I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan
logos yang berarti ilmu. histologi yaitu ilmu yang mempelajari anatomi seara
mikrokopis struktur jaringan atau organ dan perupakan langkah awal diagnosa
suatu penyakit pada ikan. Beda halnya dengan Histopatologi adalah ilmu yang
mempelajari pengamatan sel, jaringan atau organ makhluk hidup (hewan) di
bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu penyakit (Bavelender 1998). Saat
terjadi perubahan dalam struktur sel akibat terkena penyakit, bakteri, virus,
cendawan maupun adanya substansi berbahaya seperti logam berat,
karena
mampu merubah faktor fisika (suhu) dan kimia (salinitas, pH, DO) lingkungan,
hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan sedang berlangsung
perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut berada. Analisa histologi
dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam
menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati
dan gonad (Khaisar 2006).
Menurut Khaisar (2006), histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi
yang mempelajari tentang susunan struktur sel-sel yang fungsi fisiologi yang sama
tersusun menjadi satu jaringan yang kompleks. Jaringan adalah kumpulan sel
yang tersimpan dalam suatu matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi
yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan
diluar batas dirinya. Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus
dalam melakukan fungsinya, seperti bersifat cair (darah), gerakan (jaringan otot),
peka dan pengendali (jaringan saraf), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat),
absorbsi dan sekresi (jaringan epitel). Masing-masing dari jaringan dasar ini dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Bavelender, 1998).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui langkah
METODOLOGI
2.1
2013 dan dilanjutkan hari Selasa tanggal 9 Desember 2014. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
2.2
benang, label nama, keranjang xylol, pemanas air, kassa, botol film, oven, hotplat,
stabiliger, templat, kaset, mikroskop cahaya beserta komponennya, buku dan alat
tulis. Bahan yang digunakan yaitu berbagai organ ikan (hati, usus, insang, dan
ginjal), larutan fiksatif, alkohol ( 80%, 90%, 95%,95%, 100% dan 100%), xylol
(1, 2, dan 3), paraffin, hematoksilin, BNF (Buffer Netrak Formalin), alkool 70%,
auksin, akuades, eosin, dan entellan.
2.3
Prosedur Kerja
2.3.1
Pengambilan Jaringan
Langkah awal yang dilakukan adalah siapkan ikan uji yang akan diambil
jaringannya seperti : hati , insang, usus, linfa. Lalu ambil satu helai jaringan
insang atau hati dan jangan sampai tercampur dengan darah karena darah
memiliki patogen, setelah itu masukkan jaringan atau organ kedalam kaset,
kemudian masukkan kedalam BNF (Buffer Netral Formalin) selama 24-48 jam,
setelah itu celupkan alkohol 70% selama 2 jam.
2.3.2
jam. Jaringan yang dipilih direndam dalam alkohol 70% selama 48 jam, kemudian
dilanjutkan direndam secara berturut-turut dengan alkohol 80%, 90%, 95% ,95%,
masing-masing selama 2 jam dan 100% selama 12 jam, dan 100% selama 30
2.3.4 Bloking
`
parafin, supa tidak bergerak dan mudah dipotong. Pertama parafin dimasukkan
kedalam templat, tunggu beberapa detik masukkan jaringan, dan tambahkan lagi
parafin, tunggu hingga kering dan tercetak. Alat yang digunakan hotplat dan
stabiliger.
2.3.5 Pemotongan
Sebelum dilakukan pemotongan sampel mengggunakan mikrotom, alat
tersebut diatur terlebih dulu untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan yang
diinginkan. Setelah sampel dipotong masukan kedalam air panas 50-60 C, agar
parafinnya meleleh dan yang sisa hanya sample.
untuk
menghilangkan
parafin,
sediaan
histologis
selama 10 menit, dicelup aquades lalu ke alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%
beberapa celupan. Dimasukkan ke dalam eosin 1-2 menit, kemudian dicelupkan
ke alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%, lalu dikeringkan dengan kertas saring.
Dimasukkan xylol selama 15 menit, kemudian sediaan histologis ditetesi canada
balsam. Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu Penutupan
preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat
(label), kemudian disimpan dalam kotak sediaan. Kemudian dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop.
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan
Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.).
Tabel 1. Hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan Mas (Cyprinus carpio) dan
ikan Lele (Clarias sp.).
No
1.
Nama Organ
Usus
http://www.uams.edu
2.
Ginjal
(bmb.leeds.ac.uk)
3.
Insang
(Susanto 2008)
4.
Hati
(histology-world.com)
Dari gambar di atas dapat dilihat banyak perbedaan antara hasil pengamatan
dan literatur. Hal ini disebabkan karena hasil pengamatan menggunakan jaringan
yang mengalami kelainan, sedangkan untuk literatur menggunakan jaringan ikan
yang sehat.
3.2 Pembahasan
histopatologi adalah ilmu yang mempelajari pengamatan sel, jaringan atau
organ makhluk hidup (hewan) di bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu
penyakit (Bavelender (1998), Berbagai macam penyakit yang dapat menular,
yaitu bakteri, jamur, virus, dan cendawan. Penyebab utama penyakit adalah
organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik. Adapun
mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung
pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis
organisme akuatik yang dibudidaya. Insang merupakan organ respirasi yang
utama dan vital pada ikan. Epitel insang ikan merupakan bagian utama untuk
pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion dan ekskresi nitrogen. Oleh
karena itu, jika ikan tercemar oleh polutan lingkungan seperti amonia, pestisida,
logam, nitrit dan petroleum hidrokarbon, fungsi vital ini dalam keadaan bahaya
karena menghalangi penerimaan oksigen misalnya terjadi fusi . Nabib dan
Pasaribu (1989) menyampaikan bahwa lapisan epitel insang yang tipis dan
berhubungan langsung dengan lingkungan luar menyebabkan insang berpeluang
besar terpapar penyakit. Insang juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam
dan air serta pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan
struktur yang ringan sekalipun dapat sangat mengganggu pengaturan osmose dan
kesulitan pernafasan.
Usus merupakan bagian saluran pencernaan yang berfungsi untuk menyerap
sari-sari makanan sehingga gangguan pada organ ini dapat berakibat fatal bagi
pertumbuhan ikan. Beberapa perubahan yang sering ditemukan pada usus ikan
antara lain proliferasi sel goblet, hemoragi, atropi vili usus, dan metaplasia.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tingginya kandungan beberapa parasit
yang dapat menyebabkan degenerasi usus antara lain protozoa dan cacing.
Digenea adalah cacing trematoda yang memerlukan inang antara (moluska) dalam
siklus hidupnya pa logam berat dapat menyebabkan peningkatan apoptosis dari
sel-sel usus (Susanto 2008 ). Sel sel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus
yang membantu proses pencernaan. Jumlah sel goblet ini dapat meningkat karena
infeksi parasite seperti cacing atau protozoa.
4.1 Kesimpulan
Praktikum histopatologi diperoleh hasil yaitu terdapatnya kelainan pada
jaringan yang diamati. Pada masing-masing jaringan ada yang sudah rusak dan
yang terserang penyakit, serta mengetahui bentuk dan stuktur jaringannya seperti
hati, usus, ginjal, dan insang.
4.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan menggunakan preparat yang terdiri
dari semua organ ikan agar lebih mengetahui jenis penyakit atau kelainan yang
spesifik pada organ lainnya.
DAFTAR PUSTAKA