Anda di halaman 1dari 15

https://hadiyantoprie.wordpress.

com/mendeskripsikan-pancasila-sebagai-ideologi-terbuka/
oetojo oesman, SH,pancasila sebagai ideologi.bp-7 pusat. Jakarta, 1991 hlm 4
ibid

Mendeskripsikan Pancasila sebagai


ideologi terbuka
3)

Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28 Mei


1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945, membahas
tentang rumusan dasar negara. Tampil tiga tokoh.
1. Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara Indonesia(dalam
pidato)

Peri Kebangsaan

Peri Kemanusiaan

Peri Ke-Tuhanan

Peri Kerakyatan

Kesejahteraan rakyat

Pada akhir pidatonya beliau menyerahkan rancangan (tertulis)

1. Ke-Tuhanan Yang maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

2. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara
Indonesia yaitu:

Persatuan

Kekeluargaan

Kesimbangan lahir dan batin

Musyawarah

Keadilan rakyat

3. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima hal yang
menjadi dasar negara merdeka, yaitu:

Kebangsaan Indonesia

Internasionalisme atau kemanusiaan

Mufakat atau demokrasi

Kesejahteraan sosial

Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan
menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara
Indonesia merdeka yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia Sembilan
tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD 1945 dan tugasnya
selesai BPUPKI dibubarkan.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima perubahan
Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD45 dengan rumusan Pancasila sebagai berikut:

Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh.
Hatta sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas presiden dibantu oleh
KNIP.
4)

Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek penyelenggaraan
negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara, pemerintahan dan aspekaspek kenegaraan lainnya.
Sedangkan sebagai ideologi negara, dasar, pandangan bagi sistem kenegaraan untuk seluruh
rakyat Indonesia.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:

Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan

Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya

Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa

Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan
negara

IDENTIFIKASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

IDENTIFIKASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Oleh: Dewi Hastarini

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan


rangkaian

kesatuan

dan

kebulatan

gagasan-gagasan

yang

tidak

dapat

terpisahkan, karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila


lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar
tempatnya atau dipindah-pindahkan sering disebut dengan hierarkis piramidal.
Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang
berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutanurutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya
sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat
dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah
sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai dasar negara dan sebagai sumber
hukum nasional. Ketiga pengertian tersebut sudah selayaknya kita fahami akan
hakikatnya.
Namun di era globalisasi yang penuh dengan persaingan ini makna
Pancasila sebagai ideologi negara seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya melalui proses yang
sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pejuangan dan pengorbanan
tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri
negara yaitu Pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke4.

Mayarakat Indonesia mengetahui bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa


Indonesia, merupakan sumber dari segala sumber hukum dan pedoman dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun dalam kenyataannya hal
tersebut hanyalah sebagaai pengetahuan belaka tanpa dipahami makna yang
sebenarnya. Banyak masyarakat yang betindak tidak sesuai dengan ideologi
Pancasila.
Meskipun banyak sebutan untuk Pancasila bukanlah merupakan suatu
kesalahan

atau

pelanggaran

melainkan

dapat

dijadikan

sebagai

suatu

kekayaan akan makna dari Pancasila bagi bangsa Indonesia. Tetapi pengertian
pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan dapat
mengaturkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar negara, seperti
yang pernah terjadi dimasa lalu.
Dengan demikian, kita sebagai generasi penerus bagsa mempunyai
kewajiban bersama untuk senantiasa menjaga kelestarian nilai nilai pancasila
agar tidak luntur dan apa yang pernah terjadi di masa lalu tidak akan teredam
di masa yang akan datang. Untuk itu pada kajian ini pembahasan akan terfokus
pada pengertian, ciri-ciri serta fungsi Pancasila sebagai ideologi terbuka bagi
bangsa Indonesia.

IDENTIFIKASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Pancasila merupakan sistem filsafat praktis, yaitu Pancasila dapat
digunakan sebagai pedoman kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara
untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dalam bernegara disebut dengan ideologi, yang
selalu dikaitkan dengan negara disebut ideologi negara. Setiap ideologi selalu
dikaitkan dengan pandangan hidup bangsa sebagai pendukungnya,yang
didasarkan pada filsafat tertentu, yaitu pandangan tentang hak dan kewajiban
pribadi terhadap masyarakat dan negara yang berorientasi terwujudnya
masyarakat yang dicita-citakan. Definisi ideologi secara umum adalah suatu
kesatuan gagasan-gagasan yang sistematik yang menyeluruh tentang manusia
dalam bernegara baik secara individual maupun secara sosial.

Koento Wibisono dalam makalahnya Pancasila Ideologi Terbuka menyatakan


terlepas

dari

berbagai

macam

definisi

yang

berbeda

bahkan

saling

bertentangan dalam berbagai penulisan, namun dapat mengkonstatasikan


adanya kesamaan bahwa setiap ideologi memiliki tiga unsur pokok, yaitu unsur
keyakinan, unsur mitos dan unsur loyalitas.

a.

Unsur keyakinan. Setiap ideologi selalu memuat konsep-konsep dasar yang


menggambarkan seperangkat keyakinan yang diorientasikan kepada tingkah

b.

laku para pendukungnya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.


Unsur mitos. Setiap ideologi selalu memitoskan suatu ajaran dari seseorang
atau beberapa orang sebagai kesatuan yang fundamental mengajarkan suatu

c.

cara bagaimana sesuatu hal yang ideal itu pasti akan dapat dicapai.
Unsur Loyalitas. Setiap ideologi selalu menuntut adanys kesetiaan serta
keterlibatan

optimal

para

pendukungnya.

Untuk

mendapatkan

derajat

penerimaan optimal, dalam ideologi jug aterkandung adanya tiga subunsur,


yaitu rasional, penghayatan dan susila.
Dengan adanya unsur-unsur diatas, sutu konsep ideologi diharapkan
mampu menyatu dalam perilaku konkret dalm kehidupan sehari-hari. Sejarah
menunjukkan, meskipun isi dalam suatu ideologi sangat abstrak dan ideal,
namun apabila para pendukungnya telah teersentuh unsur-unsur tersebut,
ideologi akan berkembang menjadi suatu siap hidup atau pola hidup yang akan
menjadi

sangat

konkret

apabila

terbuka

peluang

yang

tepat

untuk

mengaktualisasikannya, dan nantinya ideologi tersebut akan membudaya.


Pancasila sebagai ideologi adalah ideologi terbuka, karena merupakan
sekumpulan nilai luhur yang diyakini kebenarannya, yang berarti memenuhi
unsur keyakinan. Pancasila sebagai hasil kesepakatan nasional dari ajaran
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diagungkan sebagai
dasar negara, telah memnuhi unsur mitos atau pengagungan. Pancasila
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dinalar sesuai akal pikiran
serta

bersifat

susila

karena

terkandung

moral

keagamaan

dan

moral

kemanusiaan.
Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:399) menyebutkan beberapa faktor yang
mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu:
1.

Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita


berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan
dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologiideologi sebelumnya.

2.

Kenyataan

bangkrutnya

ideologi

tertutup

seperti

marxismeleninisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada


pilihan

yang

amat

berat,

menjadi

suatu

ideologi

terbuka

atau

tetap

mempertahankan ideologi lainnya.


3.

Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat


penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat
tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku.
Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata
konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di

saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi


alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti pancasila.
4.

Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan, istilah
Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR
tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi
utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa bangsa Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai
Ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa
Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.
Proses perumusan pancasila sebagi dasar negara menjelang tahun 1945
Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara yang digunakan
Jepang untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia, salah
satunya adalah janji Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7
September 1944. Sebagai kelajutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29
April 1945, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang
bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat, wakil ketua R. Panji
Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang dan beranggotakan 60 orang.
Selama masa tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang.

Daftar Pustaka

Drs. Kaelan, MS. 1999. Pendidikan Pancasila.


Noor ms Bakry.2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2010
Noor ms Bakry.2010.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2010
Rukiyati dkk.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:UNY Press

Masri. 2009. Fungsi dan Kedududkan Pancasila. (Online)


(http://masri.blog.com/2009/11/06/fungsi-dan-kedudukan-pancasila/,

diakses

tanggal 9 Mei 2012)


Denni. 2008. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. (Online)
(http://blogdenni.wordpress.com/tag/pengertian-pancasila-sebagai-ideologiterbuka/, diakses tanggal 23 Mei 2012)
Template Waterma

Menunjukan sikap Positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara
Sikap positif terhadap Pancasila merupakan sikap prilaku yang baik dan mendukung
terhadap nilai-nilai Pancasila serta berupaya melestarikan dan mempertahankan Pancasila
baik sebagai ideologi bangsa, dasar negara maupun pandangan hidup bangsa.
Nilai ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berperan serta
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dilingkungan keluarga,sekolah,masyarakat bangsa dan
negara.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Contoh sikap positif yang perlu ditunjukan oleh setiap warga Negara
Menerima Pancasila sebagai dasar negara,ideologi bangsa dan pandangan hidup bangsa.
Menghayati dan mempelajari nilai-nilai yang terkandung alam Pancasila
Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Menolak ideologi lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila
Turut mempertahankan kelestarian ideologi Pancasila
Bersikap kritis dan memiliki kepedulian terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara supaya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

1.
2.
3.
4.
5.

Contoh prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke satu
Melaksanakan ibadah agama tepat waktu
Memperdalam ajaran agama melalui ceramah keagamaan, pendidikan agama
Selalu berdoa setiap memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan/kegiatan
Menghormati pemeluk agama lain
Memelihara kebersihan dan kemakmuran sarana peribadatan.

1.
2.
3.
4.
5.

Contoh prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke dua
A.Saling mencintai dan menghargai antar sesama manusia
B.Saling tolong menolong antar sesama manusia
C.Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain
D.Menjunjung tinggi dan mentaati peraturan/norma yang berlaku
E.Gemar melakukan kegiatan-kegiatan sosial,menyantuni fakir miskin/anak yatim

Contoh prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke tiga
Selalu mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi/golongan
Turut menjaga rasa kekeluargaan dan keharmonisan keluarga,lingkungan
masyarakat,sekolah
3. Menghormati lambang-lambang identitas nasional seperti lambang negara,lagu
kebangsaan,bendera nasional, mata uang dll
4. Menggunakan produk dalam negeri
5. Mau bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan SARA
1.
2.

Contoh prilaku yang sesuai dengan niai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke
empat

1.

Mengutamakan musyawarah/diskusi dalam setiap mengambil keputusan untuk


kepentingan bersama
2. Tidak memaksakan kehendak dalam kepentingan bersama
3. Turut serta melaksanakan danmensukseskan emilihan pemimpin organisasi,pengurus
kelas,pengurus osis,RT,RW,Lurah/kepala desa,kepala daerah,presiden dll dengan jujur dan
bertanggung jawab.
1.
2.
3.
4.
5.

Contoh prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasial sila ke lima
A.Selalu berhemat dalam setiap penggunaan kebutuhan hidup
B.Berupaya bekerja keras dalam setiap penyelesaian tugas/pekerjaan
C.Gemar menabung untuk kebutuhan hidup dimasa depan
D.Bertutur kata, berpenampilan dan berprilaku yang sederhana dan wajar
E.Mengembangkan semangat gotong royang dan kekeluargaan.
Sikap positif terhadap Pancasila perlu ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari
dilingkungan masyarakat,berbangsa dan bernegara oleh seluruh komponen bangsa baik
sebagai rakyat maupun aparat pemerintahan dengan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam tiap sila

Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


LATAR BELAKANG

PANCASILA KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA


Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang Pancasila sebagai idelogi terbuka,
terlebih dahulu yang harus kita pahami adalah bahwa Pancasila telah menjadi
kesepakatan bangsa Indonesia sejak berdirinya Negara (Proklamasi) Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945. Dengan demikian, siapapun yang menjadi warga
negara Indonesia hendaknya menghargai dan menghormati kesepakatan yang telah
dibangun oleh para pendiri negara (founding fathers) tersebut dengan berupaya terus

untuk menggali, menghayati & mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila yang sila-silanya diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, telah
menjadi kesepakatan nasional sejak ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dan akan
terus berlanjut sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia. Kesepakatan tersebut
merupakan perjanjian luhur atau kontrak sosial bangsa yang mengikat warga
negaranya untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan semestinya.
Untuk membuktikan bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bangsa
Indonesia dengan legalitas yang kuat, kiranya perlu dilengkapi :
1. Justifikasi Juridik
Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepada
Pancasila dan UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan
Pancasila ke dalam UUD yang telah berlaku di Indonesia dan beberapa contoh,
seperti:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949)
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950)
Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA
Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
2. Justifikasi Teoritik Filsafati
Merupakan usaha manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudut olah
pikir manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Pada umumnya olah pikir
filsafat dimulai dengan suatu aksioma, yakni suatu kebenaran awal yang tidak perlu
dibuktikan lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaran yang hakiki. Para
pendiri negara dalam membuktikan kebenaran Pancasila dimulai dengan suatu
aksioma bahwa : Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa dalam suatu partalian yang selaras atau harmoni. Aksioma ini dapat ditemukan
rumusannya dalam Pembukaan UUD 1945 pada aline kedua dan keempat & pasal
29.
Alinea Kedua
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Alinea Keempat
...., yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, ...
Pasal 29 ayat (1)
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Justifikasi Sosiologik Historik
Menurut penggagas awal (Ir. Soekarno), bahwa Pancasila digali dari bumi
Indonesia sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam
kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam. Nilai-nilai tersebut dapat diamati
pada kelompok masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dalam
implementasinya sangat disesuaikan dengan kultur masyarakat yang bersangkutan.
Dengan demikian, nampak jelas bahwa sesungguhnya Pancasila telah menjadi living
reality (kehidupan nyata) jauh sebelum berdirinya negara republik Indonesia.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsa


Indonesia tidak perlu diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar
negara, ideologi nasional maupun pandangan hidup bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa & bernegara. Hal initerbukti setelah kita analisis dari
sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta sosiologik dan historik. Untuk itu, semakin
jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatan bangsa, suatu perjanjian luhur
yang memiliki legalitas, kebenaran dan merupakan living reality yang selama ini telah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsa
Indonesia yangmemiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) mampu hidup berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai perwujudan tersebut, maka bangsa Indonesia dikenal oleh
bangsa-bangsa manca negara sebagai bangsa yang memiliki sifat khas kepribadian
(unik) antara lain : ramah tamah, religius, suka membantu sesama (solidaritas), dan
mengutamakan musyawarah mufakat.
PENGERTIAN IDEOLOGI
Kata Ideologi berasal dari bahasa Latin dari kata idea (daya cipta sebagai
hasil kesadaran manusia) dan logos (pengetahuan, ilmu faham). Istilah ini
diperkenalkan oleh filsuf Perancis A. Destut de Tracy (1801) yang mempelajari
berbagai gagasan (idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian
meluas sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
bidang politik. Ideologi juga diartikan sebagai falsafah hidup dan pandangan dunia
(dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung). Biasanya, ideologi selalu
mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan
nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembagaan dengan tujuan
kesejahteraan.
Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut : The sum of
political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people (ideologi
ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakatatau
sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).
Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi ideologi ialah sebagai
berikut : A term used for any group of ideas concerning various politicaland
economic issues and social philosophies often appliedto a systematic schema of
ideas held by group classes (suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik tentang cita-cita yang
dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat). (Drs Ismaun, pancasila
sebagai dasar filsafat atau ideologi negara republik Indonesia dalam Heri Anwari
Ais, Bunga Rampai filsafat pancasila, 1985 : 37).The term isme something used
for these system of thought (istilah isme/aliran kadang-kadang dipakai untuk
system pemikiran ini.
Dalam pengertian ideologi negara itu termasuk dalam golongan ilmu
pengetahuan sosial, dan tepatnya pada digolongkan kedalam ilmu politik (political
sciences) sebagai anak cabangnya. Untuk memahami tentang ideologi ini, maka kita
menjamin disiplin ilmu politik.
Di dalam ilmu politik, pengertian ideologi dikenal dua pengertian, yaitu :
Pertama, pengertian secara fungsional dan Kedua, pengertian secara structural
Ideologi dalam pengertian secara fungsional adalah ideologi diartikan seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik. Sedangkan pengertian ideologi secara structural adalah

ideologi diartikan sebagai system pembenaran, seperti gagasan dan formula politik
atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa. Lebih lanjut ideologi
dalam arti fungsional secara tipologi dapat dibagi dua tipe, yaitu ideologi yang
bertipe doktriner dan ideologi yang bertipe pragmatis.
Suatu ideologi digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung
dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas,
diindotrinasikan kepada warga masyarakat, dan pelaksanaanya diawasi secara ketat
oleh aparat partai atau aparat pemerintah, komunisme merupakan salah satu
contohnya.
Suatu ideologi digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran ajaran yang
terkandung dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci,
melainkan dirumuskan secara umum (prinsup-prinsipnya saja). Dalam hal ini,
ideologi itu tidak diindoktrinasikan, tetapi disosisalisasikan secara fungsional
melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama
dan sistem politik. Individualisme (liberalisme) merupakan salah satu contoh
ideologi pragmatis.
ARTI IDEOLOGI TERBUKA
Ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang
menyatakan, ... terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum
dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan
yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya.

ARTI TERBUKA DARI IDEOLOGI


Arti terbuka dari ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat
konseptual (struktur ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para penganutnya):
1. Bersifat Konsepsual, yaitu Struktur Ideologi
Menurut Corbet, struktur ideologi tersusun oleh: pandangan filsafat tentang
alam semesta dan manusia, konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan, dan
metodologi untuk mencapainya. Ketiga unsur tersebut akan selalu terhubung dengan
relasi heuristi (relasi inovatif), yaitu apabila pandangan filsafatinya mengenai alam
semesta dan manusia bersifat tertutup, maka cita-cita instrinsiknya dengan
sendirinya bersifat tertutup, sehingga akan tertutup pula metode berpikirnya.
Demikian sebaliknya, apabila ajaran ontologis-nya bersifat terbuka, maka cita-cita
intrinsik dan maupun metode berpikirnya berturut-turut bersifat terbuka pula.
2. Bersifat Dinamis, yaitu Sikap Para Penganutnya
Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, niscaya membutuhkan subjek
pengamal/pelaksana, yaitu sejumlah penganut atau pendukung yang
mengidentifikasikan hidupnya dengan ideologi yang dianutnya, menerima
kebenaran, berjuang, dan bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian kebersamaanhidup ideal membutuhkan perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam
sistem sosial yang niscaya bersifat terbuka sejalan dengan perubahan zaman.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

CIRI-CIRI IDEOLOGI TERBUKA


Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat sendiri
Nilai-nilainya digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya
masyarakat itu sendiri
Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat
Bersifat dinamis dan reformis
Isinya tidak bersifat operasional
Menghargai pluralitas sehingga dapat diterima oleh warga masyarakat
Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat
Terbuka terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar
GAGASAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal
ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya dapat
ditelusuri dari pembahasan para pendiri pada tahun 1945. Memahami Pancasila
sebagai ideologi terbuka didorong oleh tantangan zaman. Sejarah menunjukkan
bahwa betapa pun kokohnya suatu ideologi bila tidak memiliki dimensi fleksibilitas
atau keterbukaan, akan mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran dalam
menanggapi tantangan zaman (contoh: runtuhnya Komunisme di Uni Soviet).
Pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka tersirat di dalam Penjelasan
UUD 1945 di mana sisebutkan Maka telah cukup jika Undang-Undang Dasar
hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan
lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidu[an negara dan
kesejahteraan sosial terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik
hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturanaturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undangundang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut.
Dari kutipan tersebut kita dapat memahami bahwa UUD 1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah Pancasila, maka

a.

b.

c.

d.

FAKTOR PENDORONG KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA


Dalam pandangan Moerdiono, faktor yang mendorong pemikiran mengenai
keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut :
Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat Indonesia
berkembang secara cepat. Dengan demikian, tidak semua persoalan hidup dapat
ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi
sebelumnya.
Kenyataan bangkrutnya ideologi yang tertutup seperti MarxismeLeninisme/Komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan padapilihan yang
amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi
lama.
Pengalaman sejarah politik kita sendiri di masa lampau dengan pengaruh
Komunisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi Komunisme yang pada
dasarnya bersifat tertutup. Pancasila pernah merosot menjadi ancaman dogma yang
kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, melainkan sebagai senjata
konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijakan pemerintah pada saat
itu menjadi absolut. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk
secara langsung dicap sebagai anti-Pancasila.
Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai
satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan Ketetapan MPR tahun 1999. Nemun,
pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai
dasar negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila harus dijadikan
jiwa Bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam
pengembangan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor lain,
yaitu tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila alternatif ideologi dunia.

BATAS-BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA


Suatu ideologi apa pun namanya, memiliki nilai dasar atau intrinsik dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan.
Seperangkat nilai instrinsik (nilai dasar) yang terkandung di dalam setiap ideologi
berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus energi kepada para
penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan demikian, tiap nilai instrinsik
niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai dasar atau nilai instrinsik yang dimaksud
adalah nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan
Sosial yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini oleh bangsa Indonesia
dinyatakan sebagai hasil kesepakatan untuk menjadi dasar negara, pandangan hidup,
jati diri bangsa, dan ideologi negara yang tidak dapat diubah oleh siapa pun,
termasuk MPR hasil pemilu.
Sedangkan nilai instrumental atau diistilahkan dambaan instrumental adalah
nilai yang didambakan berkat efek aktual atau sesuatu yang dapat diperkirakan akan
terwujud. Nilai instrumental menurut Richard B. Brandt, adalah nilai yang
niscaya dibutuhkan untuk mewujudkan nilai instrinsik berkat efek aktual yang dapat
diperhitungkan hasilnya. Nilai instrumental adalah penentu bentuk amalan dari nilai
instrinsik untuk masa tertentu.
Sifat keterbukaan ideologi mengandung arti bahwa di satu sisi nilai
instrumental itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaikan dengan tuntutan kemajuan
zaman, bahkan dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi terpeliharanya

relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan masyarakat. Sungguhpun demikian,


keterbukaan ideologi Pancasila itu ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar,
yaitu sebagai berikut :
Batas jenis pertama
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan
nilai dasar atau instrinsik mutlak dilarang. Nilai instrumental dalam ideologi
Pancasila adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar atau instrinsik yang
dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR,
dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya. Supaya nilai-nilai instrumental yang
lebih kreatif dan dinamis itu dapat dengan mudah diimplementasikan oleh
masyarakat, maka nilai-nilai instrumental itu dituangkan dalam bentuk nilai
praksis.
Nilai praksis merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam
kehidupan nyata sehari-hari (living reality) baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang bersifat abstrak, seperti
menghormati, kerjasama, kerukunan, gotong royong, toleransi, dan sebagainya,
diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma:
1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus dijaga agar
daya kerja nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mewujudkan
nilai instrinsik yang bersangkutan. Sebab, jika nilai instrumental penyesuaian
tersebut berdaya kerja lain, maka nilai instrinsik yang bersangkutan tak akan pernah
terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta nilai
instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan, itu berarti bertentangan pula
dengan nilai instrinsiknya yang berdaya meniadakan nilai instrinsik yang
bersangkutan.

KESIMPULAN
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai persoalan
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor manusia baik
penguasa meupun rakyat, sangat menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah
ideologi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apapun sebuah ideologi,
tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik, hanyalah utopia atau anganangan belaka.

Anda mungkin juga menyukai