Anda di halaman 1dari 41

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

BAB II
SISTEM MANAJEMEN
2.1

Modal
Modal awal untuk pendirian Apotek Galdi sebesar Rp 210.500.000,-

yang berasal dari tabungan pribadi. Untuk pendirian apotek tersebut perlu
menyewa satu rumah yang akan disewa selama 3 tahun dibayar dimuka tunai.
2.2

Rencana Pemasaran dan Strategi


Pendirian dan pengembangan suatu apotek, memerlukan perencanaan dan

persiapan yang matang. Aspek pasar dan aspek sosial perlu diperhatikan agar
dapat diprediksi bagaimana kesempatan suatu apotek untuk dapat berkembang
dan maju. Aspek sosial yang meliputi kondisi masyarakat sekitar seperti pola
hidup dan tingkat sosial masyarakat menjadi pertimbangan dalam mengambil
kebijakan atau keputusan usaha apotek, misalnya dalam pengadaan item obat dan
penetapan harga obat. Produk-produk yang disediakan disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar (pola penyakit, pola peresepan, dan
keadaan ekonomi konsumen) serta disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Produk yang ditawarkan oleh apotek Galdi antara lain obat-obatan (obat
modern dan obat tradisional), suplemen, alat kesehatan, dan produk kesehatan
lainnya (misal: bedak, sabun, kosmetik, dan susu).
2.2.1

Target Masyarakat
Apotek Galdi didirikan di Perumahan Semolowaru Indah I J-06,

Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur yang merupakan lokasi
perumahan dan belum ada pendirian apotek di daerah tersebut. Target pasar yang
ingin dicapai oleh apotek Galdi adalah warga perumahan Semolowaru Indah I.
Dari target pasar tersebut, diperkirakan konsumen dari apotek Galdi terdiri atas
kalangan menengah ke atas yang tinggal di kawasan perumahan. Hal ini menjadi
kekuatan apotek dalam mendapatkan pangsa pasar. Disamping itu, daerah sekitar
Apotek Galdi cukup ramai, dikelilingi oleh jalan raya, pertokoan, Rumah Sakit,
dan banyak dilewati orang, sehingga memungkinkan banyak orang lewat dan juga
10

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

beragam, mulai dari golongan atas yang notabene tinggal di daerah perumahan
hingga golongan menengah ke bawah seperti pedagang makanan keliling, penjual
di pasar, buruh dll. Berdasarkan keanekaragaman status sosial masyarakat di
daerah tersebut, perlu diadakan berbagai macam obat baik yang paten maupun
yang generik dan perlu juga mengadakan produk produk alkes serta produk
kesehatan lain seperti kosmetik. Apotek Galdi sebagai apotek yang baru, akan
menitikberatkan dalam bidang pelayanan. Layanan jasa yang diberikan adalah
konseling, pemberian informasi, dan edukasi pada masyarakat sekitar (KIE). KIE
dapat dilakukan secara langsung di apotek maupun secara tidak langsung melalui
telepon. Layanan ini juga dilengkapi dengan pencatatan pengobatan pasien
dengan kriteria tertentu (Patient Medication Record).
Dalam meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan, apotek Galdi
memberikan layanan pengambilan resep, menerima pemesanan obat melalui
telepon, dan layanan obat ke rumah pasien disertai KIE (radius 3 km). Selain itu,
di ruang tunggu apotek juga disediakan majalah, poster dan brosur mengenai
kesehatan untuk meningkatan pengetahuan pasien mengenai kesehatan.
Apotek Galdi belum dikenal masyarakat sekitar dan dokter yang praktek
di sekitar apotek sehingga membutuhkan promosi atau pengenalan agar
memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Promosi yang dilakukan Apotek

Galdi pada awal pendirian adalah mengadakan acara syukuran secara sederhana
dengan mengundang perangkat pemerintahan setempat dan perwakilan tokoh
masyarakat sekaligus mengadakan pelayanan pemeriksaan tekanan darah gratis
untuk masyarakat sekitar. Selanjutnya dilakukan penyebaran brosur dan leaflet.
Brosur disebarkan di rumah-rumah warga sekitar apotek, pasien yang berkunjung
ke tempat praktek dokter yang berada di dekat apotek.
Berkomunikasi dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, termasuk
kepada dokter merupakan salah satu bentuk strategi pemenuhan kebutuhan obat
pasien. Apotek Galdi akan melakukan kerja sama dengan tempat praktek dokter,
sehingga apotek bisa mensuplai kebutuhan obat dokter atau menyediakan obat
yang diresepkan oleh dokter.
Pada masa yang akan datang, Apotek Galdi akan mengadakan kerjasama
dengan dokter untuk melakukan praktek satu atap, sehingga memudahkan akses

11

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

pasien untuk mendapatkan pengobatan. Selain itu apotek juga akan berusaha
untuk melakukan kerjasama dengan rumah sakit setempat sekitar apotek.
2.3

Sarana Prasarana
1) Sebagai sarana dalam menunjang kegiatan operasional dan pelayanan
apotek Galdi, antara lain :
A. Kelengkapan bangunan apotek Galdi terdiri atas :
Lantai
: Keramik
Dinding
: Tembok
Sumber air
: PDAM
Sumber listrik
: PLN
Ventilasi
: Kipas angin
Sanitasi
: Kamar mandi
Komunikasi
: Telepon
B. Tata Ruang Apotek
Ruang dan peralatan apotek Galdi diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan rasa nyaman, bagi setiap pengunjung. Adapun tata
ruangnya adalah sebagai berikut :
a. Ruang tunggu.
Pada ruangan ini terdapat kursi tunggu yang nyaman, rak majalah
dan koran, brosur produk, poster informatif, AC, dan papan
informasi berukuran 60 40 cm berisi identitas apotek (nama
apotek, alamat dan nomor telepon, nama apoteker pengelola apotek,
SIA, dan SIPA).
b. Ruang Pelayanan
Pada tempat ini dilakukan kegiatan peneriman resep, kasir, dan
penyerahan obat sekaligus tempat untuk pelayanan konsultasi.
Tempat penerimaan resep dan pelayanan sediaan farmasi berada
dalam satu etalase sehingga memudahkan interaksi dengan pasien
sedangkan ruang penyerahan obat diberi meja dan kursi tersendiri
yang dibuat senyaman mungkin. Kasir berdekatan dengan tempat
penerimaan.
c. Ruang peracikan
Pada ruangan ini terdapat meja peracikan, peralatan peracikan,
lemari penyimpanan obat, lemari narkotika-psikotropika, lemari
penyimpanan peralatan peracikan, lemari penyimpanan bahan obat
12

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

dan bahan pembantu dalam peracikan, serta lemari es. Dalam


ruangan ini dilakukan kegiatan mulai dari penyiapan obat, peracikan,
pengemasan, dan pemberian etiket.
d. Ruang belakang yang terdiri dari mushala dan toilet.
Berdasarkan Kepmenkes No.1322/MENKES/X/2002 Bab I pasal 1, yang
dimaksud perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek, dan merupakan sarana penunjang kegiatan di
apotek. Perlengkapan yang terdapat di apotek Galdi meliputi :
A. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan :
1) Timbangan miligram dan gram dengan anak timbangan masingmasing 1 (satu) set yang ditera setiap 1 tahun sekali.
2) Mortir dan stamper 2 set dengan ukuran yang berbeda (besar dan
kecil)
3) Gelas ukur 10 ml dan 100 ml masing-masing 1 (satu) buah.
4) Corong 1 (satu) buah.
5) Spatel/sendok logam dan sendok porselen.
6) Ayakan.
7) Batang pengaduk dan sudip.
8) Rak tempat pengeringan alat
9) Termometer 1 buah.
B. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi
1) Rak kayu untuk obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, alat
kesehatan dan kosmetik.
2) Lemari/rak kayu untuk menyimpan obat dan menata obat serta untuk
gudang obat.
3) Lemari untuk menyimpan arsip.
4) Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika yang terbuat
dari kayu berukuran 40 80 100 cm dan dibagi menjadi dua
bagian yang masing-masing memiliki kunci yang berbeda. Tempat
khusus yang dimaksud berupa dua buah tempat yang terpisah atau
satu tempat yang terbagi dua dan tiap bagian mempunyai daun pintu
dan kunci-kunci tersendiri. Bagian pertama untuk menyimpan
persediaan narkotika/psikotropika, bagian lainnya untuk menyimpan
narkotika/psikotropika untuk keperluan sehari-hari (Permenkes No.
28 tahun 1978).

13

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

5) Lemari es digunakan untuk menyimpan obat-obat yang tidak stabil


dalam suhu ruang.
C. Bahan pengemas dan pembungkus
1) Bahan pengemas terdiri dari plastik pembungkus, plastik klip,
tempat bedak, kantong plastik, kertas perkamen, pot plastik, dan
botol.
1) Etiket obat dibedakan menjadi dua macam yaitu etiket warna putih
dan etiket warna biru. Etiket warna putih sendiri dibedakan menjadi
dua macam untuk bentuk sediaan cair (oral) dan bentuk sediaan
padat. Etiket warna putih digunakan untuk sediaan obat dalam.
D.

Sedangkan etiket warna biru untuk sediaan obat luar.


Alat-alat Administrasi meliputi :
1) Blanko surat pesanan obat dan alat kesehatan (lampiran)
2) Blanko surat pesanan narkotika (lampiran)
3) Blanko surat pesanan psikotropika (lampiran)
4) Blanko surat pesanan obat yang mengandung prekursor (lampiran)
5) Blanko tanda terima faktur (lampiran)
6) Blanko kartu stok obat dan gudang (lampiran)
7) Blanko salinan resep (lampiran)
8) Kuitansi (lampiran)
9) Nota Penjualan (lampiran)
10) Buku katalog obat dan daftar harga
11) Buku defecta dan buku daftar kadaluarsa (ED).
12) Buku pencatatan narkotika dan psikotropika.
13) Buku keuangan apotek : buku penjualan obat non resep (HV), buku
penjualan obat dengan resep.
14) Buku penerimaan kas
15) Buku pengeluaran kas
16) Form laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
17) Kalkulator.
18) Stempel apotek.
19) Alat-alat tulis, steples, lem, dan alat administrasi lainnya.
20) Buku-buku, meliputi: Farmakope Indonesia IV, kumpulan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, ISO
Indonesia, MIMS, Martindale, dan buku acuan lain.

2) Keadaan disekitar apotek yang dapat mendukung eksistensi apotek


diantaranya :

14

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

a. Belum ada pendirian apotek di lingkungan perumahan Semolowaru


Indah I, sehingga apotek Galdi merupakan apotek pertama yang ada
di kawasan perumahan.
b. Terdapat beberapa tempat praktek dokter umum dan bidan. Selain itu
dalam radius 3 km, terdapat 2 rumah sakit.
c. Apotek Galdi berada dekat dengan pusat kegiatan masyarakat seperti
toko, tempat makan, pom bensin, masjid, sekolah (terdapat sekolah
playgroup dan taman kanak-kanak).
d. Apotek Galdi berada dekat dengan proyek pembangunan jalan baru
MERR (Middle East Ring Road) yang menghubungkan jembatan
Suramadu dengan Bandara Juanda, sehingga pada masa yang akan
datang apotek Galdi akan berada dekat dengan pusat keramaian.
2.4

Penampilan (Performance)
Penampilan fisik dari suatu apotek akan membentuk citra apotek tersebut

sehingga dapat menimbulkan penilaian tersendiri dari masyarakat sekitar. Kondisi


apotek yang bersih, rapi, sejuk, penataan ruangan yang nyaman, sanitasi,
ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan yang memadai di apotek merupakan
komponen penting yang akan meningkatkan minat masyarakat dan menimbulkan
kepuasan terhadap pelayanan apotek.
Tampak luar bangunan apotek didesain menggunakan pilihan warna coklat
muda dan coklat tua sebagai cat tembok apotek sehingga menimbulkan kesan
sejuk, bersih, dan menarik. Lantai apotek digunakan keramik berwarna putih,
sedangkan untuk pintu digunakan bahan kaca transparan sehingga bagian dalam
apotek mudah dilihat dari luar. Di bagian luar ruangan terdapat papan penanda
berukuran 150 x 90 cm dengan latar belakang coklat muda bercorak kayu dan
tulisan berwarna hitam bertuliskan nama apotek, jam kerja apotek, alamat dan
nomor telepon apotek, serta motto apotek dengan ukuran dan posisi yang mudah
dilihat, serta lampu penerangan yang cukup memperjelas tulisan.
Penempatan produk OTC disusun berdasarkan bentuk sediaan dan abjad
yang diletakkan di swalayan, sedangkan obat keras ditempatkan sesuai bentuk
sediaan dan abjad serta disisipi dengan penempatan secara kelas terapi dalam
lemari obat.

15

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Selain itu, area kerja di apotek juga dilakukan pembagian meliputi:


1. Pada area swalayan, diletakkan produk-produk OTC serta alkes lain
seperti kapas, pembalut, plester, tes kehamilan, alat kontrasepsi dan lainlain. Penataan produk OTC meliputi produk obat bebas, bebas terbatas,
suplemen, susu dan lain sebagainya.
2. Pada area penyiapan obat terdapat meja besar yang dilengkapi dengan
etiket (biru dan putih), copy resep, kuitansi, plastik klip ukuran (10x7cm),
(8x5cm), (6x4cm), plastik ukuran (9x20cm), (12x25cm), (14x33cm), dan
berbagai alat tulis seperti bolpoin, pensil, penghapus, lem, staples dan
isinya.
3. Pada area peracikan dilengkapi dengan berbagai perlengkapan meracik
seperti mortir, stamper, sudip, kertas perkamen, cangkang kapsul, air
matang, botol semprot, sendok takar, plastik klip, dan lain-lain.
4. Pada area konseling akan disediakan meja dan kursi yang letaknya nyaman
dan diberi batas dengan ruangan lain sehingga memudahkan untuk
melakukan konseling dan menjaga privasi dari pasien. Pada area konseling
disediakan pula alat peraga, brosur, dan literatur yang mendukung untuk
konseling. Pada perkembangan selanjutnya diinginkan ada teknologi
komputer yang memungkinkan agar dapat dilakukan dokumentasi
terhadap pasien yang berkonsultasi serta berbagai macam program
komputer yang memudahkan untuk mengakses informasi dan literatur
secara cepat, sehingga proses konseling dapat berjalan maksimal.
5. Pada area ruang tunggu, disediakan kursi, koran dan majalah, televisi,
berbagai macam poster dan brosur informatif tentang kesehatan. Hal ini
ditujukan agar customer tidak merasa bosan saat berada di apotek. Hal ini
merupakan salah satu fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan.
6. Pada area penyimpanan Obat
Pada rak-rak dan lemari penyimpanan obat, obat disusun secara rapi.
berdasarkan stabilitas, bentuk sediaan, kelas terapi, dan abjad. Obat
disimpan pada kondisi dengan temperatur yang sesuai untuk menjamin
stabilitas dan mutu obat.
7. Mushala
8. Toilet
9. Tempat parkir yang memadai
10. Gudang

16

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

2.5

Ketenagaan
Apotek Galdi dikelola oleh apoteker penanggung jawab apotek (APA)

sekaligus merangkap sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA). APA di apotek


didampingi oleh satu orang Apoteker Pendamping (Aping), dua orang Asisten
Apoteker (AA), dan seorang karyawan. Pembagian jam kerja di apotek Galdi
terdiri dari 2 shift yaitu shift pagi oleh APA dan AA mulai pukul 07.00-14.00
sedangkan shift malam untuk Aping, AA dan karyawan mulai pukul 14.00-21.00.
Untuk jadwal AA dan juru resep bisa bergantian atau switch sesuai dengan
perjanjian awal, begitu pula untuk jadwal APA dan Aping.
Adapun tugas dari masing-masing personel di Apotek Galdi adalah
sebagai berikut:
1. Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA)
a. APA sebagai pemimpin Apotek yang merencanakan, mengoordinasi
serta mengawasi seluruh kegiatan pelayanan di Apotek.
b. Memberikan kegiatan pelayanan kefarmasian baik pelayanan obat
resep maupun non resep.
c. Memberikan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada
masyarakat.
d. Memberikan kesejahteraan pegawai dan membina hubungan yang baik
dengan para pegawai, PBF, Dokter, dan tenaga medis lainnya.
e. Bertanggung jawab terhadap pengadaan, penataan, administrasi dan
pelaporan Apotek.
f. Melakukan evaluasi baik tentang hasil yang dicapai Apotek, kinerja
karyawan dan langkah-langkah yang perlu diambil demi kemajuan
Apotek.
2. Apoteker Pendamping (Aping)
a. Memberikan kegiatan pelayanan kefarmasian baik pelayanan obat
resep maupun non resep.
b. Memberikan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada
masyarakat.

17

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

c. Melakukan pengontrolan harga dan tanggal kadaluarsa obat pada saat


pembelian obat.
d. Mencari dan memeriksa perbekalan farmasi yang mendekati batas
untuk dipesan kembali, mengontrol obat-obat yang mendekati
kadaluarsa.
e. Melakukan

kegiatan

administrasi

harian,

seperti

melakukan

pembukuan harian, melakukan pencatatan kartu stok dan lain-lain.


3. Asisten Apoteker (AA)
a. Mengaudit kebenaran barang yang diterima saat penerimaan
perbekalan farmasi dan memastikan keabsahannya, pengontrolan harga
dan tanggal kadaluarsa.
b. Melakukan pemesanan/order barang, penulisan SP, penerimaan barang,
melayani tukar menukar faktur dan menetukan tanggal tagihan PBF.
c. Melayani resep dari dokter termasuk proses memberi harga, meracik
dan mempersiapkan resep dibawah pengawasan APA.
d. Melayani pembelian produk OTC dan melayani proses pembayaran.
e. Ikut serta dalam peningkatan kemajuan Apotek.
4. Karyawan
a. Membantu dalam bidang administrasi.
b. Mengantarkan obat ke pasien yang menginginkan obatnya diantar.
c. Membelikan obat yang dibutuhkan ke Apotek lain jika pesediaan obat
di Apotek tidak ada.
d. Bertanggungjawab terhadap persediaan obat di Apotek, perlengkapan
Apotek misalnya etiket, kertas perkamen, plastik dan lainnya.
e. Ikut serta dalam peningkatan kemajuan Apotek.

APA/PSA (1)

Apoteker
pendamping
(1)

Asisten
Apoteker (2)

18

Karyawan (1)

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Apotek Galdi

2.6

Proses
Proses kegiatan di apotek harus dilakukan dengan prosedur tetap (SOP)

yang diikuti dan dipatuhi oleh semua anggota organisasi. SOP yang ditetapkan
antara lain tentang pengelolaan obat dan alkes (termasuk pemesanan, penerimaan,
dan penyimpanan barang), pelayanan resep dan non resep, serta pelayanan
konseling dan pemberian informasi obat.
Penjadwalan rencana kerja perlu dibuat dan dapat dipakai sebagai tolak
ukur kegiatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengajak seluruh karyawan
apotek (apoteker pendamping, asisten apoteker, dan administrasi) berdiskusi
bersama mengenai hal-hal yang perlu ditingkatkan dan upaya peningkatannya
serta memecahkan masalah yang mungkin timbul selama proses kerja.
Pengorganisasian karyawan dan job description masing-masing karyawan
harus terbagi secara jelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisien kerja serta
menghindari adanya overlapping. Sehingga setiap karyawan dapat berkontribusi
terhadap kemajuan apotek.
2.7

Rencana Manajemen

2.7.1

Finansial

2.7.1.1 Penentuan Harga


Dalam proses penetapan harga jual obat di apotek, diperlukan
beberapa pertimbangan, antara lain :
Faktor biaya
Beban usaha apotek merupakan biaya-biaya yang langsung dikeluarkan
apotek seperti jasa profesi apoteker, gaji asisten apoteker, gaji
karyawan, biaya untuk wadah/label serta biaya lain yang dikeluarkan
secara tidak langsung seperti biaya sewa dan biaya pemakaian
keperluan kantor (Seto et al., 2004).
Faktor non-biaya
Faktor lain yang harus dipertimbangkan selain biaya-biaya apotek,
adalah persaingan usaha. Harga jual obat harus mempertimbangkan
19

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

harga jual obat dari kompetitor, terutama harga jual obat di apotek
sekitarnya. Apotek harus memiliki kelebihan dibanding apotek
pesaingnya,

misalnya

tempat

yang

nyaman,

pelayanan

yang

memuaskan, barang yang lengkap. Selain itu harus dibedakan harga


antara obat dengan resep dokter, obat non resep, dan obat bebas (produk
swalayan) (Seto et al., 2004).
Perencanaan pemberian harga di Apotek Galdi adalah sebagi berikut:
1. Harga untuk kosmetik, alat kesehatan, obat tradisional, obat bebas
dan bebas terbatas = (harga netto apotek (HNA) + PPn 10%) x 120
%
2. Harga untuk obat keras (OWA) dengan pelayanan non resep =
(harga netto apotek (HNA) + PPn 10%) x 120%
3. Harga untuk obat dengan pelayanan resep non racikan = (harga
netto apotek (HNA) + PPn 10%) x 135% + Rp. 1500,- (tiap lembar
resep)
4. Harga untuk obat dengan pelayanan resep racikan = (harga netto
apotek (HNA) + PPn 10%) x 135 % + Rp. 2000,- (tiap lembar
resep)
5. Harga tambahan resep racikan = Rp. 250,-/kapsul,
Rp. 100,-/bungkus puyer dan Rp. 1000,-/botol dan dus bedak
Harga yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut bersifat tetap
sehingga obat akan selalu dihitung dari harga netto obat dari PBF tanpa
memperhitungkan adanya diskon dari PBF. Pemeriksaan harga yang sudah
dihitung dengan daftar harga dilakukan pemeriksaan secara rutin untuk
melakukan perencanaan pengadaan selanjutnya serta memberikan harga
obat baru bila terjadi kenaikan harga obat tersebut, bila tidak cocok segera
diganti dengan harga yang baru.

20

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

2.7.1.2 Neraca awal


APOTEK Galdi
Neraca Awal
Per 1 Januari 2016
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas
Sewa dibayar dimuka (3thn)
Persediaan awal obat & alkes
Suplai kantor
Suplai apotek
Aktiva Tetap
Inventaris apotek
Inventaris kantor
Kendaraan

Modal

Pasiva
210.500.000,-

20.000.000,45.000.000,100.000.000,1.500.000,1.000.000,17.000.000,22.000.000,6.000.000,210.500.000,-

210.500.000,-

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :


No.
1
2
3

Keterangan
Kas
Sewa dibayar dimuka (3 tahun)
Inventaris Kantor
a. Kursi tunggu
b. Meja + Kursi
c. Tabung pemadam kebakaran (1)
d. Lemari pendingin (2)
e. Lemari arsip
f. Dispenser (1)
g. Telepon
h. Lampu (8)
i. Jam dinding (2)
j. Tempat sampah, alat kebersihan + keset
k. Kipas angin (2)
l. AC (1)
m. Kalkulator (2)
n. Komputer (1) + Printer
o. Televisi

21

Nilai (Rp)

1.200.000,1.600.000,500.000,3.000.000,2.000.000,300.000,200.000,350.000,100.000,200.000,750.000,3.000.000,300.000,6.000.000,2.000.000,-

Total
20.000.000,45.000.000,-

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

p. Blender

500.000,22.000.000,-

Inventaris Apotek
a. Papan nama
b. Alat-alat gelas
c. Termometer berskala 100 C
d. Timbangan (gram+miligram)
e. Mortir + stamper (3)
f. Literatur (FI, Perundang-undangan, MIMS,
ISO)
g. Stempel Apotek
h. Timbangan badan dan pengukur tinggi
badan
i. Lemari khusus psikotropika dan narkotika
j. Etalase dan counter
k. Lemari rak kayu
l. Meja peracikan dan wastafel

500.000,1.000.000,100.000,2.200.000,150.000,500.000,100.000,450.000,500.000,4.500.000,4.000.000,1.000.000,15.000.000,-

Suplai Apotek
Wadah pengemas, pembungkus, etiket dan
label
Suplai Kantor
Perlengkapan administrasi (SP, Copy Resep,
Kuitansi, form PMR, buku, ATK, stempel)
Persediaan Awal
a. Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat 42.425.700,Keras
880.300,b. Obat Narkotika dan Psikotropika
43.270.200,c. Alkes dan PKRT
11.905.400,d. Obat tradisional
1.518.400,e. Minuman ringan

1.000.000,-

1.500.000,-

100.000.000,6.000.000,210.500.000,-

Kendaraan
TOTAL

2.7.1.3 Analisis Break Even pada Tahun Pertama Apotek Galdi


Biaya Tetap
Keterangan

1 Bulan

22

1 Tahun

Total

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

(Rp.)
Gaji Karyawan
- APA
- APING (1 orang)
- AA (2 orang)
- Karyawan (1 orang)

3.000.000,2.500.000,3.500.000,1.250.000,-

(Rp.)

(Rp.)

39.000.000,32.500.000,45.500.000,16.250.000,133.250.000,9.000.000,1.500.000,-

Biaya listrik, PDAM dan telepon


Biaya pemeliharaan Apotek
Biaya Pajak
- Reklame
Biaya Sewa (1/3 x 45.000.000,-)

1.000.000,15.000.000,26.500.000,-

Biaya penyusutan
- Penyusutan inv. Apotek (10%)
- Penyusutan inv. Kantor (10%)
- Penyusutan inv. Kendaraan (10%)

1.700.000,2.200.000,600.000,4.500.000,4.000.000,-

Biaya Operasional lain


TOTAL BIAYA TETAP

168.250.000,-

Perhitungan Batas Laba Rugi/ Break Even Point Tahun Pertama


Asumsi biaya variabel adalah 85 % dari total pendapatan meliputi :
- Harga Pokok Penjualan (HPP)
- Biaya Promosi
- Biaya service Apotek
- Biaya pemakaian keperluan apotek dan kantor
- Biaya transportasi
Asumsi :
Masing-masing jenis/item P dan VC yang berlainan tetapi dengan perbandingan
VC : P yang sama 85% sehingga hasil perhitungannya dianggap tidak bermakna
dengan rumus :

BEP

=
=
= Rp 1.121.666.667,-/tahun

23

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

= Rp 93.472.223,-/bulan, 1 bulan = 30 hari


= Rp 3.115.741,-/hari
Analisa BEP
-

P total (omzet 1 th)

= Rp 1.255.000.000,-

P/unit

= Rp 75.000,-

(Rata-rata pasien membelanjakan uangnya untuk resep dan swamedikasi)


-

VC

= Rp 85% P

FC

= Rp 1.066.750.000,-

BEP

= FC/RPM = Rp 1.121.666.667,-

BEP dalam unit

= FC/Kontribusi = Rp.Rp 168.250.000,-/11.250


= 14.956 unit

Pemeriksaan hasil

P = Rp 1.255.000.000,VC = Rp 1.066.750.000,PM = Rp 188.250.000,FC = Rp 168.250.000,-

Jumlah pasien yang datang ke Apotek dalam 1 tahun = 18.000 pasien

BEP tercapai pada Rp 1.121.666.667,-/ Rp 1.255.000.000,- x 100% = 89


%
RBK = 100 89 = 11%

Omzet 1 tahun Rp 1.255.000.000,- dan BEP = Rp 1.121.666.667,-berarti


ada selisih sebesar Rp 133.333.333,- dan RPM 15%

Laba = 15% x Rp 133.333.333,- = Rp 20.000.000,-

TC

= FC + VC = Rp 1.235.000.000,-

Jika diinginkan keuntungan bersih sebesar Rp 20.000.000,-/tahun maka hasil


penjualan harus mencapai penghasilan sebesar:
Target penjualan setahun

=
=
= Rp 1.255.000.000,-/tahun
= Rp 104.583.333,-/bulan, 1 bulan = 30 hari
= Rp 3.486.111,-/hari
24

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Dengan memperhatikan keadaan sekitar, maka target penjualan per hari yaitu:
- Resep masuk per hari 25 lembar @Rp 75.000,- = Rp

1.875.000,-

- OWA

= Rp

850.000,-

- Non resep

= Rp

761.111,- +

Target penjualan per hari

= Rp

Omzet per bulan

= Rp 104.583.333,-

Omzet per tahun

= Rp1.255.000.000,-

3.486.111,-

Rekonsiliasi
Penjualan

Rp 1.255.000.000,-

Biaya Variabel (85%)

Rp 1.066.750.000,- -

Pendapatan Marginal

Rp 188.250.000,-

Biaya Tetap

Rp 168.250.000,- -

Laba per tahun sebelum pajak

Rp 20.000.000,-

Perhitungan Pajak :
a. Pajak Penghasilan (PPh) Apotek
Sesuai ketentuan PP RI No. 46 tanggal 12 Juni 2013 dan diberlakukan per
1 Juli 2013, WP orang pribadi yang bersifat final adalah pendapatan bruto tidak
melebihi Rp 4.800.000.000,- (4,8 M) dalam 1 tahun, pajak penghasilan dihitung
berdasarkan tarif 1% dari pendapatan bruto yang dibayar tiap bulan (dari omzet
bulanan) dan hal ini tidak berkaitan dengan PPN.
PPh final yang terutang disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir serta menggunakan SSP dengan kode MAP
411128.420 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir. Jadi,
Apotek Galdi membayar pajak dalam satu tahun adalah:
1 % x Rp 1.255.000.000,- = Rp 12.550.000,- (yang disetor setiap bulannya
sesuai dengan omzet bulanannya).
b. PPN
Asumsi : Apotek ditetapkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak),
sehingga Apotek diwajibkan membayar PPN setiap bulan sejumlah pajak
keluaran (PK) dikurangi pajak masukan (PM). Apotek Galdi memiliki omzet
25

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

sebesar Rp 1.255.000.000,- sehingga dilakukan perhitungan untuk Pajak


Pertambahan Nilai (PPN), berikut perinciannya:
Contoh PPN untuk bulan Februari 2016 (Cash Budgeting)
Omzet

Rp 104.500.000,-

Harga Jual

Rp 95.000.000,-

PPN (10%)(sebagai PK)

Rp 9.500.000,-

Pembelian

Rp 83.600.000,-

Harga Beli

Rp 76.000.000,-

PPN (10%)(sebagai PK)

Rp 7.600.000,- -

PPN yang harus dibayar

Rp17.100.000,-

c. Pajak Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA)


Dalam perhitungan pajak penghasilan (PPh) pribadi :
1. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 197/PMK.03/2013 (mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 2013) tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 12 Oktober
2012.
2. Wajib pajak belum menikah/wanita:
Penghsilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Diri wajib pajak

= Rp 24.300.000,-

Perhitungan :
Gaji APA per tahun

Rp 39.000.000,-

Biaya jabatan 5% (maksimum Rp 6.000.000,-)

Rp 1.200.000,- -

Penghasilan bersih

Rp 37.800.000,-

PTKP

Rp 24.300.000,- -

Penghasilan kena pajak

Rp 13.500.000.-

Pajak yang harus dibayar = 5% x Rp 13.500.000,- = Rp. 675.000,2.7.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Return on Equity (ROE) =

x 100%

x 100%

26

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

= 9,5%
Ket: Menurut pengalaman ROE minimal 18% untuk Apotek (Seto et al., 2004),
ROE Apotek Galdi selama 12 bulan pertama sebesar 9,5% sehingga ROE
tesebut tidak memenuhi persyaratan.
Return on Assets (ROA) =

x 100%

= 9,5%
Ket: menurut pengalaman, ROA minimal 12 % untuk Apotek (Seto et al., 2004).
ROA Apotek Galdi selama 12 bulan pertama sebesar 11,89% sehingga ROA
tersebut tidak memenuhi persyaratan.
Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Galdi
Tahun 2016
Penjualan
HPP (78%)
Laba Kotor
Gaji Karyawan
- APA
- APING (1 orang)
- AA (2 orang)
- Karyawan (1 orang)
Biaya listrik, pdam dan telepon
Biaya pemeliharaan Apotek
Biaya Pajak
- Reklame
Biaya Sewa (1/3 x 45.000.000,-)
Biaya penyusutan
Biaya suplai kantor
Biaya suplai Apotek
Biaya promosi
Biaya service kendaraan
Biaya bahan bakar kendaraan
Biaya operasional lain
Laba bersih sebelum pajak

27

Rp 1.255.000.000,Rp 978.900.000,Rp 276.100.000,Rp


Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

39.000.000,32.500.000,45.500.000,16.250.000,9.000.000,1.500.000,-

Rp 1.000.000,Rp 15.000.000,Rp 4.600.000,Rp 1.500.000,Rp 1.000.000,Rp 10.000.000,Rp 1.000.000,Rp 1.000.000,Rp 77.250.000,Rp 256.100.000,Rp 20.000.000,-

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

2.7.1.5 Perencanaan Keuangan Jangka Pendek


Perencanaan keuangan jangka pendek dibutuhkan karena kas tidak
mengalir masuk dan keluar pada tingkat yang tepat, selalu berubah-ubah dari
waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena penjualan, pembelian obat dan biayabiaya yang berubah. Pada awal pembukaan, apotek Galdi akan menyusun
anggaran kas 3 bulan pertama yaitu Januari sampai dengan Maret 2016 sebagai
berikut:
1. Untuk mendapatkan laba Rp 20.000.000,-/tahun
(Rp 1.666.666,-/bulan), maka taksiran penjualan per bulan untuk bulan
Januari s.d Maret 2017 adalah sebagai berikut :
Bulan
Taksiran
Tahun 2017
(Rp.)
Januari
100.500.000
Februari
108.250.000
Maret
105.000.000
Asumsi omzet setahun adalah Rp 1.255.000.000,- berarti dalam 3 bulan
pertama, omzet minimal yang harus diperoleh adalah Rp 313.750.000,2. Penjualan di Apotek tunai
3. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Taksiran penjualan
Jenis
per bulan
(Rp.)
Non resep
22.833.330
Obat keras (OWA)
25.500.000
Resep
56.250.000
Total
104.583.330
HPP
= Total Harga Beli x 100 %

Faktor Jual

Harga Beli
(Rp.)

1,20
1,20
1,35

19.027.775
21.250.000
41.666.667
81.944.442

Total Penjualan
= 81.944.442 x 100 %
104.583.330
= 78,35% ~ 78%
4. Pembelian obat dengan harga pokok 78 % dilakukan satu bulan
sebelum taksiran penjualan, pembayaran dilakukan secara tunai pada

28

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

dua bulan pertama (Januari s.d Februari 2016) dan bulan selanjutnya
secara kredit satu bulan kemudian.
5. Pembelian obat-obatan yang diperlukan untuk penjualan bulan Januari
2016 adalah 78% x Rp 100.500.000,- = Rp 78.390.000,-. Persediaan
obat pada neraca awal Rp 100.000.000,-. Kelebihan stok pada bulan
Januari 2016 sebesar Rp 21.610.000,- digunakan untuk buffer stok
bulan Februari 2016 dan seterusnya.
6. Biaya penyusutan inventaris selama 3 bulan sebesar 10% dari harga
perolehan :
- Inventaris Kantor

Rp

550.000,-

- Inventaris Apotek

Rp

425.000,-

- Inventaris Kendaraan

Rp

150.000,-

Total

Rp 1.125.000,-

7. Biaya gaji per bulan

Rp 10.250.000,-

8. Pemakaian suplai kantor per bulan

Rp

125.000,-

9. Pemakaian suplai apotek per bulan

Rp

83.333,-

- Biaya listrik, PDAM dan telepon

Rp

9.000.000,-

- Reklame

Rp

1.000.000,-

- Biaya Promosi

Rp 10.000.000,-

- Biaya pemeliharaan apotek

Rp

1.500.000,-

- Biaya service Kendaraan

Rp

1.000.000,-

- Biaya bahan bakar kendaraan

Rp

1.000.000,-

- Biaya lain-lain

Rp 77.250.000,-

10. Biaya operasional lainnya:

Total

Rp.100.750.000,-

Biaya per bulan

Rp

8.395.833,-

11. Saldo kas akhir bulan Januari 2016 Rp 20.000.000,- dan merupakan
jumlah minimum yang harus dipertahankan tiap bulannya.

29

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

12. Bila kas melebihi jumlah minimal, kelebihannya untuk mengembangkan


usaha dan apabila kurang maka akan meminjam/utang Bank Mandiri
dengan kelipatan Rp 1.000.000,-

Anggaran Kas Apotek Galdi


Bulan Januari s.d Maret Tahun 2016
(dalam ribuan Rupiah)
No.

Ket

1
2
3
4

Penjualan
100% tunai
Jumlah Penerimaan Kas
Pembelian (78%
penjualan y.a.d)
Pembayaran pembelian
Biaya gaji
Biaya operasional lain
Pembayaran bunga
Jumlah pengeluaran kas
Surplus/deficit
Saldo kas awal bulan
Surplus/deficit
Saldo kas akhir bulan
tanpa peminjaman
Saldo kas minimal
Pinjam/pelunasan
Saldo kas akhir bulan
setelah peminjaman

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Des
15

Jan
Feb
Mar
16
16
16
100.500 108.250 105.000
100.500 108.250 105.000
100.500 108.250 105.000
100.000 82.200 83.400 79.587
100.000

82.200 83.400
10.250 10.250 10.250
8.396
8.396
8.396
100.846 102.046 18.646
(346)
6.204 86.354
20.000 20.654 25.858
(346)
6.204 86.354
19.654 26.858 112.212
20.000
1.000
20.654

Laporan Laba Rugi Proforma


30

20.000 20.000
(1000)
25.858 112.212

Apr
16
110.000
110.000
110.000

79.587

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Galdi


Bulan Januari sampai dengan Maret 2016
Penjualan
HPP (78%)
Laba Kotor
Biaya gaji
Biaya operasional
Biaya sewa
Biaya penyusutan

Rp 313.750.000,Rp 244.700.000,Rp 69.000.000,Rp 33.312.500,Rp 25.187.500,Rp 3.750.000,Rp 1.125.000,-

Biaya pemakaian

Rp

625.000,Rp 64.000.000,Rp 5.000.000,-

Laba Apotek (sebelum pajak)

Simpulan : bahwa selama periode waktu 3 bulan (Januari sampai dengan Maret
2016), diprediksi Apotek Galdi akan memperoleh laba sebesar Rp 5.000.000,(sebelum pajak).
Dari neraca awal dan anggaran kas dapat dievaluasi perubahan-perubahan
dari perkiraan-perkiraan Apotek Galdi yang dapat dihitung sebagai berikut :
1. Kas bertambah Rp 92.212.000,- menjadi Rp 112.212.000,- dari kas awal
Rp 20.000.000,2. Persediaan obat:
Stok awal

Rp. 100.000.000,-

Pembelian

Rp. 240.600.000,- +

Obat yang dapat dijual

Rp. 370.600.000,-

Harga pokok penjualan

Rp. 244.725.000,- -

Stok akhir

Rp. 125.875.000,-

3. Suplai Apotek:
Awal

Rp.

1.000.000,-

Pemakaian

Rp.

250.000,- -

Akhir

Rp.

750.000,-

Rp.

1.500.000,-

4. Suplai kantor :
Awal

31

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Pemakaian

Rp.

375.000,- -

Akhir

Rp.

1.125.000,-

Awal

Rp.

6.000.000,-

Penyusutan

Rp

150.000,-

Akhir

Rp

5.850.000,-

Awal

Rp.

17.000.000,-

Penyusutan

Rp

425.000,-

Akhir

Rp

16.575.000,-

Awal

Rp.

22.000.000,-

Penyusutan

Rp

550.000,-

Akhir

Rp

21.450.000,-

Awal

Rp.

15.000.000,-

Biaya sewa

Rp.

3.750.000,-

Akhir

Rp.

11.250.000,-

Awal

Rp.

0,-

Pembelian (kredit)

Rp.

127.000.000,-

Rp.

127.000.000,-

Pembayaran utang

Rp.

47.513.000,-

Akhir

Rp.

79.587.000,-

Hutang Bank Awal

Rp.

0,-

Pinjaman kumulatif

Rp.

0,-

Hutang Bank Akhir

Rp.

0,-

Awal

Rp.

210.500.000,-

Laba

Rp.

5.000.000,-

5. Inventaris kendaraan

6. Inventaris apotek

7. Inventaris kantor

8. Sewa dibayar dimuka

9. Utang usaha

10. Hutang bank

11. Modal

(asumsi pajak masih ditahan)


32

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Akhir

Rp.

215.500.000,-

Neraca Proforma Apotek Galdi


Per 30 Maret 2016
AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas
Persediaan obat
Suplai Apotek
Suplai kantor
Sewa dibayar dimuka
Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tetap:
Inventaris Apotek
Inventaris Kantor
Inventaris kendaraan

PASIVA
Modal

215.500.000

112.212.000
125.875.000 Utang Usaha
750.000 Hutang Bank
1.125.000
11.250.000

79.587.000
0

251.212.000
16.575.000
21.450.000
5.850.000
43.875.000

Jumlah Aktiva Tetap

295.087.000

Jumlah

295.087.000

2.7.1.6 Kalkulasi Biaya Peracikan Resep


Biaya peracikan per resep =

jumlah jam pegawai di peracikan

total jam pegawai di apotek

Biaya langsung gaji per pegawai x

jumlah resep yang di racik

luas area ruang peracikan dalam m 2


total area apotek dalam m 2

jumlah resep yang diracik

Biaya tetap tidak langsung x

Biaya tidak tetap tidak langsung x

penjualan bagian peresepan


total penjualan apotek

jumlah resep yang diracik

Taksiran jumlah resep dalam satu tahun = 25 lembar x 30 hari x 12 bulan


= 9000 lembar
Waktu pelayanan resep per pekan

= 15 menit x 175 resep


= 2625 menit ~ 44 jam

Perhitungan:

33

Galdi

Business Plan APOTEK

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

1) Gaji APA di bagian peracikan :

5 jam untuk pelayanan resep dari total 44 jam/pekan


jumlah jam kerja APA di peracikan
jumlah jam kerja APA di apotek

= total gaji profesi APA x


= Rp 39.000.000,- x 5/49
= Rp 3.979.592,-

2) Gaji Apoteker Pendamping di bagian peracikan:


5 jam untuk pelayanan resep dari total 21 jam/pekan
jumlah jam kerja APING di peracikan

= Total gaji APING x jumlah jam kerja APING di apotek


= Rp 32.500.000,- x 5/49
= Rp 3.316.327,3) Gaji AA (2 Orang) di bagian peracikan:
7 jam untuk pelayanan resep dari total 21 jam/pekan
= Total gaji AA x

jumlah jam kerja AA di peracikan


jumlah jam kerja AA di apotek

= Rp 45.500.000,- x 7/49
= Rp 6.500.000,4) Gaji karyawan di bagian peracikan:
7 jam untuk pelayanan resep dari total 21 jam/pekan
jumlah jam kerja karyawan di peracikan

= Total gaji karyawan x jumlah jam kerja karyawan di apotek


= Rp 16.250.000,- x 7/49
= Rp 2.321.429,-

5) Biaya tetap tidak langsung terkait dengan ruangan usaha (biaya sewa)
dialokasikan dengan menggunakan rasio ukuran yang dipakai bagian
peracikan dibanding dengan total luas ruangan usaha (dalam m2). Jika
diketahui luas ruang peracikan 10m2.
PBB ruang peracikan = Luas ruang peracikan/luas apotek x biaya
penyusutan gedung
= 10/80 x Rp 15.000.000,= Rp 1.875.000,6)

Biaya tidak tetap tidak langsung lainnya terdiri dari :


34

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Biaya pemakaian supp. kantor

= Rp 1.500.000,-

Biaya pemakaian supp. apotek

= Rp 1.000.000,- +
Rp 2.500.000,-

Taksiran penjualan resep

= 9000 x Rp. 75.000,= Rp 675.000.000,-

Total penjualan

= Rp1.255.000.000,-

Alokasi untuk apotek

= Rp 4.000.000 x (Rp 675.000.000,-)


(Rp

1.255.000.000,-)
= Rp 2.151.394,Biaya peracikan per resep =
(3.979.592+3.316.327+6.500.000+2.321.429+1.875.000+2.151.394)
9000
= Rp. 2.238,Jadi, berdasarkan data estimasi yang digunakan maka biaya peracikan per
resep rata-rata adalah Rp. 2.238,- untuk tahun pertama.
2.7.2

Perbekalan Kefarmasian
Perbekalan kefarmasian yang akan disediakan pada awal
pembukaan Apotek Galdi meliputi :
1. Obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek,
narkotika-psikotropika, baik dalam nama dagang maupun generik)
2. Obat tradisional (nutraceutical, jamu, obat gosok)
3. Alatalat kesehatan : alat tes kehamilan (test pack), alat kontrasepsi non
hormonal, termometer, kasa steril, dan lain-lain.
4. Kosmetika : bedak, lotion, dan lainlain
5. Lainlain : perlengkapan bayi, susu, dll.
Perencanaan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, serta
perbekalan kesehatan lainnya yang akan disediakan dapat dilihat pada
lampiran. Perencanaan perbekalan farmasi dibuat dengan memperhatikan
beberapa faktor, diantaranya:
Perencanaan Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu usaha dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan,
35

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

penentuan kebutuhan maupun penganggaran (Seto et al., 2004). Karena


masih baru, maka apotek perlu melakukan penyesuian antara pengeluaran
awal untuk perencanaan pengadaan dengan kemampuan finansial yang ada
dengan mempertimbangkan :
- Daftar Obat Esensial Nasional
- Obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter di rumah sakit dan
-

tempat prakteknya di sekitar apotek.


Pola penyakit yang umum terjadi di masyarakat sekitar. Pada
umumnya masyarakat di sekitar apotek adalah anak-anak usia sekolah,
pasangan muda dan orang tua. Masalah kesehatan yang umumnya
diderita anak-anak adalah gangguan saluran pencernaan, batuk dan
flu, serta vitamin atau suplemen untuk meningkatkan nafsu makan.
Pasangan muda umumnya membutuhkan vitamin, obat saluran cerna
dan obat-obat golongan sistem endokrin. Obat-obat untuk penyakit
degeneratif seperti jantung, hipertensi, diabetes diadakan untuk

memenuhi kebutuhkan obat-obatan bagi golongan orang tua.


Tingkat sosial ekonomi dan daya beli masyarakat sekitar akan
mempengaruhi faktor pemilihan obat sehingga pengadaan obat-obat
generik dan obat dengan nama dagang harus benar-benar diperhatikan

sesuai dengan permintaan dari masyarakat.


Pemilihan PBF, dengan memperhatikan kualitas barang dan legalitas
dari pemasok barang (PBF yang bersangkutan), ketepatan dan
kecepatan pelayanan/pengiriman barang, melihat potongan harga yang

diberikan atau layanan purna jual yang ditawarkan.


Faktor lain-lain, seperti iklan yang gencar di media massa.
Perencanaan pengadaan juga mempertimbangkan produk-produk yang
sering diiklankan terutama obat-obat bebas, obat bebas terbatas,
kosmetika, dan obat tradisional, serta perbekalan rumah tangga yang
dapat mempengaruhi sifat konsumtif masyarakat.

2.7.2.1 Pengadaan Tahap awal


Untuk pertimbangan dalam pemilihan PBF antara lain keabsahan PBF
(meliputi nama, alamat, nomor telepon, penanggung jawab PBF, nomor
izin PBF, NPWP, serta stempel PBF), jaminan kualitas kelengkapan
produk, potongan pembelian/diskon yang diberikan, kecepatan pengiriman

36

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

return produk, pembayaran (jangka waktu pembayaran). Untuk pengadaan


tahap awal, karena pihak PBF belum tahu keberadaan apotek Galdi yang
merupakan apotek baru, maka pihak apotek (APA) datang langsung ke
PBF dengan membawa Surat Pesanan. Melakukan pengadaan dengan
bekerjasama dengan apotek lain dapat dilakukan jika pemesanan tidak
memenuhi minimal nilai faktur sebuah PBF. Untuk pemesanan awal
dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk pengadaan selanjutnya dapat
dilakukan via telepon dan dapat dilakukan secara kredit dengan batas
waktu pembayaran yang ditentukan oleh PBF.
Pengadaan narkotika hanya dapat dilakukan di PBF Kimia Farma
dengan menggunakan SP khusus narkotika yang dibuat oleh Kimia Farma.
SP ini dibuat rangkap empat, tiga lembar diserahkan ke Kimia Farma dan
satu lembar untuk arsip apotek. SP narkotik ini hanya memuat satu macam
sediaan untuk satu lembarnya dan memuat nama APA, alamat rumah,
nomor SIPA, dan tanda tangan APA sebagai pemesan.
Pengadaan psikotropika menggunakan SP khusus psikotropika, SP
ini rangkap dua yang berisi nama dan alamat APA, perusahaan/PBF yang
dituju dan alamatnya, jenis psikotropika yang dipesan. Untuk satu lembar
SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis psikotropik.
Untuk pengadaan selanjutnya, perencanaan pengadaan perbekalan
apotek Galdi dilakukan sendiri oleh APA dibantu oleh Apoteker
pendamping dan AA dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencatatan pada buku defekta.
2. Kecepatan penjualan atau pergerakan produk (fast/slow/dead
moving).
3. Besarnya anggaran yang tersedia atau omzet apotek sesuai periode
4.
5.
6.
7.

pesanan.
Obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter.
PBF, berupa nilai kecukupan faktur pesanan.
Pola penyakit yang umum terjadi di masyarakat.
Informasi obat baru terutama obat bebas dan bebas terbatas yang
sering diiklankan di berbagai media.

2.7.2.2 Prosedur Pengadaan


Dalam hal pengadaan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

37

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

1)

Pemesanan pada distributor (PBF) yang legalitasnya telah diketahui.


Dilihat juga kelengkapan/ketersediaan obat, mutu, dan legalitas obat

2)

serta pembayarannya (tunai atau kredit).


Mengadakan kerja sama dengan apotek lain dalam hal pengadaan
perbekalan farmasi. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada
kekosongan barang/obat tetapi masih ada permintaan dan untuk
perbekalan

3)

farmasi

yang

permintaannya

jarang

sehingga

membutuhkan persediaan yang sedikit.


Membuka konsinyasi dengan perusahaan-perusahaan yang biasanya
mengeluarkan produk-produk baru, misalnya produk madu, teh, dan

suplemen.
Prosedur pengadaan perbekalan farmasi apotek Galdi yaitu :
1) Memeriksa obat yang sudah habis atau tinggal sedikit (diketahui
melalui pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap obat),
dicatat di buku daftar obat habis dan dilihat bagaimana mobilitas
obat tersebut (termasuk fast/slow/dead moving product).
2) Melakukan pemeriksaan pembelian obat tersebut dari PBF mana
beserta satuan kemasan dan harganya untuk memperkirakan harga
pembelian dan PBF yang akan dihubungi.
3) Menyesuaikan dengan keuangan apotek untuk menentukan
prioritas dan jumlah pemesanan.
4) Menentukan pesanan obat yang meliputi jenis obat (termasuk di
dalamnya bentuk sediaan dan dosis), jumlah obat, dan nama PBF
yang dituju.
5) Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :
a. Obat-obat non narkotika dan non psikotropika dan alkes
Pemesanan menggunakan surat pesanan (SP) rangkap 2 meliputi
nomor urut SP, nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang
dipesan. Obat yang dipesan ditulis pada SP dan ditanda tangani
oleh apoteker dengan diberi stempel apotek. Lembar pertama untuk
PBF dan lembar kedua untuk lampiran faktur yang dipegang
apotek. Pemesanan yang dilakukan melalui telepon, SP akan
diberikan pada waktu pengiriman barang atau diambil oleh sales
PBF tersebut.
b. Obat psikotropika

38

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Pemesanan obat golongan psikotropika menggunakan SP khusus


psikotropika, dibuat rangkap 2. Lembar pertama untuk PBF dan
lembar kedua untuk lampiran faktur yang dipegang apotek. SP
berisi nama obat, jumlah obat, dan PBF yang akan dituju. Satu SP
dapat digunakan untuk pemesanan beberapa macam obat
psikotropika dari PBF yang sama, serta harus ditandatangani oleh
APA. Pemesanan tidak bisa dilakukan melalui telepon.
c. Obat narkotika
Pemesanan narkotika menggunakan SP khusus narkotika dan
hanya dapat dilakukan di PBF Kimia Farma sebagai distributor
tunggal untuk obat narkotika. Satu formulir permintaan atau SP
hanya berlaku untuk satu item narkotika dan satu kemasan saja,
ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan SIA, alamat
rumah dan stempel apotek. SP narkotika dibuat rangkap empat,
dimana tiga lembar diserahkan ke Kimia Farma dan satu lembar
untuk apotek sendiri, bila obat tidak ada maka SP dikembalikan ke
apotek. Pembayaran obat narkotika harus dilakukan secara tunai
pada saat barang diterima, jika tidak dibayar maka obat tidak akan
diserahkan.
2.7.2.3 Prosedur Penerimaan
Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di apotek Galdi yaitu:
1. Diperiksa keabsahan faktur meliputi :
a. Nama, alamat, dan nomor telepon PBF
b. Tanda tangan penanggung jawab PBF
c. Stempel PBF
2. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi
a. Nama PBF
b. Jenis obat yang dipesan (nama obat, bentuk sediaan, no. batch,
kekuatan, ED).
Bila tanggal kadaluarsa sudah dekat, wajib dikembalikan kepada
PBF.
Bila no. batch tidak sama harus dikembalikan atau no. batch obat
ditulis di faktur dan ditandatangani oleh petugas pengirim.
c. Jumlah obat yang dipesan
Bila jenis dan jumlah obat tidak sesuai wajib dikembalikan dan
ditukar dengan yang benar dan faktur diberi catatan.

39

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

3. Dicocokkan antara isi faktur dan perbekalan farmasi yang datang


meliputi :
a. Jenis perbekalan farmasi yang dipesan
b. Jumlah perbekalan farmasi yang dipesan
c. Nomor batch
d. Expired date (ED)
e. Kemasan
f. Bentuk sediaan
g. Kekuatan
Bila jenis, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, tanggal
kadaluarsa dan nomor batch perbekalan farmasi tidak sama dengan yang
tercantum pada faktur, maka dikembalikan dan ditukar sesuai yang
tertera pada faktur dan SP.
4. Perbekalan farmasi diperiksa kondisi fisiknya antara lain :
a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat
b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau)
c. Tanggal kadaluarsa masih jauh ( 3 tahun)
Bila rusak atau tanggal kadaluarsa sudah dekat, dikembalikan kepada
PBF atau ditukar.
5. Setelah pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani
pihak apotek dan diberi stempel apotek. Faktur asli diberikan kepada
PBF dan salinannya disimpan sebagai arsip apotek.
2.7.2.4 Prosedur Pembayaran
Prosedur pembayaran obat di Apotek Galdi dapat dilakukan dengan dua
cara sebagai berikut :
1. Pembayaran secara tunai (Cash on Delivery)
a.
Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan
pemeriksaan barang sesuai prosedur penerimaan barang :
1) Jika barang sudah sesuai pesanan, dapat dilakukan pembayaran
2) Jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim atau retur
b.
Setelah pembayaran, faktur asli yang ditandatangani pihak PBF
dan salinannya akan langsung diberikan kepada penerima barang di
apotek.
Contoh : pembelian narkotika.
2. Pembayaran secara kredit
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan
barang sesuai prosedur penerimaan barang :
1)
Jika barang sudah sesuai

pesanan,

faktur

ditandatangani petugas penerima dan diberi stempel apotek.


40

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Faktur asli dibawa oleh PBF, apotek membawa faktur copy,


catat nomor faktur, dan jumlah yang harus dibayar pada buku
pembelian, kemudian faktur copy tersebut disimpan pada map
order faktur pembelian sesuai dengan bulannya dan urut seperti
2)

pada urutan buku pembelian.


Jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim

atau retur.
b. Beberapa hari sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, PBF akan
datang ke apotek, selanjutnya:
1) Faktur asli diserahkan kepada apotek.
2) Apotek membuat tanda terima faktur (rangkap dua) yang
ditandatangani apoteker dan diberi stempel apotek
b) Tanda terima faktur asli diserahkan kepada PBF sebagai
bukti penagihan kepada apotek pada waktu jatuh tempo.
Jika pada faktur terdapat CN (Credit Nota), yaitu barang
dikembalikan (misalnya karena tidak sesuai pesanan) maka
tanda terima faktur harus dilakukan penyesuaian jumlah
uang yang harus dibayarkan ke PBF.
c) Salinan tanda terima faktur disatukan dengan faktur asli
untuk diarsip pada buku kas keluar dan faktur asli disimpan
pada map order kas keluar sesuai dengan bulannya.
d) Pada tanggal pembayaran yang telah disepakati, tagihan
dibayarkan apotek kepada petugas PBF yang datang ke
apotek :
Tanda terima faktur asli diserahkan kembali ke apotek.
Pada faktur asli diberi tanda lunas serta tanda tangan
dan nama terang petugas PBF, dan disimpan kembali
sebagai arsip apotek.
2.7.3 Perencanaan Penataan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Penataan ruang di apotek merupakan faktor yang juga mempengaruhi
keberhasilan pelayanan dan penjualan. Adapun maksud dan tujuan penataan
apotek adalah :
1.
Penggunaan ruang yang optimum dari ruang yang tersedia
2.
Mengurangi kehilangan waktu dan energi karena gerak selama
3.

pelayanan
Memudahkan pekerjaan dan pengambilan barang

41

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

4.
5.

Memberikan kenyamanan kepada pasien/klien


Mengurangi biaya pemeliharaan
Penataan perbekalan farmasi di apotek Galdi didasarkan pada bentuk

sediaan (solida, semi solida dan likuida), golongan obat (generik dan non
generik), kelas terapi, dan alfabetis. Adapun aturan pada penataan di apotek

Galdi adalah sebagai berikut:


1. Obat bebas, bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, beberapa alat
kesehatan dan PKRT diletakkan pada etalase di bagian depan apotek agar
konsumen bebas memilih sesuai keinginannya. Penataannya dilakukan
berdasarkan jenis produk, kelas terapi, bentuk sediaan, dan alfabetis. Lay
out diusahakan seefektif mungkin untuk menarik perhatian konsumen dan
mempermudah pengambilan produk.
2. Obat keras, disimpan dalam lemari di ruang peracikan dan penataannya
berdasarkan alfabetis. Untuk obat-obat yang beresiko tinggi yaitu yang
mempunyai indeks terapi sempit seperti antihipertensi, antidiabetes, dan
obat jantung penataannya disendirikan menurut alfabetis untuk masingmasing kelas terapi. Golongan obat-obat antibiotika diletakkan dalam
lemari yang sama kemudian diurutkan berdasarkan alfabetis.
3. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
obat narkotika dan psikotropika. Lemari khusus tempat penyimpanan
narkotika dan psikotropika terdiri dari dua lemari dimana pada masingmasing

lemari

terdapat

dua

lapis

pintu

dan

terkunci.

Lemari

narkotika/psikotropika terdapat di ruang peracikan dan dibuat sedemikian


rupa/tertanam agar tidak bisa dipindah-pindahkan dan aman dari
pencurian.
4. Golongan obat generik disimpan dalam lemari tersendiri terpisah dengan
obat merek dagang berdasarkan pada bentuk sediaan dan diurutkan secara
alfabetis.
5. Suppositoria, ovula, injeksi dan sediaan lain yang tidak stabil pada suhu
kamar atau membutuhkan suhu penyimpanan yang rendah disimpan dalam
lemari es.
6. Sediaan likuida dan semi solida disimpan dalam lemari tersendiri menurut
alfabetis.

42

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

7. Obat dalam kemasan kaleng dan bahan baku yang lain ditempatkan pada
lemari tersendiri berdekatan dengan tempat penimbangan, masing-masing
disusun berdasarkan alfabetis.
Penataan berdasarkan kelas terapi diharapkan akan lebih memudahkan
pengambilan obat yang sesuai dengan kebutuhan serta menghindari kesalahan
pemberian obat yang dapat berakibat fatal bila berbeda efek terapinya.
Selain itu, penataan obat juga disusun berdasarkan sistem FIFO (First In
First Out), di mana obat yang diterima terlebih dahulu harus diserahkan terlebih
dahulu pula. Hal ini untuk menghindari terjadinya obat yang kadaluarsa.
Penataan dan penyimpanan sediaan farmasi memperhatikan faktor
lingkungan untuk menjaga stabilitas obat. Faktor lingkungan yang diperhatikan
dalam penataaan dan penyimpanan obat adalah sinar matahari, suhu dan
kelembaban. Diusahakan obat-obat tidak terkena sinar matahari langsung, suhu
dijaga dengan sirkulasi yang cukup dan lemari penyimpanan dijauhkan dari kamar
mandi karena kelembaban yang relatif tinggi di sekitar kamar mandi.
2.7.4

Administrasi dan Pelaporan.

2.7.4.1 Administrasi
Untuk ketertiban dan keteraturan dalam pelaksanaan kegiatan, apotek

Galdi melengkapi sistem administrasinya dengan melakukan pencatatan


yang meliputi :
1.Pencatatan persediaan
Pencatatan sediaan farmasi meliputi pencatatan pada kartu stok gudang
dan pencatatan pada kartu stok kecil di lemari obat.
Prosedur pencatatan sediaan farmasi :
a. Dilakukan pencatatan pada kartu stok gudang untuk sediaan farmasi
yang baru datang meliputi nama PBF, tanggal kadaluarsa, nomor
batch, satuan kemasan, harga satuan, jumlah persediaan, jumlah
pengeluaran ke lemari, sisa dan paraf pengarsip. Untuk obat-obat
narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus, yang terdiri
dari dua pintu dipisahkan antara stok gudang dan stok harian.
b. Dilakukan pencatatan pada kartu stok lemari untuk obat yang
dimasukkan, tanggal pemasukan obat serta jumlah stok pada lemari
obat. Setiap pengeluaran sediaan farmasi dari etalase/lemari
43

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

peracikan dilakukan pencatatan pada kartu stok kecil sehingga setiap


saat dapat dipantau jumlah yang keluar dan jumlah yang masih ada.
2.Pencatatan pada buku defekta
Pencatatan sediaan farmasi yang habis, tidak ada atau stok tinggal sedikit
dilakukan pada buku defekta sehingga memudahkan pengecekan
perbekalan farmasi yang harus dipesan pada pihak PBF. Pencatatan
dilakukan setiap kali ditemukan adanya sediaan farmasi yang habis, tidak
ada atau stok tinggal sedikit. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya stock-out (barang habis saat ada permintaan).
3.Pencatatan pembelian
Pencatatan pembelian dilakukan untuk pembelian yang dilakukan
meliputi pencatatan obat yang datang beserta nomor fakturnya. Catatan
pembelian disimpan pada map tersendiri untuk setiap bulannya.
4.Pencatatan tanggal kadaluarsa
Pencatatan ini dilakukan pada buku tersendiri. Dibuat pengelompokan
berdasar bulan dan tahun expired date masing-masing item sediaan
farmasi yang masih ada.
5.Pencatatan penjualan harian
Pencatatan penjualan harian dilakukan pada buku tersendiri, kemudian
direkap kembali dengan pencatatan pada komputer, dipisahkan antara
file penjualan untuk non resep (misalnya obat wajib apotek, alat
kesehatan, kosmetik, obat tradisional, obat bebas dan obat bebas
terbatas tanpa resep dan komoditi lainnya) dan file penjualan dengan
resep dokter.
6.Pencatatan narkotika dan psikotropika
Tiap pengeluaran obat narkotika dan psikotropika harus dicatat dalam
catatan pengeluaran narkotika dan psikotropika berisi tanggal, nomor
resep, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter pemberi resep,
jumlah serta sisa yang ada di persediaan. Hal ini untuk memudahkan
pengawasan dan pelaporan pemakaian narkotika/psikotropika tiap
bulannya.
7.Pencatatan keuangan
Pencatatan keuangan meliputi pengeluaran kas, pemasukan kas, serta
pembelian. Pengeluaran kas meliputi : pengadaan obat secara tunai dan
kredit, biaya-biaya (listrik, air, telepon, gaji karyawan, perlengkapan

44

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

apotek, dan lain-lain). Semua bukti pengeluaran diarsipkan dan


pengeluaran total dijumlah tiap bulannya. Pemasukan kas meliputi
penjualan obat dengan resep, penjualan alat kesehatan, dan komoditas
lainnya serta penjualan obat non resep. Tiap hari transaksi yang terjadi
serta jumlah uang yang masuk dan yang ada dicatat dalam buku
tersendiri dan kemudian tiap bulannya dipindahkan ke dalam buku
penerimaan kas.
8. Pencatatan pengobatan pasien (PMR)
Data masukan berasal dari pencatatan penjualan yang meliputi data
pasien, tanggal penjualan, nomor resep, keterangan dokter, nama obat,
dan aturan pakai. PMR di apotek Galdi

menggunakan sistem dua

kartu, yaitu buku Rekam Pengobatan Pasien yang diberikan kepada


pasien dan data untuk apotek.
9. Pencatatan lain-lain
a. Nota.
b. Tanda terima faktur, digunakan sebagai tanda terima penerimaan obat
dari PBF.
a. Kuitansi, digunakan untuk bukti penjualan dengan resep.
b. Turunan resep, diberikan pada pasien yang membeli resep sebagian
atau apabila ada permintaan dari pasien.
e. Etiket, digunakan dalam pelayanan resep untuk memberikan
keterangan bagi pasien terhadap obat yang diserahkan, berisi
informasi pemakaian obat, nama pasien, nama obat, tanggal dan
f.

nomor resep.
Lembar pemberian informasi, digunakan untuk memberikan
informasi tertulis tentang cara pemakaian obat serta hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh pasien selama terapi obat.
Pengelolaan keuangan dilakukan dengan melihat setiap pencatatan

dalam laporan keuangan harian dan bulanan, banyaknya uang yang masuk
dari hasil penjualan serta berdasarkan laporan pengeluaran untuk biaya
usaha. Pengeluaran keuangan harus disertai tanda bukti transaksi seperti
nota sehingga proses administrasinya teratur dan benar.
2.7.4.2 Pelaporan
Pelaporan digunakan untuk obat narkotika dan psikotropika yang
dilakukan tiap bulan sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan

45

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

menggunakan format surat pelaporan N-105 untuk obat narkotika dan P205 untuk obat psikotropika. Surat pelaporan ini terdiri dari 4 rangkap,
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Kepala Balai Besar POM Jawa
Timur, serta satu rangkap digunakan sebagai arsip apotek. Lembar
pelaporan memuat kode, nama bahan/sediaan, satuan, stok awal, asal dan
jumlah penerimaan, penggunaan untuk siapa dan berapa jumlah yang
digunakan serta stok akhir obat.
Selain pelaporan narkotika dan psikotropika, pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) apotek dilakukan setiap tahun menggunakan SSP (Surat
Setoran Pajak) dari kantor pajak. Jumlah pajak yang harus dibayar
dihitung berdasarkan pada laporan keuangan apotek per tahun.

46

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Alur pengadaan, penataan, administrasi dan pelaporan obat di apotek

Galdi

dapat

digambarkan

47

sebagai

berikut

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

dengan meningkatkan pengetahuan kepada personel apotek. Manajerial dengan


melakukan penataan pengelolaan.
5.1
Sumber daya manusia
Pada awal pembukaan apotek, sumber daya manusia yang sudah
dimiliki yaitu seorang apoteker, seorang asisten apoteker, dan seorang juru
resep. Apotek Galdi akan meningkatkan kualitas SDM dengan
mengikuti

seminar-seminar

kesehatan

yang

berhubungan

dengan

pengembangan apotek. Setelah satu tahun apotek dibuka, akan diadakan


review untuk melihat apakah apotek memerlukan tambahan SDM baru
atau tidak. Rencana SDM yang akan ditambahkan adalah seorang apoteker
pendamping dan seorang asisten apoteker yang akan membantu APA
dalam pelayanan di apotek.
Selain itu, untuk membina suasana kerja perlu dilakukan rekreasi
bersama seluruh sumberdaya apotek dan keluarga pada waktu tertentu.
Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan personel, bila perlu
maka sumberdaya apotek akan dikirim untuk mengikuti training.
5.2

Manajemen
Semakin

maju

dan

berkembangnya

suatu

apotek,

maka

berkembang pula manajemen yang terdapat didalamnya. Pengembangan


yang dilakukan Apotek Galdi salah satunya adalah prosedur standar
operasional. Dengan pengalaman sebelumnya, maka perlu dilakukan
pembaharuan SOP untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
baik untuk resep, non resep maupun pelayanan swalayan, selain itu juga
melengkapi variasi obat, alkes, kosmetik, dan PKRT yang disediakan
sehingga dapat meningkatkan pendapatan apotek khususnya swalayan.
Evaluasi terhadap kegiatan perapotekan akan dilakukan setiap
akhir bulan untuk mengevaluasi kinerja apotek dan SDM yang berperan di
dalamnya. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah
kekurangan apotek yang harus diperbaiki untuk meningkatkan pelayanan
di apotek serta meningkatkan kepuasan konsumen.
5.3

Layanan

48

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Pelayanan di Apotek Galdi

tidak hanya melayani pembelian

perbekalan farmasi dengan resep dokter atau non resep, tetapi apotek juga
melakukan pelayanan jasa yaitu komunikasi, informasi dan edukasi
berdasarkan

konsep

asuhan

kefarmasian

yang

berorientasi

pada

peningkatan kualitas hidup pasien. Apotek juga melayani pemesanan


perbekalan farmasi via telepon dan jasa pengantaran perbekalan farmasi
dengan memberikan penjelasan pada lembar informasi pasien.
Apoteker juga akan melakukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan rumah (homecare), khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Patient Medication
Record (PMR) dilakukan untuk pasien yang datang terutama pasien yang
memiliki penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes mellitus. Sistem
PMR yang digunakan adalah kartu PMR yang dipegang oleh pasien dan
apotek, jadi secara tidak langsung hal ini juga mengikat pasien agar
kembali ke apotek tersebut.

49

Business Plan APOTEK

Galdi

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Periode 100

Anda mungkin juga menyukai