Anda di halaman 1dari 37

gangan Kerja (Working Stress)

Ketika merancang komponen-komponen mesin,


disarankan untuk menjaga tegangan lebih rendah
dari tegangan maksimum (ultimate stress) yang
mana terjadi kegagalan material.
Tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan kerja
atau
tegangan
perancangan(design
stress).
Tegangan tersebut juga dikenal sebagai tegangan
aman(safe stress) atau tegangan ijin (allowable
Faktor
Keamanan(Safety
stress).

Factor)

Faktor keamanan merupakan perbandingan antara


tegangan maksimum terhadap tegangan kerja.
Secara matematis faktor keamanan dinyatakan
sebagai;
Tegangan Maximum

Faktor Keamanan

Tegangan Kerja

Pada bahan yang ulet(ductile) misalnya baja lunak,


yang mana tegangan titik luluh (yield point stress)
jelas diketahui, maka faktor keamanan/keselamatan
didasarkan pada tegangan titik luluh tersebut.
Dalam hal ini, maka;

Tegangan Titik Luluh


Faktor Keamanan
Tegangan Kerja

Pada bahan yang rapuh(Brittle) misalnya besi cor,


titik luluh tidak begitu jelas didapatkan
sebagaimana pada bahan ulet/liat. Oleh karena itu,
faktor keamanan untuk bahan getas/rapuh
didasarkan pada tegangan puncak(ultimate stress).

Tegangan Puncak/ultimate
Faktor Keamanan
Tegangan Kerja

emilihan Faktor Keamanan


Pemilihan faktor keamanan yang tepat yang
digunakan dalam merancang komponen mesin
tergantung pada sejumlah pertimbangan seperti
bahan/material, cara pembuatan, jenis tegangan,
kondisi pemakaian secara umum dan bentuk
komponen.
Sebelum memilih faktor keamanan yang tepat,
insinyur maupun perancang harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
Keandalan(reliability) sifat-sifat material dan
perubahan sifat tersebut selama
penggunaan/pemakaian.
Keandalan hasil tes dan ketepatan penerapan
hasil tersebut pada komponen mesin yang
sebenarnya.
Keandalan beban yang diterapkan.

Meluaskan pertimbangan dalam pembuatan


asumsi.
Memperluas pertimbangan pada
pembatasan tegangan-tegangan.
Meluaskan pertimbangan tentang tegangan
awal (initial stress) yang terbentuk selama
pembuatan komponen.
Meluaskan pertimbangan tingkat kematian
jika kegagalan terjadi.
Memperluas pertimbangan tentang tingkat
kerugian harta benda jika terjadi
kegagalan(failure).

Setiap faktor tersebut harus dipertimbangkan dengan


cermat dan dievaluasi. Faktor keamanan yang tinggi
akan jauh dari risiko kegagalan yang tidak perlu.
Tabel berikut menunjukkan nilai-nilai faktor keamanan
berdasarkan kekuatan puncak(ultimate strength) untuk
beragam bahan dan jenis beban yang berbeda:

Values of factor of safety.


Material

Steady
load

Live load

Shock load

Cast iron

5-6

8 -12

16-20

Wrought iron

10-15

Steel

12 -16

Soft materials
and
alloys

15

Leather

12

15

Timber

10-15

20

egangan pada batang komposit


Batang komposit(composite bar)
didefinisikan sebagai batang yang dibuat
dari beberapa bahan yang digabungkan
menjadi satu. Dalam hal ini batang akan
berkontraksi sebagai kesatuan ketika
mengalami tarikan maupun tekanan.
Pada permasalahan batang komposit halhal berikut sebaiknya di perhatikan.
Perpanjangan atau kontraksi dari
batang
sama,
regangan
atau
deformasi per satuan panjang juga
sama.
Beban eksternal total pada batang
sama dengan jumlah beban-beban
yang diterima oleh berbagai bahan.
Perhatikan suatu batang komposit yang
dibuat dari dua bahan yang berbeda.

P1 = Beban yang diterima batang 1


A1 = Luas penampang batang 1
1 = tegangan yang terjadi pada
batang 1
E1 = modulus elastisitas batang 1

P2, A2, 2, E2 = besaran-besaran pada


batang 2
P = beban total pada batang komposit,
l = Panjang batang komposit
l = Perpanjangan pada batang
komposit.

egangan(strain) pada batang 1

P = P1 + P2

P1
1
A1

1
P1

E1
A1 E1

tambahan panjang (Elongation ) batang 1

P1 l
l1
A1 E1

rtambahan panjang (Elongation ) batang 2

P2 l
l 2
A2 E 2

l1 l 2
A1 E1
P1 P2
A2 E 2

P1 l
P2 l

A1 E1
A2 E 2

A1 E1

A1 E1
P P1 P2 P2
P2 P2
1
A2 E 2
A2 E 2

A1 E1 A2 E 2
P P2
A2 E 2

A2 E 2
P2 P
A1 E1 A2 E 2

P1 l
P2 l

A1 E1
A2 E 2

1
E1

2
E2

E1

2
E2

E2
1
E1

P P1 P2 A1 1 A2 2

Contoh:

Sebuah batang dengan panjang 3 m terbuat dari dua


bahan,
salah satu dari tembaga memiliki E = 105 GN/m2 dan
yang lain dari baja memiliki E = 210 GN/m2.
Lebar tiap batang adalah 25 mm dan tebal 12,5 mm .
Batang komposit tersebut ditarik oleh beban 50 kN.
Tentukan pertambahan panjang batang dan tegangan yang
dihasilkan pada batang baja dan tembaga. Panjang batang
tembaga serta baja adalah 3 m.

rtambahan panjang batang komposit


l = Peningkatan panjang batang komposit
luas penampang setiap batang;
Ac= As = b(lebar) t(tebal) = 25 12,5 = 312,5
mm2

eban bersama yang diterima oleh batang tembaga:

Ptembaga

Ac Ec
Ec
P
P
Ac Ec As E s
Ec E s

Ptembaga

105
50
16,67 kN
105 210

Beban bersama yang diterima batang baja;


Ps= P Pc = 50 16,67 = 33,33 kN

Karena perpanjangan pada kedua batang adalah


sama, sehingga;

Tegangan yang terjadi pada batang baja dan


tembaga:
tegangan yang terjadi pada batang baja,

P = Ps + Pc= s.As + c.Ac


50 = 2 c 312,5 + c 312,5 = 937,5 c
c= 50/937,5 = 0,053 kN/mm2 = 53 N/mm2 = 53 MPa
s =2 c = 2 53 = 106 N/mm2 = 106 MPa

Rasio Poisson

Berdasarkan eksperimen telah ditemukan bahwa ketika benda


mengalami stress dalam batas elastis, maka rasio antara
regangan lateral dengan regangan linier menghasilkan suatu
konstanta.

Regangan Lateral
konstanta
Regangan Linier

Konstanta ini dikenal sebagai rasio Poisson dan dilambangkan


dengan 1/m atau .
Berikut ini adalah nilai-nilai rasio Poisson untuk beberapa bahan
yang biasa digunakan dalam rekayasa.

Regangan Volumetrik:

Ketika benda mengalami gaya-gaya, maka terjadi beberapa


perubahan dalam dimensi. Dengan kata lain, volume benda
berubah. Rasio perubahan volume terhadap volume aslinya
dikenal sebagai volumetrik strain. Secara matematis,
regangan volumetrik dinyatakan sebagai;

v= V / V

dengan:
V = Perubahan volume benda
V = Volume sebelum
meregang
Regangan volumetrik obyek persegi panjang yangmengalami
gaya aksial dinyatakan sebagai
= Reganagan linier

Regangan volumetrik benda bentuk persegi


panjang yang mendapat tiga gaya yang
saling tegak lurus adalah:

v= x + y + z

Modulus massal(Bulk Modulus)


Ketika benda terkena tiga tegangan yang saling tegak
lurus, dengan intensitas yang sama, maka rasio
tegangan langsung(direct stress) dengan regangan
volumetrik yang dikenal sebagai modulus bulk.
Biasanya dilambangkan dengan K. Secara matematis,
modulus bulk adalah;

Hubungan Antara Modulus Bulk dan Modulus


Young

Hubungan Antara Modulus Young dan


Modulus Kekakuan:
modulus Young (E) dan modulus kekakuan (G) terkait
dengan hubungan berikut,

Sebuah batang dari baja ringan menerima beban tarik 50 kN.


Jika tegangan pada batang adalah terbatas pada 100 MPa,
tentukan ukuran batang ketika bentuk penampang batang
berupa;
Lingkaran
Persegi
persegi panjang dengan lebar = 3 tebal.
Solusi.
Diketahui: P = 50 kN = 50 103 N; t = 100 MPa = 100 N/mm2

Ukuran batang jika penampangnya lingkaran:


d = Diameter batang (mm)
Luas A = (/4) d2= 0,7854 d2

Beban tarik (P)


50 103 = t A = 100 0,7854 d 2 = 78,54 d2
d2 = 50 103 / 78,54 = 636,6 atau
d = 25,23 mm
Ukuran batang jika bentuk penampang persegi
Misalkan x = sisi batang persegi (mm)
Luas, A = x x = x2
Kita tahu bahwa beban tarik (P),
50 103 = t A = 100 x2
x2 = 50 103/100 = 500
x = 22,4 mm

Ukuran batang ketika bentuk penampang


persegi panjang
t = Ketebalan batang (mm)
b = Lebar batang (mm) = 3 t
Luas: A = b t = 3t t = 3 t2
diketahui beban tarik (P),
50 103 = t A = 100 3 t2= 300
t2
t2 = 50 103/300 = 166,7 atau
t = 12,9 mm
b = 3t = 3 12,9 = 38,7 mm

egangan Bending pada balok lurus

Dalam praktek rekayasa, komponen mesin dari bagian


struktur dapat mengalami pembebanan statis atau beban
dinamis yang menyebabkan terjadinya tegangan lentur di
bagian-bagian tersebut selain terjadi tegangan tarik,
tegangan tekan dan tegangan geser.
Suatu balok lurus mengalami momen lentur M seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut.

Asumsi-asumsi berikut biasanya dibuat saat


menurunkan rumus lenturan/defleksi.
Bahan balok homogen sempurna(yaitu dari bahan
yang sama di seluruh bagian) dan isotropik (yaitu
sifat elastis yang sama di segala arah).
Bahan balok mematuhi hukum Hooke.
Bagian melintang (yaitu BC atau GH) adalah datar
sebelum mengalami lenturan maupun setelah
lenturan.
Setiap lapisan balok bebas untuk berkembang atau
berkontraksi ke atas atau kebawah.
Modulus elastisitas(E) untuk beban tarik dan tekan
adalah sama.
Beban diterapkan pada bidang lentur.

Ketika balok mengalami momen lentur, serat di sisi


atas balok diperpendek karena tekanan dan
bagian bawah balok memanjang karena tarikan.
Di antara serat bagian atas dan bawah terdapat
permukaan yang tidak mengalami pemendekan
atau pemanjangan.
Permukaan tersebut dinamakan permukaan
netral(neutral surface).
Potongan permukaan netral dengan penampangnormal balok dikenal sebagai sumbu netral(neutral
axis).
Distribusi tegangan balok ditunjukkan pada Gambar.
Persamaan lenturan dinyatakan sebagai;

M E

I
y R
M = Momen bending yang bekerja pada bagian
tertentu
= Tegangan bending
I = Momen inersia penampang terhadap sumbu
netral,
y = Jarak dari sumbu netral ke serat ekstrim/terluar,
E = modulus elastisitas bahan balok
R = Radius
kelengkungan
Dari
persamaan
tersebut balok.
tegangan bending dapat
dinyatakan sebagai;

Ey

M
M
M

I
I/y Z

I/y = adalah section modulus dan dinotasikan dengan Z

Tabel: Sifat umum penampang yang sering digunakan

gangan Geser akibat bending


Setelah gaya geser (V) ditentukan pada titik tertentu
sepanjang balok, maka distribusi tegangan geser ()
dapat ditentukan sebagai berikut;

VQ

Ib
Keterangan:
Q = Ay, Momen Pertama Luas penampang
A = Luasan di luar tempat tujuan, ditentukan oleh
jarak (y)
y = jarak ke centroid luasan (A)
I = momen inersia luasan yang melalui sumbu netral
b = lebar balok di tempat yang dituju

Berdasarkan definisi momen pertama (Q), maka


nilai maksimum (Qmax) untuk persegi panjang
dinyatakan dengan persamaan berikut;

Qmax Amax y max

bh

h 1 2
bh
4 8

Momen pertama luasan, terkadang dinamakan


sebagai
momen
inersia
pertama,
yang
berdasarkan gagasan matematika pada ruang
metrik, menyatakan bahwa saat luasan sama
dengan penjumlahan luasan kali jarak terhadap
sumbu [ (axd)].
Hal ini adalah ukuran dari distribusi bentuk luasan
dalam hubungan dengan sumbu. Momen pertama
Luasan umumnya digunakan dalam aplikasi teknik
untuk menentukan
centroid
dari bentuk
suatu obyek
atau
Diketahui
suatu luasan
A, dengan
apapun.
momen luasan
statis.
Pembagian
luasan
tersebut menjadi sejumlah n
luasan yang sangat kecil, elemen luasan
tersebut(dAi).
xi dan yi adalah jarak (koordinat) untuk setiap
elemen luasan yang diukur dari sumbu xy yang
diketahui. Maka momen pertama luasan pada arah x
dan y dinyatakan masing-masing oleh:

S x Ay yi dAi A ydA
i 1
n

S y Ax xi dAi A xdA
i 1

Momen Luasan Statis


Momen luasan statis, biasanya dilambangkan
dengan simbol Q, merupakan karakteristik dari
bentuk yang digunakan untuk memprediksi
ketahanan terhadap tegangan geser.

Q j, x yi dA

Keterangan:
Qj, x Momen pertama luasan "j" di sekitar
sumbu
netral x netral dari benda keseluruhan
(bukan sumbu netral dari luasan "j");
dA suatu elemen luasan pada luasan "j";
y jarak tegak lurus terhadap elemen dA dari
sumbu netral x.

Contoh:
Tentukan tegangan bending maximum (max)
pada balok dengan penampang berbentuk
segi empat.
Diketahui:
M = 30000 Nm
b = 5cm = 0,05 m
h = 15 cm = 0,15 m = 2ymax
Solusi:
Menentukan momen inersia (I ) penampang
balok segi empat.
1 3 1
I bh (0,05 m)(0,15 m) 3 0,000014 m 4
12
12

Substitusi momen bending(M), Jarak


maksimum (ymax), dan momen inersia (I )
untuk menentukan tegangan bending
maksimum (max).
My max
M ( h / 2)
max

I
I
(30000 Nm)(0,075 m)

0,000014 m 4

160000000 N/m 2 160 MPa

Subtitusi gaya geser (V), Momen pertama


maximum (Qmax) dan momen inersia (I ) dan lebar
penampang balok (b) untuk memperoleh tegangan
geser maximum(max).

max

3
VQmax
(9000 N )(0,00014m )

Ib
(0,000014 m 4 )(0,05 m)

1,26 Nm

0,00000007 m

1800000 N/m 2 1,8 MPa

Contoh:

Sebuah balok dengan lebar 4 m dan ketebalan 3m,


mendukung beban 30 kN sebagaimana pada gambar.
Tentukan tekanan yang bekerja di setiap sudut balok
tersebut.

Solusi:

Diketahui: b = 4 m, d = 3 m, P = 30 kN; ex= 0,5 m; ey= 1 m


Diketahui bahwa luas penampang dari balok adalah;

A = b d = 4 3 = 12 m2

Momen inersia balok di sekitar sumbu-x,

I XX

b d 3 4 32

9 m4
12
12

dan momen inersia balok di sekitar sumbu-y,

I YY

d .b 3 3 4 3

16 m 4
12
12

Jarak antara sumbu X dengan sudut


A dan B
x = 3/2 = 1,5
m

Jarak antara sumbu-Y dengan sudut A


dan C
y = 4/2 = 2 m

Anda mungkin juga menyukai