Anda di halaman 1dari 2

Five Force yang terjadi pada UK Petra dan Pesaing

A. New Entrance
Yang menjadi ancaman bagi UK Petra, khususnya di Surabaya adalah Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
yang merupakan pesaing utama UK Petra di Jawa Timur seperti Universitas Surabaya (Ubaya),
Universitas Ciputra (UC), Universitas Widya Mandala (WM), sampai Universitas Widya Kusuma
(WK). Dianggap ancaman karena mempunyai kesempatan membuka jurusan-jurusan lengkap dengan
fasilitas yang mumpuni maupun dosen yang kapabel dan handal.

B. Pemasok (Suppliers)
Kemampuan pihak UK Petra mendapatkan akses ke pemasok dengan membuka jaringan
kerjasama dengan pihak; lembaga pendidikan (misal SMA) untuk memperoleh calon mahasiswa,
bekerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri (program three party) untuk memperoleh ijasah
dengan pengakuan International (double degree), bekerja sama dengan industri usaha yang
berperan sebagai tempat magang (PKL) dan training mahasiswa, kemampuan berelasi dengan
para pimpinan universitas dari dalam dan luar negeri untuk masuk dalam proses belajar mengajar
sangat menentukan tingkat kemampuan kompetitif yang dapat diunggulkan sehingga memberikan
daya tarik bagi minat masuk calon mahasiswa.
Mari kita bandingkan dengan salah satu pesaing UK Petra, yaitu UC. Mereka juga secara intensif
mengadakan promosi, mengikuti pameran pendidikan, membuka kesempatan study tour di tempat
mereka, dsb, untuk dapat menarik minat siswa-siswa SMA khususnya SMA International atau
National+ supaya berkuliah di UC. Meskipun jaringan luar negeri mereka belum seluas Petra,
namun perkembangan yang didapat dari jumlah mahasiswa dari tiap tahunnya terus meningkat,
dan dikabarkan UC akan segera membuka program studi baru yaitu Kedokteran, dimana di Petra
sendiri tidak tersedia.

C. Pembeli (Buyers)

Industri manufaktur (perusahaan kayu, perusaha- an kertas, dll), Industri Jasa dan Telekomunikasi
(perusahaan pener-bangan, travel, restaurant, perbankan, Jasa di dalam dan diluar negeri),
Industri properti seperti real estate, media maupun organisasi profit dan non-profit. tersebar
dalam berbagai bidang pekerjaan. Pembeli atau pengguna jasa pendidikan UK Petra mempunyai
kekuatan tawar menawar yang akan memberikan nilai tambah atau kurang terhadap programprogram di UK Petra. Mereka juga merupakan faktor penting untuk melihat sejauh mana
kemampuan lembaga serta output yang dihasilkan berupa alumni dapat memberikan kontribusi
atau nilai tambah bagi pembeli/ penggunanya. Hal ini dapat diukur dengan melihat penyebaran
output (lulusan UK Petra) dalam dunia kerja di dalam negeri maupun di luar negeri. Begitupula
dengan pembeli (orang tua calon mahasiswa) dengan kelas sosial masyarakat menengah ke atas
mempunyai keunikan permintaan dan pelayanan yang khusus dan berkualitas menjadi kekuatan
tawar menawar yang kuat, apalagi bagi pasar sasaran tergolong keluarga bisnis murni yang
cenderung memilih bidang studi yang bergelar strata satu (S1) dan sekolah-sekolah favorit yang

berkualitas. Walau ada stigma kalau mahasiswa UK Petra kurang cocok untuk dijadikan
karyawan, namun itu dibarengi dengan prestasi alumni-alumninya yang sukses sebagai
pengusaha..
Dibandingkan dengan UK Petra, Universitas Surabaya (Ubaya) dikenal akan mahasiswanya yang
ulet dan siap kerja. Lulusan Ubaya rata-rata bekerja sebagai karyawan atau tenaga kerja di
perusahaan, dibandingkan alumni UK Petra yang rata-rata menekuni dunia usaha atau berbisnis.

D. Produk subtitusi
Produk subtitusi adalah produk alternatif menjalankan fungsi yang sama seperti produk berupa
jurusan yang ada di UK Petra. Bila program studi yang ada di UK Petra berjenjang S1 adalah
produk dari lembaga pendidikan UK Petra maka produk alternatif yang relatif sama adalah
dihasilkan oleh institusi/lembaga pendidikan dan tidak berjenjang S1, terbaik di Indonesia seperti
SMK-SMK yang tersebar di berbagai daerah, adalah memperoleh pengakuan/akreditasi Internaberbagai kursus intensif.

E. Pesaing industri (industry competitors)


Persaingan akan semakin ketat dengan munculnya PTS di Jatim (232 PTS) khususnya di
pembukaan jurusan-jurusan baru di beberapa universitas, bukan hanya berjenjang S1 namun bisa
sampai pada jenjang S2 dan S3. Begitupula dengan lembaga pendidikan lain seperti; kursus,
akademi, universitas/ institut negeri maupun swasta dengan berbagai tingkat akreditasi dan
prestasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Selain itu, fasilitas pendidikan, jaringan kerjasama
yang kuat dan luas baik didalam maupun di luar negeri.
Kesempatan memperoleh beasiswa, kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan yang luas, dan
keunggulan lainnya mewarnai persaingan. Kondisi-kondisi seperti ini akan memunculkan
lembaga pendidikan dengan predikat yang sangat memuaskan, kelompok universitas unggulan
dan non-unggulan, lembaga pendikan elit dan non-elit, lembaga pendidikan dengan spesialisasi,
atau berafeliasi dengan lembaga pendidikan luar negeri dan industri luar negeri dalam program
three party, double degree, dan sebagainya. Lembaga pendidikan yang mampu mengatasi
persaingan ini tentu akan memperoleh keunggulan kompetitif sejati ataupun predikat pemim- pin
pasar.
Belum lagi ancaman Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dimana mulai terbukanya jalur
perdagangan antar negara-negara Asean yang berarti semakin banyak orang luar negeri yang
datang ke Indonesia, tuntutan yang tinggi akan bahasa, inovasi produk, jasa, dll, membuat tiaptiap universitas harus mulai berpikir untuk mengembangkan program studi mereka supaya
mahasiswa-mahasiswanya dapat bersaing di dunia kerja yang tuntutannya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai