Galdi
BAB II
SISTEM MANAJEMEN
2.1
Modal
Modal awal untuk pendirian Apotek Galdi sebesar Rp 210.500.000,-
yang berasal dari tabungan pribadi. Untuk pendirian apotek tersebut perlu
menyewa satu rumah yang akan disewa selama 3 tahun dibayar dimuka tunai.
2.2
persiapan yang matang. Aspek pasar dan aspek sosial perlu diperhatikan agar
dapat diprediksi bagaimana kesempatan suatu apotek untuk dapat berkembang
dan maju. Aspek sosial yang meliputi kondisi masyarakat sekitar seperti pola
hidup dan tingkat sosial masyarakat menjadi pertimbangan dalam mengambil
kebijakan atau keputusan usaha apotek, misalnya dalam pengadaan item obat dan
penetapan harga obat. Produk-produk yang disediakan disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar (pola penyakit, pola peresepan, dan
keadaan ekonomi konsumen) serta disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Produk yang ditawarkan oleh apotek Galdi antara lain obat-obatan (obat
modern dan obat tradisional), suplemen, alat kesehatan, dan produk kesehatan
lainnya (misal: bedak, sabun, kosmetik, dan susu).
2.2.1
Target Masyarakat
Apotek Galdi didirikan di Perumahan Semolowaru Indah I J-06,
Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur yang merupakan lokasi
perumahan dan belum ada pendirian apotek di daerah tersebut. Target pasar yang
ingin dicapai oleh apotek Galdi adalah warga perumahan Semolowaru Indah I.
Dari target pasar tersebut, diperkirakan konsumen dari apotek Galdi terdiri atas
kalangan menengah ke atas yang tinggal di kawasan perumahan. Hal ini menjadi
kekuatan apotek dalam mendapatkan pangsa pasar. Disamping itu, daerah sekitar
Apotek Galdi cukup ramai, dikelilingi oleh jalan raya, pertokoan, Rumah Sakit,
dan banyak dilewati orang, sehingga memungkinkan banyak orang lewat dan juga
10
Galdi
beragam, mulai dari golongan atas yang notabene tinggal di daerah perumahan
hingga golongan menengah ke bawah seperti pedagang makanan keliling, penjual
di pasar, buruh dll. Berdasarkan keanekaragaman status sosial masyarakat di
daerah tersebut, perlu diadakan berbagai macam obat baik yang paten maupun
yang generik dan perlu juga mengadakan produk produk alkes serta produk
kesehatan lain seperti kosmetik. Apotek Galdi sebagai apotek yang baru, akan
menitikberatkan dalam bidang pelayanan. Layanan jasa yang diberikan adalah
konseling, pemberian informasi, dan edukasi pada masyarakat sekitar (KIE). KIE
dapat dilakukan secara langsung di apotek maupun secara tidak langsung melalui
telepon. Layanan ini juga dilengkapi dengan pencatatan pengobatan pasien
dengan kriteria tertentu (Patient Medication Record).
Dalam meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan, apotek Galdi
memberikan layanan pengambilan resep, menerima pemesanan obat melalui
telepon, dan layanan obat ke rumah pasien disertai KIE (radius 3 km). Selain itu,
di ruang tunggu apotek juga disediakan majalah, poster dan brosur mengenai
kesehatan untuk meningkatan pengetahuan pasien mengenai kesehatan.
Apotek Galdi belum dikenal masyarakat sekitar dan dokter yang praktek
di sekitar apotek sehingga membutuhkan promosi atau pengenalan agar
memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Promosi yang dilakukan Apotek
Galdi pada awal pendirian adalah mengadakan acara syukuran secara sederhana
dengan mengundang perangkat pemerintahan setempat dan perwakilan tokoh
masyarakat sekaligus mengadakan pelayanan pemeriksaan tekanan darah gratis
untuk masyarakat sekitar. Selanjutnya dilakukan penyebaran brosur dan leaflet.
Brosur disebarkan di rumah-rumah warga sekitar apotek, pasien yang berkunjung
ke tempat praktek dokter yang berada di dekat apotek.
Berkomunikasi dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, termasuk
kepada dokter merupakan salah satu bentuk strategi pemenuhan kebutuhan obat
pasien. Apotek Galdi akan melakukan kerja sama dengan tempat praktek dokter,
sehingga apotek bisa mensuplai kebutuhan obat dokter atau menyediakan obat
yang diresepkan oleh dokter.
Pada masa yang akan datang, Apotek Galdi akan mengadakan kerjasama
dengan dokter untuk melakukan praktek satu atap, sehingga memudahkan akses
11
Galdi
pasien untuk mendapatkan pengobatan. Selain itu apotek juga akan berusaha
untuk melakukan kerjasama dengan rumah sakit setempat sekitar apotek.
2.3
Sarana Prasarana
1) Sebagai sarana dalam menunjang kegiatan operasional dan pelayanan
apotek Galdi, antara lain :
A. Kelengkapan bangunan apotek Galdi terdiri atas :
Lantai
: Keramik
Dinding
: Tembok
Sumber air
: PDAM
Sumber listrik
: PLN
Ventilasi
: Kipas angin
Sanitasi
: Kamar mandi
Komunikasi
: Telepon
B. Tata Ruang Apotek
Ruang dan peralatan apotek Galdi diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan rasa nyaman, bagi setiap pengunjung. Adapun tata
ruangnya adalah sebagai berikut :
a. Ruang tunggu.
Pada ruangan ini terdapat kursi tunggu yang nyaman, rak majalah
dan koran, brosur produk, poster informatif, AC, dan papan
informasi berukuran 60 40 cm berisi identitas apotek (nama
apotek, alamat dan nomor telepon, nama apoteker pengelola apotek,
SIA, dan SIPA).
b. Ruang Pelayanan
Pada tempat ini dilakukan kegiatan peneriman resep, kasir, dan
penyerahan obat sekaligus tempat untuk pelayanan konsultasi.
Tempat penerimaan resep dan pelayanan sediaan farmasi berada
dalam satu etalase sehingga memudahkan interaksi dengan pasien
sedangkan ruang penyerahan obat diberi meja dan kursi tersendiri
yang dibuat senyaman mungkin. Kasir berdekatan dengan tempat
penerimaan.
c. Ruang peracikan
Pada ruangan ini terdapat meja peracikan, peralatan peracikan,
lemari penyimpanan obat, lemari narkotika-psikotropika, lemari
penyimpanan peralatan peracikan, lemari penyimpanan bahan obat
12
Galdi
13
Galdi
14
Galdi
Penampilan (Performance)
Penampilan fisik dari suatu apotek akan membentuk citra apotek tersebut
15
Galdi
16
Galdi
2.5
Ketenagaan
Apotek Galdi dikelola oleh apoteker penanggung jawab apotek (APA)
17
Galdi
kegiatan
administrasi
harian,
seperti
melakukan
APA/PSA (1)
Apoteker
pendamping
(1)
Asisten
Apoteker (2)
18
Karyawan (1)
Galdi
2.6
Proses
Proses kegiatan di apotek harus dilakukan dengan prosedur tetap (SOP)
yang diikuti dan dipatuhi oleh semua anggota organisasi. SOP yang ditetapkan
antara lain tentang pengelolaan obat dan alkes (termasuk pemesanan, penerimaan,
dan penyimpanan barang), pelayanan resep dan non resep, serta pelayanan
konseling dan pemberian informasi obat.
Penjadwalan rencana kerja perlu dibuat dan dapat dipakai sebagai tolak
ukur kegiatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengajak seluruh karyawan
apotek (apoteker pendamping, asisten apoteker, dan administrasi) berdiskusi
bersama mengenai hal-hal yang perlu ditingkatkan dan upaya peningkatannya
serta memecahkan masalah yang mungkin timbul selama proses kerja.
Pengorganisasian karyawan dan job description masing-masing karyawan
harus terbagi secara jelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisien kerja serta
menghindari adanya overlapping. Sehingga setiap karyawan dapat berkontribusi
terhadap kemajuan apotek.
2.7
Rencana Manajemen
2.7.1
Finansial
Galdi
harga jual obat dari kompetitor, terutama harga jual obat di apotek
sekitarnya. Apotek harus memiliki kelebihan dibanding apotek
pesaingnya,
misalnya
tempat
yang
nyaman,
pelayanan
yang
20
Galdi
Modal
Pasiva
210.500.000,-
20.000.000,45.000.000,100.000.000,1.500.000,1.000.000,17.000.000,22.000.000,6.000.000,210.500.000,-
210.500.000,-
Keterangan
Kas
Sewa dibayar dimuka (3 tahun)
Inventaris Kantor
a. Kursi tunggu
b. Meja + Kursi
c. Tabung pemadam kebakaran (1)
d. Lemari pendingin (2)
e. Lemari arsip
f. Dispenser (1)
g. Telepon
h. Lampu (8)
i. Jam dinding (2)
j. Tempat sampah, alat kebersihan + keset
k. Kipas angin (2)
l. AC (1)
m. Kalkulator (2)
n. Komputer (1) + Printer
o. Televisi
21
Nilai (Rp)
1.200.000,1.600.000,500.000,3.000.000,2.000.000,300.000,200.000,350.000,100.000,200.000,750.000,3.000.000,300.000,6.000.000,2.000.000,-
Total
20.000.000,45.000.000,-
Galdi
p. Blender
500.000,22.000.000,-
Inventaris Apotek
a. Papan nama
b. Alat-alat gelas
c. Termometer berskala 100 C
d. Timbangan (gram+miligram)
e. Mortir + stamper (3)
f. Literatur (FI, Perundang-undangan, MIMS,
ISO)
g. Stempel Apotek
h. Timbangan badan dan pengukur tinggi
badan
i. Lemari khusus psikotropika dan narkotika
j. Etalase dan counter
k. Lemari rak kayu
l. Meja peracikan dan wastafel
500.000,1.000.000,100.000,2.200.000,150.000,500.000,100.000,450.000,500.000,4.500.000,4.000.000,1.000.000,15.000.000,-
Suplai Apotek
Wadah pengemas, pembungkus, etiket dan
label
Suplai Kantor
Perlengkapan administrasi (SP, Copy Resep,
Kuitansi, form PMR, buku, ATK, stempel)
Persediaan Awal
a. Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat 42.425.700,Keras
880.300,b. Obat Narkotika dan Psikotropika
43.270.200,c. Alkes dan PKRT
11.905.400,d. Obat tradisional
1.518.400,e. Minuman ringan
1.000.000,-
1.500.000,-
100.000.000,6.000.000,210.500.000,-
Kendaraan
TOTAL
1 Bulan
22
1 Tahun
Total
Galdi
(Rp.)
Gaji Karyawan
- APA
- APING (1 orang)
- AA (2 orang)
- Karyawan (1 orang)
3.000.000,2.500.000,3.500.000,1.250.000,-
(Rp.)
(Rp.)
39.000.000,32.500.000,45.500.000,16.250.000,133.250.000,9.000.000,1.500.000,-
1.000.000,15.000.000,26.500.000,-
Biaya penyusutan
- Penyusutan inv. Apotek (10%)
- Penyusutan inv. Kantor (10%)
- Penyusutan inv. Kendaraan (10%)
1.700.000,2.200.000,600.000,4.500.000,4.000.000,-
168.250.000,-
BEP
=
=
= Rp 1.121.666.667,-/tahun
23
Galdi
= Rp 1.255.000.000,-
P/unit
= Rp 75.000,-
VC
= Rp 85% P
FC
= Rp 1.066.750.000,-
BEP
= FC/RPM = Rp 1.121.666.667,-
Pemeriksaan hasil
TC
= FC + VC = Rp 1.235.000.000,-
=
=
= Rp 1.255.000.000,-/tahun
= Rp 104.583.333,-/bulan, 1 bulan = 30 hari
= Rp 3.486.111,-/hari
24
Galdi
Dengan memperhatikan keadaan sekitar, maka target penjualan per hari yaitu:
- Resep masuk per hari 25 lembar @Rp 75.000,- = Rp
1.875.000,-
- OWA
= Rp
850.000,-
- Non resep
= Rp
761.111,- +
= Rp
= Rp 104.583.333,-
= Rp1.255.000.000,-
3.486.111,-
Rekonsiliasi
Penjualan
Rp 1.255.000.000,-
Rp 1.066.750.000,- -
Pendapatan Marginal
Rp 188.250.000,-
Biaya Tetap
Rp 168.250.000,- -
Rp 20.000.000,-
Perhitungan Pajak :
a. Pajak Penghasilan (PPh) Apotek
Sesuai ketentuan PP RI No. 46 tanggal 12 Juni 2013 dan diberlakukan per
1 Juli 2013, WP orang pribadi yang bersifat final adalah pendapatan bruto tidak
melebihi Rp 4.800.000.000,- (4,8 M) dalam 1 tahun, pajak penghasilan dihitung
berdasarkan tarif 1% dari pendapatan bruto yang dibayar tiap bulan (dari omzet
bulanan) dan hal ini tidak berkaitan dengan PPN.
PPh final yang terutang disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir serta menggunakan SSP dengan kode MAP
411128.420 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir. Jadi,
Apotek Galdi membayar pajak dalam satu tahun adalah:
1 % x Rp 1.255.000.000,- = Rp 12.550.000,- (yang disetor setiap bulannya
sesuai dengan omzet bulanannya).
b. PPN
Asumsi : Apotek ditetapkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak),
sehingga Apotek diwajibkan membayar PPN setiap bulan sejumlah pajak
keluaran (PK) dikurangi pajak masukan (PM). Apotek Galdi memiliki omzet
25
Galdi
Rp 104.500.000,-
Harga Jual
Rp 95.000.000,-
Rp 9.500.000,-
Pembelian
Rp 83.600.000,-
Harga Beli
Rp 76.000.000,-
Rp 7.600.000,- -
Rp17.100.000,-
= Rp 24.300.000,-
Perhitungan :
Gaji APA per tahun
Rp 39.000.000,-
Rp 1.200.000,- -
Penghasilan bersih
Rp 37.800.000,-
PTKP
Rp 24.300.000,- -
Rp 13.500.000.-
Pajak yang harus dibayar = 5% x Rp 13.500.000,- = Rp. 675.000,2.7.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Return on Equity (ROE) =
x 100%
x 100%
26
Galdi
= 9,5%
Ket: Menurut pengalaman ROE minimal 18% untuk Apotek (Seto et al., 2004),
ROE Apotek Galdi selama 12 bulan pertama sebesar 9,5% sehingga ROE
tesebut tidak memenuhi persyaratan.
Return on Assets (ROA) =
x 100%
= 9,5%
Ket: menurut pengalaman, ROA minimal 12 % untuk Apotek (Seto et al., 2004).
ROA Apotek Galdi selama 12 bulan pertama sebesar 11,89% sehingga ROA
tersebut tidak memenuhi persyaratan.
Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Galdi
Tahun 2016
Penjualan
HPP (78%)
Laba Kotor
Gaji Karyawan
- APA
- APING (1 orang)
- AA (2 orang)
- Karyawan (1 orang)
Biaya listrik, pdam dan telepon
Biaya pemeliharaan Apotek
Biaya Pajak
- Reklame
Biaya Sewa (1/3 x 45.000.000,-)
Biaya penyusutan
Biaya suplai kantor
Biaya suplai Apotek
Biaya promosi
Biaya service kendaraan
Biaya bahan bakar kendaraan
Biaya operasional lain
Laba bersih sebelum pajak
27
39.000.000,32.500.000,45.500.000,16.250.000,9.000.000,1.500.000,-
Rp 1.000.000,Rp 15.000.000,Rp 4.600.000,Rp 1.500.000,Rp 1.000.000,Rp 10.000.000,Rp 1.000.000,Rp 1.000.000,Rp 77.250.000,Rp 256.100.000,Rp 20.000.000,-
Galdi
Faktor Jual
Harga Beli
(Rp.)
1,20
1,20
1,35
19.027.775
21.250.000
41.666.667
81.944.442
Total Penjualan
= 81.944.442 x 100 %
104.583.330
= 78,35% ~ 78%
4. Pembelian obat dengan harga pokok 78 % dilakukan satu bulan
sebelum taksiran penjualan, pembayaran dilakukan secara tunai pada
28
Galdi
dua bulan pertama (Januari s.d Februari 2016) dan bulan selanjutnya
secara kredit satu bulan kemudian.
5. Pembelian obat-obatan yang diperlukan untuk penjualan bulan Januari
2016 adalah 78% x Rp 100.500.000,- = Rp 78.390.000,-. Persediaan
obat pada neraca awal Rp 100.000.000,-. Kelebihan stok pada bulan
Januari 2016 sebesar Rp 21.610.000,- digunakan untuk buffer stok
bulan Februari 2016 dan seterusnya.
6. Biaya penyusutan inventaris selama 3 bulan sebesar 10% dari harga
perolehan :
- Inventaris Kantor
Rp
550.000,-
- Inventaris Apotek
Rp
425.000,-
- Inventaris Kendaraan
Rp
150.000,-
Total
Rp 1.125.000,-
Rp 10.250.000,-
Rp
125.000,-
Rp
83.333,-
Rp
9.000.000,-
- Reklame
Rp
1.000.000,-
- Biaya Promosi
Rp 10.000.000,-
Rp
1.500.000,-
Rp
1.000.000,-
Rp
1.000.000,-
- Biaya lain-lain
Rp 77.250.000,-
Total
Rp.100.750.000,-
Rp
8.395.833,-
11. Saldo kas akhir bulan Januari 2016 Rp 20.000.000,- dan merupakan
jumlah minimum yang harus dipertahankan tiap bulannya.
29
Galdi
Ket
1
2
3
4
Penjualan
100% tunai
Jumlah Penerimaan Kas
Pembelian (78%
penjualan y.a.d)
Pembayaran pembelian
Biaya gaji
Biaya operasional lain
Pembayaran bunga
Jumlah pengeluaran kas
Surplus/deficit
Saldo kas awal bulan
Surplus/deficit
Saldo kas akhir bulan
tanpa peminjaman
Saldo kas minimal
Pinjam/pelunasan
Saldo kas akhir bulan
setelah peminjaman
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Des
15
Jan
Feb
Mar
16
16
16
100.500 108.250 105.000
100.500 108.250 105.000
100.500 108.250 105.000
100.000 82.200 83.400 79.587
100.000
82.200 83.400
10.250 10.250 10.250
8.396
8.396
8.396
100.846 102.046 18.646
(346)
6.204 86.354
20.000 20.654 25.858
(346)
6.204 86.354
19.654 26.858 112.212
20.000
1.000
20.654
20.000 20.000
(1000)
25.858 112.212
Apr
16
110.000
110.000
110.000
79.587
Galdi
Biaya pemakaian
Rp
Simpulan : bahwa selama periode waktu 3 bulan (Januari sampai dengan Maret
2016), diprediksi Apotek Galdi akan memperoleh laba sebesar Rp 5.000.000,(sebelum pajak).
Dari neraca awal dan anggaran kas dapat dievaluasi perubahan-perubahan
dari perkiraan-perkiraan Apotek Galdi yang dapat dihitung sebagai berikut :
1. Kas bertambah Rp 92.212.000,- menjadi Rp 112.212.000,- dari kas awal
Rp 20.000.000,2. Persediaan obat:
Stok awal
Rp. 100.000.000,-
Pembelian
Rp. 240.600.000,- +
Rp. 370.600.000,-
Rp. 244.725.000,- -
Stok akhir
Rp. 125.875.000,-
3. Suplai Apotek:
Awal
Rp.
1.000.000,-
Pemakaian
Rp.
250.000,- -
Akhir
Rp.
750.000,-
Rp.
1.500.000,-
4. Suplai kantor :
Awal
31
Galdi
Pemakaian
Rp.
375.000,- -
Akhir
Rp.
1.125.000,-
Awal
Rp.
6.000.000,-
Penyusutan
Rp
150.000,-
Akhir
Rp
5.850.000,-
Awal
Rp.
17.000.000,-
Penyusutan
Rp
425.000,-
Akhir
Rp
16.575.000,-
Awal
Rp.
22.000.000,-
Penyusutan
Rp
550.000,-
Akhir
Rp
21.450.000,-
Awal
Rp.
15.000.000,-
Biaya sewa
Rp.
3.750.000,-
Akhir
Rp.
11.250.000,-
Awal
Rp.
0,-
Pembelian (kredit)
Rp.
127.000.000,-
Rp.
127.000.000,-
Pembayaran utang
Rp.
47.513.000,-
Akhir
Rp.
79.587.000,-
Rp.
0,-
Pinjaman kumulatif
Rp.
0,-
Rp.
0,-
Awal
Rp.
210.500.000,-
Laba
Rp.
5.000.000,-
5. Inventaris kendaraan
6. Inventaris apotek
7. Inventaris kantor
9. Utang usaha
11. Modal
Galdi
Akhir
Rp.
215.500.000,-
PASIVA
Modal
215.500.000
112.212.000
125.875.000 Utang Usaha
750.000 Hutang Bank
1.125.000
11.250.000
79.587.000
0
251.212.000
16.575.000
21.450.000
5.850.000
43.875.000
295.087.000
Jumlah
295.087.000
Perhitungan:
33
Galdi
= Rp 45.500.000,- x 7/49
= Rp 6.500.000,4) Gaji karyawan di bagian peracikan:
7 jam untuk pelayanan resep dari total 21 jam/pekan
jumlah jam kerja karyawan di peracikan
5) Biaya tetap tidak langsung terkait dengan ruangan usaha (biaya sewa)
dialokasikan dengan menggunakan rasio ukuran yang dipakai bagian
peracikan dibanding dengan total luas ruangan usaha (dalam m2). Jika
diketahui luas ruang peracikan 10m2.
PBB ruang peracikan = Luas ruang peracikan/luas apotek x biaya
penyusutan gedung
= 10/80 x Rp 15.000.000,= Rp 1.875.000,6)
Galdi
= Rp 1.500.000,-
= Rp 1.000.000,- +
Rp 2.500.000,-
Total penjualan
= Rp1.255.000.000,-
1.255.000.000,-)
= Rp 2.151.394,Biaya peracikan per resep =
(3.979.592+3.316.327+6.500.000+2.321.429+1.875.000+2.151.394)
9000
= Rp. 2.238,Jadi, berdasarkan data estimasi yang digunakan maka biaya peracikan per
resep rata-rata adalah Rp. 2.238,- untuk tahun pertama.
2.7.2
Perbekalan Kefarmasian
Perbekalan kefarmasian yang akan disediakan pada awal
pembukaan Apotek Galdi meliputi :
1. Obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek,
narkotika-psikotropika, baik dalam nama dagang maupun generik)
2. Obat tradisional (nutraceutical, jamu, obat gosok)
3. Alatalat kesehatan : alat tes kehamilan (test pack), alat kontrasepsi non
hormonal, termometer, kasa steril, dan lain-lain.
4. Kosmetika : bedak, lotion, dan lainlain
5. Lainlain : perlengkapan bayi, susu, dll.
Perencanaan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, serta
perbekalan kesehatan lainnya yang akan disediakan dapat dilihat pada
lampiran. Perencanaan perbekalan farmasi dibuat dengan memperhatikan
beberapa faktor, diantaranya:
Perencanaan Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu usaha dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan,
35
Galdi
36
Galdi
pesanan.
Obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter.
PBF, berupa nilai kecukupan faktur pesanan.
Pola penyakit yang umum terjadi di masyarakat.
Informasi obat baru terutama obat bebas dan bebas terbatas yang
sering diiklankan di berbagai media.
37
Galdi
1)
2)
3)
farmasi
yang
permintaannya
jarang
sehingga
suplemen.
Prosedur pengadaan perbekalan farmasi apotek Galdi yaitu :
1) Memeriksa obat yang sudah habis atau tinggal sedikit (diketahui
melalui pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap obat),
dicatat di buku daftar obat habis dan dilihat bagaimana mobilitas
obat tersebut (termasuk fast/slow/dead moving product).
2) Melakukan pemeriksaan pembelian obat tersebut dari PBF mana
beserta satuan kemasan dan harganya untuk memperkirakan harga
pembelian dan PBF yang akan dihubungi.
3) Menyesuaikan dengan keuangan apotek untuk menentukan
prioritas dan jumlah pemesanan.
4) Menentukan pesanan obat yang meliputi jenis obat (termasuk di
dalamnya bentuk sediaan dan dosis), jumlah obat, dan nama PBF
yang dituju.
5) Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :
a. Obat-obat non narkotika dan non psikotropika dan alkes
Pemesanan menggunakan surat pesanan (SP) rangkap 2 meliputi
nomor urut SP, nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang
dipesan. Obat yang dipesan ditulis pada SP dan ditanda tangani
oleh apoteker dengan diberi stempel apotek. Lembar pertama untuk
PBF dan lembar kedua untuk lampiran faktur yang dipegang
apotek. Pemesanan yang dilakukan melalui telepon, SP akan
diberikan pada waktu pengiriman barang atau diambil oleh sales
PBF tersebut.
b. Obat psikotropika
38
Galdi
39
Galdi
pesanan,
faktur
Galdi
atau retur.
b. Beberapa hari sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, PBF akan
datang ke apotek, selanjutnya:
1) Faktur asli diserahkan kepada apotek.
2) Apotek membuat tanda terima faktur (rangkap dua) yang
ditandatangani apoteker dan diberi stempel apotek
b) Tanda terima faktur asli diserahkan kepada PBF sebagai
bukti penagihan kepada apotek pada waktu jatuh tempo.
Jika pada faktur terdapat CN (Credit Nota), yaitu barang
dikembalikan (misalnya karena tidak sesuai pesanan) maka
tanda terima faktur harus dilakukan penyesuaian jumlah
uang yang harus dibayarkan ke PBF.
c) Salinan tanda terima faktur disatukan dengan faktur asli
untuk diarsip pada buku kas keluar dan faktur asli disimpan
pada map order kas keluar sesuai dengan bulannya.
d) Pada tanggal pembayaran yang telah disepakati, tagihan
dibayarkan apotek kepada petugas PBF yang datang ke
apotek :
Tanda terima faktur asli diserahkan kembali ke apotek.
Pada faktur asli diberi tanda lunas serta tanda tangan
dan nama terang petugas PBF, dan disimpan kembali
sebagai arsip apotek.
2.7.3 Perencanaan Penataan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Penataan ruang di apotek merupakan faktor yang juga mempengaruhi
keberhasilan pelayanan dan penjualan. Adapun maksud dan tujuan penataan
apotek adalah :
1.
Penggunaan ruang yang optimum dari ruang yang tersedia
2.
Mengurangi kehilangan waktu dan energi karena gerak selama
3.
pelayanan
Memudahkan pekerjaan dan pengambilan barang
41
Galdi
4.
5.
sediaan (solida, semi solida dan likuida), golongan obat (generik dan non
generik), kelas terapi, dan alfabetis. Adapun aturan pada penataan di apotek
lemari
terdapat
dua
lapis
pintu
dan
terkunci.
Lemari
42
Galdi
7. Obat dalam kemasan kaleng dan bahan baku yang lain ditempatkan pada
lemari tersendiri berdekatan dengan tempat penimbangan, masing-masing
disusun berdasarkan alfabetis.
Penataan berdasarkan kelas terapi diharapkan akan lebih memudahkan
pengambilan obat yang sesuai dengan kebutuhan serta menghindari kesalahan
pemberian obat yang dapat berakibat fatal bila berbeda efek terapinya.
Selain itu, penataan obat juga disusun berdasarkan sistem FIFO (First In
First Out), di mana obat yang diterima terlebih dahulu harus diserahkan terlebih
dahulu pula. Hal ini untuk menghindari terjadinya obat yang kadaluarsa.
Penataan dan penyimpanan sediaan farmasi memperhatikan faktor
lingkungan untuk menjaga stabilitas obat. Faktor lingkungan yang diperhatikan
dalam penataaan dan penyimpanan obat adalah sinar matahari, suhu dan
kelembaban. Diusahakan obat-obat tidak terkena sinar matahari langsung, suhu
dijaga dengan sirkulasi yang cukup dan lemari penyimpanan dijauhkan dari kamar
mandi karena kelembaban yang relatif tinggi di sekitar kamar mandi.
2.7.4
2.7.4.1 Administrasi
Untuk ketertiban dan keteraturan dalam pelaksanaan kegiatan, apotek
Galdi
44
Galdi
nomor resep.
Lembar pemberian informasi, digunakan untuk memberikan
informasi tertulis tentang cara pemakaian obat serta hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh pasien selama terapi obat.
Pengelolaan keuangan dilakukan dengan melihat setiap pencatatan
dalam laporan keuangan harian dan bulanan, banyaknya uang yang masuk
dari hasil penjualan serta berdasarkan laporan pengeluaran untuk biaya
usaha. Pengeluaran keuangan harus disertai tanda bukti transaksi seperti
nota sehingga proses administrasinya teratur dan benar.
2.7.4.2 Pelaporan
Pelaporan digunakan untuk obat narkotika dan psikotropika yang
dilakukan tiap bulan sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan
45
Galdi
menggunakan format surat pelaporan N-105 untuk obat narkotika dan P205 untuk obat psikotropika. Surat pelaporan ini terdiri dari 4 rangkap,
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Kepala Balai Besar POM Jawa
Timur, serta satu rangkap digunakan sebagai arsip apotek. Lembar
pelaporan memuat kode, nama bahan/sediaan, satuan, stok awal, asal dan
jumlah penerimaan, penggunaan untuk siapa dan berapa jumlah yang
digunakan serta stok akhir obat.
Selain pelaporan narkotika dan psikotropika, pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) apotek dilakukan setiap tahun menggunakan SSP (Surat
Setoran Pajak) dari kantor pajak. Jumlah pajak yang harus dibayar
dihitung berdasarkan pada laporan keuangan apotek per tahun.
46
Galdi
Galdi
dapat
digambarkan
47
sebagai
berikut
Galdi
seminar-seminar
kesehatan
yang
berhubungan
dengan
Manajemen
Semakin
maju
dan
berkembangnya
suatu
apotek,
maka
Layanan
48
Galdi
perbekalan farmasi dengan resep dokter atau non resep, tetapi apotek juga
melakukan pelayanan jasa yaitu komunikasi, informasi dan edukasi
berdasarkan
konsep
asuhan
kefarmasian
yang
berorientasi
pada
49
Galdi