Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN SISTEM

REPRODUKSI

Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi pada Lansia

Kelompok 13
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
PADANG

ANGGOTA :
Afrilia Safira
1210322015
Annisa Fitriani Nst 1210322017
Khairani Latifa
1210322033
Mutia Suandi
1210323026

PENGERTIAN LANSIA

BKKBN 1998

Lanjut usia merupakan istilah tahap


akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk
lanjut usia menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial

Secara Biologis

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM


REPRODUKSI PADA LANSIA
A. Wanita
a. Vagina

1. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami


atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan.
Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa
genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak
lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
2. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan
tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau
pengecilan genitalia eksterna.

b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi
sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.Serviks menyusut
tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan
dinding jaringan.

c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan
permukaannya menjadikeriput sebagai akibat atrofi dari
medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang
sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti
anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi
oleh fungsi ovarium.Bila ovarium berhenti berfungsi, pada
umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

d. Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita


yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung.
Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi
kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi
secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan
adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang.
Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.
Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.

Rambut kepala menjadi jarang.

Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

e. Tuba Falopii (saluran Telur)


Lipatan lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan
mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia
menghilang.

f. Serviks (mulut rahim)


Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding
vagina, kriptaservikal menjadi atropik, kanalis servikalis
memendek, sehingga menyerupaiukuran serviks fundus
saat masa adolesen.

g. Menopouse

Menopause adalah saat berhentinya siklus menstruasi


dalam kehidupan seorang perempuan
Ini berarti, seorang perempuan berhenti ovulasi karena
jumlah hormon estrogen yang diproduksi tidak cukup
untuk menghasilkan periode menstruasi
Menopause terjadi pada saat yang berbeda pada seorang
perempuan
Masa tersebut dapat saja terjadi setiap saat usia awal 40an sampai awal 50-an.
Apabila seorang perempuan menjalani operasi
pengangkatan kandungan telur, atau jika ovarium telah
diradiasi atau dikemoterapi, maka menopause akan terjadi
lebih awal

(Masland, 2006)

MENOPAUSE CONTS
Menopause mungkin terjadi sebagai mekanisme
mencegah kehamilan pada wanita lanjut usia
Periode transisi sebelum menopause disebut
dengan klimakterium
Estrogen yang diproduksi ovarium menurun dari
300 mg perhari menjadi tidak ada. Produksi
estrogen dilanjutkan oleh jaringan adiposa, liver,
dan korteks adrenal yang dapat menghasilkan
estrogen 20 mg perhari
Kehilangan estrogen dari ovarium menyebabkan
perubahan emosi dan fisik

MENOPAUSE CONTS
Perubahan fisik yang terjadi antara lain vagina
mengering yang menyebabkan ketidaknyamanan
saat coitus dan atrofi organ genital secara
bertahap
Namun demikian, wanita post menopause masih
memiliki keinginan seks karena adrenal mereka
tetap mengeluarkan androgen.
Peran estrogen dalam reproduksi sangat luas,
sehingga kehilangan hormone ini setelah
menopause dapat berdampak pada sistem tubuh
terutama sistem skelet dan kardiovaskular

B. Pria
a. Produksi testoteron menurunsecara bertahap.

Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat


dan kesejahteraan .
Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif.
Tubular testisakan menebal dan berdegenerasi.
Perubahan ini akan menurunkan prosesspermatogenesis,
dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahiovum.

b. Kelenjar prostatbiasanyamembesar.
Hipertrofi prostatejinak terjadi pada 50% pria diatas usia
40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun.Hipertrofi
prostatjinak ini memerlukan terapi lebih lanjut

c. Respon seksualterutama fase penggairahan (desire),menjadi


lambatdan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
d. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang,
mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan
tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung
pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga
dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk
untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan
akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum
mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi
berkurang bahkan tidak terjadi.

e. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa


disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan
tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang.
Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi
yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut
sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan
akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan
dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter
memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya
berkurang termasuk selama tidur.

f. Penurunan tonus ototmenyebabkan spasme pada organ


genital eksterna yang tidak biasa. Frekuensi
kontraksisfingter aniselama orgasme menurun.

g. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin


panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi.
Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan
beberapa menit saja.
h. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin
menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau
seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang
dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang
pria.Penelitian Kinsey, dkkmenemukan bahwa frekuensi
ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun
dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50
perminggu.

i. Masalah-masalah seksual lain yang sering pula


terjadi pada lansia pria diantaranya:

1. Disfungsi Ereksi (Impotensia)


2. Male Hypogonadism
3. Andropause

Gejala Andropause meliputi:

a. Potensi seksual mulai menurun;


b. Kurang bergairah;
c. Mudah tersinggung;
d. Daya konsentrasi terganggu;
e. Mudah letih, lesu, lemah;
f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;
g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);
h. Rambut rontok ;
i. Kulit kering ;
j. Organ reproduksi laki-Iaki mengecil;
k. Bisa muncul impotensi

PERUBAHAN FISIOLOGIK
AKTIVITAS SEKSUAL
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau
dari pembagian tahapan seksual menurutKaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan
kultural, kesemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita
mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.
Interval untuk meningkatkan hasrat seksualpada lansia pria meningkat
serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan
mempengaruhi libido.

2. Fase arousal
Lansia
wanita:pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otototot; iritasi uretra dankandung kemih.
Lansia pria:ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan
testoteron; elevasitestis ke perineum lebih lambat.

CONTS
3. Fase orgasmic
Lansia wanita: tanggapan orgasme kurang intens
disertai lebih sedikit konstraksi kemampuan
mendapatkan orgasme multipel berkurang.
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi
membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot
berkurang; volume ejakulat menurun.
4. Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana
pembangkitan gairah sampai timbulnya faseorgasme
berikutnya lebih sukar terjadi.

TERIMA KASIH !!!

Semoga Bermanfaat........

Anda mungkin juga menyukai