Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minuman Air Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang membutuhkan musim
hujan pada saat penanaman dan sedikit hujan pada saat dipanen (ditebang).
Kebetulan kondisi ini sesuai kondisi iklim di Indonesia yang memiliki dua macam
iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Tebu yang digunakan sebagai
bahan baku pabrik merupakan tanaman keturunan hasil persilangan antara tebu
alam dan pimping. Maka untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan maka ditanam jenis (varietas) tertentu yang sesuai dengan kondisi
alam dan iklim (suhu, angin, dan intensitas curah hujan) agar didapat hasil gula
yang cukup tinggi (Soejardi, 2003).
Minuman air tebu adalah minuman yang sangat alami dan manis memiliki
komposisi kandungan kimia berasal dari batang tebu yang mengandung air gula
yang berkadar sampai 20%. Minuman air tebu banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, baik orang tua, dan anak-anak, dijual di pinggiran jalan serta di pusat
keramaian membuat minuman segar ini mudah dijangkau oleh semua orang.
Usaha pembuatan minuman air tebu merupakan yang sederhana, tetapi jika
dikelola dengan baik akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain
itu, proses pembuatannya mudah dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi,
serta alat yang digunakan sangat sederhana.
Adapun proses pembuatan minuman air tebu adalah sebagai berikut:

Air tebu bisa langsung didapatkan dengan menggunakan mesin khusus. Batang
batang tebu awalnya dibelah belah menjadi dua bagian. Setelah itu baru
dimasukkan ke dalam mesin pemeras. Mesin inilah yang memeras air tebu hingga
hanya tertinggal ampas batangnya. Cairan yang keluar dari perasan batang akan
langsung keluar otomatis melalui kran yang tersambung dengan mesin. Jika
tanaman tebunya masih muda maka warna air tebu agak hijau muda sedangkan
batang tebu tua akan menghasilkan air perasan tebu yang berwarna lebih tua atau
kecoklatan. Hasil air perasannya dapat disajikan dengan gelas gelas plastik
ataupun dapat dibungkus dalam plastik putih, dapat pula ditambah es sebagai
penyejuk ( Nur Arifah, 2008).
Menurut subianto (2011) manfaat air tebu yang dikutipnya dari Majalah
TRUBUS 422, JANUARI 2005 (XXX): Tebu mengandung senyawa octacosanol
sejenis alkohol rantai panjang yang mampu menurunkan kadar kolesterol dalam
darah. Octacosanol juga menghambat penumpukan plak pada dinding pembuluh,
bahkan ia perlindungan terhadap oksidasi protein darah.
Menurut hasil riset National center for scientific Research Havana kuba.
Octacosanol mekan sintesa kolesterol yang di produksi di dalam hati. Hal ini
terlihat dari adanya pengaturan enzim reductase HMG-CoAEnzim yang
membatasi laju sintesa kolesterol. Pengamatan jangka panjang terhadap konsumsi
octacosanol membuktikan senyawa itu dapat menurunkan dan mengontrol kadar
kolesterol darah tanpa efek samping.
Pasien diabetes pun aman mengkonsumsi tebu. Sebab, pemberian
policasanol 10 mg perhari menunjukkan penurunan total kolesterol 17,5% dan
LDL-kolesterol 21,8% namun tidak terjadi peningkatan pada kadar glukosa atau
glikemik darah. Malah kadar HDL kolesterol meningkat 11,3%.
Air perasan tebu memiliki efek anti diabetic. Bila diminum ia mampu
mengatasi diabetes. Air tebu mengandung sakaran, senyawa anti diabetik.

Sayangnya dalam pengolahan menjadi gula pasir, senyawa itu hilang saat proses
pemanasan. Yang bertahan justru sakarosa, senyawa pencetus diabetes.
Tebu juga mengandung asam lemak yang memiliki efek anti radang dan
analgetik. Ini dibuktikan dengan pemberian suatu campuran asam lemak yang di
isolasi dari tebu kepada tikus. Tikus yang kesakitan setelah diletakkan diatas
piring panas dan diberi asam asetat,menjadi tenang setelah minum larutan itu.
Secara tradisional masyarakat memang sudah memanfaatkan tebu sebagai
anti racun, antiseptic, pengencer dahak dan obat lambung. Bahkan ia juga dipakai
untuk mengobati kanker paru-paru, beberapa tumor dan menyembuhkan luka.
Gula tebu juga digunakan untuk pengobatan gonore dan gangguan vagina. Ampas
tebu dipakai untuk menutup luka dan membalut patah tulang. Di India jus tebu
menjadi obat untuk tumor di bagian perut. Jadi manfaat tebu tak hanya sebatas
untuk bahan baku gula pasir saja (Subianto, 2011)
2.2. Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu, dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok
dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan

asam

dan

gas

dalam

waktu

48

jam

pada

suhu

35C.(Widiyanti,2004). Adanya bakteri coliform dalam suatu makanan/minuman


menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan
atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti,2004).
Bakteri coliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu:
1) Coliform fekal, misalnya E.coli yang merupakan bakteri yang ada di
kotoran hewan maupun manusia,

2) Coliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes yang biasanya


ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.
Adapun yang termasuk basil coliform antara lain: Escherichia coli,
Edwarsiella, Citrobacter, Klebsiella, Enterobacter, Hafnia, Serratia, Proteus,
Arizona, Providentia, Pseudomonas, dan basil parakolon .
Beberapa bakteri Coliform yang sering terdapat dalam air adalah golongan
Citrobacter, Klebsiela, Enterobacter, Pseudomonas, dan Escherichia coli
(Supardi,1999).
Untuk membedakan jenis bakteri Coliform biasanya digunakan uji reaksi
biokimia yang terdiri dari uji pembentukan indol (I), pembentukan asam yang
ditandai dengan adanya indikator metil merah (M), uji Voges-Proskauer (V)
yaitu uji pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) dan uji sitrat (C) yang
menunjukkan penggunaan sitrat sebagai sumber karbon.
2.2.1. Citrobacter
Citrobacter adalah bakteri gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul,
dan bergerak aktif dengan flagella peritrich. Bakteri ini mudah tumbuh pada
media biasa dalam situasi aerob. Pada blood agar plate, memiliki ciri koloni
yang

kecil-sedang,

jernih-kurang,

smooth,

haemolytis

atau

anhaemolytis.Sedangkan pada Mac Conkey agar plate, memiliki ciri koloni


sedang-besar, smooth, merah muda-merah violet, bulat, keeping atau sedikit
cembung(Soemarno,2000).
Citrobacter bisa diisolasi dari sejumlah sumber lingkungan, air, air limbah,
tanah, makanan, tinja manusia, dan hewan. Bakteri ini dapat menimbulkan
infeksi pada saluran urin, saluran pernapasan, kulit permukaan (ulcus,
terbakar, otitis luar, luka kulit), bagian dalam (bakterimia, peritonitis,
osteomyelitis), dan neonatal meningitis (Soemarno, 2000).

Saat ini ada

tiga spesies dalam genus Citrobacter yaitu C.freundii, C.diversus, dan C.


Amalonaticus. Citrobacter tumbuh dengan baik pada media yang biasa untuk

isolasi bakteri enterik. C.freundii memproduksi H2S dari natrium thiosulat,


tetapi spesies yang lain tidak. Kebanyakan isolat memproduksiurease lemah
yang akan menghidrolisis urea dalam waktu dua hari. C.diversus merupakan
penyebab penting dari meningitis pada neonatus dan abses otak. C.freundii
enterotoksigenik diisolasi dari penderita dengan diare. Pada suatu penelitian,
46 dari 328 penderita diare didapatkan C. Freundii pada tinjanya (Tim
Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).

2.2.2. Klebsiella
Klebsiella

adalah

bakteri

batang

gram

negatif,

panjang-pendek,

berpasangan atau berderet, tidak berspora, tidak bergerak dan berkapsul. Jika
tumbuh pada media sederhana, dapat membentuk koloni yang mukoid. Pada
media blood agar plate, memiliki koloni besar, abu-abu, smooth, cembung,
mukoid atau tidak, dan anhaemolytis. Sedangkan pada Mac Conkey agar
plate, akan tampak koloni besar-besar, mukoid, cembung, berwarna merah
muda-merah bata. Kalau koloni ini diambil dengan ose akan kelihatan seperti
tali/benang(Soemarno,2000).
Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, pada air,
tanah, makanan, dan sayur-sayuran. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi
pada saluran urin, paru-paru, saluran pernapasan, luka-luka, dan septiksemia
(Soemarno,2000).
Berdasarkan studi hubungan DNA, genus ini terdiri atas K. Pneumonia, K.
Planticola, K. Terrigena, dan Klebsiella group 47. Klebsiella pneumonia
adalah yang paling sering terisolasi. K. Pneumonia dapat menyebabkan
primary community-acquired pneumonia serta pneumonia nosokomial.
Biasanya terjadi pada penderita usia pertengahan dan usia tua dengan latar
belakang alkoholisme, penyakit bronkopulmonari kronik atau diabetes

mellitus. Disamping itu K. pneumonia juga menyebabkan infeksi saluran


kemih, infeksi pada luka, bakterimia, dan meningitis.
Peranan mikroorganisme enterotoksigenik dan sitotoksik pada penderita
diare masih sukar dinilai. Masih belum ada studi yang sistematis untuk
mencari organisme pada penderita diare, dan kebanyakan isolat didapat dari
negara tropis tempat diare merupakan problem yang kronis (Tim
Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).

2.2.3. Enterobacter
Enterobacter adalah bakteri batang gram negatif, tidak berspora, kadangkadang berkapsul dan aktif dengan flagella peritrich. Pada blood agar plate
memiliki koloni sedang-besar, putih, abu-abu, sedikit cembung, bulat,
smooth, dan anhaemolytis. Pada Mac Conkey agar plate memiliki koloni
besar, putih-merah keruh, cembung, bulat, smooth, dan 2x24 jam mukoid
(Jawetz,2007).
Genus enterobacter yang terdiri atas 12 spesies, hidup di tanah, air, dan
usus besar manusia dan hewan. Ada delapan spesies Enterobacter yang
berhubungan dengan penyakit pada manusia yaitu E. cloacae, E. aerogenes,
E. agglomerans, E. gergoviae, E. sakazakii, E. taylorae, E. asburiae, dan E.
hoemaechii.
Kebanyakan dari isolat meragikan laktosa dengan cepat dan memberikan
warna pada koloni. Enterobacter tergolong bakteri tidak patogen, walaupun
demekian bakteri ini dapat ditemukan di dalam darah, urin, feses, sputum,
pus, makanan dan minuman, serta air (Soemarno,2000).
E. sakazakii dapat dibedakan dengan anggota yang lain karena pigmen
kuning yang diproduksinya. Enterobacter lebih jarang terisolasi dibandingkan

Klebsiella dan E. coli, dan meskipun bisa menginfeksi berbagai jaringan


dalam tubuh, namun lebih sering dihubungkan dengan infeksi saluran kemih
(ISK). Kebanyakan infeksi yang terjadi adalah nosokomial. Penderitapenderita tua dengan penyakit-penyakit komplikasi lebih muda terkena infeksi
Enterobacter.
E. cloacae merupakan penyebab infeksi yang tersering, diikuti oleh E.
aerogenes dan E. agglomerans. Organisme ini biasanya terdapat dalam cairan
infuse di rumah sakit. E. gergoviae berhubungan dengan infeksi saluran
kemih, nosokomial dan dapat diisolasi dari bahan pemeriksaan dari saluran
napas dan darah. E. sakazakii paling sering diisolasi dari luka dan saluran
napas, tetapi juga dapat menyebabkan meningitis, abses otak, dan bakterimia
pada neonatus (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).
2.2.4. Pseudomonas
Pseudomonas adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang, motil
dan bersifat aerob,beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut
dalam air. Pseudomonas banyak ditemukan di tanah, air, tumbuh-tumbuhan,
dan binatang (Jawet,2007).
Pseudomonas mempunyai habitat normal di tanah dan air, dimana bakteribakteri ini berperan dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik.
Beberapa spesies Pseudomonas bersifat patogen terhadap tumbuh-tumbuhan
dan binatang. Meskipun umumnya bakteri tersebut tidak menginfeksi
manusia, tetapi Pseudomonas merupakan patogen oportunistik penting yang
sering menginfeksi hospes yang mengalami gangguan status imunitas. Infeksi
pada manusia sering kali didapatkan di rumah sakit, dan biasanya cukup berat
serta sulit diobati. Pseudomonas yang paling sering menyebabkan penyakit
pada manusia.
P. aeruginosa bergerak aktif dengan flagella polar dan mempunyai ukuran
lebar 0,5 - 1 m dan panjang 3-4 m, dan bersifat aerob. Pseudomonas ini
dapat tumbuh pada suhu 35C - 42C , dan bila dibiakkan pada medium agar

darah akan memberikan hemolisa tipe beta. P.aeruginosa menghasilkan


pigmen khas berwarna kehijauan yang didistribusikan ke dalam media
perbenihan disebut piosianin, tetapi tidak semua menghasilkan pigmen
piosianin.
Infeksi oleh bakteri tersebut terjadi pada seseorang yang mengalami
gangguan pada sistempertahanan tubuh, misalnya pada orang yang menderita
luka bakar, degenerasi keganasan, pada orang-orang dengan penyakit
gangguan metabolism atau pada penderita yang mendapatkan tindakan
invasif,pada penderita yang mendapatkan obat-obat imunosupresif, serta pada
penderita yang mendapatkan pengobatan radiasi. Pada orang-orang usia lanjut
sering menyebabkan infeksi saluran kemih. P. aeruginosa dapat menginfeksi
hampir seluruh jaringan tubuh. Bakteri masuk melalui lesi lokal yang ada
pada permukaan tubuh. Selanjutnya bakteri akan memasuki pembuluh darah
yang menyebabkan terjadinya septikemia serta menyebar ke jaringan tubuh
yang lain.Pada orang yang mengalami septikemia, angka kematiannya sekitar
80%.
Kelainan klinis yang ditimbulkan antara lain: infeksi sekunder pada luka
bakar, infeksi saluran kemih, endokarditis, gastroentritis, pneumonia, dan
lain-lain (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
2.3. Escherichia Coli
2.3.1. Sifat dan Morfologi
Escherichia

coli

adalah

anggota

famili

Enterobacteriaceae

yang

merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya


mempunyai fimbria dan bersifat motil. Bakteri E.coli mempunyai ukuran
panjang 2,0-6,0 m dan lebar 1,1-1,5 m, tersusun tunggal, berpasangan,
dengan flagella peritikus (Supardi,1999).
Suhu optimum E.coli untuk tumbuh adalah 37C, sedangkan interval suhu
untuk pertumbuhan adalah 10C -40C. Nilai pH maksimum 8,5. Bakteri ini

relatif sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi
makanan atau selama pemasakan makanan (Maloha,2002).
Pembagian E. coli berdasarkan reaksi serologis terutama ditentukan atas
tipe antigen O (somatik), tipe antigen H (flagellar), dan tipe antigen K
(kapsular) (Winn, 2006).

Gambar 2.1. Letak Antigen O, H, dan K pada E.coli (Strohl, 2001)


Pada agar darah, koloni E. coli halus, abu-abu, dan diameter 2-3 mm.
Anggota dari Enterobacteriaceae memiliki penampakkan seperti ini pada agar
darah, kecuali Klebsiella sp. dan Enterobacter sp. yang memproduksi koloni yang
mukoid. Hasil IMViC pada E.coli: indol positif, Metil Red positif, VogesProskauer negatif dan Citrat negatif. Hasil IMViC pada Enterobacter/Klebsiella
indol negatif, Metil Red negatif, Voges-Proskauer positif dan Citrat positif
(Engelkirk, 2007).

Gambar 2.2. Hasil IMViC pada E. coli (Winn, 2006)

Gambar 2.3. Hasil IMViC pada Enterobacter/Klebsiella (Winn, 2006)


E. coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin
dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa. E.
coli dapat segera diidentifikasi dengan melihat hemolisisnya pada agar darah,
morfologi koloni yang khas dengan warna pelangi yang berkilau atau mengilap
seperti logam (metallic sheen) pada medium differensial seperti agar Eosin
Methylen Blue (EMB), dan tes bercak indol yang positif.
Bakteri E.coli juga merupakan bakteri fakultatif anaaerob, yaitu bakteri
yang tumbuh dalam udara atmosfer dan dapat juga tumbuh secara anaerob. E.coli
tidak butuh oksigen untuk pertumbuhan, meskipun menggunakan energi sebagai
hasil reaksi kimia. Dibawah kondisi anaerob, E.coli mendapat energi melalui
proses metabolisme yang disebut fermentasi (Maloha, 2002).

Gambar 2.4. koloni E. coli dengan warna pelangi yang berkilau atau
mengilap seperti logam (metallic sheen) pada agar EMB
Berdasarkan

sifat

patogenik

dan

produksi

toksinnya,

strain

enteropatogenik E. coli dapat dibedakan menjadi dua grup. Grup I terdiri dari
strain yang bersifat patogenik, tetapi tidak dapat memproduksi toksin;

sedangkan Grup II terdiri dari strain yang memproduksi enterotoksin, dan


menyebabkan enterotoksigenik, menyerupai gejala penyakit kolera yang
disebabkan oleh Vibrio cholerae.
Bakteri ini dapat meragi laktosa dengan cepat sehingga pada agar Mac
Conkey dan Eosin Methylene Blue (EMB) membentuk koloni merah muda
sampai tua dengan kilatan logam yang spesifik, dan permukaan halus. Pada
medium agar darah beberapa strain membentuk daerah hemolisis disekeliling
koloni (Supardi, 1999).
2.3.2. Patogenesis dan Gambaran Klinis
E. coli merupakan anggota flora normal usus. Bakteri enterik ini kadang
kadang ditemukan dalam jumlah kecil sebagai bagian flora normal saluran
napas atas dan saluran genital. Bakteri enterik ini biasanya tidak
menimbulkan penyakit dan di dalam usus organisme ini bahkan mungkin
berperan terhadap fungsi dan nutrisi normal (Jawetz, 2007).
E. coli hanya menjadi patogen bila bakteri ini berada dalam jaringan di
luar jaringan usus yang normal atau di tempat yang jarang terdapat flora
normal. Bila pertahanan pejamu yang tidak adekuat terutama pada bayi atau
usia tua, stadium akhir penyakit lain, setelah mengalami imunosupresi atau
pada orang dengan kateter vena atau urin yang terpasang lama dapat terjadi
infeksi lokal yang bermakna klinis dan bakteri dapat masuk ke peredaran
darah dan menimbulkan sepsis (Jawetz, 2007).
Alat alat yang digunakan dalam industri pengolahan pangan sering
terkontaminasi oleh E. coli yang berasal dari air yang digunakan untuk
mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat alat pengolahan
merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik (Supardi, 1999).
2.3.2.1. Diare
Penyakit diare yang berkaitan:

E. coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. E.


coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat sifat virulensinya dan setiap grup
menimbulkaan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain
(Jawetz, 2007).

a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)


penyebab diare yang penting pada bayi, terutama di negara berkembang,
EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare di ruang perawatan di
negara maju. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Faktor yang
diperantarai oleh kromosom meningkatkan perlekatan. Terdapat kehilangan
mikrovili (penumpulan), pembentukan tumpuan filamen aktin atau struktur
mirip mangkuk, dan kadang-kadang EPEC masuk ke dalam sel mukosa.
Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh sendiri tetapi
bisa menjadi kronik. Diare EPEC disebabkan oleh berbagai serotipe spesifik
E. coli; strain diidentifikasi dengan antigen O dan kadang-kadang dengan
penentuan tipe antigen H. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC
dilakukan di laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek
dan diare kronik dapat diobati dengan terapi antibiotik.
b. E.Coli Enterotoksigenik (ETEC)
penyebab umum diare wisatawan dan penyebab diare yang sangat
penting pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC spesifik
untuk mendorong perlekatan ETEC pada sel epitel usus halus manusia.
Beberapa strain ETEC menghasilkan endotoksin yang tidak tahan panas yaitu
LT yang meningkatkan konsentrasi siklik adenosin monofosfat (cAMP)
secara bermakna, yang mengakibatkan sekresi air dan klorida yang banyak
dan lama serta menghambat reabsorbsi natrium. Lumen usus teregang oleh
air, terjadi hipermotilitas dan diare yang berlangsung selama beberapa hari.

Beberapa strain ETEC menghasilkan endotoksin yang tahan panas yaitu ST


yang mengaktifkan guanilil siklase dalam sel epitel enterik dan merangsang
sekresi cairan. Strain yang memproduksi kedua toksin tersebut menyebabkan
diare yang lebih berat.
c. E.Coli Enterohemoragik (EHEC)
menghasilkan verotoksin. Verotoksin memiliki banyak sifat yang serupa
dengan toksin Shigella dysentriae tipe 1, namun dua toksin tersebut berbeda
secara antigenik dan genetik. Serotipe E. coli yang menghasilkan verotoksin,
O157:H7 adalah serotipe yang paling sering ditemukan dan satu-satunya yang
dapat diidentifikasi. ETEC O157:H7 tidak menggunakan sorbitol, tidak
seperti kebanyakan E. coli lainnya, negatif pada agar sorbitol MacConkey,
dan juga negatif pada uji MUG. EHEC menimbulkan kolitis hemoragik, diare
yang berat, dan pada sindroma hemolitik uremik .
d. E.Coli Enteroinvansif (EIEC)
Menimbulkan penyakit yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi
paling sering pada anak-anak tersebut. Seperti shigella, strain EIEC tidak
memfermentasikan laktosa atau memfermentasi laktosa dengan lambat dan
nonmotil. EIEC menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa
usus. Diare ini ditemukan hanya pada manusia.
e. E.Coli Enteroagregatif (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik (durasi > 14 hari ) pada masyarakat di
negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang
ditularkan melalui makanan di negara industri. Organisme ini ditandai oleh
pola perlekatannya yang khas pada sel manusia.
Tabel 2.3. Klasifikasi Keempat Galur Escherichia coli (Arisman, 2009)
Galur
ETEC

Tempat
Infeksi
Usus kecil

Penyakit

Mekanisme Patogen

Travellers diarrhea, tinja berair,

Enterotoksin LT dan ST

kram perut, mual, subfebris


EIEC

Usus besar

Shigella-like diarrhea, tinja berair-

Invasi

dan

destruksi

berdarah-berlendir, kram perut, dan

jaringan sel epitel

demam
EPEC

EHEC

Usus kecil

Usus besar

Diare infantil, mirip salmonellosis

Perlengketan

dengan demam, muntah, mual.

perusakan sel epitel

Kolitis hemoragik, nyeri perut hebat,

Verotoksin

diare

SLT I dan II)

berair

dilanjutkan

dengan

dan

(sitotoksin

peneluaran banyak darah

Gejala Diare :
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium
dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama
jantung maupun perdarahan otak.
Diare sering kali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan
hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit
keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur
kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat patal, biasanya
menyebabkan syok.
Selain diare, E. Coli juga dapat menyebabkan beberapa penyakit yang bisa
juga disebabkan beberapa bakteri lain, antara penyakitnya sebagai berikut :
2.3.2.2. Infeksi Saluran Kemih

E. coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada
sekitar 90 % infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda.
Gejala dan tanda-tandanya antara lain:
sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang yang
ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih atas. Tidak ada satupun tanda dan
gejala yang khas untuk infeksi E. coli. Infeksi saluran kemih dapat
mengakibatkan bakteremia dengan tanda-tanda klinis sepsis ( Jawetz,2007).
2.3.2.3. Sepsis
Bila pertahanan pejamu yang normal tidak adekuat, E.coli dapat masuk ke
peredaran darah dan menyebabkan sepsis. Neonatus mungkin sangat rentan
terhadap sepsis E.coli karena sedikitnya kadar antibodi IgM. Sepsis dapat
terjadi akibat infeksis saluran kemih (Jawetz,2007).
2.3.2.4. Meningitis
E. coli dan stereptokokus grup B merupakan penyebab utama
meningitis pada bayi. Kira-kira 75% E.coli dari kasus meningitis
mempunyai antigen K1 (polisakarida). Antigen ini bereaksi silang dengan
polisakarida dengan kapsular grup B dari Neiseria meningitidis.
Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen K1 belum
dimengerti (Jawetz,2007).

Anda mungkin juga menyukai