BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hampir seluruh negara di dunia saat ini memiliki pasar modal / capital
pasar
modal
juga
dapat
menggerakan
berbagai
kebijakan
ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter.52 Pasal 1 angka 13 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (kemudian disebut UU
PM) menjelaskan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Di negara Indonesia pasar modal mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan nasional yakni perannya sebagai salah satu sumber
pembiayaan dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Melalui
pasar modal, para pemodal dapat berinvestasi dan mencari sumber
pembiayaan bagi usahanya melalui kepemilikan berbagai surat-surat berharga
di pasar modal. Selain itu Pasar modal juga menyediakan fasilitas untuk
52
Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, Bandung : Alfabeta, 2012, hlm. 54
pasar modal dalam waktu tertentu sebelum efek tersebut dicatatkan di bursa
atau pasar sekunder. 55 Kegiatan ini biasanya disebut dengan penawaran
umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Sedangkan pasar sekunder
adalah pasar dimana pemodal dapat melakukan jual beli efek setelah efek
tersebut dicatatkan di bursa.56 Pasar ini merupakan tempat perdagangan efek
setelah penjualan dalam kegiatan penawaran umum perdana berakhir. Pasar
sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal karena banyaknya aktivitas
perdagangan yang terjadi dalam pasar sekunder. 57
Adapun efek yang dimaksud dalam UU PM adalah efek atau surat
berharga yang terbagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu: 58
1. Efek bersifat ekuitas (contoh: saham)
2. Efek bersifat utang (contoh: obligasi)
Selain dua kelompok tersebut, dikenal pula produk-produk derivatif (turunan)
di pasar modal, dan dalam hal ini instrumen pasar modal yang paling umum
diperdagangkan adalah efek yang bersifat ekuitas atau saham.
55
Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 27.
56
Ibid
Iswi Hariyani dan R Serfianto Dibyo Purnomo, Buku Pintar Hukum Bisnis
Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010, hlm. 197
59
Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta:
Erlangga, 2006, hlm. 45
60
134
Idem
65
Definisi dari The Securities and Exchange Commision, dalam: Taulli, Tom,
What is short selling?, The McGraw-Hill Companies, Inc., Newyork, 2004, hlm. 3.
Terjemahan bebasnya: ..penjualan suatu saham yang tidak dimiliki, atau dimiliki,
akan tetapi tidak diserahkan oleh penjual saham tersebut. Untuk menyerahkan
kepada pembeli, pelaku short selling akan meminjam saham dari investor
perorangan atau investor kelembagaan
seller
biasanya
memanfaatkan
ketentuan
T+3
(istilah
68
keuntungan akan diraih short seller ketika short seller mampu melaksanakan
kewajiban penyerahan setelah harga efek yang dijual turun. Selisih harga jual
dan harga beli tersebut yang kemudian menjadi sasaran utama dari strategi
67
Adler Haymans Manurung, Berani Bermain Saham, Jakarta: Buku Kompas,
2009, hlm. 223
68
Selain itu, pada tahun 2008 Bursa Efek Indonesia pernah melakukan
suspend / penghentian sementara aktivitas perdagangan saham yang
disebabkan adanya permintaan dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI). Permintaan dari KPEI disebabkan karena telah terjadi penurunan
harga-harga secara tajam dan menyeluruh di bursa yang menyebabkan
kerugian bagi para pelaku pasar modal, padahal pada saat itu tidak ada fakta
material yang secara fundamental mengakibatkan harga-harga saham turun.71
69
Gagal serah adalah peristiwa dimana anggota kliring tidak memenuhi
kewajibannya untuk menyerahkan efek dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan yaitu (T+3) kepada KPEI.
70
Hukumonline, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20476/di-baliksuspend-bei , diunggah pada tanggal 12 November 2009, dikutip pada tanggal
25 September 2014
10
modal. Apabila sebuah transaksi dalam pasar modal sudah dipagari secara
highly regulated dan para pihak yang berada dalam ruang lingkup regulator
dan self regulatory organisation (SROs) dapat mendukung peraturan tersebut,
maka tinggal menunggu waktu saja pasar modal Indonesia dapat mengikuti
jejak pasar modal di negara maju lainnya.
Sebelumnya, telah ada beberapa penelitian terkait yang membahas
mengenai short selling, diantaranya sebagai berikut:
1. Dicky Eka Kurniawan, berbentuk skripsi dengan judul ANALISIS
HUKUM
PERJANJIAN
DAN
PASAR
MODAL
TERHADAP
OLEH
PT
PERLINDUNGAN
KPEI
TERHADAP
DIHUBUNGKAN
PERUSAHAAN
DENGAN
EFEK
DAN
hukum
terhadap
pelaksanaan
penjaminan
11
yang
dihubungkan
paling
dengan
sesuai
untuk
diterapkan
di
Indonesia
pelaksanaan
penjaminan
penyelesaian
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
12
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini
D.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu manfaat dan
kegunaan baik ditinjau dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran dan pengetahuan kepada para pembaca,
khususnya mahasiswa, mengenai perkembangan ilmu hukum pada
umumnya maupun perkembangan hukum ekonomi, khususnya
mengenai hukum pasar modal dan nasional
2. Secara Praktis
13
E.
Kerangka Pemikiran
Sebagai negara hukum (rechtstaat), Indonesia bersandar pada
keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang
adil dan baik. Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan
ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya
sehingga hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga
Indonesia. Hal tersebut secara tegas disebutkan dalam penjelasan Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945).
Kedudukan hukum dalam sebuah negara dijelaskan lebih lanjut oleh
Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum berkedudukan sebagai perangkat
asas asas dan kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk
didalamnya lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan hukum
14
itu dalam kenyataan. 73 Sebagai perangkat asas dan kaidah untuk mengatur
kehidupan masyarakat, hukum berfungsi tidak hanya sebagai sarana
pengendali sosial, namun dapat juga berperan sebagai alat perubahan sosial
(social engineering) terhadap masyarakat yang bersifat dinamis.74 Lebih lanjut
Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa kekuasaan tunduk pada
hukum dan semua orang sama di hadapan hukum.75 Berdasarkan hirearki
peraturan perundang-undangan yang paling tinggi, landasan dan nilai-nilai
fundamental Indonesia terletak pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai
sebuah konstitusi negara.
Pancasila
maupun
UUD
1945
tidak
hanya
mengatur
struktur
pemerintahan dan lembaga negara saja, namun lebih dari itu, layaknya
ideologi sebuah negara, konstitusi juga memiliki dimensi pengaturan ekonomi
dan kesejahteraan sosial yang tertuang pada Pasal 33 UUD 1945
76
yang
Ibid, hlm 2
75
Kuntana Magnar, Inna Junaenah, dan Giri Ahmad Taufk, Tafsir MK Atas
Pasal 33 UUd 1945: (Studi Atas Putusan MK Mengenai Judicial Review UU No.
7/2004, UU No. 22/2001, dan UU No. 20/2002), Jurnal Konstitusi, Volume 7,
Nomor 1, Februari 2010, Hlm, 112.
15
menjadi
sasaran
utama
negara
Indonesia
sebagai
negara
berkembang.
Adapun yang dimaksud dengan upaya pembangunan adalah upaya
yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai
77
Dawam Rahardjo, Ekonomi Pancasila dalam Tinjauan Filsafat Ilmu,
http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id.,, diunggah pada tanggal 27 April 2014
16
berwawasan
lingkungan,
kemandirian,
serta
menjaga
17
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
berkeadilan.
79
Visi
tersebut
bermaksud
untuk
mengutamakan
peningkatan
kesejahteraan
rakyat
yang
dicapai
melalui
bentuk
18
Ibid
19
20
dapat
diperdagangkan di bursa.
Pasar sekunder adalah pasar yang merupakan tempat perdagangan
surat berharga yang sudah beredar.86 Pasar sekunder merupakan kelanjutan
perdagangan surat berharga setelah dilakukannya penawaran umum dalam
pasar perdana. Pada pasar inilah efek-efek dapat diperdagangkan dari satu
investor ke investor lainnya atas dasar penyesuaian antara penawaran dan
permintaan melalui sistem yang dibuat oleh bursa efek dan tidak lagi
ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi sebagaimana halnya di pasar
perdana.. Turun naiknya harga saham di pasar sekunder disebabkan adanya
unsur permainan yang dilakukan oleh spekulan untuk mendapatkan
keuntungan (capital gain) dalam waktu singkat disamping juga ditentukan oleh
prospek perusahaan yang menerbitkan saham.87
Adapun agar dapat melakukan transaksi di pasar sekunder, terlebih
dahulu investor harus menjadi nasabah di salah satu atau beberapa
perusahaan efek yang mempunyai izin dari Bapepam-LK sesuai dengan Pasal
8 UU PM. Biasanya perusahaan efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk
mendepositkan uang dalam jumlah tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah
86
Jogiyanto, Ibid
87
21
tersebut layak untuk melakukan jual beli saham. Jumlah yang diperjual belikan
dalam satuan perdagangan saham disebut dengan istilah lot.88
Sejak tahun 2000, pasar modal Indonesia telah menerapkan sistem
perdagangan tanpa warkat atau scripless trading system sebagai sistem
perdagangannya. 89 Sistem scripless trading adalah tata cara perdagangan
efek tanpa adanya fisik efek berupa sertifikat saham, sertifikat obligasi, dan
lainnya, serta perdagangan sahamnya dilakukan secara elektronik yang
ditindaklanjuti dengan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan yaitu
perpindahan efek maupun dana hanya melalui mekanisme debit kredit atau
suatu rekening efek (securities account) yang tanda bukti kepemilikan efeknya
tidak lagi akan berbentuk fisik seperti sertifikat efek, melainkan diwujudkan
dalam rekening efek pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).90
Keadaan di atas tentunya berbeda dengan ketentuan hukum jual beli
menurut KUHP Perdata yaitu dalam Pasal 1458 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa jual beli itu dianggap telah terjadi diantara kedua belah
pihak seketika setelahnya orang-orang ini mencapai kata sepakat tentang
kebendaan tersebut dan harganya meskipun kebendaan itu belum diserahkan,
maupun harganya belum dibayar.
88
Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2004, hlm. 134
89
90
22
match
order
antara
penawaran
dan
permintaan.
Pengalihan
23
memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka waktu yang singkat (capital
gain), oleh karena itu transaksi perdagangan di pasar sekunder tidak pernah
sepi peminatnya. Strategi berinvestasi seperti inilah yang pada dasarnya
mengharapkan suatu hasil (dividen atau capital gain) atas efek yang dibeli.92
Salah satu kegiatan perdagangan efek yang dikenal mampu memberikan
keuntungan dalam jangka waktu yang singkat adalah transaksi short selling.
Transaksi short selling merupakan salah satu bentuk kegiatan jual beli
saham yang dilakukan oleh investor dimana investor tidak memiliki saham..93
Transaksi short selling ini berbeda dengan transaksi jual-beli biasa, tansaksi
ini dilakukan ketika seorang penjual melihat bahwa harga suatu efek akan
turun, maka penjual memperkirakan bahwa harga efek tersebut akan turun
terus, sehingga ia mengambil kesempatan untuk menjual efek itu sekarang
dan sesaat kemudian membeli lagi dengan harga yang lebih rendah.
Transaksi ini diatur dalam Peraturan Bapepam-lk No. V.D.6 yang mengatur
tentang pembiayaan transaksi efek oleh perusahaan efek dari nasabah dan
transaksi short selling oleh perusahaan efek serta peraturan pelaksana yang
dibuat oleh bursa yakni Peraturan No. II-H tentang Persyaratan dan
Perdagangan Efek dalam Transaksi Marjin dan Transaksi Short Selling
(Peraturan No. II-H). Semua transaksi short selling yang dilakukan harus
tunduk pada peraturan-peraturan diatas.
92
Jusuf Anwar, Op.cit., 2008, hlm 4
93
24
Transaksi
short
selling
seringkali
digunakan
investor
maupun
pinjam
meminjam
kegiatan
efek
perdagangan
oleh
efek
KPEI
dari
bertujuan
resiko
untuk
penyelesaian
25
26
Ibid, Pasal 8 , 9
27
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif
analitis,
yaitu
28
bahan
hukum
primer,
sekunder,
dan
tersier
yang
untuk
membahas
aspek-aspek
hukum
yang
mencakup
dokumen-dokumen
resmi,
buku-buku,
hasil
101
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas
Indonesia, 2012, hlm. 52.
102
29
dan
menganalisis
bahan-bahan
hukum
dalam
30
Tentang
Perdagangan
Efek
Keuangan
Sub
Nomor
Rekening
Efek
KEP-326/BL/2012
Pada
Lembaga
Keuangan
Tentang
Pembiayaan
Nomor
KEP-258/BL/2008
Transaksi
Efek
oleh
Edaran
Otoritas
Jasa
Keuangan
Nomor
31
Hukum
Sekunder,
yaitu
bahan-bahan
hukum
lapangan
dilakukan
dengan
cara
observasi
dan
32