Anda di halaman 1dari 6

I.

II.

Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril
2. Untuk menghitung isotonis suatu sediaan steril
3. Untuk mengevaluasi sediaan steril
Dasar Teori
Infus merupakan larutan steril dan umumnya diberikan melalui
intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, untuk memberi nutrisi
atau sebaqgai pembawa obat. Biasanya diberikan dalam voume besar
dengan penetesan lambat melalui intravena. Infus intravena dapat digunakan
untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat
darurat karena obat tidak di adsorbs secara oral. Dapat pula digunakan pada
penderita yangtidak sadar atau pada penderita yang tidak dapat atau tidak
tahan menerima pengobatan oral.
Steralisasi adalah suatu

cara

untuk

membebaskan

sesuatu

(alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan


kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sterilisasi secara panas terbagi lagi menjadi sterilisasi panas
lembab(sterilisasi basah) yaitu bila panas yang digunakan bersamaan
dengan uap air dan sterilisasi panas kering.
a. Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara
panas. Karakteristik sterilisasi kering adalah menggunakan oven suhu
tinggi (170-180C) dengan waktu yang lama (1-3 jam). Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlemeyer,
tabung reaksi dll. Sebelum dimasukkan ke dalam oven alat/bahan
tersebut dibungkus, disumbat atau dimasukkan dalam wadah tertutup
untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven.
b. Sterilisasi dengan api langsung dilakukan pada ose atau jarum inokulasi
sampai seluruh bagian kawat terpijarkan.
c. sterilisasi secara kimiawi ( cara khemis ) Yaitu sterilisasi dengan
menggunakan

bahan

kimia.

Biasanya

menggunakan

senyawa

disinfektan. Disinfektan adalah suatu bahan kimia yang dpat membunuh


sel-sel vegetative dari jasad renik. Prosesnya disebut disinfeksi. Zat-zat

kimia yang bersifat disinfeksi : Fenol,alkohol, asam parasetat,


formaldehid dll.
III.

Alat dan Baha


Alat:

Bahan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

a)
b)
c)
d)

Botol infus
Autoklaf
Gelas kimia
Pipet
Batang pengaduk
Ph universal
Kertas saring
Spet
Corong
Gelas ukur

Aqua pro injectionum


Glukosa
NaCl
Karbon aktif

IV.

V.

Formula
Glukosum 5%
Infus intravena 100mL
Spesifikasi
A. Bahan berkhasiat : glukosa
Pemerian : hablur tak berwarna, serbuk hablur atau butiran tah berbau
mudah larut.
Kelarutan : mudah larut air, sangat larut dalam air mendidih, agak sukar
larut dalam etanol.
Penyimpanan : dalam wadah yang tertutup
Stabilitas :
OTT :
Ph
:
Antioksidan :

VI.

Formula Lengkap
Glukosa
NaCl
Aqua pro injectionum

VII.

VIII.

5g
35mg
ad 100 mL

Prosedur Kerja
Larutkan glukosa
dalam sebagian
a.p.i

Larutkan NaCl
dalam sebagian
a.p.i

Kedua campuran
tersebut
dicampur

Larutan
ditambahkan a.p.i
ad 350mL, cek pH

Tambahkan
karbon
dipanaskan dan
di aduk (60oo-70ooC)
selama 15 menit

Larutan disaring
panas-panas dan
filtrate pertama
dibuang

Larutan kemudian
diisikan kedalam
botol infus
sebanyak 105mL

Sterilisasi dalam
autoklaf 115oo116ooC selama 30
menit

Hasil Pengamatan
Penimbangan

Bahan

Satuan Dasar
100mL
5g
35mg
100mg

Glukosa
NaCl
Karbon aktif

Volume Produksi
350mL
350/100x5g=17,5 g
350/100x35mg=122,5mg=0,1225 g
350/100x100mg=350 mg=0,35g

Tonisitas :
Zat
Glukosa

tb
0,1

C
5

Perhitungan Tonisitas
0,52( tb. C)
W=
0,576
W=

0,52( 0,1 x 5)
0,567

W=

0,520,5
0,567

W = 0,035% (hipotonis) jika positif artinya hipotonis


Untuk membuat supaya larutan tersebut isotonis, maka di tambahkan NaCl
sebanyak 0,035%
EVALUASI
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
IX.

Jenis evaluasi
Penampilan fisik wadah
Jumlah sediaan
Kejernihan sediaan
Keseragaman volume
Brosur
Kesamaan
Etiket

Penilaian
Seragam
3 botol infus
Larutan bening jernih
Seragam
Rapih
Seragam
Rapih

Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pembuatan sediaan infus,
dimana zat aktif yang digunakan yaitu glukosa. Glukosa merupakan bahan
aktif yang berkhasiat sebagai kalorigenik yaitu zat yang dapat meghasilkan
atau meningkatkan energy atau memperkecil kekurangan kalori pada terapi
pengganti atau pemeliharaan.

Hal yang pertama kali dilakukan yaitu mensterilkan alat-alat yang


akan digunakan untuk praktikum, tujuannya yaitu untuk membuat sediaan
tetap terjaga kebersihannya karena sediaan yang akan dibuat akan langsung
kontak dengan cairan tubuh atau mukosa tubuh sehingga perlu diperhatikan
kebersihan dan kehigienisannya. Untuk mensterilkan alat-alat digunakan
autoklaf dimana alat ini berfungsi mensterilkan alat dengan cara basah. Cara
sterilissasi ini lebih baik dari pada cara kering karena pada alat ini yang
digunakan untuk mensterilkan yaitu uap panasnya sehingga semua alat-alat
akan mendapatkan panas yang merata dan akan tersterilkan dengan merata.
Setelah melakkan sterilisasi alat-alat maka selanjutnya yaitu
pembuatan sediaan infus. pembuatan sediaan infus ini pelarut yang
digunakan yaitu aqua pro injeksi, dan zat tambahan yang digunakan yaitu
NaCl yang berfungsi untuk membuat larutan menjadi hipotonis. Hal yang
[ertama dilakukan yaitu mensterilkan alat-alat yang akan digunakan.
Kemudian melarutkan glukosa dalam aqua pro injeksi, dan melarutkan NaCl
dalam aqua pro injeksi kemudian kedua campuran tersebut dicampur.
Kemudian di ad sampai volume yang dibutuhkan, kemudian ditambahkan
karbon aktif dan dipanaskan pada suhu 60o-70oC selama 15 menit kemudian
disaring panas-panas. Fungsi penambahan karbon aktif yaitu agar sediaan
steril tersebut bebas pirogen.
Kemudian setelah pembuatan infusa selesei sediaan siap dikemas,
masukkan kedalam botol infus kemudian sterilisasikan kembali dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 115o-116oC selama 30 menit.
Setelah itu kemudian dilakkan evaluasiyang mencakup penampilan
dari wadah, jumlah sediaan, kejernihan sediaan, keseragaman volume,
browser, kesamaan, dan etikeet. Dri hasil evaluasi yang dilakukan didaptkan
sediaan yang jernih, penampilan fisik wadah yang seragam, keseragaman
volumenya seragam. Sehingga dengan demikian sediaan infus yang dibuat
X.

dapat dikatakan tidak terkontaminasi


Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa % tonisitas
dari sediaan adalah 0,035% , secara visual sediaan yang telah dibuat

memenuhi syarat kejernihan, memenuhi syarat keseragaman volume, dan


keseragaman volunme
XI.

Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat.
Jakarta : UI-Press.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta.
Lachman, Lieberman . 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:
UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai