Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN


PERDESAAN (PENDEKATAN EKONOMI DAN SPASIAL)
Semester Genap 2015/2016

Judul Tugas

Analisis Produk Perencanaan dan Perancangan

Kelas
Dosen

:
:

Daerah
Agribisnis D
Dr. Ir. Tuti Karyani, MS.
Nur Syamsiyah, SP., MP.

Disusun Oleh : Kelompok 5


No
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Chairun Nisa Asnawi
Gelda Amalia Hasanah
Luthfiyah
Devina Sela Almadia
Anita Cicilia Harimurti

NPM
150610120127
150610120136
150610120140
150610120144
150610120154

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JATINANGOR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya dan tanpa
hambatan yang berarti. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu
Dr. Ir. Tuti Karyani, MS. dan Ibu Nur Syamsiyah, SP., MP. yang senantiasa
mengajari dan membimbing kami hingga selesainya makalah kami ini dengan
tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (Pendekatan Ekonomi
dan Spasial). Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai unsur pelaku,
unsur kegiatan dan unsur pendukung dalam perencanaan dan pengembangan
suatu daerah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah selalu memberkati apa yang kita kerjakan. Amin.

Jatinangor, 11 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Rencana Pembangunan Padang Bay City...............................................................
2.1.1 Unsur Pelaku Rencana Pembangunan Padang Bay City.................................
2.1.2 Unsur Kegiatan Rencana Pembangunan Padang Bay City.............................
2.1.3 Unsur Pendukung Rencana Pembangunan Padang Bay City.......................
2.2 Critical Review Rencana Pembangunan Padang Bay City...................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Rencana pembangunan Padang Bay City (PBC) merupakan tahap awal
penjabaran rencana penataan kawasan pantai Padang yang telah diwacanakan di
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Padang. Untuk
memperoleh gambaran tentang kelengkapan unsur perencanaan, dicoba untuk
menerapkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai instrumen,
dengan harapan dapat memberikan masukan untuk proses pengambilan keputusan
dan pembuatan rencana pembangunan Padang Bay City (PBC) yang akan
mencakup reklamasi serta pembuatan marina di muara Sungai Batang Arau dan
restorasi bangunan gudang di kawasan kota lama.
Dalam makalah ini, kelompok kami akan menjabarkan serta membahas
secara lebih detail mengenai rencana pembangunan Padang Bay City berdasarkan
tiga unsur antara lain adalah unsur pelaku, unsur kegiatan dan unsur pendukung.

1.2

Rumusan Masalah
a. Siapa saja pelaku dalam rencana pembangunan Padang Bay City?
b. Bagaimana unsur kegiatan yang ada di dalam dalam rencana pembangunan
Padang Bay City?
c. Apa saja unsur pendukung dalam pembangunan Padang Bay City?

1.3

Tujuan
a. Mengetahui seluruh pelaku dalam rencana pembangunan Padang Bay City.
b. Mengetahui unsur kegiatan yang ada di dalam dalam rencana pembangunan
Padang Bay City.
c. Mengetahui unsur pendukung dalam pembangunan Padang Bay City.

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Rencana Pembangunan Padang Bay City
Kota Padang serta Propinsi Sumatera Barat mempunyai peran penting
dalam sejarah Republik Indonesia dari perjuangan untuk kemerdekaan, wawasan
untuk pembangunan negara serta modernisasi perkotaan dengan memperhatikan
lingkungan. Dewasa ini, Kota Padang punya visi pembangunan pesisir, antara lain
reklamasi pantai dengan Padang Bay City (PBC) yang akan mencakup reklamasi
serta pembuatan marina di muara Sungai Batang Arau dan restorasi bangunan
gudang di kawasan kota lama.
Rencana Pembangunan Padang Bay City pada intinya mempunyai maksud
dan tujuan antara lain mempercepat pertumbuhan pembangunan infrastruktur kota
pada kawasan pesisir pantai Padang, menjadikan Padang Bay City sebagai salah
satu Land Mark Kota Padang yang merupakan pintu gerbang dan tujuan wisata
Sumatera Barat. Hal ini diharapkan akan mampu menjadi lokomotif pergerakan
ekonomi riil serta penyediaan lapangan kerja baru, selain itu juga sebagai salah
satu upaya prefentif penanganan resiko bencana gempa dan tsunami bagi
masyarakat di wilayah pesisir Pantai Padang.
Baik di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) telah dinyatakan bahwa kawasan Pantai Padang akan dikembangkan
sebagai kawasan wisata terpadu. Agar tidak membebani anggaran belanja
pembangunan daerah (APBD) maka pengembangan kawasan ini akan
dilaksanakan melalui pendekatan Public Participation Partnership (PPP). Ditinjau
dari aspek cultural landscape (warisan budaya kota ~ bentang budaya) dan
natural landscape (geomorfologi kawasan pantai) maka kawasan pantai ini
tergolong prime land yang memiliki nilai ruang yang sangat baik. Untuk itu perlu
dilakukan pengenalan/ promosi potensi-potensi pengembangan kawasan pantai
ini. Untuk menyusun dan mempersiapkan bahan-bahan promosi dimaksud, perlu
dilakukan kajian-kajian yang memikirkan prinsip pembangunan ekonomi, Sosial
dan Lingkungan Hidup, yang semua terpadu menjadi prinsip pembangunan
berkelanjutan.
2

2.1.1 Unsur Pelaku Rencana Pembangunan Padang Bay City


Rencana pembangunan PBC merupakan mega proyek yang sangat besar,
tentunya kegiatan ini akan dapat terwujud apabila semua komponen dan
stakeholders yang ada memiliki pandangan dan visi yang sama dalam mendorong
terealisasinya rencana ini. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) PBC
disusun

melalui

kerjasama

Direktorat

Jenderal

Pembangunan

Daerah,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kota Padang, yang telah


memfasilitasi dan menetapkan kota Padang melakukan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis terhadap rencana Pembangunan PBC.
Berikut ini adalah stakeholders dalam rencana pembangunan Padang Bay
City (PBC) :
Masyarakat
Masyarakat sekitar pesisir pantai Kota Padang umumnya berprofesi
sebagai nelayan baik dengan menggunakan bagan, perahu maupun pukat tepi.
Disamping itu ada yang berprofesi sebagai pedagang, pengada jasa terutama
di lokasi wisata sepanjang pesisir pantai. Tingkat penghasilan para nelayan
tergantung kepada musim dan keadaan cuaca, begitu juga dengan para
pedagang dan pangada jasa tergantung tingkat kunjungan wisatawan baik
lokal, nusantara maupun mancanegara. Dengan tingkat penghasilan yang
sangat terbatas maka banyak dari mereka yang belum punya tempat tinggal
sendiri dan hidup pada pemukiman kumuh/ slum area atau yang sedikit
mampu menyewa rumah petak. Oleh karena itu, masyarakat sekitar pesisir
pantai Kota Padang sangatlah mendukung rencana ini dengan berharap
adanya PBC akan meningkatkan kesempatan kerja atau usaha.
Komunitas Nelayan
Komunitas nelayan di pantai Padang dibedakan atas intensitas
kegiatannya, yakni nelayan penuh dan nelayan sambilan. Selain kriteria
tersebut, penggolongan kelompok nelayan dapat juga dilakukan berdasarkan
besaran perahu yang mereka gunakan, misalnya kelompok nelayan Long
Boat dan Kelompok Nelayan boat kecil.

Pembangunan bangunan-bangunan dengan intensitas tinggi di atas


tanah hasil reklamasi akan mewujudkan bentang alam buatan yang baru. Baik
bangunan vertikal di atas tanah hasil reklamasi maupun dermaga marina di
muara sungai Batang Arau potensial. Pembangunan dermaga marina di muara
sungai Batang Arau menuntut pola pengelolaan usaha secara formal yang
potensial akan menyisihkan kapal/perahu nelayan karena nelayan kurang
mampu membayar ongkos tambat pada dermaga baru. Selanjutnya, bagi
wisatawan asing, nelayan kecil sebagai obyek wisata yang menarik.
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah mendukung rencana
pembangunan Padang Bay City, yang mana harus menjadi komitmen bersama
antara seluruh stakeholders (pemangku kepentingan) di kawasan padang.
Lebih jauh lagi, obyek kerjasama ini harus pula mencakup kerjasama aspek
ekonomi, tata ruang dan lingkungan hidup, sarana dan prasarana, serta sosial
budaya.
Walikota Padang
Untuk mendukung penyelenggaraan KLHS (Kajian Lingkungan
Hidup Strategis), Walikota Padang membentuk dua tim kerja, yaitu tim kerja I
dan tim kerja II. Hal ini dilakukan dengan harapan agar diperoleh gambaran
kegiatan strategis mengenai penerapan kebijakan, rencana dan program
pembangunan tata ruang dan atau sektor terhadap lingkungan hidup yang
harus dipenuhi agar gagasan pembangunan mencapai sasaran yaitu
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam rencana
pembangunan Padang Bay City.
Tim kerja I dan Tim Kerja II
Kedua tim ini dibentuk oleh Wali Kota, tim kerja I terdiri atas
pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang yang dipimpin oleh
Sekretaris Daerah. tim kerja II merupakan gabungan tenaga ahli di
lingkungan Kantor Walikota Padang yang dipimpin Asisten Kesejahteraan
dan Pembangunan dan Sektretaris Tim Kepala Bagian Penanaman Modal Dan
Kerja Sama. Tim ini dibentuk melalui tujuan walikota antara lain adalah
untuk mendukung penyelenggaraan KLHS dalam rencana pembangunan
Padang Bay City.
4

Pemerintah Kota Padang


Rencana pembangunan Padang Bay City, merupakan agenda besar
pemerintah kota Padang sejak lama. Oleh karena itu, pemerintah kota Padang
menyediakan ruang kerja bagi tim kerja dan Konsultan di Kompleks Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Padang yang bertujuan untuk mendukung
pelaksanaan KLHS rencana pembangunan Padang Bay City.
Kementerian Lingkungan Hidup
Kementerian Lingkungan Hidup telah menyetujui AMDAL Terpadu
rencana pembangunan Padang Bay City, yang mana persetujuan ini
merupakan syarat agar kegiatan proyek di Padang dapat dimulai. Selain itu,
Kementerian Lingkungan Hidup juga mengkaji kebijakan yang tepat untuk
mendukung KLHS di Indonesia tanpa membekukan daya adaptasinya dan
relevansinya untuk daerah.
Mitra Swasta
Sejak tahun 2006, gagasan reklamasi pantai Padang telah direspons
oleh mitra swasta, di antaranya PT Pacific Prestress Indonesia, Jakarta (telah
melakukan kajian awal teknik reklamasi di lokasi pantai Padang) dan PT
Graha Surya Mutiara, Jakarta (telah melakukan kajian Pra Studi Kelayakan
untuk proposal PBC). Secara normatif dari penelusuran kajian yang dilakukan
oleh PT Pasific Prestress Indonesia, dan PT Graha Surya Mutiara, dapat
dilakukan pelingkupan kegiatan reklamasi PBC yang potensial menimbulkan
perubahan lingkungan.
2.1.2 Unsur Kegiatan Rencana Pembangunan Padang Bay City
2.1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang nomor 25 tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional dan pelaksanaan kewenangan
Daerah sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun
2000, Pemerintah Kota Padang telah menyusun dan menetapkan Peraturan
Daerah Kota Padang nomor 18 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kota Padang Tahun 2004 2020. Selanjutnya pada tanggal 3
Agustus tahun 2004 Dewan Perwakilan Daerah Kota Padang menetapkan
Keputusan nomor 16/II-DPRD/2004 tentang Persetujuan penetapan Peraturan

Daerah Kota Padang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


Kota Padang Tahun 2004 2020. RPJP tersebut telah dijabarkan ke format
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang digunakan sebagai
acuan penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan.
Di dalam dokumen RPJP tersebut ditegaskan bahwa tantangan kota
Padang dalam jangka pendek adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang didukung oleh transformasi sosial. Selanjutnya tantangan jangka
menengah adalah transformasi sosial sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
sehingga berlangsung akumulasi kesejahteraan yang berkelanjutan. Pada bab
3 dokumen RPJP dimuat rumusan visi Kota Pandang, yaitu: terwujudnya
masyarakat madani yang berbasis industri, perdagangan dan jasa yang unggul
dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur.
Agar seluruh unsur stakeholders kota mendapat gambaran dan pemahaman
yang sama, kata kunci di dalam rumusan visi tersebut dijelaskan secara lugas.
Kata-kata kunci dimaksud adalah:
(a) Madani,
(b) Masyarakat madani sejahtera,
(c) Industri perdagangan dan jasa,
(d) Berdaya saing tinggi,
(e) Kehidupan perkotaan dan
(f) Perkotaan yang tertib dan teratur.
2.1.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Peraturan Daerah Kota Padang nomor 19 tahun 2004 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) disetujui oleh DPRD Kota Padang
tanggal 3 Agustus tahun 2004 melalui penetapan Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang nomor 17/II-DPRD/2004 tentang
Persetujuan Penetapan Peraturan Daerah Kota Padang tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2004-2008. Rumusan
visi kota Padang di dalam RPJM adalah : Terwujudnya kota Padang sebagai
pusat perekonomian dan pintu gerbang perdagangan terpenting di Indonesia

Bagian Barat Tahun 2008. Selanjutnya dijelaskan pengertian dan


pemahaman kata-kata kunci rumusan visi tersebut, yakni
(a) pusat perekonomian
(b) pintu gerbang perdagangan
Pada bagian ini akan diuraikan Rekomendasi Kebijakan RPJM.
Rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan
Padang Bay City dan Gunung Padang adalah Sub Bidang Kepariwisataan,
Penanaman Modal dan Penataan Ruang. Hal itu dijelaskan sebagai berikut:
1. Sub Bidang Kepariwisataan
Salah satu tujuan pengembangan kepariwisataan kota Padang
adalah : Menjadikan Padang sebagai pintu gerbang kepariwisataan
wilayah Barat. Sasaran pengembangan kepariwisataan antara lain:
a. berkembangnya kawasan wisata pesisir terpadu sebagai andalan untuk
menarik wisatawan ke kota Padang
b. meningkatnya investasi swasta di sektor pariwisata.
Untuk memenuhi sasaran tersebut maka Dinas Pariwisata
merumuskan indikasi program kegiatan, antara lain: Perencanaan
Kawasan Wisata Terpadu Unggulan kota Padang, kajian kerjasama
pengembangan kawasan, Revisi Rencana Induk Pariwisata kota Padang
dan objek wisata dengan pihak swasta.
2. Sub Bidang Penanaman Modal
Salah satu sasaran sektor penanaman modal di kota Padang
adalah menggali potensi sumber-sumber penerimaan penanaman modal
daerah secara intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka indikasi program yang akan dikaji lebih dalam adalah
penggalian sumber-sumber penanaman modal yang baru, melakukan
analisis penanaman modal daerah dan asing.
3. Sub Bidang Penataan Ruang
Di dalam dokumen RPJM dijelaskan bahwa di dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Padang telah dikaji arahan pusat-pusat

pelayanan. Salah satu pusat pelayanan adalah Gunung Padang. Selain itu
ditetapkan 4 sentra pengembangan kota dan 18 kawasan prioritas
pengembangan. Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang dan kawasan
sepanjang pantai termasuk di antara lokasi sentra pengembangan pusat
kota. Dalam rangka kajian keterkaitan gagasan Pembangunan Padang
Bay City dengan rumusan RPJP dan RPJM, perlu pula diidentifikasi
penjabaran indikasi program tersebut ke rencana kerja masing-masing
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota
Padang. Data dan informasi tersebut sangat diperlukan dalam proses
evaluasi implikasi gagasan pembangunan terhadap lingkungan hidup.
2.1.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Rencana Detail Ruang Kota
Saat ini acuan perencanaan fisik kota yang digunakan oleh pemerintah
bersama masyarakat kota Padang adalah Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Padang tahun 2004 2013 yang disusun tahun 2003. RT/RW
tersebut sebagai lanjutan Rencana Induk Kota (RIK) Kota Padang
1983/19842003/2004.

Di

dalam

laporan

perencanaan

tata

ruang

dikemukakan bahwa visi perencanaan ruang Kota Padang 2013 atau tata
ruang kota Padang yang hendak dituju sampai tahun 2013 adalah :
Terwujudnya struktur dan pola pemanfaatan ruang kota pesisir yang modern
dan berbudaya. Visi tersebut merupakan respons penjabaran atas visi
pengembangan kota Padang 2020, yakni : Terwujudnya masyarakat madani
yang sejahtera berbasis perdagangan dan jasa yang berdaya-saing tinggi
dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur. Untuk mencapai visi
ruang kota Padang 2013 telah disusun strategi pokok penataan ruang sebagai
berikut:
1. Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas
yang memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota
Padang.
2. Memanfaatkan morfologi kota (perairan/laut, daratan datar dan
pegunungan) sebagai potensi dalam pengembangan kawasan budidaya
dan kawasan lindung.

3. Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung berlangsungnya berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Padang
sebagai Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, Pusat Kegiatan Industrri,
Pusat Kegiatan Pariwisata dan Pusat Kegiatan Transportasi Regional.
4. Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah
Utara dan Timur) untuk mengurangi tekanan perkembangan fisik dan
arus lalu-lintas di dan ke Kawasan Pusat Kota.
5. Mengembangkan kawasan yang tergolong

kawasan

transisi

perkembangan (koridor dan sisi luar Padang By-Pass) untuk kegiatan


perdagangan,

jasa, industri,

permukiman,

perkantoran,

olahraga,

pendidikan dan prasarana transportasi.


6. Mengembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Kota di Kawasan
Air Pacah untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat
Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk memperoleh
pelayanan di satu kawasan.
7. Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban Jalan
Arteri PadangBukittinggi dan sekaligus mengoptimalkan Jalan Padang
By-Pass. Pengembangan jalan baru diutama-kan adalah Jalan Sepanjang
Pantai (Teluk BayurNipah/MuaroPasir JambakKetaping) dan Jalan
Lingkar Luar (Bandar BuatLimau ManisGunung SarikAir Pacah
Lubuk MinturunBy-Pass).
8. Menjadikan sektor transportasi sebagai sektor unggulan melalui
pengintegrasian moda transportasi yang ada (pelayanan Pelabuhan Laut
Teluk Bayur, Pelabuhan Muaro, Terminal Regional Bingkuang dan
Bandara Ketaping yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi
darat dan laut), sehingga menghasilkan nilai tambah bagi perkembangan
kota.
9. Mengembangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan melalui
pengembangan secara terencana Kawasan Wisata Terpadu Gunung
Padang dan Kawasan Wisata Sungai Pisang serta mendorong
pengembangan Pasar Raya & Eks-Terminal Lintas Andalas menjadi
Kawasan Pusat Niaga (CBD) yang terkait dengan pengembangan wisata
belanja dan wisata budaya.
10. Mengembangkan kawasan pesisir sepanjang pantai menjadi kawasan
komersial dengan menggunakan konsep water-front city, sehingga
9

dapat menjadi ciri khas Kota Padang dimasa depan dan sekaligus
memberikan nilai tambah bagi pembangunan kota.
11. Mengembangkan Kawasan Limau Manis sekitar Kampus UNAND
sebagai kawasan pendidikan, penelitian dan pelatihan yang memiliki
skala pelayanan regional.
Di dalam RTRW tersebut, arahan pengembangan pusat kegiatan
Pelabuhan Muaro dan Gunung Padang dirumuskan sebagai berikut:

Pelabuhan Muaro
Pelabuhan Muaro diarahkan sebagai untuk pelayanan lingkup lokal
dan antar-pulau (interinsuler). Kapal penumpang, kapal barang dan kapal
pesiar dengan kapasitas terbatas akan menggunakan pelabuhan ini
sebagai tempat bersandar dan pemberangkatan. Untuk pelayaran
angkutan penumpang dari/ke Pulau Mentawai, terutama angkutan wisata,
diharapkan semua aktifitasnya dapat dilakukan dari Pelabuhan Muaro
sehingga interaksi antara Kota Padang dengan Kabupaten Kepulauan
Mentawai dapat dilihat sebagai suatu jaringan pelayanan transportasi
yang terintegrasi dengan pelayanan pariwisata. Ke depan juga diharapkan
dikembangkannya jaringan pelayaran wisata ke Carocok, Painan dan
Pariaman,

sehingga

wisatawan

memiliki

alternatif

lain

untuk

mengunjungi obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Pesisir


Selatan dan Kabupaten Padang Pariaman.

Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang


Pengembangan kawasan dilakukan dalam rangka mendukung
salah-satu fungsi utama Kota Padang yaitu sebagai Pusat Kegiatan
Pariwisata. Pengembangan kawasan ini ditunjang oleh keberadaan Kota
Tua, Jembatan Siti Nurbaya, Pantai Air Manis, Bukit Malin Kundang,
Muaro dan Pantai Padang. Sehubungan dengan itu pengembangan
kawasan ini perlu mempertimbangkan hal berikut:
1. Perencanaan kawasan dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang atau
bersama-sama dengan pihak swasta.

10

2. Pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kawasan dilakukan oleh


Pemerintah Kota Padang, pihak Swasta atau kerjasama antara
Pemerintah Kota Padang dengan pihak Swasta.
3. Pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan kawasan dilakukan oleh
Pemerintah Kota Padang, pihak Swasta atau kerjasama antara
Pemerintah Kota Padang dengan pihak Swasta.
Pola atau sistem pengembangan kawasan dilakukan dalam bentuk
kerjasama pembangunan yang saling menguntungkan antara Pemerintah
dengan pihak Swasta.
2.1.2.4 Rencana Unsur Kota
2.1.2.4.1 Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Padang
Rencana Strategis Pengelolaan (Renstra) Wilayah Pesisir Kota Padang
tahun 2004 2009 telah ditetapkan dengan Keputusan Walikota Padang
nomor 485 Tahun 2004. Renstra Wilayah Pesisir merupakan salah satu
pedoman bagi stakeholders di wilayah kota Padang dalam melaksanakan
tugas pokoknya masing-masing.
Berdasarkan analisis SWOT dilaksanakan Tim Studi yang tersebut
diatas

(Strengths/Keunggulan

Weaknesses/Kelemahan

Opportunities/Kesempatan - Threats/ Ancaman) yang dilakukan dapat


dirumuskan kebijakan strategis pengelolaan kawasan pesisir Kota Padang,
yaitu:

Meningkatkan

berkelanjutan untuk meraih peluang pasar.


Memberdayakan masyarakat pesisir dalam pemanfaatan dan pengelolaan

wilayah pesisir.
Meningkatkan kualitas ekosistem pesisir dan laut
Meningkatkan sarana dan prasarana serta teknologi.
Memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal, efisien

dan berkelanjutan.
Melibatkan seluruh stakeholders dalam perencanaan, pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.


Membuat tata ruang pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan

pemanfaatan

sumberdaya

laut.
11

pesisir

dan

laut

secara

Menyiapkan peraturan perundang-undangan dan kelembagaan pengelolaan


dan pemanfaatan wilayah pesisir dan laut.
Tiap-tiap rumusan kebijakan di atas telah dijabarkan ke dalam

rumusan sasaran, indikator dan strategi. Selanjutnya dirumuskan pula


program strategis pengelolaan wilayah pesisir, mencakup 37 program
strategis. Program strategis tersebut dibedakan atas tiga kategori, yakni
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Pada bagian akhir
ditegaskan bahwa implementasi program strategis tersebut perlu didukung
oleh Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi.
2.1.2.4.2 Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah.
Kota Padang merupakan salah satu kota yang memiliki warisan
budaya berupa arsitektur bangunan yang khas yang tidak ditemukan di kota
lain. Sebagai tindak lanjut Undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang
Cagar Budaya, pemerintah Kota Padang menetapkan Keputusan Walikota
Padang nomor 3 tahun 1998 tentang Penetapan bangunan cagar budaya dan
kawasan bersejarah dikota Padang. Berdasarkan keputusan tersebut, 74
bangunan lama bersejarah ditetapkan sebagai bangunan yang harus dilindungi
dari kepunahan.
Kawasan Kota Lama di bagi menjadi 9 (sembilan) blok perencanaan;
salah satu blok (Blok 1) bersisian dengan lokasi rencana reklamasi, yakni
antara jalan Samudera (Pantai Padang), jalan Hayam Wuruk dan jalan Robert
Wolter Mongisidi. Blok ini memiliki luas 5.23 Ha dan luas parcel 2.2 Ha
beberapa potensi yang dimiliki oleh blok-1 antara lain: Blok berada di
kawasan wisata Pantai Padang, Memiliki 5 bangunan tua bersejarah,
Memiliki sejarah tentang militer di kota Padang, Aksesibilitas sangat baik dari
darat maupun laut, Kedekatan jarak dengan berbagai fasilitas kota.
Panduan Rancang Kawasan sudah membuat identifikasi intensitas
pemanfaatan ruang (KDB dan KLB), peruntukan tanah, sirkulasi, ketinggian
bangunan, prasarana dan utilitas. Sehubungan dengan itu, kajian reklamasi
Pantai Padang perlu mempertimbangkan ketentuan-ketentuan pengelolaan
bangunan yang dilindungi.

12

2.1.2.5 Gagasan Rencana Reklamasi Padang Bay City


2.1.2.5.1 Perencanaan Reklamasi Pantai Padang
Gagasan reklamasi pantai Padang pada dasarnya merupakan respons
pendayagunaan sebagian kawasan pantai Padang yang di dalam RT/RW Kota
Padang digolongkan sebagai kawasan prioritas, sedangkan dalam konteks
sistem pusat pengembangan, diskenariokan sebagai Pusat Kegiatan Utama.
Sebagaimana asumsi perencanaan tata ruang kawasan Gunung Padang, maka
pembangunan reklamasi pantai Padang telah mempertimbangkan asumsi
tersebut, yaitu:
a. Perencanaan kawasan ini dilakukan oleh pemerintah kota atau bersamasama dengan pihak swasta,
b. Pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kawasan dilakukan dengan
pendekatan PPP (Public Participation Partnership) oleh mitra swasta.
Dalam hal ini Hak Pengelolaan atas tanah hasil reklamasi diterbitkan
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kota Padang.
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan kawasan dilakukan pihak
Swasta bersama pemerintah kota, dan
d. Pola atau sistem pengembangan kawasan dilakukan dalam bentuk
kerjasama pembangunan yang saling menguntungkan (joint venture, shareholders, BOT, BOO, dll) antara pemerintah kota dengan mitra Swasta.
Sejak tahun 2006 yang lalu, gagasan reklamasi pantai Padang telah
direspons oleh mitra swasta, di antaranya PT Pacific Prestress Indonesia,
Jakarta (telah melakukan kajian awal teknik reklamasi di lokasi pantai
Padang) dan PT Graha Surya Mutiara, Jakarta (telah melakukan kajian Pra
Studi Kelayakan untuk proposal PBC).
2.1.2.5.2 Perencanaan Proyek Reklamasi Pantai Padang
Lingkup kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh PT Pacific Prestress
Indonesia adalah sebagai berikut :

Melakukan survey kelautan, khususnya bathimetri dan hidrografi, meliputi


pengukuran kedalaman laut sekitar lokasi, pengukuran pasang surut,
pengukuran arus, pengumpulan data gelombang, curah hujan, kecepatan
angin dan data lain yang relevan.
13

Melakukan penyelidikan tanah berupa pengeboran tanah, Standard


Penetration Test, pengambilan contoh tanah asli, pengujian contoh tanah di
laboratorium, melakukan pembahasan atas hasil uji laboratoriu. Meninjau
kondisi kegempaan di lokasi rencana reklamasi mengacu ke pedoman yang

berlaku.
Melakukan analisis gelombang, berupa tinggi gelombang, panjang
gelombang, kecepatan gelombang, tinggi run up gelombang, analisis
kepecahan gelombang dan aspek lain yang berhubungan dengan penentuan

dimensi sistem pemecah gelombang dan penahan tanah reklamasi.


Melakukan perencanaan sistem pemecah gelombang/ penahan tanah
reklamasi, berupa usulan beberapa alternatif sistem pemecah gelombang/
penahan tanah, dimensi sistem yang diusulkan serta stabilitas sistem
penahan tanah tersebut, baik pada kondisi normal maupun pada kondisi

gempa.
Melakukan perhitungan struktur penahan tanah, untuk menentukan
komponen-komponen struktur penahan tanah agar layak digunakan baik
pada kondisi normal maupun pada kondisi gempa, serta ekonomis pada
tingkat yang wajar sesuai kondisi alam yang dihadapi.

2.1.2.5.3 Perencanaan Proyek Padang Bay City


Di dalam latar belakang Proposal PBC antara lain dikemukakan
bahwa kebijakan yang memberikan kemudahan di bidang investasi mendapat
respons dari investor untuk membangun kawasan Pantai Padang. Mengacu ke
kondisi dan permasalahan kota serta kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan, maka harus dilakukan kajian dan perencanaan yang terpadu
lagi, sehingga dapat diambil keputusan tentang rencana pembangunan PBC.
Maksud dan tujuan pembangunan PBC pada intinya adalah:

Mewujudkan visi dan misi kota Padang sebagai Pusat Perekonomian dan

Pintu Gerbang Perdagangan Terpenting di Indonesia Bagian Barat.


Mempercepat pertumbuhan pembangunan fasilitas sarana dan prasarana

kota Padang.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota Padang yang ditunjang dari
sektor investasi swasta. Sebagai salah satu upaya prefentif penanganan
resiko bencana gempa dan tsunami (vertical mitigation).
14

Sasaran pembangunan PBC adalah sebagai berikut:

Mewujudkan rencana pembangunan kawasan wisata terpadu yang


terintegrasi dengan rencana pembangunan kawasan Gunung Padang (Siti

Nurbaya) dan pengembangan Air Manis.


Pemanfaatan ruang Kawasan PBC meliputi kegiatan jasa dan perdagangan
(hotel, mall, plaza, convention hall dan ruko) dan selanjutnya akan

berfungsi sebagai fasilitas penjunjang pariwisata.


Menjadikan PBC sebagai salah satu land mark kota Padang sekaligus

sebagai pintu gerbang dan tujuan wisata Sumatera Barat.


Sebagai lokomotif pergerakan ekonomi riil serta memberikan multiplier
effect terhadap penyediaan lapangan kerja baru; pencerahan terhadap
perkembangan industri rumah tangga seperti meningkatnya produksi
kerajinan, makanan khas serta berkembangnya sektor-sektor penunjang

pariwisata dan perdagangan lainnya.


Meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat dan Pendapatan Asli

Daerah;
Tersedianya lokasi atau kawasan bagi masyarakat di wilayah pesisir pantai
Padang sebagai tempat evakuasi penanggulangan bencana gempa dan
tsunami.
Reklamasi PBC akan menghasilkan tanah hasil reklamasi seluas 33 Ha,

yang terbagi atas 3 (tiga) sub Kawasan :


Sub Kawasan I, luas 13 Ha yang akan diperuntukkan sebagai kawasan
perdagangan dan komersil bisnis, berupa Mall, Hotel, Plaza dan Ruko.
Sub Kawasan II, luas 9 Ha, diperuntukkan untuk berbagai fasilitas kota,
misalnya gedung serba guna, mesjid, taman dan fasilitas ruang terbuka hijau.
Sub Kawasan III, luas kawasan 11 Ha, yang akan diperuntukan sebagai
kawasan wisata, baik wisata pantai maupun niaga dengan menyediakan
fasilitas pendukung seperti dermaga maupun fasilitas rekreasi pantai lainnya.
2.1.3

Unsur Pendukung Rencana Pembangunan Padang Bay City


Kota Padang sebagai kota pesisir mempunyai potensi unggulan

pengembangan wisata bahari. Pengembangan wisata bahari tersebut dapat


dipadukan dengan pengembangan kota tua Padang Lama yang menyimpan
sejarah permulaan kota Padang. Untuk itu dapat dikembangkan produk wisata
15

terpadu yang merupakan kesatuan wisata Pantai Padang Kawasan Padang


Lama Kawasan Gunung Padang Kawasan Pantai Air Manis. Kawasan
Batang Arau dapat menjadi marina yang menghubungkan pulau pulau kecil di
wilayah kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Pariaman.
Selain itu jaringan jalan susur pantai juga perlu dikembangkan untuk
menghubungkan kawasan dengan Bandar Ketaping. Untuk mendukung
kawasan wisata terpadu tersebut perlu didukung dengan pengembangan
sarana dan jasa pendukung wisata dan penciptaan kondisi lingkungan kota
yang ramah dan nyaman.
Pada laporan perencanaan tata ruang wilayah Kota Padang 2004-2013
dikemukan bahwa visi Kota Padang 2013 adalah Terwujudnya struktur dan
pola pemanfaatan rung kota pesisir yang modern dan berbudaya. Visi
tersebut merupakan respons penjabaran atas visi pengembangan kota Padang
2020, yakni : Terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera berbasis
perdagangan dan jasa yang berdaya-saing tinggi dalam kehidupan perkotaan
yang tertib dan teratur. Unsur pendukung dalam tercapainya visi ruang kota
Padang 2013 sebagai berikut:
1. Pengembangan

kawasan

yang

tergolong

kawasan

transisi

perkembangan (koridor dan sisi luar Padang By-Pass) untuk kegiatan


perdagangan, jasa, industri, permukiman, perkantoran, olahraga,
pendidikan dan prasarana transportasi.
2. Pengembangan kawasan perkantoran Pemerintahan Kota di Kawasan
Air Pacah untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan
Pusat Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk
memperoleh pelayanan di satu kawasan.
3. Pengembangan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban Jalan
Arteri PadangBukit tinggi dan sekaligus mengoptimalkan Jalan
Padang By-Pass. Pengembangan jalan baru diutama-kan adalah Jalan
Sepanjang Pantai (Teluk BayurNipah/MuaroPasir JambakKetaping)
dan Jalan Lingkar Luar (Bandar BuatLimau ManisGunung SarikAir
PacahLubuk MinturunBy-Pass).

16

4. Pengembangan sektor transportasi sebagai sektor unggulan melalui


pengintegrasian moda transportasi yang ada (pelayanan Pelabuhan Laut
Teluk Bayur, Pelabuhan Muaro, Terminal Regional Bingkuang dan
Bandara Ketaping yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi
darat

dan

laut),

sehingga

menghasilkan

nilai

tambah

bagi

perkembangan kota.
5. Pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan melalui
pengembangan secara terencana Kawasan Wisata Terpadu Gunung
Padang dan Kawasan Wisata Sungai Pisang serta mendorong
pengembangan Pasar Raya & Eks-Terminal Lintas Andalas menjadi
Kawasan Pusat Niaga (CBD) yang terkait dengan pengembangan wisata
belanja dan wisata budaya.
6. Pelabuhan Muaro diarahkan untuk pelayaran lingkup lokal dan antarpulau (interinsuler). Kapal penumpang, kapal barang dan kapal pesiar
(yacht) dengan kapasitas terbatas akan menggunakan pelabuhan ini
sebagai tempat bersandar dan pemberangkatan. Untuk pelayaran
angkutan penumpang dari/ke Pulau Mentawai, terutama angkutan
wisata, diharapkan semua aktifitasnya dapat dilakukan dari Pelabuhan
Muaro sehingga interaksi antara Kota Padang dengan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dapat dilihat sebagai suatu jaringan pelayanan
transportasi yang terintegrasi dengan pelayanan pariwisata. Ke depan
juga diharapkan dikembangkannya jaringan pelayaran wisata ke
Carocok, Painan dan Pariaman, sehingga wisatawan memiliki alternatif
lain untuk mengunjungi obyek-obyek wisata yang terdapat di
Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Padang Pariaman.
7. Pengembangan kawasan wisata terpadu Gunung Padang dilakukan
dalam rangka mendukung salah-satu fungsi utama Kota Padang yaitu
sebagai Pusat Kegiatan Pariwisata. Pengembangan kawasan ini
ditunjang oleh keberadaan Kota Tua, Jembatan Siti Nurbaya, Pantai Air
Manis, Bukit Malin Kundang, Muaro dan Pantai Padang.
8. Pengembangan dan Pelestarian kawasan kota Lama Padang seperti
Kawasan Pasa Gadang, Kawasan Batang Arau, komplek militer
(kawasan ganting), kawasan sekitar jalan Gereja, komplek Militer jalan
Samudera, Kawasan Benteng Gunung Padang, kawasan gedung Balai
17

kota, jalan Sudirman (sekitar SMU I), Komplek stasiun kereta api jalan
stasiun, Kawasan sekitar simpang haru dan kawasan lainnya yang
memiliki bangunan tunggal maupun berkelompok.
9. Perluasan dermaga Pelabuhan Teluk Bayur dan Rencana Pelabuhan
Marina (Batang Arau), melalui peningkatan koordinasi dengan instansi
pemerintah dan masyarakat dalam pembebasan dan penyediaan tanah.
10. Pengembangan jalan arteri primer di sepanjang pantai barat di masa
mendatang, sejalan dengan pengembangan Bandara Ketaping.
11. Menetapkan dan mengembangkan kawasan Bukit Putus dan Gadogado di Kecamatan Padang Selatan, Kelurahan Batang Arau sebagai
kawasan hutan kota.
12. Pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur di Kecamatan Padang Selatan
sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan yang telah ditetapkan.
13. Pemindahan Pelabuhan laut interinsuler Muaro ke Teluk Bayur,
Pelabuhan ferry ke Bungus, dan selanjutnya menata kembali
pelabuhan Muaro menjadi pusat pelayanan wisata bahari.
14. Revitalisasi dan pembersihan sungai Batang Arau untuk menunjang
kegiatan wisata bahari.
2.2 Critical Review Rencana Pembangunan Padang Bay City
Di masa lalu tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi sangat di topang
oleh Government Expenditure, tetapi untuk masa sekarang, seiring dengan
semakin terbatasnya anggaran pemerintah, maka tingkat pertumbuhan
ekonomi sangat diharapkan dari investasi. Apalagi setiap kegiatan investasi
selalu membawa Multiplier Effect yang sangat besar terhadap penyediaan
lapangan kerja baru, pencerahan terhadap perkembangan industri rumah
tangga (meningkatnya produksi kerajinan, makanan, produksi spesifik/khas
masyarakat lokal), serta berkembangnya sektor-sektor penunjang pariwisata
dan perdagangan lainya.
Kondisi ini tentunya akan menimbulkan persaingan positif dari setiap
Pemerintah Daerah untuk menggaet investor sebanyak-banyaknya ke daerah
masing-masing. Berkenaan dengan itu Pemerintah Kota Padang mempunyai
kebijakan yang memberikan kemudahan kepada investor untuk berinvestasi,
18

dan sekaligus juga memberikan berbagai informasi tentang potensi dan


peluang berinvestasi di Kota Padang. Kota Padang serta Propinsi Sumatera
Barat mempunyai peranan penting dalam sejarah Republik Indonesia dari
zaman perjuangan hingga kemerdekaan, wawasan untuk pembangunan
Negara serta modernisasi perkotaan dengan memperhatikan lingkungan.
Dewasa ini, Kota Padang punya visi pembangunan pesisir, antara lain
reklamasi pantai padang dengan Padang Bay City (PBC).Menurut kelompok
kami rencana pembangunan Padang Bay City masih perlu dipertimbangkan
lagi dikarenakan masih ada factor-faktor terutama dari alasan lingkungan
yang mengakibatkan pro dan kotra contohnya Pertama, memperlambat arus
Batang Arau, karena adanya penimbunan 300 meter ke arah laut akibatnya
terjadi sedimentasi. Kedua, arus air akan dapat mengerus bagian selatan dan
utara. Sehingga dikhawatirkan Gunung Padang terancam. Ketiga, jalan yang
ada saat ini akan rendah, sehingga mudah banjir nantinya. Dan berikut ini
adalah masalah-masalah lingkungan utama yang dihadapi masyarakat dan
pemerintah Kota Padang adalah;
1. Masalah pemanfaatan ruang
a. Perubahan tanah pertanian ke penggunaan tanah pemukiman
kota
b. Pembangunan yang tidak sesuai ketentuan sempadan bangunan
dan juga tidak sesuai dengan peruntukan tanah yang telah
ditetapkan pemerintah
c. Penggunaan tanah di kawasan sepanjang Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Kota Padang yang dapat mengganggu fungsi ekologis
DAS tersebut sehingga berdampak pada kawasan pemukiman
di hilirnya
d. Batasan kepemilikan lahan yang masih banyak kurang jelas
2. Abrasi pantai
a. Gejala abrasi pantai yang telah berlangsung sejak lama dan
mengakibatkan kerusakan pantai sehingga dapat mengancam
pemukiman penduduk yang berdomisili di sekitar pantai,
terutama pesisir pantai
19

3. Degradasi ekosistem pantai


a. Degradasi ekosistem pesisir pantai, baik akibat pencemaran
yang diangkut oleh berbagai sungai maupun akibat perusakan
lingkungan, terutama perusakan ekosistem mangrove, terumbu
karang dan penggunaan potas untuk menangkap ikan
4. Gempa dan tsunami
a.

Gempa bumi dan tsunami, yang sesungguhnya merupakan


gejala alam, tetapi karena berakibat pada kerugian harta benda,
lingkungan dan nyawa menjasi masalah social yang dihadapi
oleh masyarakat. Yang kita ketahui bahwa Kota Padang dari
majalah National Geographic Indonesia edisi I menyebutkan,
Kota Padang mempunyai potensi risiko tertinggi di dunia jika
terjadi tsunami ditinjau dari jumlah penduduk yang tinggal di
pesisir pantai. Menurut data, sebanyak 355.312 jiwa,
berdasarkan hasil penghitungan LSM Komunitas Siaga
Tsunami (Kogami) dan Pemkot Padang, warga bermukim di
daerah rawan bencana

Berdasarkan data dan fakta yang didapat dilapangan memberikan


gambaran bahwa penataan kawasan pantai Padang menjadi Padang Bay
City perlu mendapat kajian yang lebih mendalam lagi dengan melibatkan
semua unsure yang ada dalam masyarakat, bukan hanya kehendak dari
pemerintah Kota saja tetapi juga perlu memperhatikan aspirasi dari
masyarakat dan mempertimbangkan dampak lingkungan yang akan di
timbulkan akibat pembangunan kawasan tersebut.

20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan sesungguhnya di dalam
Rencana Jangka Panjang Pembangunan (RPJP) Kota Padang telah
dirumuskan bahwa optimasi pemanfaatn ruang kawasn pantai akan dilakukan
secara terpadu melaui pendekatan kemitraan antara pemerintah kota dengan
dunia usaha.
Kebijakan tersebut belum dijabarkan ke bentuk rencana tata ruang yang lebih
operasional

dan

rencana-rencana

sector/rencana

unsur

kota

yang

berkesesuaian (compatible) dengan kebutuhan reklamasi pantai. Apabila


kebijakan penataan pantai dengan cara reklamasi dijabarkan ke tingkat
rencana, tentu pada tingkat selanjutnya yakni di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) perlu dijabarkan rumusan tata ruang
dan atau rencana sector tersebut ke rumusan tingkat program. Bila rumusan
program tahunan yang berkaitan dengan gagasan reklamasi pantai tersebut
disusun, tentu akan dapat mengetahui langkah-langkah untuk mencehag dan

21

atau menanggulangi gangguan reklamasi dan sekaligus langkah-langkah


untuk mengembangkan manfaat yang diperoleh.
4.2 Saran
1. Mengintegrasikan rencana reklamasi pantai padang/PBC ke dalam
rumusan kebijakan pembangunan kota dan pengembangan pantai Padang
baik dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang maupun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2. Meningkatkan peran serta masyarakat di dalam proses perencanaan tata
ruang bagian-bagian kota (dalam hal ini penataan pantai padang) dan
perencanaan sector (misalnya zonasi pesisir pantai, rencana peningkatan
kapasitas jalan, restorasi sungai dan lain-lain)
3. Masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait
dengan reklamasi pantai menyelenggarakan pendataan dan kajian tematik
untuk mendukung konsep penataan Pantai Padang, termasuk pemuktahiran
kajian zonasi wilayah Pesisir Pantai Padang
4. Masing-masing SKPD yang terkait dengan penataan pantai menjabarkan
komponen-komponen rencana tata ruang reklamasi pantai PBC ke rencana
Teknik Ruang Kota Kawasan Pantai dan rencana Unsur Kawasan Pantai
(sarana dan prasarana Lingkungan)
5. Menyelenggarakan diskusi terbatas yang bersifat focus (focus group
discussion) secara berkala tentang pengembangan kawasan pantai bagi
komunitas yang strategis, antara lain komunitas peneliti/dosen, guru SD
hingga SLTA, pengelola jasa wisata, komunitas nelayan dan komunitas
lain yang bersangkutan dan berkepentingan.
6. Mengintegrasikan data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber
yang terkait di dalam kerjasama antara SKPD yang ada.

22

DAFTAR PUSTAKA
KLHS. 2007. Rencana Pembangunan Padang Bay City di Sumatera Barat
[Online].Tersedia:
http://www.klhsindonesia.org/file_share/ESP23_SEA_Padang.pdf
Maret 2015]

23

[9

Anda mungkin juga menyukai