Oleh:
Biltinova Arum Miranti
G99141059/ F-8-2015
G99141060 / F-9-2015
Pembimbing:
dr. Annang Giri Moelyo, Sp.A, M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Presentasi kasus dengan judul :
INFEKSI SALURAN KEMIH ec ENTEROBACTER CLOACAE
PADA ANAK PEREMPUAN USIA 10 TAHUN
Hari/tanggal :
Juni 2015
Oleh:
Biltinova Arum Miranti
G99141059/ F-8-2015
G99141060 / F-9-2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan
Tinggi Badan
Agama
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal pemeriksaan
No. RM
: An. NC
: 10 tahun
: Perempuan
: 19 kg
: 135 cm
: Islam
: Tegal
: 30 April 2015
: 13 Juni 2015
: 01286298
II. Anamnesis
Anamnesis diperoleh dengan cara autoanmnesis dan alloanamnesis dengan
ibu penderita
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan konsulan dari bagian onkologi anak dengan
osteosarkoma dalam perawatan hari ke-13 dengan kelainan hasil
laboratorium yang mengarah ke infeksi saluran kemih. Ibu pasien
mengeluhkan anaknya demam (+) selama 5 hari, demam dirasakan naik
turun, demam dirasakan berkurang setelah diberi obat tapi kemudian naik
kembali. Selain demam, Ibu pasien juga mengeluhkan mual dan muntah
(+), mual dan muntah dirasakan terutama setiap kali pasien
mengkonsumsi makanan. Pada saat diperiksa pasien tampak rewel.
Keluhan nyeri saat BAK (-), BAK terasa panas (-), anyang anyangan
(-), sering BAK (-), tidak bisa menahan BAK (-), sehari ganti pampers 3
4x, warna kuning jernih. Keluhan BAB disangkal, BAB warna kuning
kecoklatan, konsistensi lunak, diare (-), lendir (-), darah (-). Keluhan
batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), nyeri telan (-), nyeri telinga (-), cairan
keluar dari telinga (-).
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (+) sejak September 2014
Motorik kasar
Duduk tanpa pegangan
4
Motorik halus
Memindahkan kubus
Mengambil 7 kubus
Bahasa
Papa/mama/tidak spesifik
Kombinasi silabel, Mengoceh
Personal sosial
Tepuk tangan, Menyatakan keinginan
Daag daag dengan tangan
An.NC 10 tahun
III. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
kurang.
B. Tanda vital
- Nadi
- Laju nafas
- Suhu
- TD
C. Kepala
D. Mata
rontok
: Mata cekung (-/-), air mata (+/+), konjungtiva
anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
E.
F.
G.
H.
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorok
I.
Leher
tonsil T1-T1
: Kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak
meningkat
J.
Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo :
Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar
: SIC V kanan
Batas paru-lambung
: SIC VI kiri
Redup relatif
: SIC V kanan
Redup absolut
: SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan
(-/-)
Cor :
Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas
: SIC II LPSS
Kiri bawah
: SIC IV LMCS
Kanan atas
: SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
K.
Abdomen
Inspeksi
:
: dinding perut sejajar dengan dinding dada
6
Daftar Masalah
a. Demam 5 hari (t: 37.6oC per aksila)
b. Ibu pasien juga mengeluhkan mual dan muntah (+), mual dan muntah
dirasakan terutama saat setelah pasien mengkonsumsi makanan.
c. Anak rewel
d. Gizi kesan buruk dengan severe under weight dan normoheight menurut
Antropometri CDC
e. Riwayat osteosarkoma
f. Pemeriksaan fisik abdomen NKCV (+/-)
Pemeriksaan
12/6/2015
Satuan
Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
4.5
g/dl
10,5-12,9
Hematokrit
12
33-41
Leukosit
2.7
ribu/ul
5,5-17,0
Eritrosit
1.55
juta/ul
4,1-5,3
Trombosit
ribu/ul
150 450
INDEX ERITROSIT
MCV
78.5
/um
80,0- 96,0
MCH
29.1
Pg
28,0 33,0
MCHC
37.1
g/dl
33,0 36,0
RDW
18.9
11,6 14,6
HDW
3.0
g/dl
2.2 3.2
MPV
6.8
Fl
7,2 11,1
PDW
57
25 65
Eosinofil
0.20
0,00 4,00
Basofil
0.00
0,00 1,00
Neutrofil
57.60
29,00 72,00
Limfosit
29.70
60,00 66,00
Monosit
7.60
0,00 6,00
LUC/AMC
4.80
Billirubin total
2.80
mg/dl
0.00 1.00
Billirubin direk
1.00
mg/dl
0.00 0.30
Billirubin indirek
1.80
mg/dl
0.00 0.70
Creatinine
0.2
mg/dl
0.3 0.7
Ureum
30
mg/dl
<48
HITUNG JENIS
KIMIA KLINIK
IX.
Hasil
Satuan
Rujukan
Yellow
Cloudy
1.015
8.5
Negative
Negative
25
Normal
Negative
Normal
Negative
50
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
/ul
1.015-1.025
4.5-8.0
Negative
Negative
Negative
Normal
Negative
Normal
Negative
Negative
26,9
2.9
/ul
/LPB
0-8.7
0-12
0-1
-
/LPB
/LPB
/LPB
Negative
Negative
Negative
0
-
/LPK
/LPK
/LPK
0-3
Negative
Negative
/ul
Diagnosis Kerja
1. ISK ec Enterobacter cloacae
2. Gizi buruk tipe marasmik
3. Osteosarkoma
4. Riwayat vomitus tanpa dehidrasi
X. Penatalaksanaan
1. Rawat inap bangsal onkologi anak
2. Diet bubur + susu 3x200 cc
3. IVFD D1/4 15 tpm
10
4.
5.
6.
7.
XI. Monitoring
1. KUVS per 8 jam
2. BCD per 8 jam
XII. Edukasi
Edukasi yang diberikan terhadap keluarga pasien adalah
1. Edukasi dan motivasi keluarga tentang penyakitnya
2. Jaga kebersihan (cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan
sesudah BAB dan BAK)
3. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, makanan harus bersih dan dimasak.
4. Istirahat cukup
XIII. Prognosis
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad sanam
: dubia ad malam
11
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 13 Juni 2015
S
: (-)
Tanda vital : TD : 110/70 HR: 116 x/menit, RR: 37.6 x/menit, T: 37.6o C
Kepala
Mata
Oedem
- - -
12
Assesment:
1.
2.
3.
4.
Terapi:
1. Rawat inap bangsal onkologi anak
2. Diet bubur + susu 3x200 cc
3. IVFD D1/4 15 tpm
4. Injeksi Cefepime 25 mg/kgBB = 500mg/8jam
5. Injeksi paracetamol 200mg/8jam IV
6. Injeksi ondansetron 4mg/8jam
7. Injeksi leucogen 100mg/24 jam
8. Monitoring KUVS / 8 jam
13
Tanggal
14 Juni 2014
Subyektif Demam naik turun
15 Juni 2014
-
16 Juni 2014
-
16
17
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding
dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, turgor kulit kembali
cepat, NKCV (+/-)
Anorektal : hiperemis (-)
Ekstremitas :
Abdomen :
Inspeksi
Akral dingin:
Akral dingin:
Oedem:
-`
-`
-`
Oedem:
Pmx
Penunjan
g
18
Assesme
nt
Planning Terapi
19
Tanggal
17 Juni 2015
Subyektif Obyektif KU: tampak sakit berat, compos mentis, gizi kesan
kurang
Tensi
: 110/70mmHg
Respirasi : 26 x / menit
Nadi
: 115x / menit, isi cukup, reguler
Suhu
: 36.5 C
Kepala : Mesochepal, UUB cekung (-), rambut
hitam, rontok
Mata
: Mata cekung (-/-), air mata (+/+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek
cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga: sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok: uvula di tengah, mukosa faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
: Kelenjar getah bening tidak membesar,
JVP tidak meningkat
Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan
simetris kanan kiri
Pulmo:
Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+),
Auskultasi
suara
tambahan (-/-)
18 Juni 2015
KU: tampak sakit berat, compos mentis, gizi kesan
kurang
Tensi
: 100/70mmHg
Respirasi : 24x / menit
Nadi
: 120 x / menit, isi cukup, reguler
Suhu
: 36.3 C
Kepala : Mesochepal, UUB cekung (-), rambut
hitam, rontok
Mata
: Mata cekung (-/-), air mata (+/+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek
cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga: sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok: uvula di tengah, mukosa faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
: Kelenjar getah bening tidak membesar,
JVP tidak meningkat
Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan
simetris kanan kiri
Pulmo:
Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+),
Auskultasi
suara
tambahan (-/-)
20
19 Juni 2015
KU: tampak sakit berat, compos mentis, gizi kesan
kurang
Tensi
: 100/ 70mmHg
Respirasi : 28 x / menit
Nadi
: 110x / menit, isi cukup, reguler
Suhu
: 36,5 C
Kepala : Mesochepal, UUB cekung (-), rambut
hitam, rontok
Mata
: Mata cekung (-/-), air mata (+/+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek
cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga: sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok: uvula di tengah, mukosa faring hiperemis
(-), tonsil T1-T1
Leher
: Kelenjar getah bening tidak membesar,
JVP tidak meningkat
Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris
kanan kiri
Pulmo:
Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas nomal,
regular, bising (-).
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas nomal,
regular, bising (-).
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas nomal,
regular, bising (-).
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding
dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, turgor kulit kembali
cepat, NKCV (+/-)
Anorektal : hiperemis (-)
Ekstremitas :
Abdomen :
Inspeksi
Abdomen :
Inspeksi
Akral dingin:
Akral dingin:
Oedem:
Akral dingin:
-`
-`
Pmx
Rontgen thorak
Penunjan
DL2 per 3 hari (20/6/2015), tunggu hasil kultur darah (11/6/2015), ambil hasil rontgen thoraks (17/6/2015)
21
-`
Oedem:
g
Assesme
nt
Planning Terapi
22
Tanggal
20 Juni 2015
Subjektif
Obyektif
Pmx Penunjang
-`
-
Rontgen thorak
Assesment
Planning
Oedem:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Konsensus Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak mengungkapkan
bahwa
ISK adalah ber umbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba
B. EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi ISK pada anak bervariasi sangat luas dan dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya adalah usia, jenis kelamin, sampel populasi, metode
pengumpulan urin, kriteria diagnosis dan kultur. Umur dan jenis kelamin
merupakan faktor yang paling penting. Insidens tertinggi adalah pada satu tahun
pertama kehidupan yaitu sekitar 1%, kemudian menurun terutama pada anak lakilaki. Pada masa neonatus, bakteriuri ditemukan sebanyak 1% dan lebih banyak
pada bayi laki-laki (2-4 kali). Prevalens ISK pada bayi baru lahir kurang bulan
sekitar 2,9% sedangkan pada bayi cukup bulan sekitar 0,7%. ISK lebih sering
terjadi pada anak usia prasekolah yaitu sekitar 1-3% dibandingkan dengan usia
sekolah sekitar 0,7-2,3%. Selama masa remaja, baik perempuan maupun laki-laki
sama-sama berisiko tinggi mengalami ISK.2
Dalam suatu penelitian, insidens ISK pada 6 tahun pertama kehidupan
adalah sekitar 6,6% anak perempuan dan 1,8% anak laki-laki. Sedangkan pada 3
bulan pertama postnatal, ISK paling sering terjadi pada anak laki-laki terutama
yang belum disirkumsisi. Prevalens ISK pada anak perempuan usia 1-5 tahun
adalah 3% dan usia sekolah 1%, sedangkan pada anak laki-laki usia sekolah
0,03%.2
C. ETIOLOGI
Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain adalah
Klebsiella, Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus dan
Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya. Escherichia coli adalah
penyebab paling umum pada anak-anak, hingga 80%. Pada bayi baru lahir (0-28
hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah. Sedangkan setelah usia itu, ISK
umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke saluran kemih.
Staphylococcus
25
D. PATOFISIOLOGI
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari
mikroorganisme
atau
steril.
Infeksi
saluran
kemih
terjadi
pada
saat
mikroorganisme masuk kedalam saluran kemih dab berbiak didalam media urine.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara: (1) Ascending, (2)
Hematogen seperti pada penularan M Tuberculosis atau S aureus, (3) limfogen,
dan (4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi.8
Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari flora feses,
berkolonisasi didaerah perineum dan memasuki kandung kemih melalui uretra.
Pada bayi, septikemia karena bakteri gram negatif relatif lebih sering, hal ini
mungkin disebabkan imaturitas dinding saluran pencernaan pada saat kolonisasi
oleh Escherichia coli atau karena imaturitas sistem pertahanan. Penyebaran secara
hematogen lebih sering terjadi pada neonatus. Infeksi nosokomial juga dapat
terjadi, biasanya disebabkan operasi atau intrumentasi pada saluran kemih.
Bakteri penyebab ISK yang paling sering ditemukan di praktek umum adalah E.
coli (lebih dari 90%), sedangkan yang disebabkan infeksi nosokomial (hospital
acquired) sekitar 47%.4
anatomis
dan
imunologis.
Pada
keadaan
anatomi
normal,
pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat
setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler,
bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfo nuklear dan komplemen. Maka setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal tersebut dapat
menyebabkan risiko terjadinya infeksi.4
Pada anak perempuan, ISK sering terjadi pada usia toilet training karena
gangguan pengosongan kandung kemih terjadi pada usia ini. Anak mencoba untuk
menahan kencing agar tidak ngompol, dimana kontraksi otot kandung kemih
ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi
aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, kemudian
semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Gangguan pengosongan kandung
kemih dapat terjadi pula pada anak yang tidak BAK secara teratur.3
27
28
29
kolik, muntah, diare, ikterus, dan distended abdomen. Pada palpasi ginjal,
anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai kejang.
Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam yang
tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat timbul
dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan lebih
ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,
disuria, urgency, frekuansi, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit
pinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.10
Anak yang tidak mendapat antibiotik pada gejala akut umumnya
berkembang menjadi kronis. Pada beberapa kasus anak yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala tetapi beberapa yang lainnya menunjukan demam
berulang, malaise dan gejala terlokalisir yang menetap yang tidak
terdiagnosis. Anak yang mengalami infeksi dan tidak dieradikasi dengan
antibiotik dapat mengalami ISK berulang dengan proporsi yang tinggi
umumnya akan mengalami rekurensi daripada relaps.4
Pada anak laki-laki rekurensi jarang terjadi lebih dari 1 tahun setelah
infeksi pertama. Penelitian yang dilakukan Winberg dkk, 23 % anak laki-laki
yang mengalami ISK pada tahun pertama kehidupan dapat terjadi rekurensi
dalam waktu 12 bulan dan hanya 3% terjadi setelah periode tersebut. Berbeda
dengan anak perempuan, rekurensi yang terjadi sebanyak 29% dan dapat
dialami pada usia periode follow up.4
G. KOMPLIKASI
1. Pielonefritis akut
Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi
pada pielum dan parenkim ginjal. Pada umumnya kuman yang
menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran kemih bagian bawah yang naik
ke ginjal melalui ureter.
Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi
dengan disertai menggigil, nyeri didaerah perut dan pinggang, disertai mual
30
32
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk
memeriksa adanya kondisi-kondisi yang dapat menjadi predisposisi terjadinya
ISK. Meliputi pemeriksaan fisik secara umum yang berhubungan dengan gejala
ISK misalnya demam, nyeri ketok sudut kosto-vertebral atau nyeri tekan supra
simfisis, teraba massa pada abdomen atau ginjal teraba membesar. dan
pemeriksaan neurologis terutama ekstremitas bawah. Pemeriksaan genitalia
eksterna yaitu inspeksi pada orifisium uretra (fimosis, sinekia vulva, hipospsdia,
epispadia), anomali pada penis yang mungkin berhubungan dengan kelainan pada
saluran kemih dan adanya testis yang tidak turun pada prune-belly syndrome harus
dilakukan. Stigmata kelainan kongenital saluran kemih lain seperti: arteri
umbilikalis tunggal, telinga letak rendah, dan supernumerary nipples harus
diperhatikan.2,3,4
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Urinalisis sampel urin segar dan tidak disentrifugasi (lekosituria > 5/LPB atau
dipstick positif untuk lekosit) dan biakan urin adalah pemeriksaan yang penting
dalam penegakkan diagnosis ISK. Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin
yang sampelnya diambil dengan urin porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan
bakteri >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >
10.000 koloni tetapi disertai gejala yang jelas dianggap ISK.4,6 Cara pengambilan
sampel lain yaitu melalui kateterisasi kandung kemih, pungsi suprapubik dan
menampung urin melalui steril collection bag yang biasa dilakukan pada bayi.
Akurasi cara pengambilan urin tersebut memberikan nilai intepretasi yang
berbeda.6
b. Pencitraan
ISK kompleks beruhubungan dengan adanya kelainan anatomi dan fungsi
saluran kemih. Pencitraan dilakukan dengan tujuan untuk:
33
34
kurang
sensitif
dibandingkan
Renal
Scintigraphy
dalam
mendeteksi
Pyelonephritis dan parut ginjal. Tingkat radiasi yang tinggi dan risiko dari reaksi
kontras juga menjadi hal yang harus dipertimbangkan.4
I. PENATALAKSANAAN
Terapi ISK pada anak harus segera diberikan untuk mencegah kemungkinan
berkembang menjadi pielonefritis. Apabila gejala yang timbul berat, maka terapi
harus segera diberikan sementara menunggu pemeriksaan hasil biakan urin.
Apabila gejala ringan dan diagnosis meragukan, maka terapi dapat ditunda sampai
hasil biakan urin diketahui, dan pemeriksaan biakan dapat diulang apabila hasil
biakan pertama meragukan. Terapi inisial dengan trimethoprim-sulfamethoxazole
selama 3-5 hari efektif terhadap strain E. coli. Nitrofurantoin 5-7 mg/kgBB/hari
dibagi 3-4 dosis efektif untuk bakteri Klebsiella-Enterobacter. Amoksisilin 50
mg/kgBB/hari juga efektif sebagai terapi inisial.3,4
Pada anak dengan infeksi akut, immunocompromised atau usia kurang 2 bulan
dianggap menderita ISK kompleks sehingga untuk tatalaksana yang baik adalah
perawatan di rumah sakit untuk pemberian antibiotik intravena. Antibiotik yang
diberikan dapat seftriakson 50-75 mg/kgBB/hari maksimal 2 gram atau ampisilin
100 mg/kgBB/hari dikombinasikan dengan gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
Pemberian antibiotik intravena diberikan sampai keadaan anak secara klinis stabil
dan afebris selam 48-72 jam, kemudian antibiotik dapat dilanjutkan dengan
antibiotik oral sesuai dengan uji sensitivitas biakan urin. Lamanya pemberian
terapi masih kontroversi, untuk ISK kompleks atau anak usia kurang dari 2 tahun
diberikan selama 7-14 hari. Antibiotik oral golongan sefalosporin generasi ke-3
seperti sefiksim sama efektifnya dengan seftriakson intravena terhadap beberapa
bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas. Pemberian fluoroquinolone oral dapat
diberikan sebagai terapi alternatif untuk bakteri yang resisten terutama
Pseudomonas pada pasien usia lebih dari 17 tahun. Keamanan dan efikasi
pemberian siprofloksasin oral pada anak masih dalam penelitian. Pada beberapa
35
36
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien merupakan pasien onkologi anak dengan osteosarkoma yang
dirawat sejak tanggal 30 April 2014. Pasien dikonsulkan ke bagian sub nefrologi
anak karena adanya kelainan hasil laboratorium harian. Pada kasus ini diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Dari anamnesis ditemukan demam selama selama 5 hari, naik
turun, batuk (-), pilek (-), mual (+), muntah (+), diare (-), BAK (+) warna kuning.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik NKCV (+/-). Pada pemeriksaan laboratorium
darah di rumah sakit diperoleh hasil berupa hemoglobin 4,5 g/dl, hematokrit 12
%, leukosit 2,7 ribu/ul, eritrosit 1,55 jt/ul, trombosit 7 ribu/ul, laboratorium urin
kimia klinik pH 8,5, protein 25 /ul, eritrosit 50 /ul, mikroskopis urin eritrosit
26,9 / ul.
Pada pemeriksaan kultur urin didapatkan Enterobacter cloacae ssp cloacae
>105 CFU/ml urine. Dari hasil pemeriksaan laboratorium dan kultur urine dapat
disimpulkan bahwa terjadi infeksi pada saluran kemih. Oleh karena itu diagnosis
kerja dari kasus ini adalah Infeksi saluran kemih ec Enterobacter cloacae. Secara
klinis pasien kurang memenuhi kriteria infeksi saluran kemih, dari hasil
anamnesis tidak didapatkan gejala khas seperti sakit waktu miksi, frekuensi miksi
meningkat, nyeri perut atau pinggang, polakisuria, dan urin yang berbau
menyengat. Dari hasil pemeriksaan fisik tidak di dapatkan nyeri tekan
suprasimfisis. Pada pemeriksaan urinalisa disebut infeksi saluran kemih apabila
ditemukan proteinuria, leukosituria (leukosit > 5/LPB), hematuria (eritrosit >
5/LPB). Diagnosis pasti infeksi saluran kemih adalah dengan ditemukannya
bakteriuria yang bermakna pada pemeriksaan kultur urin, di dapatkan
pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urine) pagi hari.
Penatalaksanaan pasien ini adalah di rawat inap di bangsal onkologi anak
karena osteosarkoma. Pasien ini memilik berat badan 19 kg, sehingga kebutuhan
cairan pasien berdasarkan rumus Darrow adalah 1450 cc/hari~1500cc/hari
sehingga tetesan makro = 15 tpm, dipilih cairan D1/4 untuk memenuhi kebutuhan
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1.
39