Adnan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penyimpanan Buah Duku Terolah
Minimal Dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi adalah karya saya sendiri
dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini. Hasil penelitian berupa gambar, tabel, listing program dan analisis
penulis boleh dikutip untuk kepentingan non komersial dengan menyebutkan
sumbernya.
Bogor, September 2006
Adnan
NRP F051040101
ABSTRACT
ADNAN. Minimally Processed Lanzone Under Modified Atmosphere Packaging
(MAP) Storage. Under the direction of HADI K. PURWADARIA and USMAN
AHMAD
Minimally processed lanzone is an alternative to serve fresh lanzone. The
research objective was to determine appropriate modified atmosphere packaging
condition that can extend the shelf life of minimally processed lanzone. The
results indicated that appropriate atmosphere composition for storing minimally
processed lanzone were 9-11% O2 and 4-6% CO2 at 15 0C. Minimally processed
lanzone was suggested to be prepared in the form of half peeled in lattitude
direction, kept in a stretch film packaging and stored at 15 0C. In this MAP, the
minimally processed lanzone was able to maintain its quality in two day storage.
RINGKASAN
ADNAN. Penyimpanan Buah Duku Terolah Minimal Dalam Kemasan Atmosfer
Termodifikasi. Dibimbing oleh HADI K. PURWADARIA dan USMAN
AHMAD.
Buah duku terolah minimal dapat dijadikan alternatif penyajian dari buah
duku segar. Kulit buah duku yang diolah secara minimal dikupas sebagian atau
seluruhnya sehingga konsumen dapat melihat secara langsung mutu daging buah.
Penerapan metode seperti ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepuasan
konsumen karena dapat mengetahui secara langsung mutu daging buah duku yang
akan dikonsumsinya serta mengurangi susut pascapanen akibat pencoklatan kulit
buah.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik laju respirasi buah duku
terolah minimal pada beberapa tingkat suhu penyimpanan (15 0C, 20 0C dan suhu
ruang) dan bentuk buah terolah minimal, menentukan komposisi atmosfer
termodifikasi dan suhu penyimpanan, memilih jenis film kemasan atmosfer
termodifikasi, serta menentukan umur simpan buah duku terolah minimal dalam
kemasan film terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan laju respirasi buah duku terolah minimal yang
terendah terjadi pada suhu 15 0C. Laju respirasi pada suhu tersebut untuk buah
duku setengah kupas melintang adalah 58.39 CO2 ml/kg.jam dan 53.07 O2
ml/kg.jam; buah duku setengah kupas membujur adalah 50.51 CO2 ml/kg.jam dan
47.41 O2 ml/kg.jam; serta buah duku kupas penuh adalah 53.56 CO2 ml/kg.jam
dan 49.37 O2 ml/kg.jam. Berdasarkan pola respirasi, buah duku utuh dan terolah
minimal tergolong buah klimakterik. Komposisi atmosfer yang disarankan untuk
penyimpanan buah duku terolah minimal adalah 9-11 % O2 dan 4-6 % CO2. Jenis
kemasan stretch film menghasilkan mutu buah duku terolah minimal yang lebih
baik daripada kemasan polipropilen.
Buah duku setengah kupas melintang mempunyai mutu yang lebih baik
dibandingkan perlakuan buah terolah minimal lainnya yaitu buah duku setengah
kupas membujur dan buah duku kupas penuh. Rancangan kemasan buah duku
terolah minimal setengah kupas melintang dalam stretch film beralas styrofoam
pada suhu 15 0C dengan berat buah berkisar 7.42-16.41 kg/m2 alas kemasan akan
mencapai masa simpan 2 hari.
Adnan
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magster Sains pada
Program Studi Teknologi Pascapanen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Ketua Program Studi
Teknologi Pascapanen
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Buah duku (Lansium domesticum Corr.) merupakan salah satu buah tropis
yang digemari konsumen karena mempunyai cita rasa yang unik dan hanya
terdapat pada saat tertentu saja. Permasalahan pascapanen yang dihadapi oleh
komoditi buah duku adalah warna kulit buah cepat berubah menjadi berwarna
coklat dalam waktu 4-5 hari setelah panen dan menjadi tidak laku lagi jika
dipasarkan. Konsumen cenderung menolak buah duku setelah terjadinya
perubahan warna tersebut. Penyajian buah duku dalam bentuk buah duku terolah
minimal yang disimpan dalam kemasan atmosfer termodifikasi pada penelitian ini
dicoba dieksplorasi untuk menyiasati penolakan konsumen. Teknologi pascapanen
ini diharapkan dapat mengurangi kehilangan pascapanen yang disebabkan oleh
perubahan warna kulit tersebut dengan membuang bagian kulit buah duku
sehingga konsumen dapat melihat langsung kualitas buah yang akan dibelinya.
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas alternatif penggunaan teknologi
pascapanen untuk memperkecil kehilangan pascapanen duku pada khususnya dan
komoditi hortikultura pada umumnya.
Segala puja dan puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
mempermudah segala kesulitan selama menyelesaikan kuliah dan tesis. Diantara
sebagian pertolongan-Nya adalah dengan mengirim orang-orang yang banyak
berjasa sehingga penulis dapat meraih gelar M.Si yaitu: nenekku (alm.) Washilah
Al-Hasyimi yang telah banyak berdoa untuk penulis, orangtua Umaya Albahry
dan Duratun Baisa serta Sofyan Abdul Aziz dan Farida Albahry yang telah bahumembahu membiayai penulis selama kuliah dan penelitian serta dukungan lahir
batinnya; Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, IPm dan Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr
yang telah bersedia membimbing dan membuka wawasan pengetahuan penulis
serta mendorong tesis ini selesai tepat waktu; Dr. Ir. Suroso yang telah bersedia
menguji dan memberi masukan untuk perbaikan tesis; Bapak Sulyaden yang telah
membagi pengetahuan selama penelitian di laboratorium; kandidat doktor Ir.
Kudrat Sunandar, MT yang telah mendokumentasikan serta mencari sumber
pohon duku dari sejak awal penelitian serta persahabatan selama kuliah; kandidat
doktor Herfiani Rizkia, M.Si yang telah merelakan waktunya serta dukungan
Adnan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1980 dari ayah
Umayah Lutfi Albahry dan ibu Duratun Baisa, merupakan putra kedua dari dua
bersaudara. Penulis lulus dari SMUN 50 Jakarta tahun 1999 dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
diterima menjadi mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya
Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2003 penulis lulus dengan mendapat
gelar Sarjana Pertanian dengan skripsi berjudul: Pengaruh Pupuk Nitrogen dan
Perambatan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Daun Saga Manis (Abrus
precatorius L.). Selanjutnya pada tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa
pascasarjana Program Studi Teknologi Pascapanen Sekolah Pascasarjana IPB.
Selama masa kuliah S1 penulis mengikuti organisasi Himagron, BEM
Faperta dan IAAS serta terlibat pada berbagai panitia kegiatan. Penulis magang
kerja di nursery Klub Golf Bogor Raya tahun 2001 dan menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar-dasar Agronomi tahun 2002. Pada tahun 2003 Penulis
mendapat kepercayaan untuk bekerjasama dalam team asisten industry review
LMAA IPB untuk komoditas lidah buaya (Aloe vera) kemudian bergabung
sebagai asisten tim tenaga ahli cabai merah yang bekerja sama dengan LPPM IPB
dan PT Heinz ABC tahun 2005 untuk mengembangkan komoditi tersebut di
daerah Sragen, Jawa Tengah.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................
ii
ABSTRACT ...................................................................................................
iii
vi
viii
ix
xii
xiii
xvi
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
1
1
5
6
6
6
7
8
10
11
12
13
15
17
19
19
19
20
20
20
20
21
22
22
22
ix
23
23
24
24
24
24
25
25
26
26
27
27
35
35
36
37
39
40
41
43
44
45
46
47
48
49
50
50
51
52
53
53
54
62
62
62
64
LAMPIRAN ....................................................................................................
69
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Ekspor komoditas hortikultura tahun 2002-2004 ......................................
17
31
36
37
38
39
12 Berat duku utuh dan terolah minimal yang dapat dikemas dalam
kemasan stretch film ..................................................................................
42
13 Berat duku utuh dan terolah minimal yang dapat dikemas dalam
kemasan polipropilen .................................................................................
42
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kurva beberapa film kemasan dan udara (Gunadnya, 1993) ....................
16
21
3 Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 15 0C ..................................................................
28
28
5 Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 20 0C ..................................................................
29
29
7 Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu ruang ..................................................................
30
30
9 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang selama
penyimpanan pada suhu 15 0C ..................................................................
34
10 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang selama
penyimpanan pada suhu 20 0C ..................................................................
34
11 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang selama
penyimpanan pada suhu ruang ..................................................................
35
41
13 Grafik perubahan konsentrasi CO2 dan O2 pada kemasan stretch film ....
44
44
45
xiii
16 Perubahan total padatan terlarut buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan film ...................................................................................
46
17 Perubahan total asam buah duku utuh dan terolah minimal dalam
kemasan film .............................................................................................
48
18 Perubahan kecerahan kulit buah duku utuh dan terolah minimal dalam
kemasan film selama penyimpanan suhu 15 0C ........................................
49
19 Perubahan kecerahan daging buah duku utuh dan terolah minimal dalam
kemasan film selama penyimpanan suhu 15 0C ........................................
50
51
21 Perubahan kesukaan aroma pada uji organoleptik duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan film ....................................................................
52
22 Perubahan kesukaan rasa pada uji organoleptik duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan film ....................................................................
52
23 Perubahan kesukaan warna kulit buah pada uji organoleptik duku utuh
dan terolah minimal dalam kemasan film .................................................
53
54
54
26 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari ke-0
dalam kemasan terpilih ..............................................................................
57
27 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari ke-1
dalam kemasan terpilih ..............................................................................
57
28 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari ke-2
dalam kemasan terpilih ..............................................................................
58
29 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari ke-3
dalam kemasan terpilih ..............................................................................
58
30 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari ke-4
dalam kemasan terpilih ..............................................................................
59
31 Mutu kulit dan daging buah duku utuh dan terolah minimal pada hari
ke-0 ............................................................................................................
59
xiv
32 Perubahan mutu kulit buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan dalam kemasan stretch film .................................................
60
33 Perubahan mutu kulit buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan dalam kemasan polipropilen ...............................................
60
34 Perubahan mutu daging buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan dalam kemasan stretch film .................................................
61
35 Perubahan mutu daging buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan dalam kemasan polipropilen ...............................................
61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Listing bahasa Basic untuk program pengolah citra .................................
70
73
3 Tabel laju respirasi duku utuh dan terolah minimal pada suhu 15 0C,
20 0C dan suhu ruang (ml/ kg.jam) ............................................................
75
4 Analisis ragam dan uji lanjut laju respirasi rata-rata CO2 duku utuh dan
terolah minimal (ml CO2/ kg.jam) .............................................................
76
5 Analisis sidik ragam dan uji lanjut laju respirasi rata-rata O2 duku utuh
dan terolah minimal (ml O2/ kg.jam) .........................................................
77
78
78
79
79
10 Tabel perubahan konsentrasi CO2 dan O2 (%) buah duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih ........................................
80
11 Tabel perubahan kekerasan (kgf) buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih ..................................................................
81
12 Tabel perubahan total padatan terlarut (%Brix) buah duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih ........................................
81
13 Tabel perubahan total asam (ml NaOH 0.1 N/100 gram) buah duku utuh
dan terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih .................................
81
14 Tabel perubahan kecerahan kulit buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih ..................................................................
82
15 Tabel perubahan kecerahan daging buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih ..................................................................
82
xvi
16 Rekapitulasi sidik ragam uji hedonik buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih ....................................................
83
17 Tabel hasil uji hedonik kekekerasan buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih ....................................................
84
18 Tabel hasil uji hedonik aroma buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih ..................................................................
84
19 Tabel hasil uji hedonik rasa buah duku utuh dan terolah minimal dalam
kemasan plastik terpilih .............................................................................
84
20 Tabel hasil uji hedonik warna kulit buah buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih ....................................................
85
21 Tabel hasil uji hedonik warna daging buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih ....................................................
85
22 Tabel hasil uji hedonik keseluruhan buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih ....................................................
85
xvii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas hortikultura merupakan salah satu hasil pertanian yang memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi. Perkembangan volume dan nilai perdagangan
tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan dan aneka tanaman yang termasuk
dalam komoditas hortikultura berfluktuasi setiap tahunnya. Volume ekspor buahbuahan pada tahun 2004 adalah sebanyak 210 182 344 kg, setara dengan nilai
US$ 122 836 691 yang merupakan 61.3% dari total nilai ekspor komoditas
hortikultura. Sedangkan volume impor buah-buahan adalah sebanyak 393 353 172
kg, setara dengan nilai US$ 224 589 553 yang merupakan 61.7% dari total nilai
impor komoditas hortikultura. Perubahan volume dan nilai ekspor dan impor
komoditas hortikultura tahun 2002-2004 secara lebih lengkap ditampilkan pada
Tabel 1 dan 2.
2004
2002
2003
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
(kg)
(US$)
(kg)
(US$)
(Kg)
(US$)
Tanaman hias
19,906
12,134
14,672
13,872
15,428
14,446
Sayur-sayuran
157,569
56,943
133,042
59,240
114,855
59,466
Buah-buahan
225,368
138,373
189,648
131,501
210,182
122,837
Aneka tanaman
2,163
2,211
2,775
3,341
3,669
3,631
Total Ekspor
405,006
209,661
340,137
207,954
344,134
200,380
Sumber: Departemen Pertanian, 2005.
Satuan volume dalam 1000 kg, satuan nilai dalam 1000 US$
Komoditas
2002
2003
2004
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
(Kg)
(US$)
(Kg)
(US$)
(Kg)
Tanaman hias
808
1,020
819
1,152
897
Sayur-sayuran
372,692
115,244
373,461
114,951
434,476
Buah-buahan
274,783
220,253
228,649
195,006
393,353
Aneka tanaman
742
1,904
491
2,232
355
Total Impor
649,025
338,421
603,420
313,341
829,081
Sumber: Departemen Pertanian, 2005.
Satuan volume dalam 1000 kg, satuan nilai dalam 1000 US$
Komoditi
Nilai
(US$)
1,343
136,137
224,590
2,007
364,077
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Provinsi
2001
Produksi
2002
--- ton --4,473
6,433
3,255
7,839
12,247
45,870
2,998
8,945
3,142
95,202
88
9,480
7,619
1,498
5,146
1,673
25,504
830
577
1,407
7,235
3,996
8,365
5,736
25,332
5,536
2,904
41,224
6,604
71
56,339
696
3,143
727
4,566
208,350
2003*
2,496
3,589
1,816
4,374
6,834
25,594
1,673
4,991
1,753
53,120
49
5,290
4,251
836
2,871
933
14,230
463
322
785
4,037
2,230
4,667
3,201
14,135
3,089
1,620
23,002
3,685
40
31,436
388
1,754
406
2,548
116,254
Keterangan
TINJAUAN PUSTAKA
Duku
Manfaat dan Kandungan Kimia
Kajian yang dilakukan oleh Yacoob dan Bamroongrugsa (1992)
menjabarkan kegunaan tanaman duku. Bagian tanaman yang paling banyak
dimanfaatkan adalah buahnya, terutama dikonsumsi sebagai buah segar. Buah
duku yang tidak mengandung biji dapat dikalengkan dalam larutan sirup. Bagian
lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda, keras dan tahan
lama yang dapat digunakan untuk tiang rumah, perabotan dan sebagainya. Kulit
buah yang dikeringkan di Philiphina digunakan untuk mengusir nyamuk. Kulit
buah duku juga bermanfaat untuk mengobati diare karena mengandung oleoresin.
Biji duku digunakan masyarakat malaysia untuk mengobati demam. Kulit kayu
duku dimanfaatkan untuk mengobati disentri dan malaria, sedangkan tepung kulit
kayunya digunakan untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.
Bagian buah duku yang dapat dimakan adalah sekitar 69% dari berat buah.
Karbohidrat dalam buah sebagian besar dalam bentuk gula tereduksi, terutama
dalam bentuk glukosa. Vitamin yang terdapat dalam buah adalah vitamin B1 dan
B2 serta sedikit vitamin C. Nilai energi buah duku adalah 238 kJ/100 g.
Kandungan kimia per 100 g buah lainnya ditampilkan pada Tabel 5 (Yacoob dan
Bamroongrugsa, 1992).
Tabel 5 Kandungan kimia per 100 g buah duku
Kandungan Jumlah
Air
84 g
Protein
*
Lemak
*
Karbohidrat
14.2 g
Serat
0.8 g
Kadar abu
0.6 g
Ca
19 mg
K
275 mg
Keterangan : * ada dalam jumlah yang kecil
Sumber: Yacoob dan Bamroongrugsa (1992)
Panen
Buah duku dipanen dengan cara pohon dipanjat kemudian tandan buah yang
telah matang dipotong menggunakan pisau atau gunting pangkas. Pemotongan
tandan buah dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai tempat menempelnya
tandan dengan pohon, karena kemungkinan pembungaan berikutnya keluar dari
tempat tersebut. Penggunaan tangga dalam praktek pemanenan lebih baik
daripada dengan cara pemanjatan pohon karena kerusakan tunas bunga yang
masih dorman dapat ditekan serendah mungkin. Buah yang dipanen adalah buah
yang telah matang penuh (Yacoob dan Bamroongrugsa, 1992).
Kematangan buah dapat dinilai dari perubahan warna kulit. Pemanenan
buah yang telah matang dapat meningkatkan kualitas buah setelah panen secara
signifikan. Pada umumnya kematangan buah dalam satu tandan hampir
bersamaan. Jika kematangan buah dalam satu tandan tidak bersamaan akan
menyebabkan kesulitan pada saat panen. Buah sebaiknya dipanen pada kondisi
kering, jika dipanen dalam keadaan basah akan menyebabkannya mudah terserang
jamur saat dikemas (Yacoob dan Bamroongrugsa, 1992).
Waktu panen buah singkat, yaitu sekitar 4 bulan di Philiphina dan Thailand
pada bulan Juli-Oktober sampai sekitar 8 bulan di Semenanjung Malaysia pada
bulan Juni-Februari. Tanaman duku dilaporkan cenderung bersifat biennial di
Philiphina. Potensial hasil panen bervariasi. Pohon duku yang berumur 10 tahun
dapat menghasilkan buah sebanyak 40-50 kg dan dapat meningkat menjadi
80150 kg pada umur pohon 30 tahun. Hasil panen maksimum menurut laporan
yang ada mencapai 300 kg/pohon. Rata-rata hasil panen per satuan luas lahan di
Philiphina adalah 2.5 ton/ha. Sedangkan rata-rata hasil panen di Thailand untuk
jenis langsat adalah 3.6 ton/ha dan jenis duku adalah 5.6 ton/ha (Yacoob dan
Bamroongrugsa, 1992).
Penelitian yang dilakukan oleh Sabari (1985) mendapatkan hasil bahwa
kulit buah duku akan berubah warna secara perlahan dari hijau pada saat muda
menjadi berwarna kuning pada saat matang. Buah duku matang berwarna kuning
keabu-abuan atau kuning kecoklatan. Tanda warna ini digunakan secara umum
sebagai tingkat kematangan komersial. Pemanenan biasanya dilakukan pada pagi
hari setelah embun pagi hilang. Jika panen dilakukan terlalu pagi maka akan
banyak butir buah yang pecah. Selain itu kulit buah yang basah lebih cepat
menjadi coklat dan busuk. Sedangkan jika buah dipanen terlalu siang, maka buah
akan cepat kehilangan berat karena penguapan.
Menurut Yacoob dan Bamroongrugsa (1992), duku merupakan buah yang
sangat mudah rusak karena kulit buahnya akan berubah menjadi coklat dalam
waktu 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan dipohonnya selama
beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya juga matang, tetapi walau
masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadi coklat dan dalam
waktu yang singkat tidak akan laku dijual di pasar.
Pascapanen
Sabari (1985) menyarankan sebaiknya buah duku yang telah dipetik ditaruh
di dalam ember plastik atau wadah dari anyaman bambu atau rotan. Wadah yang
telah berisi penuh buah dikerek ke bawah pohon dengan menggunakan seutas tali.
Kemudian buah dikumpulkan dan disortasi di tempat yang tidak terkena sinar
matahari dan diberi alas. Sortasi dilakukan terhadap duku yang telah busuk dan
pecah. Setelah itu buah duku dikemas menggunakan peti kayu atau karton yang
telah diberi alas koran dengan kapasitas 20 kg. Kemasan tersebut disusun di dalam
truk yang biasanya berkapasitas 5 ton untuk diangkut ke daerah pemasaran.
Salah satu simpulan dari penelitian Pedro (1936) adalah penyimpanan buah
duku secepatnya setelah panen dapat meminimalkan kerusakan buah sebanyak
33-66%. Kerusakan buah akan lebih besar jika dilakukan penundaan penyimpanan
selama 2 hari pada suhu kamar. Penelitian yang dilaksanakan oleh Pedro (1936)
tentang suhu penyimpanan buah duku, memberikan hasil kisaran suhu
penyimpanan terbaik adalah 13-15.5 0C. Buah yang matang pada suhu tersebut
dapat bertahan selama 13 hari dengan hanya 9.48% buah yang tidak sesuai kriteria
pasar. Pada suhu di atas atau di bawah kisaran suhu tersebut, buah cepat
mengalami penurunan mutu.
Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Sabari (1985) yang menyatakan
bahwa penyimpanan duku yang baik adalah pada suhu 15 0C serta dalam kantung
plastik yang tertutup. Penyimpanan pada suhu di bawah atau di atas suhu tersebut
serta pada kantung plastik yang terbuka menyebabkan terjadinya pencoklatan kulit
dan susut bobot yang lebih banyak.
Hasil kajian Yacoob dan Bamroongrugsa (1992) menyebutkan bahwa
penyimpanan buah duku pada suhu 15 C dan kelembaban nisbi 85-90% serta
direndam dalam larutan benomil dengan konsentrasi 4g/l memungkinkan buah
bertahan sampai dengan 2 minggu. Simpulan yang didapat dari penelitian Saputra
(1999) adalah penyimpanan duku pada suhu 10-15 0C serta dengan perlakuan
kemasan plastik berlubang-lubang, kejutan panas pada suhu 50 0C selama 10 detik
yang diikuti dengan pencelupan di air dingin pada suhu 10 0C selama 60 detik
serta pelapisan lilin dengan konsentrasi 8% dapat memperpanjang umur simpan
buah antara 14-20 hari.
McGregor (1987) menggolongkan duku dalam kelompok buah yang sensitif
terhadap chilling injury. Kelompok buah tersebut mengalami chilling injury saat
ditransportasikan atau disimpan pada suhu di bawah temperatur yang
direkomendasikan. Kerusakan seringkali baru terlihat pada saat suhu produk
dinaikkan. Duku disarankan untuk disimpan pada suhu 11-14 0C serta pada
kelembaban relatif (RH) 85-90% yang diperkirakan dapat bertahan selama
2 minggu.
Penggunaan batu apung sebagai bahan penjerap KMnO4 atau asam askorbat
serta spon dan batu apung sebagai bahan penjerap KMnO4 dan asam L-askorbat
dapat memperpanjang umur simpan duku. Umur simpan duku dapat diperpanjang
menjadi 8-11 hari lebih lama dengan menggunakan bahan penjerap terebut jika
dibandingkan penyimpanan tanpa kemasan. Penggunaan bahan penjerap tersebut
sama baiknya dengan silica gel dan vermi kulit (Widodo, 2005).
Pola respirasi buah duku matang dengan kulit memperlihatkan buah
tergolong non-klimakterik. Tetapi pola respirasi buah duku yang belum matang
memperlihatkan pola klimakterik. Rata-rata karbondioksida yang dikeluarkan oleh
buah duku akan makin menurun sebanding dengan makin matangnya buah.
Tingkat respirasi juga makin tinggi dengan makin tingginya suhu penyimpanan
(Pedro, 1936).
Sabari (1985) menyatakan bahwa buah duku yang berukuran besar
mencapai puncak respirasi 48 jam setelah panen. Sedangkan duku berukuran
10
Pengolahan Minimal
Definisi pengolahan minimal menurut Fellow (2000) dalam Ohlsson (2002)
adalah tidak hanya mencakup pengawetan makanan tetapi juga mempertahankan
secara luas kualitas nutrisi dan karakter cita rasa dengan mengurangi
11
12
bahkan untuk lebih dari satu minggu maka diperlukan metode pengolahan dan
perlakuan yang lebih baik. Langkah-langkah penyiapan buah terolah minimal
dirangkum sebagai berikut:
1 Kondisi bahan baku yang baik termasuk varietas, penanaman cara panen dan
penyimpanan yang tepat.
2 Penerapan kebersihan, good manufacturing practices (GMP) dan hazards
analitic critical control point (HACCP) yang ketat.
3 Temperatur yang rendah selama melakukan pekerjaan.
4 Pencucian dan atau pembersihan yang hati-hati sebelum dan sesudah
pengupasan.
5 Penggunaan air yang baik dalam melakukan pencucian.
6 Penggunaan bahan aditif yang ringan selama pencucian untuk disinfektan atau
pencegahan warna coklat.
7 Pengeringan yang hati-hati selama pengeringan setelah pencucian.
8 Pemotongan, pengirisan atau pemarutan yang hati-hati.
9 Bahan kemasan dan metode pengemasan yang tepat.
10 Temperatur dan RH yang tepat selama pendistribusian dan penjualan.
13
teknis. Hambatan tersebut terjadi karena kegagalan kemasan film yang biasa
digunakan secara umum untuk menyediakan laju pertukaran O2 dan CO2 yang
optimum. Dimensi kemasan, berat produk dan volume bebas bisa dimanipulasi
untuk mencapai salah satu dari tingkat konsentrasi O2 atau CO2 yang diinginkan.
Selain itu dimensi kemasan, berat produk dan volume bebas juga bisa
dimanipulasi untuk mengatur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
atmosfer yang mantap.
Hasbullah (1996) merancang sistem pengaturan komposisi gas untuk
penyimpanan buah atau sayuran secara atmosfer terkendali serta sistem
pengukuran laju respirasi buah atau sayuran. Rancangan ini berguna untuk
penentuan kondisi atmosfer terkendali optimum untuk komoditas hortikultura
yaitu untuk menentukan laju respirasi pada kondisi atmosfer terkendali dan untuk
penentuan permeabilitas film plastik. Penentuan laju respirasi dan permeabilitas
film plastik penting dalam sistem penyimpanan komoditas hortikultura baik
secara MAP maupun CAS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk gas O2
konsentrasi hasil penetapan mendekati konsentrasi hasil analisis gas kromatografi.
Sedangkan hasil penetapan gas CO2 masih berbeda jauh dari hasil analisis gas
kromatografi.
14
15
10
C.
Konsentrasi
campuran
gas
yang
optimal
untuk
16
untuk film polietilen densitas rendah, polipropilen, stretch film dan white stretch
film adalah 3.60, 2.86, 1.50 dan 1.00. Nilai merupakan perbandingan koefisien
permeabilitas film kemasan terhadap gas CO2 dengan O2. Koefisien permeabilitas
film kemasan berdasarkan penelitian Gunadnya (1993) ditampilkan pada Tabel 6.
Kemudian data tersebut diplot dalam kurva film kemasan dan udara pada
Gambar 1. Prinsip pemilihan film kemasan adalah setiap daerah MA (modified
atmosphere) bahan segar yang dilalui oleh garis kemasan, menunjukkan bahwa
film kemasan tersebut sesuai untuk dipilih sebagai pengemas.
21
Udara
18
15
12
Stretch film
Polipropilen
Polietilen
densitas rendah
0
0
12
15
18
21
17
Tabel 6
No
10 0Ca)
O2 CO2
265 364
342 888
226 422
15 0Ca)
O2 CO2
294 430
473 748
291 412
25 0Cb)
O2 CO2
1002 3600
229 656
4143 6226
1464 1470
Pengolahan Warna
Ahmad (2005) menyatakan bahwa pengolahan warna menggunakan model
warna red, green dan blue (RGB) sederhana karena informasi warna dalam
komputer sudah dikemas dalam model yang sama. Salah satu cara untuk
menghitung nilai warna dan menafsirkan hasilnya dalam model warna RGB
adalah dengan melakukan normalisasi terhadap ketiga warna pokok. Normalisasi
penting dilakukan terutama bila sejumlah citra ditangkap dengan penerangan yang
berbeda-beda. Normalisasi dilakukan dengan cara menggunakan persamaan 1, 2
dan 3.
r=
R
R+G+ B
..............................................................................................
(1)
g=
G
R+G+ B
......................................................................................
(2)
b=
B
R+G+ B
......................................................................................
(3)
Transformasi dari model warna RGB ke model warna hue, saturation dan
intensity (HSI) digunakan untuk mengkonversi citra warna ke dalam bentuk yang
lebih sesuai untuk pengolahan citra. Transformasi nilai tersebut menggunakan
persamaan 4, 5 dan 6. Sistem HSI merupakan model warna yang dianggap paling
sesuai dengan persepsi manusia dalam memandang suatu warna.
18
cos H =
S = 1
I=
2R G B
..........................................................
(4)
.................................................................
(5)
..........................................................................................
(6)
2 ( R G ) 2 + ( R B )(G B )
3
min ( R, G, B)
R+G+ B
R+G+ B
3
20
Hygrotherm, timbangan digital merk Mettler tipe PM4800 serta rheometer merk
Sun model CR-300 untuk mengukur tingkat kekerasan. Selain itu alat-alat
pendukung yang digunakan adalah stoples kaca, gelas ukur dan lemari pendingin.
Rangkaian peralatan analisis citra digital digunakan untuk menentukan
warna kulit dan daging buah duku. Kamera yang digunakan untuk merekam citra
adalah jenis VED digital Charge Coupled Device (CCD). Jarak kamera dengan
latar objek adalah 13.8 cm dengan latar objek menggunakan kain berwarna putih.
Penerangan menggunakan lampu jenis TL Philips 5 watt sebanyak 4 buah.
Tahapan Penelitian
Pengukuran Laju Respirasi
Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 2
faktor dengan 2 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pengolahan minimal
dengan taraf faktor: 1) buah utuh, 2) setengah kupas melintang, 3) setengah kupas
membujur dan 4) kupas penuh (Gambar 2). Faktor kedua adalah suhu
21
Gambar 2 Buah utuh (A), setengah kupas membujur (B), setengah kupas
melintang (C) dan kupas penuh (D).
Prosedur Penelitian
Pengukuran laju respirasi dilakukan dalam wadah stoples kaca. Perlakuan
buah utuh, setengah kupas melintang, setengah kupas membujur dan kupas penuh
dimasukkan ke dalam stoples, masing-masing stoples berisi kira-kira 0.3 kg buah.
Stoples ditutup rapat dengan tutup plastik, pada celah antara tutup dan ulir stoples
dilapisi dengan lilin untuk mencegah keluar masuknya gas CO2 dan O2.
Stoples tersebut kemudian disimpan pada suhu yang berbeda yaitu 15 0C,
20 0C dan suhu ruang. Untuk pengukuran konsentrasi gas CO2 dan O2 dalam
stoples, dibuat dua lubang pada kedua sisi tutup stoples yang kemudian
dihubungkan dengan selang plastik. Pengukuran gas CO2 dan O2 dilakukan setiap
hari sampai buah mengalami kerusakan. Pada hari pertama dilakukan pengukuran
setiap 3 jam, hari kedua dan ketiga dilakukan pengukuran setiap 12 jam, hari
selanjutnya pengukuran dilakukan setiap 24 jam.
Pengukuran laju respirasi dilakukan secara open system. Pengukuran
dilakukan dengan cara membuka lipatan selang plastik pada sisi stoples kemudian
selang plastik dihubungkan dengan gas analyzer untuk pembacaan hasil. Setelah
pengukuran
dilakukan,
tutup
stoples
dibuka
dan
dihembuskan
udara
22
Q x V x 10 2
W xt
.......................................................................
(7)
keterangan:
R = laju respirasi (ml CO2/kg jam atau ml O2/kg jam)
V = volume bebas chamber (ml)
Q = perbedaan konsentrasi CO2 dan O2 (%)
W = berat buah duku (kg)
t
= selang waktu pengamatan (jam)
23
Perlakuan buah duku tersebut kemudian disimpan dalam suhu terpilih dari
penelitian sebelumnya.
Pengendalian konsentrasi gas CO2 dan O2 di dalam stoples dilakukan setiap
hari sesuai perlakuan yang ditentukan. Perubahan mutu diamati setiap hari sampai
buah mengalami kerusakan. Parameter mutu objektif yang diuji adalah kecerahan
kulit dan daging buah, kekerasan daging buah serta total padatan terlarut.
P1 A(c1 x1 )
b
P A( x 2 c 2 )
WR2 = 2
b
WR1 =
.............................................................................
(8)
.............................................................................
(9)
24
keterangan:
W
R
P
A
b
c
x
Subskrip 1
Subskrip 2
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap perubahan parameter mutu buah duku yang
meliputi: 1) pengujian objektif terdiri dari kecerahan kulit dan daging buah, total
padatan terlarut, total asam, kekerasan daging buah, 2) pengujian organoleptik
terdiri dari kesukaan terhadap warna kulit dan daging buah, kekerasan daging
buah, rasa, aroma dan penerimaan secara keseluruhan.
Pengujian Objektif
Kecerahan
Tingkat kecerahan kulit dan daging buah duku ditentukan menggunakan
sistem pengolahan citra digital. Buah duku diletakkan dalam boks pengambilan
citra, kemudian perekaman citra dilakukan menggunakan kamera CCD dengan
25
26
total asam yang dinyatakan dalam persentasi asam sitrat berdasarkan persamaan
(10):
Total asam =
..................................... (10)
ml NaOH x N NaOH x P x BE
x 100
B
keterangan:
P = jumlah pengencer
BE = berat ekuivalen asam malat
B = berat sampel (mg)
N = normalitas NaOH
Kekerasan
Pengukuran kekerasan dilakukan menggunakan rheometer. Alat dipasang
pada strain 5 mm dengan beban maksimum 2 kg dan menggunakan probe no 4.
Bahan ditusuk pada bagian daging suku buah duku dan diulang pada bagian
daging suku yang lainnya sebanyak 3 kali. Kekerasan daging buah langsung dapat
dibaca pada alat dalam satuan kgf.
Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik terhadap warna kulit dan daging buah, kekerasan
daging buah, rasa, aroma dan penerimaan secara keseluruhan buah duku terolah
minimal yang disimpan dalam kemasan atmosfer termodifikasi dilakukan setiap
hari berdasarkan uji hedonik dengan skala 1-5 terhadap 10 orang panelis. Skor
yang diberikan terdiri dari: 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (netral), 2 (tidak suka)
serta 1 (sangat tidak suka). Batas penolakan oleh panelis adalah skor 3. Pengujian
organoleptik ini menggunakan panel tidak terlatih. Menurut Soekarto (1981),
kelompok mahasiswa dan atau staf peneliti termasuk dalam kategori panel agak
terlatih. Panelis dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh
yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan tetapi tidak cukup
intensif dan teratur. Format uji organoleptik buah duku terolah minimal
ditampilkan pada Lampiran 2.
Laju Respirasi
Perubahan laju respirasi buah duku utuh dan terolah minimal pada suhu
15 0C, 20 0C serta suhu ruang ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3-8
serta tabel pada Lampiran 3. Perhitungan laju respirasi dimulai dari jam ke-0 yang
merupakan jam ke-48 setelah panen. Waktu selama 48 jam tersebut digunakan
untuk mentransportasikan buah duku dari lokasi panen, serta pengolahan buah
sampai siap dikemas dalam stoples yang tertutup rapat untuk pengukuran laju
respirasi pada masing-masing suhu perlakuan.
Perkembangan laju respirasi yaitu produksi gas CO2 buah duku utuh dan
terolah minimal memiliki pola yang unik (Gambar 3-8). Pola produksi gas CO2
seperti ini juga ditemui pada buah duku yang belum maupun sudah matang serta
disimpan pada suhu 10, 20 0C dan 27.5 0C (Pedro, 1936); buah duku pada fase
immature yang disimpan pada suhu 21 0C (Pantastico et al., 1968); serta buah
duku matang baik berukuran besar maupun sedang yang disimpan pada suhu
23 0C, 36 jam setelah panen (Sabari, 1985). Pola laju produksi CO2 buah duku ini
juga serupa dengan pola laju produksi CO2 buah alpukat, mangga, cherimoya serta
sukun (Tucker, 1993; Haard, 1998). Tucker (1993) mengidentifikasikan pola
respirasi seperti ini sebagai buah klimakterik. Jadi berdasarkan pola respirasi
tersebut tampaknya buah duku termasuk kelompok buah klimakterik.
Pada saat awal penyimpanan, produksi gas CO2 buah duku utuh dan terolah
minimal cenderung berfluktuasi. Fluktuasi ini juga terdapat pada penelitian Pedro
(1936) mengenai respirasi buah duku utuh selama 24 jam pertama penyimpanan.
Pedro (1936) menjabarkan terdapat kecenderungan laju CO2 untuk meningkat
pada beberapa jam pertama, kemudian menurun, selanjutnya cenderung mendatar
pada tingkat tertentu. Selanjutnya Pedro (1936) mengintrepetasikan pola seperti
ini karena beberapa aktivitas fisiologi yang merugikan seperti aktivitas enzim
katalase dan akibat pencoklatan kulit.
Pola konsumsi O2 pada suhu 15 0C, 20 0C dan suhu ruang relatif memiliki
bentuk yang sama tetapi memiliki laju respirasi yang berbeda. Laju respirasi pada
suhu 15 0C lebih rendah daripada suhu 20 0C dan suhu ruang. Pola respirasi O2
28
yang sedikit berbeda dari pola respirasi CO2 tersebut mempengaruhi nilai RQ
(Respiratory Quotient) buah.
Puncak
klimakterik
120
Laju Respirasi
(ml CO2/kg.jam)
100
80
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
90
99
108
Kupas penuh
Gambar 3. Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 15 0C.
120
Laju Respirasi
(ml O2/kg.jam)
100
80
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
90
99
108
Kupas penuh
Gambar 4. Laju konsumsi O2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 15 0C.
29
100
Laju Respirasi
(ml CO2/kg.jam)
80
Puncak
klimakterik
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
Kupas penuh
Gambar 5. Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 20 0C.
140
Laju Respirasi
(ml O2/kg.jam)
120
100
80
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
Kupas penuh
Gambar 6. Laju konsumsi O2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu 20 0C.
30
120
Puncak
klimakterik
Laju Respirasi
(ml CO2/kg.jam)
100
80
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
Kupas penuh
Gambar 7. Laju produksi CO2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu ruang.
140
Laju Respirasi
(ml O2/kg.jam)
120
100
80
60
40
20
0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
Kupas penuh
Gambar 8. Laju konsumsi O2 buah duku utuh dan terolah minimal selama
penyimpanan pada suhu ruang.
31
Laju respirasi rata-rata dan nilai RQ buah duku utuh dan terolah minimal
disajikan pada Tabel 7. Data laju respirasi pada Tabel 7 tersebut digunakan
selanjutnya pada penentuan bobot buah yang dapat dikemas pada kemasan plastik
terpilih. Nilai RQ merupakan perbandingan antara gas CO2 yang diproduksi
dengan gas O2 yang dikonsumsi. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan
substrat yang digunakan dalam proses respirasi, kesempurnaan proses respirasi
dan derajat proses aerob atau anaerob (Muchtadi, 1992).
Tabel 7 Laju respirasi rata-rata (ml/kg.jam) dan RQ duku utuh dan terolah
minimal
Suhu
15 0C
15 0C
15 0C
15 0C
20 0C
20 0C
20 0C
20 0C
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Bentuk Olahan
Buah Utuh
Setengah kupas melintang
Setengah kupas membujur
Kupas penuh
Buah Utuh
Setengah kupas melintang
Setengah kupas membujur
Kupas penuh
Buah Utuh
Setengah kupas melintang
Setengah kupas membujur
Kupas penuh
Produksi CO2
49.56
58.39
50.51
53.56
49.68
58.16
55.53
57.83
50.80
74.11
69.36
69.33
Konsumsi O2
32.43
53.07
47.41
49.37
42.27
68.85
57.97
63.13
51.09
83.51
80.96
71.03
RQ
1.53
1.10
1.07
1.08
1.18
0.84
0.96
0.92
0.99
0.89
0.86
0.98
Nilai RQ buah utuh dan terolah minimal pada suhu 15 0C serta bentuk buah
utuh pada suhu 20 0C memiliki nilai lebih besar dari 1 (Tabel 7). Nilai RQ yang
lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa substrat yang dioksidasi adalah asam-asam
organik. Sedangkan nilai RQ buah terolah minimal pada suhu penyimpanan 20 0C
serta buah utuh dan terolah minimal pada suhu ruang mempunyai nilai lebih kecil
dari 1.
Nilai RQ yang lebih kecil dari 1 mempunyai beberapa intepretasi
(Muchtadi, 1992). Berdasarkan fakta bahwa pada suhu yang lebih tinggi laju
respirasi lebih tinggi serta bentuk buah terolah minimal juga memiliki laju
respirasi lebih tinggi dibandingkan buah utuh, tampaknya intepretasi yang lebih
besar kemungkinannya adalah pada nilai RQ lebih kecil dari 1 terjadi oksidasi
tidak sempurna atau terhenti. Intepretasi nilai RQ lain seperti substrat yang
digunakan mempunyai perbandingan antara oksigen terhadap karbon yang lebih
kecil daripada heksosa contohnya lemak, kecil kemungkinannya karena buah
32
duku memiliki lemak yang sedikit (Tabel 5). Sedangkan kemungkinan berikutnya
bahwa
gas CO2 yang diproduksi digunakan dalam proses sintesa juga kecil
karena laju respirasi buah duku yang cukup tinggi dan fakta bahwa buah cepat
rusak, sehingga kecenderungan yang terjadi adalah reaksi perombakan bukan
sintesa.
Buah duku relatif cepat mengalami kerusakan. Buah utuh dan setengah
kupas melintang yang disimpan pada suhu 15 0C mempunyai umur simpan 87
jam. Laju produksi CO2 pada buah utuh menurun drastis setelah jam ke-87 yang
menandakan bahwa buah utuh telah mengalami pelayuan karena telah melewati
puncak klimakteriknya. Laju produksi CO2 pada buah setengah kupas melintang
meningkat secara drastis setelah jam ke-87 sehingga tidak terukur lagi oleh alat.
Peningkatan laju respirasi tersebut diduga karena buah telah terserang oleh
mikroorganisme. Umur simpan buah duku utuh dan terolah minimal pada suhu 20
0
C dan suhu ruang lebih singkat dibandingkan suhu 15 0C (Gambar 3-8). Puncak
klimakterik juga berhasil diamati pada laju respirasi CO2 buah duku setengah
kupas membujur suhu 15 0C, buah duku utuh suhu 20 0C serta buah duku utuh,
setengah kupas membujur dan kupas penuh pada suhu ruang.
Kerusakan buah duku yang cepat tersebut, selain diduga karena laju
respirasi yang cukup tinggi juga karena serangan cendawan perusak pasca panen.
Pedro (1936) mengungkapkan bahwa Rhizopus nigricans menyerang buah duku
selama penyimpanan. Serangan cendawan tersebut dapat diperparah jika buah
tidak disimpan pada suhu rendah segera setelah dipanen. Buah duku yang
disimpan 2 hari setelah panen dapat mengalami kerusakan hingga 79.89%.
Prabawati et al. (1991) juga mendapatkan sejumlah cendawan perusak pasca
panen duku seperti Fusaruim sp, Culvularia sp, Cephalosporium sp, Mucor sp,
Rhizopus sp dan Mycelia sterilia. Gejala penyakit yang diungkapkan oleh
Prabawati et al. (1991) yaitu terjadi pencoklatan kulit buah, busuk ditumbuhi
jamur dan busuk berair juga ditemui pada penelitian ini. Umur simpan buah duku
pada penelitian Prabawati et al. (1991) dapat bertahan selama 3 hari, pada hari
ke-5 buah rusak total dengan tanda kulit buah telah menjadi coklat kehitaman.
Dari penjelasan tersebut, tampaknya cendawan perusak pasca panen
berperan besar terhadap umur simpan buah duku. Buah duku idealnya memang
33
langsung disimpan pada suhu rendah setelah panen. Tetapi pada penelitian ini hal
tersebut tidak dapat dilaksanakan karena lokasi panen yang relatif jauh dari
laboratorium penelitian serta waktu yang diperlukan untuk pengolahan buah
sehingga duku baru dapat disimpan 48 jam setelah panen. Kondisi ini diduga yang
menyebabkan paparan cendawan perusak pasca panen sehingga memperpendek
umur simpan buah duku.
Untuk menentukan suhu yang digunakan pada penelitian tahap selanjutnya,
diputuskan untuk menggunakan grafik perubahan konsentrasi CO2 dan O2 buah
duku pada perlakuan setengah kupas melintang suhu 15 0C, 20 0C dan suhu ruang
sebagai acuan (Gambar 9-11). Penentuan ini didasarkan pada kecenderungan
grafik laju respirasi CO2 dan O2 buah duku pada perlakuan setengah kupas
melintang lebih rendah jika dibandingkan bentuk olahan minimal lainnya
(Gambar 3-8). Perlakuan buah duku setengah kupas melintang ini juga dijadikan
sebagai acuan untuk penelitian pada tahap berikutnya.
Umur simpan buah duku setengah kupas melintang pada suhu 15 0C adalah
87 jam, sedangkan suhu 20 0C adalah 75 jam serta suhu ruang adalah 63 jam.
Berdasarkan hal tersebut, suhu penyimpanan yang digunakan untuk menentukan
komposisi atmosfer penyimpanan adalah suhu 15 0C.
Hasil ini diperkuat dengan uji statistik pada Lampiran 4 dan 5 yang
menyatakan bahwa laju respirasi produksi gas CO2 dan konsumsi gas O2 pada
suhu 15 0C lebih rendah daripada laju respirasi pada suhu 20 0C dan suhu ruang.
Berdasarkan sidik ragam laju konsumsi O2 rata-rata, terdapat perbedaan nyata
pada suhu penyimpanan tetapi perbedaan tersebut tidak terlihat pada laju produksi
CO2. Laju konsumsi O2 rata-rata berdasarkan uji lanjut Duncan, penyimpanan
duku utuh dan terolah minimal pada suhu 15 0C disimpulkan mempunyai laju
respirasi rata-rata terendah dan berbeda nyata dengan suhu 20 0C dan suhu ruang.
Laju produksi CO2 rata-rata walaupun tidak berbeda nyata, tetapi laju respirasi
pada suhu 15 0C lebih rendah jika dibandingkan pada suhu 20 0C dan suhu ruang.
Laju respirasi rendah dapat menyebabkan umur simpan produk menjadi lebih
lama sedangkan sebaliknya umur simpan produk semakin singkat jika laju
respirasi lebih tinggi.
34
1.2
Laju Respirasi
CO2 dan O2 (%/jam)
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
90
O2
Gambar 9 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang
selama penyimpanan pada suhu 15 0C.
1.4
Laju Respirasi
CO2 dan O2 (%/jam)
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0
18
27
36
45
54
63
72
81
O2
Gambar 10 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang
selama penyimpanan pada suhu 20 0C.
35
1.6
Laju Respirasi
CO2 dan O2 (%/jam)
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0
18
27
36
45
54
63
72
O2
Gambar 11 Laju respirasi CO2 dan O2 buah duku setengah kupas melintang
selama penyimpanan pada suhu ruang.
Kekerasan Buah
Hasil pengamatan uji kekerasan disajikan pada Tabel 8 serta secara rinci
pada Lampiran 6. Setelah hari ke-4 penyimpanan, komposisi atmosfer 9-11% O2
dan 4-6% CO2 buah duku setengah kupas melintang mempunyai nilai kekerasan
rata-rata tertinggi yaitu 0.071 kgf kemudian komposisi atmosfer 9-11% O2 dan 911% CO2 dengan nilai kekerasan rata-rata tertinggi 0.065 kgf.
36
Kupas penuh
Kekerasan
Rata-rata (kgf)
0.065
0.071
0.063
0.061
0.057
0.079
0.066
0.073
0.084
0.084
37
15.63% Brix. Pedro (1936) mendapatkan duku yang disimpan pada suhu 13-15.5
0
Waktu Penyimpanan
(Hari)
Total Padatan
Terlarut Rata-rata
(% Brix)
15.43
15.63
15.86
15.56
19.76
Kupas penuh
16.16
16.94
15.74
16.03
18.83
Komposisi Atmosfer
38
komposisi atmosfer 4-6% O2 dan 9-11% CO2 mempunyai nilai intensitas rata-rata
78.3. Komposisi udara normal mempunyai intensitas rata-rata kulit terendah yang
berarti kulit buah lebih gelap dibandingkan pada komposisi atmosfer lainnya.
Kondisi ini dapat dipahami karena pada komposisi udara normal terdapat lebih
banyak kandungan oksigen sehingga lebih cepat terjadi pencoklatan kulit buah.
Proses pencoklatan yang terjadi pada kulit buah duku diduga merupakan
proses enzimatik. Winarno (1983) menyatakan pencoklatan dapat terjadi karena
proses enzimatik dan non enzimatik. Selanjutnya Winarno (1983) menjelaskan
proses pencoklatan enzimatik memerlukan keberadaan enzim fenol oksidase dan
oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tersebut. Saputra (1999)
mengungkapkan perubahan warna kulit buah duku selain karena adanya
perubahan pigmen juga disebabkan oleh adanya enzim phenolase yang teroksidasi
dan mengakibatkan warna kulit buah menjadi coklat kehitaman. Haard (1998)
memberikan beberapa metode alternatif untuk mencegah pencoklatan enzimatik
yaitu perlakuan panas, aplikasi sulfit, penambahan keasaman serta pengeluaran
oksigen.
Tabel 10 Perubahan kecerahan kulit buah duku terolah minimal pada
beberapa komposisi atmosfer penyimpanan
Bentuk Olahan
Setengah kupas melintang
Waktu Penyimpanan
Komposisi Atmosfer
(Hari)
4
9-11% O2 dan 9-11% CO2
9-11% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 9-11% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
Intensitas
Rata-rata
76.3
81.3
77.3
78.3
68.0
39
Kupas penuh
Waktu Penyimpanan
Komposisi Atmosfer
(Hari)
4
9-11% O2 dan 9-11% CO2
9-11% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 9-11% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
2
Intensitas
Rata-rata
129.7
130.7
127.0
132.3
136.0
118.0
122.7
126.0
127.3
127.3
40
cairan sel keluar dari buah. Kondisi ini membuat permukaan daging buah menjadi
mengkilap sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan bias.
Jadi pada hari ke-4 penyimpanan, daging buah setengah kupas melintang
pada komposisi atmosfer 4-6% O2 dan 9-11% CO2 mempunyai nilai intensitas
rata-rata tertinggi yaitu 132.3. Selanjutnya nilai intensitas rata-rata tertinggi kedua
adalah komposisi atmosfer 9-11% O2 dan 4-6% CO2 dengan nilai 130.7.
Berdasarkan uraian mengenai komposisi atmosfer penyimpanan terbaik
untuk kekerasan, total padatan terlarut serta kecerahan kulit dan daging buah duku
setengah kupas melintang, terlihat komposisi atmosfer yang paling dominan untuk
mempertahankan mutu adalah komposisi atmosfer penyimpanan 9-11% O2 dan
4-6% CO2. Maka komposisi atmosfer yang terbaik untuk penyimpanan ditentukan
pada komposisi atmosfer 9-11% O2 dan
kurva beberapa film kemasan dan udara hasil penelitian Gunadnya (1993).
Komposisi atmosfer penyimpanan terbaik pada tahap penelitian sebelumnya yaitu
9-11% O2 dan 4-6% CO2 diplot dalam kurva film kemasan dan udara pada
Gambar 12. Prinsip pemilihan film kemasan adalah setiap daerah MA bahan segar
41
yang dilalui oleh garis film kemasan, menunjukkan bahwa film kemasan tersebut
sesuai untuk dipilih sebagai pengemas.
Berdasarkan metode tersebut, stretch film dan polipropilen terpilih sebagai
film kemasan. Kedua jenis film kemasan tersebut selanjutnya dijadikan acuan
untuk menentukan bobot buah yang dapat dikemas, dengan data ketebalan dan
permeabilitas plastik kemasan didasarkan pada Gunadnya (1993).
21
Udara
18
15
Daerah MAP
duku terolah
minimal
12
Stretch film
Polipropilen
Polietilen
densitas rendah
0
0
12
15
18
21
42
yaitu 9-11% O2 dan 4-6% CO2 serta jenis film kemasan yang sesuai adalah stretch
film dan polipropilen. Luas kemasan ditentukan berukuran 11 cm x 18 cm
(0.0198 m2). Berat buah yang dapat dikemas dihitung secara teoritis berdasarkan
Mannaperuma et al. (1989) (persamaan 8 dan 9).
Tabel 12 Berat duku utuh dan terolah minimal yang dapat dikemas dalam
kemasan stretch film
Bentuk Olahan
Gas
Laju Respirasi
(ml/kg.jam)
Koefisien Permeabilitas
(ml.mil/m2.jam.atm)
Atmosfer
Berat
Termodifikasi (%) (kg)
49.56
49.56
32.43
32.43
6226
6226
4143
4143
4
6
9
11
0.173
0.261
0.532
0.444
Buah Utuh
CO2
Buah Utuh
O2
Setengah kupas
melintang
CO2
58.39
58.39
6226
6226
4
6
0.147
0.221
Setengah kupas
melintang
O2
Kupas penuh
CO2
Kupas penuh
O2
53.07
53.07
53.56
53.56
49.37
49.37
4143
4143
6226
6226
4143
4143
9
11
4
6
9
11
0.325
0.271
0.160
0.241
0.350
0.292
Tabel 13 Berat duku utuh dan terolah minimal yang dapat dikemas dalam
kemasan polipropilen
Bentuk Olahan
Gas
Utuh
CO2
Utuh
O2
Kupas melintang
CO2
Kupas melintang
O2
Tanpa Kulit
CO2
Tanpa Kulit
O2
Laju Respirasi
(ml/kg.jam)
49.56
49.56
32.43
32.43
58.39
58.39
53.07
53.07
53.56
53.56
49.37
49.37
Koefisien Permeabilitas
(ml.mil/m2.jam.atm)
656
656
229
229
656
656
229
229
656
656
229
229
Atmosfer
Berat
Termodifikasi (%) (kg)
4
6
9
11
4
6
9
11
4
6
9
11
0.017
0.026
0.028
0.023
0.014
0.022
0.017
0.014
0.016
0.024
0.018
0.015
43
44
Perubahan Konsentrasi
CO2 dan O2 (%)
25
20
15
10
5
0
0
12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
Waktu Pengamatan (Jam)
CO2-Buah utuh
CO2-Kupas penuh
O2-Setengah kupas melintang
Perubahan Konsentrasi
CO2 dan O2 (%)
25
20
15
10
5
0
0
12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
Waktu Pengamatan (Jam)
CO2-Buah utuh
CO2-Kupas penuh
O2-Setengah Kupas melintang
45
0.16
0.14
0.12
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
0
Gambar 15 Perubahan kekerasan buah duku utuh dan terolah minimal dalam
kemasan film.
46
Tucker (1993)
menjelaskan
merupakan penentu kualitas utama yang sering menentukan umur simpan produk.
Pelunakan buah dapat terjadi karena kehilangan turgor, degradasi zat tepung serta
kerusakan dinding sel.
pertama.
21
20
19
18
17
16
15
0
Gambar 16 Perubahan total padatan terlarut buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan film.
Pada umumnya total padatan terlarut buah mengalami penurunan selama
penyimpanan. Peningkatan total padatan terlarut selama penyimpanan mungkin
terjadi karena transpirasi buah yang menyebabkan kadar air buah menurun.
47
Widodo (2005) melaporkan bahwa terjadi penyusutan bobot buah sebesar 15.79%
pada buah duku yang disimpan selama 3 hari. Susut bobot tersebut dapat ditekan
menjadi sekitar 1.51-2.89% jika buah duku disimpan dalam chamber serta diberi
bahan penjerap.
Selain itu, peningkatan total padatan terlarut tersebut tampaknya
berhubungan dengan aktifitas mikroorganisme. Prabawati et al. (1991)
mendapatkan cendawan perusak pada kulit buah duku mampu menghidrolisa
selulosa murni. Aktifitas cendawan ini menyebabkan peningkatan kadar gula total
pada kulit buah duku.
48
160
150
140
130
120
110
100
90
80
70
0
Gambar 17 Perubahan total asam buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan film.
Perubahan Kecerahan Kulit Buah Duku Terolah Minimal dalam Kemasan
Film
Perubahan kecerahan yang diwakili oleh nilai intensitas kulit buah duku
dalam kemasan selama penyimpanan ditampilkan pada Gambar 18 dan Lampiran
14. Penurunan intensitas kulit buah menjadi lebih gelap lebih cepat terjadi pada
buah setengah kupas melintang dalam kemasan stretch film dan polipropilen
daripada buah duku utuh yang disimpan dalam kemasan stretch film dan
polipropilen.
Hal ini jelas terjadi karena pengupasan kulit buah menyebabkan pelukaan
yang mempercepat efek pencoklatan. Selama pengupasan kulit terjadi pengeluaran
getah berwarna putih yang mungkin makin mempercepat efek pencoklatan.
Cantwell (1992) menjelaskan kerusakan fisik atau pelukaan yang disebabkan
karena penyiapan buah terolah minimal dapat menyebabkan terjadinya perubahan
warna seperti pencoklatan. Semakin banyak pengolahan akan menyebabkan
perubahan semakin besar terjadi. Kerusakan sel dekat bagian yang dikupas
mempengaruhi umur simpan dan kualitas produk.
49
140
Intensitas Kulit Buah
130
120
110
100
90
80
70
0
Gambar 18 Perubahan kecerahan kulit buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan film.
50
intensitas daging buah itu sendiri. Ukuran biji buah duku jenis Singosari sama
seperti pada jenis Rasuan yaitu berukuran kecil. Tetapi dalam suatu populasi dapat
terjadi penyimpangan seperti yang didapat pada sampel ini, ukuran biji yang
didapat cenderung lebih besar dan berwarna gelap (Gambar 34). Jadi biji duku
yang berukuran besar dan berwarna gelap tersebut cenderung lebih terlihat karena
daging buah yang bening yang mengakibatkan nilai intensitas rendah. Kondisi ini
juga ditemui pada perlakuan buah utuh dalam kemasan polipropilen hari ke-3
yang ditampilkan pada Gambar 35.
Intensitas Daging Buah
140
130
120
110
100
90
80
0
51
Batas
Penerimaan
2
1
0
0
52
5
4
3
2
Batas
Penerimaan
1
0
0
Gambar 21 Perubahan kesukaan aroma pada uji organoleptik duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan film.
Nilai Organoleptik Rasa
5
4
3
Batas
Penerimaan
2
1
0
0
Gambar 22 Perubahan kesukaan rasa pada uji organoleptik duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan film.
Rasa
Grafik penurunan uji kesukaan rasa oleh panelis ditampilkan pada Gambar
22. Analisis sidik ragam untuk uji hedonik rasa berbeda nyata pada penyimpanan
hari ke-1, 2, 3 dan 4 (Lampiran 16). Uji hedonik rasa untuk perlakuan buah duku
terolah minimal disukai panelis sampai hari ke-2 penyimpanan pada perlakuan
53
setengah kupas melintang yang dikemas menggunakan stretch film dengan nilai
3.3 dengan perlakuan lainnya telah ditolak (Lampiran 19).
Warna Kulit Buah
Grafik penurunan uji kesukaan warna kulit buah oleh panelis ditampilkan
pada Gambar 23. Analisis sidik ragam untuk uji hedonik warna kulit buah berbeda
nyata pada penyimpanan hari ke-1, 2, 3 dan 4 (Lampiran 16). Uji hedonik warna
kulit buah untuk perlakuan buah duku terolah minimal disukai panelis sampai hari
ke-1 penyimpanan. Nilai tertinggi didapat untuk perlakuan setengah kupas
melintang yang dikemas dalam stretch film dengan nilai 3.7 (Lampiran 20).
Nilai Organoleptik
Warna Kulit Buah
5
4
3
Batas
Penerimaan
2
1
0
0
54
Nilai Organoleptik
Warna Daging Buah
5
4
3
Batas
Penerimaan
2
1
0
0
Nilai Organoleptik
Keseluruhan
5
4
3
2
Batas
Penerimaan
1
0
0
55
hari ke-1 penyimpanan adalah perlakuan setengah kupas melintang yang dikemas
menggunakan stretch film dengan nilai 3.9 serta perlakuan setengah kupas
melintang
yang
dikemas
menggunakan
polipropilen
dengan
nilai
3.8
(Lampiran 22).
Berdasarkan uji hedonik buah duku terolah minimal, warna daging buah
serta rasa ditentukan menjadi titik kritis penilaian. Warna daging buah menjadi
kesan yang pertama muncul ketika panelis atau konsumen akan menilai serta uji
rasa merupakan justifikasi dari penampilan luar. Pada uji hedonik warna daging
buah dan rasa, perlakuan buah duku setengah kupas melintang dalam kemasan
stretch film dapat bertahan selama 2 hari penyimpanan suhu 15 0C.
Sebenarnya umur simpan produk duku terolah minimal dapat diperpanjang
menjadi 3 hari. Setelah hari ke-3 penyimpanan cendawan perusak pasca panen
mulai muncul sehingga produk tidak dapat dikonsumsi lagi. Tetapi tampaknya
panelis mulai tidak menyukai duku terolah minimal setelah hari ke-2
penyimpanan karena pada permukaan buah mulai tampak terdapat bintik-bintik air
yang disebabkan laju respirasi yang cukup tinggi. Uap air yang dikeluarkan akibat
proses respirasi serta transpirasi terperangkap dalam kemasan yang kemudian
menempel pada permukaan buah.
Hal tersebut tampak jelas secara visual pada buah terolah minimal dalam
kemasan polipropilen. Penampakan visual stretch film lebih baik dibandingkan
kemasan polipropilen karena beberapa saat setelah produk dikemas menggunakan
kemasan polipropilen, terjadi pengembunan di dalam kemasan. Keadaan ini
menunjukkan kemasan polipropilen tidak bagus untuk pengemas duku terolah
minimal karena permeabilitas uap air yang tidak sesuai dengan laju respirasi
produk. Perubahan mutu buah duku utuh dan terolah minimal yang dikemas
dalam kemasan stretch film dan polipropilen disimpan pada suhu 15 0C secara
visual disajikan pada Gambar 26-35.
Penurunan mutu yang terjadi pada produk makanan, terutama produk
terolah minimal selama penyimpanan dan distribusi tidak dapat dihindarkan.
Walaupun produk tersebut diberi perlakuan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan kontaminasi mikroba, penurunan sifat biokimia dan fisik menjadi
proses yang dominan dalam menentukan umur simpan dan kualitas produk.
56
Bagaimanapun juga penentu umur simpan terletak pada konsumen yang akan
mengkonsumsi produk makanan tersebut.
Berdasarkan metode penyiapan duku terolah minimal yang menggunakan
peralatan dan sterilisasi standar serta tidak dilakukan pencucian secara berlebihan,
Laurila dan Ahvenainen (2002) menggolongkan metode penyiapan seperti ini
sebagai prinsip kerja menyiapkan produk hari ini untuk dikonsumsi esok hari.
Prinsip kerja tersebut membuat produk terolah minimal dapat bertahan selama 1-2
hari. Konsumen yang dituju untuk jenis prinsip kerja ini adalah industri katering,
restauran, sekolah dan industri tetapi tidak bisa untuk bisnis retail.
57
Gambar 26 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari
ke-0 dalam kemasan terpilih.
Keterangan: (SB1) kemasan stretch film, buah utuh; (SB2) kemasan stretch film, setengah
kupas melintang; (SB3) kemasan stretch film, setengah kupas membujur;
(SB4) kemasan stretch film, kupas penuh; (PB1) kemasan polipropilen, buah
utuh; (PB2) kemasan polipropilen, setengah kupas melintang; (PB3) kemasan
polipropilen, setengah kupas membujur; (PB4) kemasan polipropilen, kupas
penuh.
Gambar 27 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari
ke-1 dalam kemasan terpilih.
Keterangan: (SB1) kemasan stretch film, buah utuh; (SB2) kemasan stretch film, setengah
kupas melintang; (SB3) kemasan stretch film, setengah kupas membujur;
(SB4) kemasan stretch film, kupas penuh; (PB1) kemasan polipropilen, buah
utuh; (PB2) kemasan polipropilen, setengah kupas melintang; (PB3) kemasan
polipropilen, setengah kupas membujur; (PB4) kemasan polipropilen, kupas
penuh.
58
Gambar 28 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari
ke-2 dalam kemasan terpilih.
Keterangan: (SB1) kemasan stretch film, buah utuh; (SB2) kemasan stretch film, setengah
kupas melintang; (SB3) kemasan stretch film, setengah kupas membujur;
(SB4) kemasan stretch film, kupas penuh; (PB1) kemasan polipropilen, buah
utuh; (PB2) kemasan polipropilen, setengah kupas melintang; (PB3) kemasan
polipropilen, setengah kupas membujur; (PB4) kemasan polipropilen, kupas
penuh.
Gambar 29 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari
ke-3 dalam kemasan terpilih.
Keterangan: (SB1) kemasan stretch film, buah utuh; (SB2) kemasan stretch film, setengah
kupas melintang; (SB3) kemasan stretch film, setengah kupas membujur;
(SB4) kemasan stretch film, kupas penuh; (PB1) kemasan polipropilen, buah
utuh; (PB2) kemasan polipropilen, setengah kupas melintang; (PB3) kemasan
polipropilen, setengah kupas membujur; (PB4) kemasan polipropilen, kupas
penuh.
59
Gambar 30 Kondisi duku utuh dan terolah minimal pada penyimpanan hari
ke-4 dalam kemasan terpilih.
Keterangan: (SB1) kemasan stretch film, buah utuh; (SB2) kemasan stretch film, setengah
kupas melintang; (SB3) kemasan stretch film, setengah kupas membujur;
(SB4) kemasan stretch film, kupas penuh; (PB1) kemasan polipropilen, buah
utuh; (PB2) kemasan polipropilen, setengah kupas melintang; (PB3) kemasan
polipropilen, setengah kupas membujur; (PB4) kemasan polipropilen, kupas
penuh.
Gambar 31 Mutu kulit dan daging buah duku utuh dan terolah minimal pada
hari ke-0.
60
Buah
utuh
Setengah
kupas
melintang
1
Gambar 32 Perubahan mutu kulit buah duku utuh dan terolah minimal
selama penyimpanan dalam kemasan stretch film.
Buah
utuh
Setengah
kupas
melintang
Gambar 33 Perubahan mutu kulit buah duku utuh dan terolah minimal
selama penyimpanan dalam kemasan polipropilen.
61
Buah
utuh
Setengah
kupas
melintang
Kupas
penuh
Gambar 34 Perubahan mutu daging buah duku utuh dan terolah minimal
selama penyimpanan dalam kemasan stretch film.
Buah
utuh
Setengah
kupas
melintang
Kupas
utuh
Gambar 35 Perubahan mutu daging buah duku utuh dan terolah minimal
selama penyimpanan dalam kemasan polipropilen.
Simpulan
1 Laju respirasi buah duku terolah minimal yang terendah terjadi pada suhu
15 0C. Pada suhu tersebut, laju respirasi untuk buah duku setengah kupas
melintang adalah 58.4 CO2 ml/kg.jam dan 53.1 O2 ml/kg.jam; buah duku
setengah kupas membujur adalah 50.5 CO2 ml/kg.jam dan 47.4 O2 ml/kg.jam;
serta buah duku kupas penuh adalah 53.6 CO2 ml/kg.jam dan 49.4 O2
ml/kg.jam.
2 Pola respirasi buah duku utuh dan terolah minimal menunjukkan bahwa buah
duku termasuk golongan buah klimakterik.
3 Komposisi atmosfer yang disarankan untuk penyimpanan buah duku terolah
minimal adalah 9-11% O2 dan 4-6% CO2.
4 Jenis kemasan stretch film menghasilkan mutu buah duku terolah minimal
yang lebih baik daripada kemasan polipropilen.
5 Buah duku setengah kupas melintang mempunyai mutu yang lebih baik
dibandingkan perlakuan buah duku setengah kupas membujur dan buah duku
kupas penuh.
6 Umur simpan buah duku terolah minimal setengah kupas melintang dalam
kemasan stretch film pada suhu 15 0C beralas styrofoam dengan berat buah
berkisar 7.42-16.41 kg/m2 alas kemasan dapat mencapai 2 hari dengan mutu
yang masih diterima konsumen.
Saran
1 Buah duku terolah minimal disarankan untuk dikupas setengah melintang dan
dikemas dalam stretch film dengan menggunakan wadah styrofoam yang
mempunyai ukuran alas 11 cm x 18 cm dan disimpan pada suhu 15 0C untuk
mencapai masa simpan 2 hari.
2 Penelitian untuk menghambat enzim katalase yang menyebabkan fluktuasi
respirasi pada awal penyimpanan serta laju respirasi rata-rata buah duku yang
tinggi perlu dilakukan agar respirasi duku dapat ditekan serendah mungkin
sehingga umur simpan buah duku menjadi lebih lama.
63
DAFTAR PUSTAKA
Agar IT, Massantini R, Hess-Pierce B, Kader AA. 1999. Postharvest CO2 and
ethilene production and quality maintenance of fresh-cut kiwifruit slices.
Journal of Food Science 64(3): 433.
Ahmad U. 2005. Pengolahan citra digital dan teknik pemrogramannya. Cetakan
pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Al-Ati T, Hotchkiss JH. 2003. The role of packaging film permselectivity in
modified atmosphere packaging. Journal of Agricultural and Chemistry
51(14): 4133.
Andrianis Y. 2001. Mempelajari Penggunaan Kemasan Plastik Untuk
Memperpanjang Masa Simpan Buah Durian (Durio zibethinus) Terolah
Minimal. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Bogor, Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Indonesia 2002. BPS, Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta, Indonesia.
Basuki A, Palandi JF, Fatchurrochman. 2005. Pengolahan citra digital
menggunakan visual basic. Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Budaraga IK. 1998. Pengkajian Respirasi Buah Mangga dan Salak Terolah
Minimal Selama Penyimpanan. Tesis. Program Pascasarjana, IPB, Bogor,
Indonesia.
Cantwell M. 1992. Postharvest handling systems: minimally processed fruits and
vegetables. In Postharvest Technology of Horticultural Crops. Kader AA.
University of California, USA.
Carangal ARJr, Arnaldo SR. 1956. The sugars of lanzones (Lansium domesticum
Correa). The Philippine Agriculturist 40: 574.
Damiri DJ. 2003. Identifikasi Tingkat Ketuaan dan Kematangan Jeruk Lemon
(Citrus medica) Menggunakan Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf
Tiruan. Tesis. Program Pascasarjana, IPB, Bogor, Indonesia.
Departemen Pertanian. 2005. Deptan RI, Jakarta, Indonesia. www.deptan.go.id
[24 September 2005].
Gonzalez-Aguilar GA, Wang CY, Buta JG. 2000. Maintaining quality of fresh-cut
mangoes using antibrowning agents and modified atmosphere packaging. J.
Agric. Food Chem 48: 4204.
65
66
67
68
Widodo SE. 2005. Bahan penyerap KMnO4 dan asam L-askorbat dalam pengemas
aktif (active packaging) untuk memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan buah duku. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 2(16):
113.
Winarno FG. 1983. Kimia pangan dan gizi. Gramedia. Jakarta.
Yacoob O, Bamroongrugsa N. 1992. Lansium domesticum Correa. In Plant
Resources of South-East Asia. No 2. Edible Fruits and Nuts. Verheij EWM,
Coronel, RE. Ed. Prosea, Bogor, Indonesia.
Yanti M. 2002. Pengkajian Penyimpanan Segar Buah Melon (Cucumis melo L.)
Terolah Minimal dalam Sistem Atmosfir Termodifikasi. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor, Indonesia.
LAMPIRAN
70
71
'rata-rata r,g,b
ratar = jumlahr / luas
ratag = jumlahg / luas
ratab = jumlahb / luas
Text5.Text = ratar
Text6.Text = ratag
Text7.Text = ratab
'penormalan
nr = ratar / (ratar + ratag + ratab)
ng = ratag / (ratag + ratag + ratab)
nb = ratab / (ratab + ratag + ratab)
'hue
phi = 22 / 7
h1 = 2 * nr - ng - nb
h2 = ((nr - ng)) ^ 2 + ((nr - nb) * (ng - nb))
If h2 > 0 Then
h3 = Sqr(h2) * 2
Else
h3 = 0
End If
If h3 > 0 Then
h4 = 1.570796 - Atn((h1 / h3) / Sqr(1 - (h1 / h3) ^ 2))
Else
h4 = 0
End If
hue = h4 * (180 / phi)
If nb > ng Then
hue = 360 - hue
Else
hue = hue
End If
'saturasi
minim = nb
If (ng < minim) Then
minim = ng
End If
If (nr < minim) Then
minim = nr
Else
minim = minim
End If
saturasi = 1 - ((3 * minim) / (nr + ng + nb))
72
'intensitas
intensitas = (ratar + ratag + ratab) / 3
Text8.Text = hue
Text9.Text = saturasi
Text10.Text = intensitas
End Sub
Private Sub Command3_Click()
'buka gambar
CommonDialog1.Filter = "Bitmaps (*.BMP)|*.BMP"
CommonDialog1.ShowOpen
Picture1.Picture = LoadPicture(CommonDialog1.FileName)
Command5.Enabled = True
End Sub
Private Sub Command4_Click()
'tutup gambar
Picture1.Picture = LoadPicture("")
Command5.Enabled = False
End Sub
73
Nama Panelis
Hari Ke/Tanggal Pengujian
Jenis Contoh
Instruksi
:
:
: Duku Terolah Minimal
: Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda X pada
pernyatan yang sesuai dengan penilaian saudara
153
962
Kode Bahan
635
121
137
422
601
205
153
962
Kode Bahan
635
121
137
422
601
205
153
962
Kode Bahan
635
121
137
422
601
205
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Kekerasan
Penilaian
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
74
Aroma
Penilaian
205
153
962
Kode Bahan
635
121
205
153
962
Kode Bahan
635
121
137
422
601
205
153
962
Kode Bahan
635
121
137
422
601
137
422
601
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Rasa
Penilaian
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Keseluruhan
Penilaian
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
75
Lampiran 3 Tabel laju respirasi duku utuh dan terolah minimal pada suhu 15 0C,
20 0C dan suhu ruang (ml/ kg.jam)
Suhu
15 0C
20 0C
Ruang
Waktu
Pengamatan
(Jam)
3
6
9
12
15
18
21
24
27
39
51
63
75
87
111
3
6
9
12
15
18
21
24
27
39
51
63
75
87
Buah utuh
CO2
O2
36.29 41.39
29.29 20.69
21.81 27.06
35.34 30.24
29.61 30.24
38.52 41.39
25.47 36.61
42.66 42.98
28.33 30.24
81.22 27.06
80.86 30.24
80.15 33.03
81.18 30.24
83.13 32.63
33.59* 32.63*
46.05 55.58
32.71 42.88
27.63 39.70
39.86 41.29
33.35 31.76
40.81 47.64
27.31 42.88
30.17 50.82
31.76 36.52
80.12 34.94
83.77 40.50
84.13 40.10
88.10 44.86
66.50* 51.61*
3 55.33 72.31
6 38.98 51.87
9 32.69 53.44
12 32.69 34.58
15 36.78 39.30
18 40.87 53.44
21 27.66 48.73
24 36.47 61.30
27 33.95 40.87
39 79.77 47.16
51 79.46 52.66
63 80.60 53.84
75 85.16 54.62
87 80.07* 59.73*
Setengah kupas
melintang
CO2
O2
Setengah kupas
membujur
CO2
O2
Kupas penuh
CO2
O2
56.49
41.56
35.62
40.28
37.55
51.67
35.30
40.12
42.69
82.28
82.20
87.90
86.49
97.25
49.75
35.30
28.88
30.49
30.49
49.75
46.54
59.37
41.72
50.15
63.79
75.42
80.64
100.70
51.78
37.95
35.38
42.94
39.08
47.28
32.81
42.46
41.81
78.96
105.14
79.08*
48.25
43.42
38.60
33.77
33.77
49.85
62.72
64.33
49.85
51.06
45.83
77.60*
57.92
45.42
36.53
50.35
40.64
52.99
37.02
50.68
51.67
76.76
89.15
32.91
21.39
21.39
29.62
26.33
46.07
44.43
78.98
65.82
82.69
93.38
45.96
45.96
40.17
56.40
44.35
50.78
39.05
31.50
53.19
81.11
87.78
87.58
92.28
59.46
46.60
49.81
70.70
36.96
56.24
59.46
72.31
61.06
65.08
89.18
104.05
124.13
65.49
42.33
37.38
49.20
44.40
53.35
37.85
50.79
58.78
83.78
87.49
62.29
41.53
41.53
44.72
22.36
63.89
55.90
68.68
63.89
75.47
97.43
69.05
45.70
38.42
53.32
50.34
61.77
55.97
88.10
52.99
31.46
31.46
39.74
48.02
77.83
89.42
134.13
85.76
58.47
52.30
65.46
56.85
62.86
51.98
72.77
71.14
94.98
102.90
113.86
82.84
60.10
58.47
63.35
60.10
74.71
74.71
97.45
81.21
93.39
119.79
136.03
86.76
86.10 80.32
63.92
58.61
62.92 55.40
45.89
54.64
66.23 48.19
49.17
65.40
62.92 66.06
57.37
56.29
54.64 69.66
86.87
54.97
82.79 96.38 122.93
55.96
81.13 91.13* 108.18*
74.18 104.31
83.78
94.38
102.99 114.24
37.01* 136.60*
Keterangan: * = saat terjadi pelayuan, tidak diperhitungkan sebagai laju respirasi rata-rata
76
Lampiran 4 Analisis ragam dan uji lanjut laju respirasi rata-rata CO2 duku utuh
dan terolah minimal (ml CO2/ kg.jam)
Tabel analisis sidik ragam
Sumber
bentuk
suhu
bentuk*suhu
Galat
Total
KK = 22.84612
DF
3
2
6
12
23
JK
599.1017792
757.5027250
226.3523083
2111.985650
3694.942462
KT
199.7005931
378.7513625
37.7253847
175.998804
F Tabel
1.13
2.15
0.21
Pr > F
0.3743
0.1590
0.9650
Ruang
15 0C
20 0C
77
Lampiran 5 Analisis sidik ragam dan uji lanjut laju respirasi rata-rata O2 duku
utuh dan terolah minimal (ml O2/ kg.jam)
Tabel analisis sidik ragam
Sumber
bentuk
suhu
bentuk*suhu
Galat
Total
KK = 5.937635
DF
3
2
6
12
23
JK
2366.328717
2722.029158
211.818608
144.408700
5444.585183
KT
788.776239
1361.014579
35.303101
12.034058
F Tabel
65.55
113.10
2.93
Pr > F
<.0001
<.0001
0.0532
Keterangan: angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
78
Lampiran 6 Tabel perubahan kekerasan (kgf) duku terolah minimal pada beberapa
komposisi atmosfer penyimpanan
Bentuk Olahan
Setengah kupas
melintang
Komposisi Atmosfer
9-11% O2 dan 9-11% CO2
9-11% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 9-11% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
Kupas penuh
4
0.035
0.070
0.053
0.042
0.037
Rata-rata
0.065
0.071
0.063
0.061
0.057
0.079
0.066
0.073
0.084
0.084
Lampiran 7 Tabel perubahan total padatan terlarut (%Brix) duku terolah minimal
pada beberapa komposisi atmosfer penyimpanan
Bentuk Olahan
Setengah kupas
melintang
Kupas penuh
Komposisi Atmosfer
9-11% O2 dan 9-11% CO2
9-11% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 9-11% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
16.16
16.94
15.74
16.03
18.83
79
Lampiran 8 Perubahan kecerahan kulit buah duku setengah kupas melintang pada
beberapa komposisi atmosfer penyimpanan
Bentuk Olahan
Komposisi Atmosfer
Waktu Pengamatan
Intensitas
(Hari)
Rata-rata
1
2
3
4
82.7 76.0 66.7 80.0
76.3
66.7 84.0 86.7 88.0
81.3
74.7 84.0 86.7 64.0
77.3
85.3 72.0 73.3 82.7
78.3
69.3 72.0 65.3 65.3
68.0
Kupas penuh
Komposisi Atmosfer
9-11% O2 dan 9-11% CO2
9-11% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 4-6% CO2
4-6% O2 dan 9-11% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
120.0
129.3
122.7
121.3
130.7
118.0
122.7
126.0
127.3
127.3
80
Lampiran 10 Tabel perubahan konsentrasi CO2 dan O2 (%) buah duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Waktu
Pengamatan (Jam)
Buah utuh
Stretch Film
0
6
12
18
24
36
48
60
72
96
CO2
0.03
0.95
0.70
0.93
0.78
0.88
0.89
1.04
0.96
0.96
O2
21.00
20.00
20.05
19.75
19.80
19.70
19.80
19.55
20.10
19.85
Polipropilen
0
6
12
18
24
36
48
60
72
96
0.03
1.95
1.33
1.63
1.54
1.87
1.95
2.30
2.35
3.19
21.00
19.45
20.00
19.75
19.75
19.65
19.60
19.20
19.30
19.00
Setengah kupas
Kupas penuh
melintang
CO2
O2
CO2
O2
0.03
21.00 0.03 21.00
1.08
19.80 0.83 20.25
0.76
19.95 0.60 20.35
0.95
19.80 0.76 20.15
0.81
19.85 0.68 19.90
1.08
19.20 1.09 17.65
1.07
19.35
1.46
18.85
2.11
18.00
2.94
16.85
0.03
1.43
1.12
1.28
1.18
2.26
2.25
3.21
5.20
5.98
21.00
20.00
20.25
20.25
20.15
19.20
18.75
18.80
17.80
17.50
0.03
1.29
0.89
1.02
0.93
2.17
2.41
21.00
20.35
20.60
20.60
20.30
18.40
18.40
81
Lampiran 11 Tabel perubahan kekerasan (kgf) buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
1
0.050
0.017
0.019
Stretch Film
Buah utuh
0.049
0.012
Setengah kupas melintang
0.015
0.021
Kupas penuh
0.015
0.006
Keterangan: nilai kekerasan pada hari ke-0 adalah 0.143 kgf
0.013
0.013
0.016
0.005
Lampiran 12 Tabel perubahan total padatan terlarut (%Brix) buah duku utuh dan
terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
1
19.97
18.00
19.03
Stretch Film
Buah utuh
17.07
18.00
Setengah kupas melintang
17.27
16.17
Kupas penuh
18.27
16.93
Keterangan: nilai total padatan terlarut pada hari ke-0 adalah 17.6 %Brix
19.63
18.13
Lampiran 13 Tabel perubahan total asam (ml NaOH 0.1 N/100 gram) buah duku
utuh dan terolah minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
1
97.64
111.30
74.83
88.24
Buah utuh
94.10
99.40
80.75
Setengah kupas melintang
106.75
150.99
Kupas penuh
Keterangan: nilai total asam pada hari ke-0 adalah 100.43 ml NaOH 0.1 N/100 gram
Stretch Film
82
Lampiran 14 Tabel perubahan kecerahan kulit buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas
melintang
133.3
128.0
Buah utuh
Setengah kupas
96.0
85.3
80.0
melintang
Keterangan: nilai intensitas kulit buah pada hari ke-0 adalah 136.9
Stretch Film
Lampiran 15 Tabel perubahan kecerahan daging buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
1
120.0
98.7
128.0
128.0
Buah utuh
125.3
Setengah kupas melintang
128.0
130.7
Kupas penuh
Keterangan: nilai intensitas daging buah pada hari ke-0 adalah 128
Stretch Film
118.7
125.3
132.0
90.7
83
Lampiran 16 Rekapitulasi sidik ragam uji hedonik buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Parameter
Perlakuan
F-hitung
Koefisien
Keragaman (%)
Kekerasan
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
10.85
10.85
28.16
19.94
**
**
**
**
29.84
29.84
26.22
33.33
Aroma
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
2.66 *
9.27 **
28.35 **
10.08 **
29.51
28.11
27.22
33.77
Rasa
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
3.32
10.30
74.49
15.36
**
**
**
**
28.26
31.81
21.27
35.38
2.64 *
5.35 **
69.44 **
18.71 **
26.17
32.73
20.13
31.58
2.21 *
6.56 **
77.10 **
39.68 **
32.55
32.74
22.49
26.78
Keseluruhan
4.19 **
Hari ke-1
17.70
Hari ke-2
**
72.39 **
Hari ke-3
20.77 **
Hari ke-4
Keterangan:
* = berbeda nyata pada taraf = 5%
** = berbeda sangat nyata pada taraf = 5%
27.54
28.35
20.19
28.08
84
Lampiran 17 Tabel hasil uji hedonik kekekerasan buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
4.6a
3.7a
3.5a
4.1a
Buah utuh
abc
bc
c
3.4
2.9
1.5
1.4c
Setengah kupas melintang
bc
bcd
3.0
2.8
Kupas penuh
Keterangan: nilai uji hedonik kekerasan buah pada hari ke-0 adalah 4
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Stretch Film
Lampiran 18 Tabel hasil uji hedonik aroma buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
3.6ab
4.3a
3.3a
3.2a
Buah utuh
ab
c
b
3.3
2.7
1.7
1.5b
Setengah kupas melintang
abc
cd
2.9
2.6
Kupas penuh
Keterangan: nilai uji hedonik aroma buah pada hari ke-0 adalah 4
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Stretch Film
Lampiran 19 Tabel hasil uji hedonik rasa buah duku utuh dan terolah minimal
dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
3.8ab
4.2a
4.0a
3.3a
Buah utuh
ab
bc
d
3.6
3.3
1.1
1.3b
Setengah kupas melintang
c
cd
d
2.8
1.1
1.3b
2.4
Kupas penuh
Keterangan: nilai uji hedonik rasa buah pada hari ke-0 adalah 4.3
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Stretch Film
85
Lampiran 20 Tabel hasil uji hedonik warna kulit buah buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
1
3.7a
3.0ab
4
2.2b
1.6c
3.6a
4.4a
3.8a
3.4a
Buah utuh
a
c
d
2.7
1.2
1.3c
3.7
Setengah kupas melintang
Keterangan: nilai uji hedonik warna kulit buah pada hari ke-0 adalah 3.9
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Stretch Film
Lampiran 21 Tabel hasil uji hedonik warna daging buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Polipropilen
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
Stretch Film
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
3.6ab
3.9a
2.6b
Jenis Kemasan
Bentuk Olahan
4.1a
3.0bc
2.6cd
3.9a
1.6b
1.2bc
3.5a
1.3b
1.3b
Keterangan: nilai uji hedonik warna daging buah pada hari ke-0 adalah 3.9
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Lampiran 22 Tabel hasil uji hedonik keseluruhan buah duku utuh dan terolah
minimal dalam kemasan plastik terpilih
Jenis Kemasan
Polipropilen
Bentuk Olahan
Buah utuh
Setengah kupas melintang
Kupas penuh
3.4ab 4.6a
4.0a
3.3a
Buah utuh
a
cde
c
3.9
2.4
1.5
1.7c
Setengah kupas melintang
bc
c
2.9
2.8
Kupas penuh
Keterangan: nilai uji hedonik keseluruhan buah pada hari ke-0 adalah 4.1
angka uji duncan yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata pada =5%
Stretch Film