Disusun Oleh:
Nama
: Sari Istianingsih
Nim
: SR 122060769
Kelas
: II A
Smester : IV (empat)
KATA PENGANTAR
berkat
rahmat-Nya
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
Sari Istianingsih
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah.
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Pemeriksaan diagnostic
Komplikasi
Asuhan keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Cedera medula spinalis adalah cedera mengenai cervicalis,
vertebralis dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan
lalu lintas, kecelakakan, olah raga. ( Sjamsuhidayat, 2004).
Penyebab trauma pada tulang belakang yang banyak terjadi salah
satunya pada pekerja yaitu di kalangan pekerja kasar yang tidak
memperhatikan keselamatan kerja, prosedur atau cara kerja yang salah,
serta kelalaian dan kurangnya kewaspadaan terhadap pekerjaan cedera
sehingga menyebabkan jatuh dari ketinggian atau tertimpa benda-benda
keras pada tulang yang mengakibatkan susunan tulang belakang
mengalami kompresi dan menyebabkan fraktur. Fraktur kompresi terjadi
karena adanya tenaga muatan aksial yang cukup besar sehingga
mengurangi daya protektif dari diskus intervertebralis dan adanya dispersi
fragmen-fragmen tulang serta akan menimbulkan gangguan neurologi.
Sebuah studi menyebutkan bahwa 10% kasus patah tulang
belakang terjadi pada segmen thorakal, 4% pada segmen thorako-lumbal,
dan 3% pada lumbal yang disertai dengan kerusakan neurologis. Tingkat
insiden medulla spinalis di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih
kurang 30 hingga 32 kasus setiap satu juta penduduk atau 3000 hingga
9000 kasus baru tiap tahunnya. Ini tidak termasuk orang yang meninggal
dalam 24 jam setelah cedera. Prevalensi diperkirakan mencapai 700
hingga 900 kasus tiap satu juta penduduk (200.000 hingga 250.000 orang).
Enam puluh persen yang cedera berusia antara 16 sampai 30 tahun dan
80% berusia antara 16 sampai 45 tahun. Laki-laki mengalami cedera
empat kali lebih banyak daripada perempuan. Faktor etiologi yang paling
sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%), terjatuh (21,5%),
luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga, biasanya
menyelam (13,4%). Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi.
Tingkat neurologi yang paling sering adalah C4, C5, dan C6 pada spina
servikalis, dan T- 12 atau L-1 pada sambungan torakolumbalis.
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan klien dengan
kelainan saraf tulang belakang
-
Tujuan Khusus
Diharapkan perawat dapat menambah khasanah pengetahuan pasien
dengan kelainan saraf tulang belakang. Dan mengetahui:
Definisi kelainan saraf tulang belakang
Etiologi kelainan saraf tulang belakang
Patofisiologi kelainan saraf tulang belakang
Manifestasi Klinis kelainan saraf tulang belakang
Penatalaksanaan kelainan saraf tulang belakang
Pemeriksaan diagnostic kelainan saraf tulang belakang
Komplikasi kelainan saraf tulang belakang
Asuhan keperawatan kelainan saraf tulang belakang
C. Rumusan Masalah
- Apa Definisi dari kelainan saraf tulang belakang
- Apa Etiologi kelainan saraf tulang belakang
- Apa Patofisiologi kelainan saraf tulang belakang
- Bagaimana Manifestasi Klinis kelainan saraf tulang belakang
- Bagaimna Penatalaksanaan kelainan saraf tulang belakang
- Apa saja Pemeriksaan diagnostic kelainan saraf tulang belakang
- Apa Komplikasi kelainan saraf tulang belakang
- Bagaimana suhan keperawatan kelainan saraf tulang belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari
leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7
buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sacral. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian
syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan
mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan
yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi
motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok
spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang
belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai dengan:
1. Kelumpuhan flasid
2. anesthesia
3. arefleksi
4 Hilangnya prespirasi
5. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih
6. Priapismus
7. bradikardi dan hipotensi.
Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi.
Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena
tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih
dan gangguan defekasi.
Sindrom sumsum
belakang
bagian
depan
menunjukkan
MRI
Kombinasi antara foto polos, CT Scan dan MRI, memungkinkan
kita bisa melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan lunak
(ligamen, diskus dan medula spinalis).
d.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Identitas klien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga.
Pemeriksaan fisik.
Pernapasan.
Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi
pemapasan, retraksi interkostal, dan pengembangan paru tidak simetris.
Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang
lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga toraks.
Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabila
trauma terjadi pada toraks/hematoraks.
Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi,
stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan
Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang
pusing
saat
melakukan
perubahan
posisi,
dan
Persyarafan
tingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons terhadap
fungsi
serebral.
Pemeriksaan
dilakukan
dengan
- Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata dan pupil isokor.
- Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada
kelainan
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
tidak
efektif
b.d
penumpukan
Intervensi
Rasinal
1. Kaji mobilitas yang 1. Mengetahui
ada
dan
tingkat
observasi
terhadap peningkatan
melakukan aktifitas
2. Menurunkan
resiko
kerusakan.
Kaji
motorik
2. Ubah posisi klien tiap
2 jam
3. Ajarkan klien untuk
melakukan
gerak
latihan
aktif
pada
ekstremitas
yang
tidak sakit
4. Lakukan gerak pasif
pada ekstremitas yang
sakit
5. Inspeksi kulit bagian
distal
setiap
hari.
kulit
dan
Pantau
membran
mukosa
terhadap
tertekan
3. Gerakan aktif memberikan
massa, tonus dan kekuatan
otot
serta
fungsi
memperbaiki
jantung
dan
pernapasan
4. Otot
volunter
kehilngan
kekuatannya
akan
tonus
dan
bila
tidak
sirkulasi
hilangnya
sensasi
dan
risiko
kemungkinan
iritasi,kemerahan atau
DX-2
DX-3
komplikasi imobilisasi
lecet
1. Kaji pola berkemih, 1. Mengetahui fungsi ginjal
2. Menilai perubahan akibat
dan catat produksi
dari inkontinensia urine
urine tiap 6 jam
3. Membantu
2. Palpasi kemungkinan
mempertahankan
fungsi
adanya
distensi
ginjal
kendung kemih
4. Membantu
proses
3. Anjurkan klien untuk
pengeluaran urine
minum 2000 cc/hari
4. Pasang well kateter
1. Pertahankan
tirah 1. Meminimalkan rangsang
baring dan imobilisasi
sesuai indikasi
2. Gunakan bantal air
tulang
dengan
dibawah
daerah-daerah
menonjol
3. Evaluasi
terhadap
yang
pembebat
resolusi
menonjol
3. Bila fase
edema
telah
longgar
dapat
edema
terjadi
4. Kolaborasi pemberian 4. Antibiotik bersifat bakteobat antibiotika
5. Evaluasi tanda/gejala
perluasan
riosida/baktiostatika untuk
membunuh/menghambat
cedera
perkembangan kuman
jaringan (peradangan 5. Penilai
perkembangan
lokal/sistemik, seperti
peningkatan
nyeri,edema,demam)
masalah klien
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher
sampai ke selangkangan.
Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis,
vertebra, dan lumbal akib\at trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu
lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya. (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98)
Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu
atau
lebih
tulang
vertebra
sehingga
mengakibatkan
defisit
neurologi
( Sjamsuhidayat, 1997).
Menurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera medula
spinalis dalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
REFERENSI
MUTTAQIN,Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8 volume 3, EGC, Jakarta