilan keputusan pada perawat Fatimah terhadap perawat
Jubaidah dan perawat Umi tidak adil. Perawat Fatimah tidak memberikan hak
yang sama terhadap mereka untuk menyampaikan pendapat dan memberikan
kebebasan dalam bertindak.
d. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik
serta mengawasi dengan ketat.
Perawat Fatimah memberikan instruksi terhadap perawat Jubaidah, tetapi
tidak sama perlakuannya dengan perawat Umi. Perawat Fatimah tidak
memberikan kebebasan untuk melakukan tindakan keperawatan terhadap
perawat Umi.
4. Mengidentifikasi kepemimpinan transaksional dan transformasional.
a. Penghargaan kepemimpinan Kontinjensi (yaitu, transaksi konstruktif)
mengacu pada perilaku pemimpin berfokus pada klarifikasi peran dan
persyaratan tugas, menyediakan pengikut dengan bahan atau imbalan
psikologis bergantung pada pemenuhan kewajiban kontraktual .
Karena perawat Fatimah memberikan imbalan kepada perawat Umi
kebebasan dan tidak memenuhi kewajibannya sebagai perawat.
Manajemen Keperawatan

20

b. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif
Karena perawat Fatimah tidak memberikan siap siaga kepada perawat Umi
untuk melakukan keperawatan di Rs. Sedangkan perawat Zubaidah selalu siap
siaga melakukan keperawatan di RS. Dan berakibat menimbulkan perselisihan
antar perawat di RS Ibnu Sina
5. Mengidentifikasi kepemimpinan efektif.
Pengembangan tim kerja yang efektif
Pengembangan tim kerja yang efektif dengan cara perawat fatimah
memberikan cara bekerja sama dengan baik dan tetap menjaga komunikasi
antar teman sejawat.
Mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antar staf,
Saling memberikan kepercayaan kepada sesama perawat, saling menjaga
privasi antar teman sejawat. Dan bersama sama belajar untuk
mengembangkan hubungan yang lebih rekat.
Memberikan umpan balik yang positif.
Sesama perawat harus saling memberikan umpan balik yg baik. Antara
perawat dengan perawat atau pun dengan kepala perawat harus saling
menghormati dan menghargai satu sama lain
Menerapkan mentar yang efektif
Sebaiknya perawat fatimah memberikan instruksi serta pembelajaran kepada
kedua perawat yang dibawahnya.
Memberikan sistem pemberian penghargaanyang baik.
Perawat fatimah harusnya memberikan suatu kompetisi antar perawat agar
para perawat lebih baik dalam pelayanan nya, dan memberikan penghargaan
yg sepantas nya atas kerja keras dari perawat
Mengembangkan , meningkatkan dan meninjau indikator organisasi.
Para prawat harus bersama meningkatkan kinerja agar selalu maksimal
dalam pelayanan kesehatan serta dapat mengembangkan indikator dari
perkumpulan perawat-perawat tersebut.
C. Pengambilan Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah merupakan tahap-tahap yang
harus digunakan untuk membuat keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pusat
dari kegiatan organisasi Bahkan Perron dalam Salusu (1996:45), menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan,sedangkan Gore (1959),

Manajemen Keperawatan

21

menyebut sebagai inti kepemimpinan,Moore (1966),menyebut sebagai jantung


admnistratif.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengambilan keputusan menurut Siagian
(2004:39), adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang
dihadapi.Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat
alternative yang dihadapi,pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah
yang dihadapi,analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data,mencari
alternativ pemecahan,menganalisis setiap alternative sehingga ditemukan alternative
yang paling rasional,dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai keputusan yang
diambil.
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas,dapat disimpulkan
bahwa pengmbilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternativ terbaik
dari beberapa alternative secara sistematis untuk ditindaklanjuti(digunakan)sebagai
suatu cara pemecahan masalah.
Jadi pengambilan keputusan rasional adalah membuat beberapa pilihanpilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.
Jadi teori pengambilan keputusan adalah teori-teori atau teknik-teknik atau
pendekatan-pendekatan

yang

digunakan

dalam

suatu

proses

pengambilan

keputusan.Seorang pemimpin birokrasi yang ideal adalah pemimpin yang dapat


menggunakan teori-teori pengambilan keputusan yang tepat dengan situasi yang tepat
karena keputusan pemimpin birokrasi berpengaruh terhadap pengikutnya yang pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yangdiberikan masyarakat.
DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dasar

Kelebihan

kelemahan

Manajemen Keperawatan

22

Intuisi

Waktu yang digunakan untuk

Keputusan

yang

dihasilkan

mengambil keputusan relative lebih relatif kurang baik.

Sulit
mencari
alat
cepat.

Untuk masalah yang pengaruhnya komparasinya,sehingga sulit diukur


terbatas,pengambilan keputusan akan kebenarannya.

Dasar-dasar
lain
dalam
memberikan kepuasan pada umumnya.

Kemampuan
mengambil pengambilan keputusan serangkali
keputusan itu sangat berperan oleh diabaikan.
Wewenang

karena itu perlu dimanfaatkan.


Kebanyakan
penerimaannya

adalah

Dapat

menimbulkan

sifat

bawahan,terlepas

apakah rutinitas.

Mengasosialisasikan dengan
penerimaan tersebut secara sukarela
praktik dictatorial.
ataukah secara terpaksa.

Sering melewati permasalahan

Keputusannya dapat bertahan


yang
seharusnya
dipecahkan
dalam jangka waktu yang lama.

Memiliki orientisitas(orientik).
sehingga menimbulkan kekaburan.
Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis.Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu,dapat memperhitungkan untung ruginya,baik buruknya
fakta

keputusan yang dihasilkan.


Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang
sehat,solid,dan baik.Dengan fakta,maka tingkat

kepercayaan

terhadap

pengambilan keputusan dapat lebih tinggi,sehingga orang cepat menerimanya


Rasional

dengan ikhlas.
Keputusan yang diambil bersifat objektif,logis, lebih transparan,konsisten
untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan secara rasional dapat tercapai: (1) kejelasan masalah,
(2 )orientasi tujuan,(3) pengetahuan alternatif,(4) preferensi yang jelas,dan(5)
hasil maksimal.

Manajemen Keperawatan

23

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

Manajemen Keperawatan

24

DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Keperawatan

25

Anda mungkin juga menyukai