OLEH :
RISNALIA
: 11.01.01.090
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidaya-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah FILARIASIS (KAKI GAJAH)Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis banyak menemui kesalahan dan kesulitan karena
kurangnya wawasan dan ilmu pegetahuan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari makalah dengan tema FILARIASIS (KAKI GAJAH) ini
masih banyak kekurangan dan perlu disempurnakan lagi, oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMICU
BAB III
MORE INFO
Laboratorium :
Hb 10,8 g/dL ; Leukosit 9530/mm3; Ht 36,80%; trombosit 423.000/mm3
Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen
20%, limfosit 15%, monosit 1%
Diperoleh parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak
berinti dan selubung tubuh transparan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Filariasis
4.1.1 Defenisi, etiologi, dan epidemiologi filariasis
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan tropik,
disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe seperti Wuchereria Bancrofti.
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing yang menyerang jaringan viscera,
parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae. Menurut
lokasi kelainan yang ditimbulkan, terdapat dua golongan filariasis, yaitu yang
menimbulkan kelainan pada saluran limfe (filariasis limfatik) dan jaringan subkutis
(filariasis subkutan).
Penyebab utama filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori sedangkan filariasis subkutan disebabkan oleh Onchorcercia
spp. Filariasis limfatik yang disebabkan oleh W.bancrofti disebut juga sebagai
Bancroftian filariasis dan yang disebabkan oleh Brugia malayi disebut sebagai
Malayan filariasis. Filariasis limfatik ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
spp., Culex spp., Aedes spp. dan Mansonia spp.
Filariasis limfatik merupakan penyebab utama dari kecacatan didaerah
endemic sehingga merupakan masalah kesehatan masyarakat utama.Pada tahun 1997,
diperkirakan paling tidak 128 juta orang terinfeksi, diantaranya adalah anak usia
dibawah 15 tahun, 115 juta oleh W. bancrofti dan 15 juta oleh Brugia spp. Penyakit ini
tidak dijumpai lagi di Amerika Utara, Australia, Jepang, dan di beberapa negara
termasuk China. Di Indonesia, filariasis merupakan penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Jawa Barat, hingga November 2008,
sebanyak 875 orang telah positif terjangkit filariasis, bahkan 420 orang di antaranya
termasuk penderita kronik,dengan penyebab utama W.bancrofti. Pada beberapa tahun
belakangan terjadi peningkatan kasus limfatik filariasis di daerah perkotaan ( urban
lymphatic filariasis) yang disebabkan oleh peningkatan populasi penderita di perkotaan akibat urbanisasi dan tersedianya vektor di daerah tersebut.
Tabel dibawah menunjukkan berbagai karakteristik penyebab
filariasis
dan
Spesies
Penyebaran
Wuchereria
Vektor
Negara Tropis
Nyamuk
bancrofti
Tempat
Tempat
Manifestasi
hidup
hidup
klinis utama
cacing
mikrofilar
dewasa
ia
Saluran
Darah
Limfangitis
limfe
Elefantiasis
Hidrokel
Brugia malayi
AsiaSelatan,Timur, Nyamuk
Saluran
dan Tenggara
limfe
Darah
Limfangitis
Elefantiasis
Brugia timori
Di beberapa pulau
Nyamuk
di Indonesia
Saluran
Darah
Limfangitis
limfe
Elefantiasis
Loa-loa
Jaringan
Barat
spp.
ikat
Onchorcerca
Afrika,Yaman,
Simuliu
Kulit
valvulus
Amerika
Tengah m spp.
dan Selatan
Darah
Calabar
Sweeling
Kulit
Dermatitis,
nodula,lesi
mata
Perbedaan antara W.bancrofti dan B. malayi dapat dilihat pada tabel di bawah.
Perbedaan B. timori dengan B. malayi adalah warna selubung dari B. timori adalah
biru, sedangkan B. malayi berwarna pink, selain itu terdapat pada cephalic space
dimana B. timori 3:1, sedangkan B. malayi 2:1.
bentuk adaptasi ekologi lokal, saat timbul mikrofilaremia pada malam hari, pada saat
itu pula kebanyakan vektor menggigit manusia. Diduga pula pH darah yang lebih
rendah saat malam hari berperan dalam terjadinya periodisitas nokturnal. Darah yang
mengandung mikrofilaria dihisap nyamuk, dan dalam tubuh nyamuk larva mengalami
pertumbuhan menjadi larva stadium 2 dan kemudian larva stadium 3 dalam waktu 10
12 hari. Cacing dewasa dapat hidup sampai 20 tahun dalam tubuh manusia, rata-rata
sekitar 5 tahun (lihat lampiran 1).
4.1.3 Klasifikasi filariasis
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel)
bila tungkai diangkat.
Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(irreversibel) bila tungkai diangkat.
Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila
tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit
(elephantiasis).
4.1.4 Gejala klinis filariasis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1.
Masa prepaten
Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya
gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3.
4.
Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis
masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
10
Filariasis bancrofti
Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di dalam cairan
hidrokel dapat ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di
seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva atau buah dada, dengan
ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya. Chyluria
dapat terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan
penurunan berat badan dan kelelahan.
Filariasis brugia
Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah.
Ukuran pembesaran ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuran
asalnya.
11
12
dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria
secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
3. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar
limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerakgerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau
albumin yang dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya
abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia
asimtomatik.
4. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi
antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat
menunjang diagnosis.
Adanya
antibodi
tidak
menunjukkan
korelasi
positif
dengan
Kasus
Hb
12-16 g/dl
10,8 g/dl
Ht
37-47 %
36,80 %
Leukosit
4.0003
11.000/mm
Trombosi
t
3
150-450 x 10 /
3
mm
9530/ mm
423.000/ mm
normal
3
normal
Diftel
Nilai
Normal
Kasus
Eosinofil
1-3
20
Basofil
0-1
Neutrofil
Batang
2-6
40
Neutrofil
Segmen
50-70
20
Limfosit
20-40
15
Monosit
2-8
14
berulang, dan malignancy. Jika pitting dan tender, maka kemungkinan adalah
trombosis, kista Baker, dan akut selulitis.
Bilateral edema, perlu diketahui apakah nonpitting dan nontender? Jika ya,
maka kemungkinan adalah limfedema. Jika pitting dan tender,lihat apakah cepat atau
lambat. Jika lambat maka kemungkinan adalah oleh venous hypertension dan
identifikasi apakah ada peningkatan tekanan vena leher. Jika ada maka edema jantung.
Jika tidak maka venous hypertension atau occlusion. Jika cepat maka apakah ada
penurunan protein. Jika ada maka kemungkinan penurunan sintesis protein atau
peningkatan kehilangan protein.
Selain itu, diagnosa banding dari filariasis adalah hernia inguinalis, knobs,
kiluria, pembesaran ekstremitas. Diagnosa banding untuk TPE, lihat tabel di bawah.
Feature
TPE
Lofllers
syndrom
e
Chronic
eosinophili
c
pneumonia
often
often
Allergic
aspergill
osis
Vasculitis
syndrome
Idiopathic
hypereosin
ofilia
Drug
allergy
Other
helminthic
infections
Wheezing
Systemic
syndrome
Eosinofil
level
IgE level
often
often
Rare
Rare
often
often
Absent
often
Absent
Often
Absent
Often
possible
Variable
High
Moderate
high
Low
High
Moderate
Moderate
To high
?
High
high
High
Absent
Absent
Low
to Low
moderate
moderate
Absent
Absent
Filarial
antibodie
s
DEC
response
present
Absent
Absent
Absent
Absent
Moderate
To high
to high
Variable
Absent
Moderate
To high
possible
Absent
possible
15
Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi,
limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik
terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih
sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa
hari setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai
beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi
sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Reaksi samping ditemukan lebih berat pada pengobatan filariasis brugia,
sehingga dianjurkan untuk menurunkan dosis harian sampai dicapai dosis total
standar, atau diberikan tiap minggu atau tiap bulan. Karena reaksi samping DEC
sering menyebabkan penderita menghentikan pengobatan, maka diharapkan dapat
dikembangkan penggunaan obat lain (seperti Ivermectin) yang tidak/kurang memberi
efek samping sehingga lebih mudah diterima oleh penderita.
DEC tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan peroral
sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah
dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. DEC tidak diberikan pada anak
berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.
Pada filariasis bancrofti, Dietilkarbamasin diberikan selama 12 hari sebanyak 6
mg/kg berat badan, sedangkan untuk filariasis brugia diberikan 5 mg/kg berat badan
selama 10 hari. Pada occult filariasis dipakai dosis 5 mg/kg berat badan selama 23
minggu.
Pengobatan sangat baik hasilnya pada penderita dengan mikrofilaremia, gejala
akut, limfedema, chyluria dan elephantiasis dini. Sering diperlukan pengobatan lebih
dari 1 kali untuk mendapatkan penyembuhan sempurna. Elephantiasis dan hidrokel
memerlukan penanganan ahli bedah.
Pengobatan nonfarmako pada filariasis adalah istirahat di tempat tidur,
pengikatan di daerah pembendungan untuk mengurangi edema, peninggian tungkai,
perawatan kaki, pencucian dengan sabun dan air, ekstremitas digerakkan secara
teratur untuk melancarkan aliran, menjaga kebersihan kuku, memakai alas kaki,
mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau antibiotik, dekompresi bedah, dan
terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein dan asupan cairan tinggi
16
17
Dosis tunggal 1 tablet untuk usia lebih dari 10 tahun, 1/2 tablet untuk
usia < 10 tahun, seminggu sekali selama 40 minggu.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia
melenyapkan
tanaman
air
tempat
perindukan,
tentang
penyakit
filariasis
dan
penanggulangannya
perlu
dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh
penduduk daerah endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik
filariasis segera memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler
jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk.
Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan melakukan
pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.
4.1.9 Prognosis filariasis
Pada kasus kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah
dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. Pada kasus kasus lanjut terutama
dengan edema tungkai, prognosis lebih buruk.
18
BAB V
PENJELASAN
Ada beberapa hal masih belum jelas dalam hal, pada kasus ini, obat apa
yang aman bagi ibu hamil dengan filariasis? Berdasarkan penjelasan dari pakar, maka
dikatakan bahwa semua obat filaria masih belum terbukti aman bagi ibu hamil. Semua
tahap penelitian hanya pada hewan.
Pada kasus, apakah pasien sudah dapat didiagnosa dengan TPE? Ya , karena
berdasarkan gejala klinis dan adanya pemeriksaan yang menunjukkan adanya
eosinofilia.
Bagaimana patofisiologi terjadinya limfedema? Cacing dewasa akan
menghasilkan produk produk yang akan menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa
sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat aliran limfa retrograde. Akibat dari
aliran retrograde tersebut maka akan terbentuk limfedema.
19
BAB VI
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Anawalt,
Brad.Edema.
Available
from:
http://www.physicianeducation.org/downloads/PDF%20Downloads%20for
%20website/Edema.pdf. [Accessed 3 November 2010].
Anonim.
Filariasis.
Available
from:
http://www.fk.undip.ac.id/category/12-
Life
cycle
of
W.
bancrofti.
Available
from:
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Frames/AF/Filariasis/body_Filariasis_w_bancr
ofti.htm. [Accessed 3 November 2010].
Chairufatah,
Alex.
2009.
Filariasis
(penyakit).
Available
from:
Aileen
M.
2009.
Filariasis.
Available
from:
21
Kalimantan
Selatan.
Available
from:
http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(3775-H-
22
LAMPIRAN
Daur Hidup W. bancrofti
. They develop in
to 100 mm in length and 0.24 to 0.30 mm in diameter, while the males measure
about 40 mm by .1 mm. Adults produce microfilariae measuring 244 to 296 m
by 7.5 to 10 m, which are sheathed and have nocturnal periodicity, except the
South Pacific microfilariae which have the absence of marked periodicity. The
23
microfilariae migrate into lymph and blood channels moving actively through
lymph and blood
. After ingestion, the microfilariae lose their sheaths and some of them work
their way through the wall of the proventriculus and cardiac portion of the
mosquito's midgut and reach the thoracic muscles
develop into first-stage larvae
.
mosquito's prosbocis
blood meal
24