Anda di halaman 1dari 7

ARAB

Nama Negara
Kerajaan arab saudi (Kingdom Of Saudi Arabia/Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Saudiah)
Bentuk Pemerintahan
Kerajaan yang berdasarkan hokum Islam. Raja berperan sebagai pemimpin Politik,
Agama(Imam), Eksekutif, dan Pembuat undang-undang. Negara ini tidak mempunyai undangundang Dasar, karena hukumnya memakai hukum Islam.
Bentuk Negara
Monarki (kerajaan)
Sistem Pemerintahan
Negara Islam berdasarkan Al-Quran dan syariat
Bahasa Persatuan
Arab
.
Letak Astronomis
15 LU-32 LU dan 34 BT-57 BT.
Letak Geografis
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi Jazirah Arab berarti Pulau Arab. Oleh bangsa
Arab, tanah air mereka disebut jazirah, walaupun hanya dari tiga dari tiga jurusan saja dibatasi
oleh laut. Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu Shibhul Jazirah yang dalam bahasa
Indonesia berarti Semenanjung. Kalau diperhatikan kelihatan bahwa Jazirah Arab itu berbentuk
empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar.
Semenanjung Arab merupakan semenanjung Barat Daya Asia, sebuah semenanjung terbesar
dalam peta dunia. Wilayahnya, dengan luas 1.745.900 km2, dengan luas daratan sekitar
1.014.900 km2. Di antara sejumlah daratan gurun di kawasan ini, terdapat tiga jenis gurun, yaitu:
Nufud Besar, sebuah bentangan dataran berpasir putih atau kemerahan yang menyelimuti
wilayah yang sangat luas di semenanjung Arab Utara.
Al Dahna (tanah merah), dataran yang berpasir merah ini membentuk pola busur besar mengarah
ke sebelah Tenggara, dengan panjang lebih dari 1.020 km2.
Al Harrah, sebuah daratan yang terbentuk dari lava bergelombang dan retak-retak di atas
permukaan pasir berbatu. Bentangan daratan vulkanik ini banyak dijumpai di wilayah
semenanjung sebelah Barat dan Tengah, dan menjorok ke Utara.
Jazirah Arab berbentuk memanjang. Batas-batas jazirah Arab yaitu: di sebelah Utara dengan
Palestina dan padang Syam; di sebelah Timur dengan Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan
Teluk Persia; di sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Teluk Aden; sedang di sebelah
Barat dengan Laut Merah. Jadi, dari sebelah Barat dan Selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari

Utara padang Sahara dan dari Timur padang Sahara dan Teluk Persia. Akan tetapi bukan
rintangan itu saja yang telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan dan
penyebaran agama, melainkan juga karena jaraknya yang berjauh-jauhan. Panjang semenanjung
itu melebihi 1.000 km, demikian juga luasnya sampai 1.000 km pula. Dan lebih-lebih lagi yang
melindunginya ialah tandusnya daerah ini yang luar biasa hingga semua penjajah merasa enggan
melihatnya.
Pada daerah yang seluas itu sebuah sungai pun tak ada. Musim hujan yang akan dapat dijadikan
pegangan dalam mengatur sesuatu usaha juga tidak menentu. Kecuali daerah Yaman yang
terletak di sebelah Selatan yang sangat subur tanahnya dan cukup banyak hujan turun, wilayah
Arab lainnya terdiri dari gunung-gunung, dataran tinggi, lembah-lembah tandus serta alam yang
gersang. Tak mudah orang akan dapat tinggal menetap atau akan memperoleh kemajuan. Sama
sekali hidup di daerah itu tidak menarik selain hidup mengembara terus-menerus dengan
mempergunakan unta sebagai kapalnya di tengah-tengah lautan padang pasir itu, sambil mencari
padang hijau untuk makanan ternaknya, beristirahat sebentar sambil menunggu ternak itu
menghabiskan makanannya, sesudah itu berangkat lagi mencari padang hijau baru di tempat lain.
Tempat-tempat beternak yang dicari oleh orang-orang Baduwi jazirah biasanya di sekitar mata
air yang menyumber dari bekas air hujan, air hujan yang turun dari celah-celah batu di daerah
itu. Dari situlah tumbuhnya padang hijau yang terserak di sana-sini dalam wahah-wahah yang
berada di sekitar mata air
Mata Uang
Saudi Riyal (SR) (sejak 1986 nilai tukar dipatok US$1= SR3,75; SR 1 = US$0,266 = Rp
2.600,-). Uang kertas dgn nominal: SR 1, 5, 10, 50, 100, dan 500, sedangkan uang logam dgn
nominal: 5, 10, 25, 50, dan 100 Halalah (100 Halalah = 1 Riyal).
Jumlah Penduduk
25 juta jiwa (estimasi Sabb tahun 2007) 22,67 juta jiwa (sensus 2004) dengan jumlah penduduk
non-Saudi sebanyak 6,14 juta (27,1%) [77% tinggal di perkotaan dan 23% di pedesaan]
[penduduk terkonsentrasi di tiga propinsi: Makkah 25,6%; Riyadh 24,1%; dan Wilayah Timur
14,8%]. [Sensus 1974 7 juta; 1992 sebanyak 16,9 juta]
Luas Wilayah
2.240.350 km2 (4/5 Semenanjung Arab) [17 kali luas pulau Jawa yang seluas 132.107 km2].
Tanggal kemerdekaan
23 September (memperingati bersatunya Kerajaan Arab Saudi tahun 1932 oleh Abdul Aziz bin
Abdul Rahman Al-Saud sebagai raja pertama).
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
Raja merangkap Perdana Menteri dan Panglima Tinggi Angkatan Bersenjata Arab Saudi

Arab Saudi adalah sebuah negara yang berbentuk kerajaan, yang dipimpin oleh seorang
raja dari keluarga Saudi. Islam sebgai agama resmi dan dasar negara. Undang-Undang Dasar
negara adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah, dan hukum dasarnya adalah syariah. Ada tiga
lembaga hukum yang menyelesaikan masalah-masalah hukum, 1)mahkamah syariah; 2)lembaga
fatwa, dan 3)lembaga hisbah. Dengan demikian sistem hukumnya didasarkan atas wahyu dan
ijtihad.

Secara histories dikenal bahwa bangsa Arab sebelum Islam mereka hidup dalam
kegelapan moral, yaitu sifat saling membunuh, merebut kekuasaan, dan keangkuhan kesukuan,
atau golongan. Dengan moral yang kurang sosialisitis seperti itu, maka keberadanaan Islam yang
disamapaikan oleh Nabi Muhammad saw, dengan Alquran sebagai wahyu. Tugas utama Nabi
Muhammad saw., adalah menyempurnakan budi pekerti.
Perkembangan Islam yang begitu pesat, yang ditandai dengan banyaknya pemukapemuka Arab mengikuti ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw., menjadikan Islam
semakin tersebar luas di wailayah semenanjung Arabiyah.
Perpindahan Nabi Muhammad saw., ke Madinah sebagai gerakan awal untuk membentuk
suatu Negara yang dijiwai dengan moral Islam dan Alquran sebagai landasan yuridis dan moral
menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan dalam kemasyarakatan Arab pada waktu itu.
Permasalahan social tertumata persoalan-persoalan yang menyentuh aspek hukum
Alquran adalah dasar penggalian hukum. Bahkan jika kasus hukum itu tidak ada dasarkan
hukumnya Nabi Muhammad saw., menunggu wahyu, seperti kasus kewarisan.
Setelah wafat Nabi Muhammad saw., kekuasaan Islam berturut-turut dipegang oleh
empat sahabat nabi, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Usman bin Afwan dan Alibin Abi
Tahalib Alquran sebagai undang-undang dasar dan syariah sebagai hukum dasar Demikian
juga, pada masa kerajaan Umayah dan kerajaan Abassiyah Alquran, tetap sebagai UndangUndang Dasar sedangkan syariah sebagai hukum resmi Negara, jika persoalan hukum tidak
didapatkan dalam ketiga sumber hukum tersebut maka ditempuh jalan ijtihad. Dasar yang sama
juga digunakan oleh kerajaan-kerjaan Islam setelah runtuhnya kedua kerajaan Islam terebesar
tersebut. Termasuk kerajaan Turki Usmani yang pernah menguasai sepertiga dunia terutama
dunia Islam, sebelum terjadi pembaharuan hukum oleh Kamal Antatur.
Arab Saudi sebagai Negara yang mewilayahi dua kota Suci, yaitu Mekah dan Madinah,
dimana kedua kota ini merupakan pusat penyebaran Islam. Mekah menjadi kota kelahiran Nabi
Muhammad saw., dan tempat Kabah serta selama 13 tahun penyiran Islam yang difukuskan
pada persoalan aqidah dan akhlak. Saedangkan Madinah (kota Nabawi) sebgaai kota wafatnya
Nabi dan ibu kota Negara yang dibangun oleh Nabi, dan di kota Nabawi ini Nabi menerima
wahyu banyak terkaitan persoalan social kemasyarakatan termasuk persolan hukum, tentunya
negara kerajaan Arab Saudi tetap menerapkan hukum Islam sebagai hukum Negara. Dengan
demikian dapatkah dikatakan bahwa Negara Arab Saudi berdasar hukum Islam
Dalam lintasan sejarah kerjaan Arab Saudi pada tahun 1750 Muhammad bin Saud
bergabung dengan Muhammad ibn Abdul Wahab (seorang reformis Islam) menciptakan satu

entity politik baru. Selama kurang lebih 150 tahun keluarga Saud bersaing dengan Mesir pada
masa emporium Usmaniya. Perasaingan untuk merebut semananjung Arab terutama untuk
menguasai kota suci Mekah dan Madinah.
Raja Abdul Aziz al Saud, ingin membangun Negara Arab Saud sebagai Negara yang
modern dan disegani di mata dunia internasional, maka pada tahun 1902 sampai 1932 melakukan
ekspansi penaklukan tehadap kerjaan-kerjaan kecil di semenanjung Arabiyah. Kekuasaan raja
Abdul Aziz al Saud semakin kuat dengan kerjaan-kerjaan kecil itu berhasil ditaklukan dan
disatukan menjadi Kerajaan Arab Saudi.
Negara Arab Saudi berbentuk kerajaan, kepala negaranya adalah seorang raja yang dipilih
oleh dan dari keluarga besar Saudi. Nama Arab Saudi diambil dari kabila Saudi. Dalam
jabatannya raja, dia juga merupakan kepala keluarga besar Saudi, yang paling dituakan di antara
kepala-kepala suku (qabilah) yang terdapat dalam wilayah kerajaan, pemuka para ulama dan
yang terakhir sebagai pelayanan dari dua tanah suci, Mekah dan Madinah. Raja dibantu dengan
dewan menteri mengawasi lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan judikatif. Lembaga
legislatif disebut dengan Majlis Syura yang anggota-anggota ditunjuk dan diangakat oleh raja.
Walaupun demikian tidak juga dapat dikatakan kekuasaan raja Arab Saudi itu tanpa batas
(absulut), tetap seperti dalam teori, raja harus tunduk kepada hukum (syariah) jika raja
melanggar syariah (hukum Ilahi) merupakan alasan yang kuat untukk menurunkan raja dari
jabatannya.
Institusi pusat dalam pemerintahan Kerajaan Arab Saudi ialah monarki mutlak. UndangUndang Asas yang digunakan sejak tahun 1992 menyatakan bahwa Arab Saudi merupakan satu
kerajaan yang diperintah oleh anak-anak dan cucu cicit Raja Abdul Aziz al Saud, dan Alquran
merupakan perlembagaan negara itu, yang diperintah mengikuti undang-undang Islam
(Syariah). Pengangkatan Raja tidak didasarkan pada pemilihan rakyat, karena itu pembentukan
partai dan pemelihan umum dilarang.
Perkembangan terkini dengan desakan reformasi Amerika Serikat agar terjadi perubahan
dalam sistem pemerintahan kerajaan Arab Saudi, atas pengaruh tersebut pemerintahan kerajaan
Arab Saudi mengumumkan akan melakukan pemilu nasional waktu dekat untuk memilih wakilwakil rakyat setelah sebelumnya menyetujui pembentukan komite hak asasi manusia non
pemerintah.
Kekuasaan Raja dibatasi oleh Syariah dan tradisi Saudi lain. Raja harus mengekalkan
konsensus keluarga diraja Saud, para ulama dan unsur penting lain dalam masyarakat Saudi,
tetapi dekritnya tidak perlu mendapat persetujuan mereka. Walaupun, undang-undang Arab Saudi
adalah hukum Islam (Syariah), tetepi ideologi negara Kerajaan Arab Saudi adalah Wahabi.
Ideologi wahabi adalah suatu pemahaman hukum Islam didasarkan pada praktek Rasulullah dan
Sahabat-sahabatnya. Ideologi wahabi dikenal dengan ideologi Salafisme.
Konstitusi Arab Saudi
Islam sebagai dasar Negara Arab Saudi, Alquran dan Sunnah Rasulullah merupakan
Undang-Undang Dasar (the constitution) nagara, dan syariah sebagai hukum dasar yang
dilaksanakan oleh mahkamah-mahkamah (pengadilan-pengadilan) syariah. Dengan ulama
sebagai hakim dan penasehat-pensehat.
Syariah sebagai hukum dasar yang mencakup konsep-konsep hukum yang terdapat
dalam yang menurut ahli tafsir Alqurah berjumlah 155 ayat, (Harun Nasition, 1980) dan dari alSunnah (tradisi-tradisi) Rasulullah yang terkait dengan hukum, baik berupa pernyataanpernyataan, tindakan atau perbuatan maupun suatu perizinan (tanpa disertai dengan suatu
perkataan atau perbuatan). Demikian juga tradisi hukum yang dilakukan oleh para shabat nabi

(ijmaa sahabi) dan penerapan hukum yang digali dari kedua sumber Islam oleh ulama-ulama,
baik yang berada dalam lembaga peradilan maupun lembaga mufti.
Penerapan hukum Islam didasarkan pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
wahyu (Alquran dan Sunnah Rasul)), dan hasil ijtihad ulama (hakim dan Mufti). Walaupun ada
pandangan bahwa Arab Saudi bukan Negara Islam, memang dia mengklaim bahwa sistem
hukumnya sistem Islam. Namun, sebatas itu saja sistem yang yang diterapkan. Menurut
pandangan tersebut, Islam melarang adanya campur tangan orang kafir dalam Negara. Namun,
Arab Saudi merupakan Negara yang mempersilahkan Amerika Serikat memakai landasan udara
(lanud) miliknya. Selajutnya dikatakan Islam hanya membolehkan ikatan ideology sebagai
pengikat umat, namun nasionalisme Arablah yang mengikat rakyat di Arab Saudi. Ikatan
nasionalisme merupakan ikatan emosional yang terikat tempat, saat, dan kepentingan. Sementara
itu, ikatan ideology merupakan ikatan yang bersumber dari pemecahan pertanyaan 1) dari mana,
2) mau apa dan bagaimana serta 3) mau ke mana. Demikian pula menurut pandangan tersebut,
tidak ada putra mahkota dalam Islam. Menurut Islam, kedaulatan di tangan syara, namun
kekuasaan di tangan umat. Sebgai pemegang kedaulatan, khalifah hanya bertugas menerapakan
Islam atas umat, bukan menjadi penentu standar benar salah seperti di sistem kerajaan atau
parlemen.
Rasulullah swa., tidak pernah menyebut Negara yang dibangunnya dengan bentuk
republik, atau kerajaan dan atau lainnya. Rasulullah hanya meletakan Islam sebagai dasar
Negara, demikian juga, para penerusnya (Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, dan
Ali bin Abi Thalib), bahkan pengangkatan keempat khalifah dalam bentuk yang berbeda. Ini
menunjukkan bahwa, bentuk satu Negara diserahkan kepada rakyat dan pemerintahannya.
Alquran dan Sunnah Rasulullah sebagai Undang-Undang Dasar Negara, itu bukan
berarti bahwa tidak ada undang-undang di bawahnya. Secara hierarki setelah kedua dasar hukum
itu dikenal dengan The Basic Law of Government (hukum dasar pemerintahan) jika di Indonesia
dikenal dengan hukum dasar yaitu batang tubuh UUD 1945.
Hukum Dasar Pemerintahan Arab Saudi yang mengatur sistem pemerintahan Negara,
diataranya ada beberapa pasal disebutkan di bawah ini. Pasal 17 Basic Law (27-8-1412 H/1-31992 M), menetapkan bahwa Pemilikan, modal, tenaga kerja adalah dasar ekonomi dan
kehidupan social Kerajaan. Semuan ini adalah hak-hak pribadi yang melayani fungsi social yang
sesuai dengan Syariat Islam. Pasal 18 diktetapakan bahwa Negara akan menjamin kebebasan
dan tak dapat diganggugugatnya kepemilikan pribadi. Kpemilikan pribadi tidak akan disita
kecauli untuk kepentingan umum dan penyitaan akan dikompensasi secara wajar. Pasal 119
Penyitaan kolektif kepemilikan dilarang. Penyitaan kepemilikan pribadi hanya akan berlaku
sesuai dengan suatu keputusan pengadilan. Pasal 26 Negara akan menyediakan kesempatan kerja
kepada semua rakyat yang sanggup dan akan menetapkan peraturan perundang-undangan untuk
melindungi pekerja dan majikan. Pasal 36 Negara akan menjamin keamanan semua warga
Negara dan orang asing yang hidup dalam tempat tinggalnya. Tidak ada orang yang akan
ditahan, dipenjara, atau tindakan-tindakannya dibatasi kecuali oleh ketentuan-ketentuan hukum.
Pasal 47 Warga Negara dan penduduk asing keduanya mempunyai hak yang sama terhadap
proses peradilan (litigation)
Dengan demikian hierarki perundang-undang Arab Saudi jika didasarkan pada teori
murni Hans Kelsen, maka hukuam yang tertinggi adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Sedngkan Hukum Dasar dan Undang-undang adalah peringkat kedua dan ketiga. Dekrit Raja
merupakan peringkat kempat. Ketiga jenis pertauran perundang-undangan tersebut harus sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada Alquran dan Sunnah Rasulullah.

Perumusan hukum dasar, undang-undang dan dekrit Raja karena didasarkan pada
Alquran dan Sunnah Rasulullah, maka semua aturan tersebut dikenal dengan hukum syariah.
Berdasarkan peringkat hierarki terebut, maka sumber penggalian hukum Arab Saudi adalah 1)
Wahyu (Alquran dan Sunnah Rasulullah), dan 2) ijtihad.
Ijtihad adalah segala kemampuan pemikiran dicurahkan secara sungguh-sungguh untuk
menggali atau menemukan hukum yang tidak didapatkan pada Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Hukum dasar, dan undang-undang merupakan hasil ijtihad jama, yaitu keputusan-keputusan
hukum yang dibuat atau ditetapkan oleh lembaga legislatif bersama lembaga eksekutif.
Sedangkan dekrit Raja merupakan hasil ijtihad fardi (individu), sebagai suatu peraturan
perasturan Pemerintah.
Sistem Peradilan
Ada dua institusi hukum yang mempunyai keweangan dalam menyelesaikan peroalan
hukum yaitu mahkamah syariah dan lembaga fatwa. Kedua lembaga ini memiliki kewenangan
yang berbeda. Mahkamah Syariah mempunyai kewenangan absulut dan kewenagan relative.
Mahkamah syariah memeriksa perkara pidana (jinayah) perkara perdata (muamalah), dan
wilayah juridiksinya terbatas berdasarkan kompentensi relatifnya.
Dengan pengertian lain peradilan itu menyangkut semua hak, baik itu hak Allah atau hak
manusia. Jadi kedudukan peradilan itu pada prinsipnya adalah perpaduan di antara memberikan
keputusan di kalangan orang-orang yang bersengketa dan menyampaikan sebagian hak-hak
umum bagi rakyat, dengan memerhatikan persoalan-persoalan warga negara yang terhalang
haknya, baik menyangkut dengan hak-hak keperdataan maupun hak-hak publik.
Karena Alquran dan Sunnah Rasulullah sebagai Undang-Undang Dasar Negara, maka
seluruh aspek hukum baik menyangkut dengan hukum had, kisas maupun hukum takzir dapat
diterapkan pada setiap warga yang melanggara norma-norma hukum tersebut. Bagi warga yang
membunuh dengan tanpa alasan hukum Syariah sanksi hukumnya dibunuh. Demikian juga
pelaku zina, hukumannya dirajam, dan bagi warga yang melaporkan perbuatan zina warga lain
tanpa alat bukti saksi empat orang, juga dikenakan sanksi rajam delapan puluh kali dan
diasingkan atau diisolasi dari tempat kediamanannya. Hukuman bagi kelompok pengacau
keamanan atau pelaku tindakan pidana konisitas, seperti perampokan dengan pembunuhan
dikenakan sanksi pidana salib, yaitu suatu hukuman yang bersifat amputasi silang dua oragan
tubuh tangan kiri dan kaki kanan.
Hukuman-hukuman pidana inilah yang oleh dunia internasional mengecam Arab Saudi
sebagai negara yang tidak melindungi hak-hak asasi manusia, bahkan dicap sebagai negara yang
membelakukan hukum rimba.
Hakim-hakim di mahkamah syariah apabila dalam memeriksa suatu perkara yang tidak
ditemukan dasar-dasar hukum dalam Quran atau Sunnah Rasulullah atau basic law of
government, maka diberikan kebebasan untuk berijtihad. ijtihad hakim baik berdasarkan pada
keputusan hakim atas suatu perkara yang sebelumnya dengan sifat dan krakteristik perkara yang
sama, maupun menggunakan hasil pemikiran para ulama hukum Islam klasik. Bahkan seperti
penerapan hukum Islam di dunia Islam lainnya, keputusan hakim mahkama syariah sebagai
prseden bagi hakim dalam menghadapi perkara yang mempunyai sifat dan krakteristik yang
sama.
Sedangkan lembaga mufti berfungsi untuk memberikan keputusan hukum atas suatu
persoalan yang menyangkut dengan kemaslahatan umum, baik menyangkut dengan masalah hak
kewargaan negara maupun persoalan politik baik dalam negeri maupun luar negeri. Keputusan

hukum lembaga fatwa bersifat mengikat untuk bagi seluruh warga negara Arab Saudi. Seperti
fatwa yang mengizinkan Amerika Serikat menggunakan pangkalan udara Arab Saudi untuk
menyerang Irak.
Disamping kedua lembaga tersebut, terdapat juga lembaga hisbah lembaga ini merupakan
lembaga peradilan yang berwenang memeriksa perkara yang terkait dengan perilaku pasar,
seperti penyimpangan timbangan, atau penipuan dalam transaksi jual beli. Apabila dalam
pemeriksaan terhadap kasus-kasus pelanggaran pasar dan pada tersangka dinyatakan bersalah
dikanakan sanksi, baik sanksi pidana, sanki administrsi maupun sanksi perdata.
Hakim pada lembaga hisba adalah polisi pengawas pasar yang diberikan tugas utuk
menindak, memeriksa dan memutuskan pelaku pelanggaran di pasar, baik pelanggaran pidana
seperti penipuan ukuran timbangan, pelanggaran perdata objek jual beli cacat, maupun
pelanggaran administrasi seperti salah menggunakan izin usaha.

Anda mungkin juga menyukai