Pendahuluan: Gambar Bentuk Human Papilloma Virus
Pendahuluan: Gambar Bentuk Human Papilloma Virus
Kanker serviks uteri merupakan kanker pada perempuan yang menduduki urutan
teratas di Indonesia, sedangkan di negara maju kejadian kanker serviks mengalami
penurunan. Perjalanan penyakit kanker serviks sudah diketahui dengan baik. Infeksi HPV
(Human Papillomavirus) risiko tinggi merupakan awal dari patogenesis kanker serviks. HPV
risiko tinggi merupakan karsinogen kanker serviks, dan awal dari proses karsinogenesis
kanker serviks uteri. Proses karsinogenesis melalui tahap lesi prakanker yang terdiri dari
Neoplasia intraepitelial serviks (NIS) I, II, dan III. Lesi prakanker NIS I sebagian besar akan
mengalami regresi, sebagian kecil yang berlanjut menjadi NIS II, dan kemudian berlanjut
menjadi kanker invasif serviks uterus. Penemuan dan pengobatan lesi prakanker akan
mencegah terjadinya kanker serviks. Penurunan kejadian kanker serviks di Negara maju
disebabkan karena pencegahan sekunder kanker serviks berjalan dengan baik; meliputi
deteksi dini dengan pap smear yang dilanjutkan dengan terapi lesi prakanker akan
menurunkan kejadian kanker serviks. Pencegahan primer kanker serviks adalah upaya
mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi. Salah satu bagian dari pencegahan primer
adalah memberikan vaksin HPV, pemberian vaksinasi HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.
Tujuan tulisan ini adalah membahas pencegahan kanker serviks uteri, terutama
memperkenalkan pencegahan primer dengan pemberian vaksin HPV risiko tinggi.1
Klasifikasi 2
HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi :
Familia : Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies : Human Papillomavirus
Morfologi Papilloma Virus2
HPV pada adenokarsinoma jenis musinosum, intestinal, endometrioid adalah 91% dan jenis
adenoskuamosa 100%. Sedangkan pada subtype nonmusinous, clear cell, serous dan
mesonefrik tidak dijumpai infeksi HPV. Kejadian HPV tipe 16, 18, 45, 52, dan 35 adalah
berturut-turut 50%, 40%, 10%, 2% dan 1%.
HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sejumlah 70% kanker serviks, sedangkan tipe 16,
18, 33, 45, 31, 58, 52, dan 35 ditemukan pada sejumlah 90% kanker serviks. Tiga belas tipe
HPV (16, 18, 31, 58, 33, 52, 35, 51, 56, 45, 39, 66, 6), pada metaanalisis, dijumpai pada
HSIL. Pada LSIL ditemukan HPV tipe 16 (26%), 31 (12%), 51 (11%), 53 (10%). 56 (10%),
52 (9%), 18 (9%), 66 (9%), 58 (8%), dan tipe lainnya 5%.
Infeksi laten HPV5-6
Infeksi laten HPV adalah infeksi yang diketahui dengan terdapatnya DNA HPV tanpa
ditemukan kelainan baik makroskopik ataupun mikroskopik, secara sitologi maupun
histologi. Infeksi laten berbeda dengan infeksi subklinik infeksi yang tidak diketahui dengan
pemeriksaan klinik, tetapi dibuktikan dengan sitologi ataupun histologik. DNA HPV
memegang peranan penting timbulnya rekurensi pascaterapi lesi prakanker. Terapi destruksi
baik dengan krioterapi maupun kauterisasi elektrik atau laser mampu memperbaiki kelainan
sel yang terjadi, tetapi seringkali tetap meninggalkan DNA HPV. Keberadaan DNA HPV atau
HPV persisten menyebabkan timbulnya rekurensi pascaterapi.
Pencegahan5-6
Infeksi HPV risiko tinggi merupakan penyebab terjadinya kanker serviks, sehingga
tindakan skrining mengalami pergeseran yang semula ditujukan untuk pencegahan sekunder
bergeser untuk tujuan pencegahan primer. Mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi
merupakan pencegahan primer dan dianggap lebih penting, karena pencegahan sekunder
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN),
2. terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pencegahan sekunder seringkali
menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien, dan
3. pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya manusia dan alat yang
kurang.
Pencegahan primer hanya mungkin dilakukan dengan deteksi terjadinya infeksi HPV
risiko tinggi terlebih dahulu. Identifikasi terjadinya infeksi HPV risiko tinggi dapat dilakukan
dengan Hybrid Capture (HC) atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Selain itu,
berbagai macam cara mendeteksi HPV, antara lain dengan Vira Pap, Vira Type, dan HPV
Profile. Dengan metode-metode tersebut dapat diidentifikasi kelompok HPV risiko rendah
(HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan 44), dan risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, 31, 33 , 35, 39, 45, 51,
52, 56 dan 58).
Pemeriksaan HC dinilai lebih mudah dilakukan dalam program skrining karena
mampu mendeteksi LSIL, ASCUS dan HSIL secara lebih sensitif dibandingkan dengan
pemeriksaan pap smear, walaupun dengan spesifisitas yang lebih rendah. Sensitivitas HC
pada NIS I, HSIL dan kanker adalah sebesar 51,5%, 89,3% (85,2-96,5%), dan 100%,
berturut-turut, dengan spesifisitas 87,8% (81-95%). Secara keseluruhan sensitivitas HC
dibandingkan dengan pemeriksaan pap smear lebih tinggi 23% (untuk NIS I sebesar 11% dan
untuk NIS II-III sebesar 8%), dan spesifisitas HC lebih rendah 6% dibandingkan dengan pap
smear. Sensitivitas gabungan HC dan pap smear akan meningkatkan sensitivitas sampai
39%, dan spesifisitas tetap lebih rendah 7%.
Vaksinasi HPV4-9
US CDC (Center For Disease Conttrol and Prevention) dan US ACIP (Advisory
Committee on Immunization Practices) menganjuran pemberian vaksin HPV ini pada
saat remaja berusia 11 12 tahun, meskipun vaksinasi ini juga sudah bisa dimulai pada saat
baru berusia 9 tahun.
Vaksin HPV ini tetap akan berguna bagi golongan wanita (juga pria) yang telah
dewasa dan telah berhubungan seksual, alasannya pertama, bahwa seringkali infeksi HPV ini
telah berhasil diatasi oleh sistim imunologi tubuh kita, sehingga tidak lagi ada virus HPV
dalam tubuh kita, alasan kedua, meskipun bagi segolongan kecil yang kurang beruntung,
dimana virus HPV tetap bertahan dalam jaringaN tubuhnya, dengan pemberian vaksin HPV,
maka orang tersebut akan dilindungi
menghindarkan dia dari infeksi virus HPV dari jenis serotype yang lain kedalam tubuhnya.
Pada awalnya vaksin HPV hanya di-indikasikan untuk gadis remaja dan wanita saja,
namun dari data epidemiologi tentang kutil genital, kanker serviks, kanker anus, kanker penis
dan kanker mulut dan tengggorokan baik pada wanita juga pria, maka baru baru ini, vaksin
HPV juga sangat dianjurkan oleh US CDC dan US ACIP untuk diberikan kepada anak dan
remaja pria mulai dari usia 11 12 tahun. Vaksin HPV juga direkomendasikan untuk wanita
sejak 26 tahun dan pria berusia 21 tahun, dimana vaksinasi HPV mereka tidak lengkap 3
dosis atau mereka belum pernah diberikan vaksin HPV ini.
Vaksin HPV Yang Beredar dan Perbedaannya :
Nama Vaksin
Gardasil
Pembuat Vaksin
Merck
Cervarix
Keterangan
GlaxoSmithKline
HPV 6 20 mg
HPV 11 20 mg
90% kutil
ano-genital
disebabkan
oleh HPV6
dan HPV11
HPV 16 20 mg
HPV 18 20 mg
HPV 16 20 mg
HPV 18 20 mg
Zat Adjuvant
Aluminium
ASO4
Dibuat dari
Sel ragi
Saccharomycescervevisiae
Jadwal
Imunisasi/Vaksinasi
0, 2 , 6 bulan
0, 1, 6 bulan
70% kanker
serviks oleh
HPV16 dan
HPV18
Kedua jenis vaksin HPV ini terdiri 3 dosis lengkap, dengan interval waktu pemberian
dosis ke2 diberikan dengan selang waktu 1 2 bulan setelah pemberian dosis ke1, dan
dosis ke3 diberikan dengan selang waktu atau jedah 6 bulan setelah pemberian dosis ke1.
Jadwal untuk jenis vaksin HPV4 (Gardasil) adalah 0, 2 dan 6 bulan (lihat tabel diatas)
Jadwal untuk jenis vaksin HPV2 (Cervarix) adalah 0, 1 dan 6 bulan (lihat tabel diatas)
Seringkali karena sesuatu hal atau kondisi tertentu, sehingga kita ingin mempercepat
pemberian vaksinasi HPV ini, untuk tujuan tersebut, juga telah disepakati jadwal pemberian
vaksinasi HPV dengan waktu interval antara dosis yang dipersingkat, seperti dibawah ini :
Untuk jadwal pemberian yang dipercepat (immunization schedule with minimum interval) :
Selang waktu minimal antara dosis ke1 dan pemberian dosis ke2 adalah 4 minggu.
Sedangkan waktu interval minimal antara dosis ke2 dan dosis ke3 adalah 12 minggu.
Atau minimal interval antara dosis ke1 dan dosis ke3 adalah 24 minggu
Satu hal yang ditekakan adalah, untuk remaja puteri dan wanita, sedapatnya mempergunakan
jenis vaksin HPV dengan nama dagang yang sama waktu melengkapi program vaksinasinya.
Dalam situasi tertentu yang tidak memungkinkan, misalnya jenis vaksin tersebut tidak
tersedia, baru mempergunakan vaksin HPV yang tersedia untuk melengkapi jadwal dan
program vaksinasi HPV ini pada remaja puteri dan wanita. Namun hal ini tidak perlu sampai
harus mengulang seluruh jadwal program vaksinasi HPV tersebut.
Efek samping dari pemberian vaksin HPV :
1.
2.
3.
4.
5.
Reaksi loKal pada daerah yang disuntik, terasa sakit, merah dan bengkak
Demam ringan
Sakit kepala
Pingsan ( sangat jarang terjadi )
Sulit bernafas ( sangat jarang terjadi )
Kesimpulan
HPV risiko tinggi merupakan karsinogen kanker serviks uteros. Vaksin HPV adalah
vaksin HPV kapsid L1 tipe 16 dan 18, dan pemberian vaksin bertujuan mencegah infeksi
HPV tipe 16 dan 18 (vaksinasi profilaksis). Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap
infeksi HPV sebesar 89%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parkin DM, Bray F. The burden of HPV-related cancers. Vaccine 2006;24:11-25.
LEMBAR PENGESAHAN
Vaksinasi HPV
Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal
Pembimbing
Health Education
VAKSINASI HPV
Oleh :
Febbyola Sendi Moniaga
13014101297
Pembimbing :
NRI
: 13014101297
Agustus 2014
Nama
Alamat
TTD
Pembimbing,