Anda di halaman 1dari 3

Etnofarmakologi di abad ke-20

Pada pertengahan abad pertama telah ditemukan ilmu biologi dan farmasi. Hanya dengan
munculnya antibiotik pada abad ke-20 dan difokuskan kembali pada penelitian di bidang farmasi
yang dulunya dianggap kurang penting. Namun, ilmu ini dikembangkan kembali dengan adanya
penelitian yang dilakukan oleh R. Gordon Wasson, yang kemudian dimasukkan ke dalam bidang
etnofarmakologi. Wasson dan Valentina Pavlovna Guercken melakukan penelitian pada jamur
dan tanaman halusinogen. Mereka mengetahui jamur Psilocybe spp. dari seorang penyembuh,
Maria Sabina saat mengikuti velada. Studi fitokimia menunjukkan bahwa aktivitas farmakologi
berasal dari alkaloid yang relatif sederhana, terutama psilocybin dan psilocin. Berikut struktur
kimia dari psilocybin dan psilocin.

Ethnopharmacology dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention Rio)


Setiap penelitian etnofarmakologi akan melibatkan penggunaan sumber daya hayati dari
suatu negara yang didasarkan pada perjanjian internasional dan bilateral. Yang paling penting
dari

ini

adalah

Konvensi

Keanekaragaman

Hayati

yang

dapat

lihat

di

http://www.biodiv.org/chm/conv.htm), yang secara khusus melihat pada hak dan tugas-tugas


yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati di tingkat internasional. Tujuan Konvensi ini
yaitu konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan berkelanjutan komponen-komponennya
dan pembagian yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik, termasuk melalui
akses yang memadai terhadap sumber daya genetik dan transfer teknologi yang tepat guna.
Prinsip-prinsip dasar akses yang diatur dalam pasal 5:
Berdasarkan Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk
memanfaatkan sumber daya harus sesuai dengan kebijakan lingkungannya, dan bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa kegiatan yang akan dilakukan tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan di negara lain atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional.

Sekarang negara-negara yang menyediakan sumber daya untuk penelitian pengembangan


produk alami dan obat-obatan juga telah menetapkan hak menguntungkan negara tersebut,
misalnya berbagi manfaat berpotensi yang timbul dari penelitian. Perizinan sumber daya yang
dibahas dalam pasal 15 sangat penting untuk memahami peran etnofarmakologi dalam
pengembangan obat dan aktivitas lain yang dapat menghasilkan produk ekonomis penting :
15.1

Mengakui hak berdaulat Negara atas sumber daya alamnya, kewenangan untuk

menentukan perizinan ke sumber daya genetik terletak pada pemerintah nasional dan
tunduk pada perundang-undangan nasional.
15.2
Akses ke sumber daya genetik dikenakan persetujuan terlebih dahulu dari pihak
yang menyediakan sumber daya tersebut, kecuali ditentukan lain oleh Pihak tersebut
15.3
Masing-masing pihak kontraktor harus mengambil legislatif, administratif atau
kebijakan mengukur... dengan tujuan berbagi dalam cara yang adil dan hasil penelitian
dan pengembangan serta manfaat yang timbul dari komersial pemanfaatan sumber daya
genetik dengan pihak kontraktor menyediakan sumber daya tersebut. Hal tersebut harus
disepakati sesuai dengan persayaratan.
Ethnopharmacology dan bioprospecting
Sejumlah penelitian yang berhubungan dengan obat dan tanaman berkhasiat serta
senyawa bioaktif yang dikandung harus memiliki konsep dan metodologi. Berbagai ilmu yang
digunakan dalam penelitian tersebut antara lain antropologi, farmakologi, farmakognosi, biologi,
kimia, toksikologi dan fisiologi tumbuhan. Dalam hal untuk mengetahui keakuratan analisis
dalam penelitian, digunakan dua konsep dan metodologi yang berbeda namun masih terkait,
yaitu bioprospecting dan etnofarmakologi. Bioprospecting berfokus pada pengembangan obat
baru untuk pasar besar di negara-negara maju. Produk farmasi baru yang berpotensi digunakan
sebagai obat dikembangkan berdasarkan sifat biologi dan kimia dari ekosistem yang berbada di
bumi dan penelitian tersebut membutuhkan dana yang besar. Tahap penelitiannya yaitu
pengumpulan sampel biogenik (tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme lainnya serta hewan),
analisis aktivitas biologis-farmakologis dan mempelajari produk yang secara alami dihasilkan
oleh mikroorganisme untuk mengembangkan template obat atau obat baru. Hal penting dalam
penelitian ini adalah sistem screening yang canggih dimana hal tersebut dilakukan oleh
perusahaan farmasi internasional. Perpustakaan besar senyawa (dan kadang-kadang ekstrak)
melakukan screening untuk mengetahui aktivitas biologisnya terhadap atrget spesifik.

Keanekaragaman dari turunan produk adalah salah satu sumber penelitian ini. Rata-rata setiap
perusahaan melakukan 500.000 kali screening setiap minggunya untuk menentuka satu target.
Dengan demikian perusahaan tersebut haruslah memiliki senyawa kimia yang beragam dan
banyak untuk melakukan penelitian tersebut.

Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan secara etnofarmakologi. Studi
etnobotani umumnya menghasilkan dokumentasi tentang tanaman yang berkhasiat (sebagian
besar obat, tetapi juga ada yang toksik atau dapat digunakan sebagai nutrisi). Tujuan dari
pendekatan secara etnofarmakologi yang penting adalah untuk mengembangkan informasi yang
diperoleh dari masyarakat lokal. Oleh karena itu sangat penting untuk mendapatkan informasi
tentang senyawa bioaktif dari tanaman ini, efek yang dimiliki (termasuk efek sinergis atau efek
antagonis), profil toksikologi dari ekstrak dan konstituennya. Untuk menggambarkan bagaimana
pendekatan ini dapat digunakan dalam penelitian maka awal mulanya yaitu:
Manusia purba, dihadapkan dengan beragam penyakit, ditemukan bahan dalam tumbuhan
ataupun hewan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Pengetahuan
empiris tentang senyawa obat dan potensi ketoksikannya dilakukan secara lisan saja dan
akhirnya dituliskan dalam buku materia medica. Banyak obat yang berharga era ini (misalnya
atropin, efedrin, tubocurrarine, digoxin, reserpin) dan potensi beracun mereka diceritakan secara
lisan hingga akhirnya dijelaskan dalam buku materia medica. Banyak obat yang berharga hari ini
(misalnya atropin, efedrin, tubokurarin, digoxin, reserpin) digunakan sebagai obat tradisional
awalnya. Kimiawan kemudian menggunakan turunan obat dari tanaman (misalnya morfin,
physostigmine, quinidine, teofilin, emetine) sebagai prototipe untuk mengembangkan oabt yang
lebih efektif tapi kurang toksik..

Anda mungkin juga menyukai