Anda di halaman 1dari 2

Sampai saat ini, artikel ini telah mensurvei informasi dalam literatur mengenai

tingginya insidensi dari gangguan variasi tidur diantara anak-anak dengan ADHD. Ada
bukti obyektif dari permasalahan tidur, tapi kesan subjektif terkesan mengganggu.
Sebagai contoh, seorang mungkin berpikir sebagai orang tua dari anak dengan ADHD
adalah sebuah tantangan, dengan disiplin yang buruk dan tingkah laku yang tidak
normal. Hal ini dapat menyebabkan kesan yang salah dari permasalahan tidur tidak
didukung oleh langkah-langkah objektif.
Tidur secara ekstensif telah dipelajari pada anak dengan ADHD tetapi
populasinya sedikit dan hasilnya bertentangan. Sebagai tambahan beberapa penelitian
kurang secara metodologi yang meliputi seleksi bias dan variable pada criteria diagnosis
ADHD, dimana hal tersebut menyulitkan untuk membandingkan penelitian. Sebagai
contoh, status pubertas tidak dimasukan kedalam perhatian (efek dari irama sirkardian
pada tidur/siklus bangun). Metode untuk menilai tidur juga dapat berpengaruh terhadap
hasil. Perbedaan alat penilaian, yang meliputi kuisoner psikometrik orang tua,
wawancara klinik, dan sleep diary tidak selalu berhubungan dengan objek yang diukur
(20).
Pada literature terdapat kecenderungan yang menegaskan bahwa orang tua dari
anak dengan ADHD terlihat lebih sering melaporkan masalah pola gangguan tidur dari
pada orang tua dengan anak tanpa ADHD. OBrein et al (17) menemukan bahwa 77%
anak dengan gejala signifikan ADHD dan 70% anak dengan gejala ringan memiliki
gangguan tidur dibandingkan dengan 43% anak tanpa gejala ADHD.
Penelitian menggunakan objek ukur dari

tidur telah diusulkan tetapi tidak

menyelesaikan atau bukti spesifik dari perbedaan kualitas tidur antara anak dengan
ADHD dan tanpa ADHD.

Salah satu objek ukur adalah aktigraf, suatu monitor

berdasarkan akitivitas yang dapat dipercaya dan merupakan instrument yang valid untuk
mencatat pola tidur-bangun dalam periode yang lama (21). Jam kecil ini seperti
computer yang mengukur pergerakan badan selama tidur atau ketika bangun dan total
durasi tidur. Penelitian menggunakan aktigraf telah mengesankan bahwa aktivitas
selama tidur pada anak dengan ADHD lebih tinggi dan cenderung memiliki pola tidur
yang tidak stabil (22). Alat ukur lainnya adalah kamera video infrared yang merekam

pergerakan selama tidur dan memungkinkan peneliti untuk melihat tingkah laku saat
tidur. Polisomnografi merupakan alat ukur lain yang dapat dipercaya, meskipun sedikit
dan hanya digunakan di laboratorium tidur. Hasil dari beberapa penelitian
polisomnografi pada anak dengan ADHD menunjukan peningkatan pegerakan pada
malam hari, mengurangi efisiensi tidur, dan menurunkan presentase dari REM,
meskipun penemuan tersebut tidak mesti ada pada semua penelitian (23). Apakah
hubungan antara pengurangan REM pada ADHD secara statistic signifikan atau tidak,
akan sangat penting untuk diperhatikan bahwa REM berhubungan dengan proses belajar
dan performa, khususnya seperti fungsi eksekutif, perhatian, daya ingat, dan bahasa.
Penurunan durasi REM telah dihubungkan dengan kurangnya fungsi-fungsi tersebut
diatas (24).
Lecendreux et al (23) manggunakan Multiple Sleep Latency Test (MSLT),
menunjukan bahwa anak dengan ADHD tampaknya memliki variasi diurnal di
kewaspadaan siang hari. Mereka tidur sepanjang siang hari dan memiliki waktu reaksi
lebih panjang. Perbedaan tersebut bukan karena perubahan pada kualitas tidur di malam
hari. Mereka memiliki kemiripan profil MLST dengan anak pubertas dan dewasa,
mengesankan modifikasi pola perkembangan.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak ADHD
menunjukan defisit kewaspadaan. Menurut teori hypo-arousal, disarankan agar anakanak dengan ADHD dapat lebih mengganti rasa kantuk mereka dengan aktivitas agar
tetap terjaga [25].

Anda mungkin juga menyukai