RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
1
KENYAMANAN RUANG PUBLIK DALAM MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
KASUS STUDI: LAPANGAN MERDEKA MEDAN
Abdul Joshua Oh Mandai1, Hilma Tamiami2
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
1
abjoman@gmail.com, 2hilma_tamiami@yahoo.com
Abstract:
The development of Medan City increases public demand for public space. Crowded city causing
resident needs of space to breathe, move, and improve the quality of life. One of the aspect which can
improve the quality of life is to live in comfortable life. People needs comfort in working, playing,
walking, etc. Public space provide facilities for people to do their activity. In this case, public space
also have to provide comfort as public demand. Comfortable public space builds good character for
city as a system. On the other hand, one of good city character is livable city. Medan as a capital city
of North Sumatera Province known as one of the biggest city in Indonesia. Has it been a livable city?
Keywords: Comfortable, Public Space, Livable City,
PENDAHULUAN
Kawasan
perkotaan
merupakan
kawasan yang padat diisi dengan aktivitasaktivitas
masyarakat
kota
sehari-hari.
Terutama kota Medan yang semakin
berkembang pesat karena aktivitas-aktivitas
yang berlangsung di dalamnya. Sehingga
kebutuhan terhadap ruang publik menjadi
sangat tinggi. Keberadaan aktivitas pada ruang
luar dapat menjadi indikator kualitas ruang
publik perkotaan (Gehl, 1987).
Keberadaan ruang publik di kota
Medan tidak berdiri sendiri. Hal ini perlu
dirancang sedemikian rupa sehingga memberi
atraksi dan manfaat untuk masyarakat yang
menggunakannya. Hal ini disebabkan ruang
publik termasuk bagian dari konteks
perancangan kota (Shirvani, 1985).
Penggunaan ruang publik terkait
dengan masalah yang sering dinilai
masyarakat terhadap ruang publik, yaitu
jaminan kenyamanan bagi penggunanya.
Seiring
berkembangnya
kota,
tingkat
kenyamanan merupakan hal yang disinyalir
menunjukkan karakter kota. Karakter kota
yang merupakan identitas kota itu sendiri
merupakan penilaian dari apa yang dirasakan
oleh masyarakat yang berada di dalamnya.
Kenyamanan
menjadi
indikator
tingkat kelayakhunian sebuah kota. Karena
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
2
Lapangan Merdeka Medan dalam menuju kota
yang layak huni di kota Medan.
Adapun tujuan utama dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui kenyamanan di
kota Medan khususnya kawasan Lapangan
Merdeka Medan serta uji kelayakan kawasan
ini untuk dinilai kota layak huni.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang atau lahan
umum tempat masyarakat dapat melakukan
kegiatan publik fungsional maupun kegiatan
publik sampingan lainnya yang dapat
mengikat suatu komunitas, baik itu kegiatan
sehari-hari maupun berkala (Carr, 1992).
Ruang publik merupakan bagian dari konteks
perancangan kota (Shirvani, 1985), bahwa di
dalam perancangan kota elemen-elemen yang
harus tercakup di dalamnya adalah tata guna
lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi
dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian,
pendukung aktifitas, taat informasi, serta
preservasi.
Tujuan ruang publik menurut Carr
(1992) adalah:
a. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat menjadi
motivasi dasar dalam penciptaan dan
pengembangan ruang terbuka publik
yang menyediakan jalur untuk
pergerakan, pusat komunikasi, dan
tempat untuk merasa bebas dan santai.
b. Peningkatan Visual
Keberadaan ruang publik di suatu kota
akan meningkatkan kualitas visual
kota
tersebut
menjadi
lebih
manusiawi, harmonis, dan indah.
c. Peningkatan Lingkungan
Penghijauan pada suatu ruang terbuka
publik sebagai sebuah nilai estetika
juga paru-paru kota yang memberikan
udara segar di tengah-tengah polusi.
d. Pengembangan Ekonomi
Pengembangan ekonomi adalah tujuan
yang umum dalam penciptaan dan
pengembangan ruang terbuka publik.
e. Peningkatan Kesan
Merupakan tujuan yang tidak tertulis
secara
jelas
dalam
kerangka
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
3
gunung, bukit dan fisik buatan seperti
menara, gedung, sculpture, kubah dan
lain-lain sehingga orang bisa dengan
mudah mengorientasikan diri di dalam
suatu kota atau kawasan.
2. Kenyamanan
Gehl di dalam Carmona et al. (2003),
menyatakan bahwa di dalam ruang publik
harus menyediakan:
a. Perlindungan
Perlindungan yang terdapat di dalam
ruang publik di antaranya;
Perlindungan terhadap lalu lintas
dan kecelakaan;
Perlindungan
terhadap
kriminalitas dan kekerasan (rasa
aman); dan
Perlindungan terhadap perasaan
tidak menyenangkan.
b. Kenyamanan
Kenyamanan di dalam ruang publik di
antaranya:
Kenyamanan untuk berjalan;
Kenyamanan untuk berdiri;
Kenyamanan untuk duduk;
Kenyamanan untuk melihat;
Kenyamanan untuk
mendengar/berbicara; dan
Kenyamanan untuk bermain atau
aktifitas terbuka.
c. Kenikmatan
Skala;
Kenyamanan menikmati aspek
positif iklim; dan
Kualitas estetika atau pengalaman
positif.
Menurut Carr et al. dalam Carmona et
al. (2003), kenyamanan merupakan salah satu
syarat mutlak keberhasilan ruang publik. Lama
tinggal seseorang berada di ruang publik dapat
dijadikan tolok ukur kenyamanan tidaknya
suatu ruang publik. Dalam hal ini kenyamanan
ruang publik antara lain dipengaruhi oleh:
kenyamanan
lingkungan
yang
berupa
perlindungan dari pengaruh alam seperti sinar
matahari, angin; kenyamanan fisik yang
berupa ketersediaan fasilitas penunjang yang
cukup seperti tempat duduk; kenyamanan
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
Indikator
District
Node
Landmark
Edge
Elemen
Path
Kenyamanan
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
5
Pepohonan yang rindang di Lapangan
Merdeka membuat kesan yang bagus.
2. Analisa Penilaian Indikator Kota Layak
Huni
Node
Landmark
Edge
Kemudahan untuk
Warga yang
1
Cacat/Hamil/Lansia
Jalan
3
District
Indikator
Path
Parkir
Area Duduk
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
6
3. Analisa kenyamanan kawasan Lapangan
Merdeka
berdasarkan
penilaian
masyarakat.
60
51
40
30
20
10
0
28
16
0
29
0
50
14
12
19
10
0
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
7
Dari ketiga carta di atas dapat diambil
kesimpulan, masyarakat setuju bahwa kawasan
ini nyaman.
penilaian
Sangat
Setuju
Setuju
Pertanyaan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Tidak
Pasti
Kawasan
ini
menyediakan
fasilitas
pendukung
untuk orang tua,
19
42
28 10 1
penyandang
cacat dan wanita
hamil. (seperti:
ramp, pegangan
jalan, dll)
Kawasan
Ini
Memiliki
8
21 57 14
Kualitas Jalan
Yang baik
Kawasan
Ini
Memiliki Jalur
12
37
21 26 4
Pedestrian yang
Baik
Sumber: data pribadi setelah diolah ulang
Penilaian
responden
terhadap
indikator kota layak huni pada tabel
menunjukkan persepsi masyarakat terhadap
kawasan Lapangan Merdeka Medan. 42
responden tidak setuju bahwa kawasan ini
menyediakan fasilitas pendukung untuk lansia,
wanita hamil serta penyandang cacat. Sesuai
dengan penilaian peneliti yang menilai
kawasan ini buruk dalam hal menyediakan
kemudahan bagi warganya yang cacat, hamil,
serta lansia. Kualitas jalan yang tersedia
memiliki kualitas baik dinilai setuju oleh 57
responden. Hal ini didukung dengan tidak
terdapat lubang-lubang jalan yang dapat
mengganggu perjalanan kendaraan. Kemudian
terkait jalur pejalan kaki, penilaian masyarakat
cenderung tidak setuju bahwa jalur pedestrian
di kawasan ini baik untuk dilalui, berbagai
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, ditarik
kesimpulan bahwa yang menjadi tujuan ruang
publik adalah kesejahteraan masyarakat,
peningkatan visual, peningkatan lingkungan,
pengembangan ekonomi, peningkatan kesan.
Ruang publik dinyatakan berhasil jika mampu
mencapai kenyamanan bagi masyarakat
penggunanya. Setelah ditinjau lebih lanjut,
untuk
melakukan
penilaian
harus
memerhatikan 5 elemen citra kota yang
dikemukakan Lynch (1990) yaitu path,
district, nodes, landmark, dan edges.
Hasil analisa kenyamanan kawasan
Lapangan Merdeka ini ditemukan bahwa ada
sedikit perbedaan pandangan antara peneliti
dengan responden. Hal ini terkait pada
penilaian jalur pejalan kaki, dimana warga
menilai setuju bahwa desain jalur ini nyaman
untuk dilalui. Serta tidak tersedianya jalur
khusus warga cacat, hamil, dan lansia menjadi
masalah kota dalam hal peningkatan fasilitas
publik
Kemudian berkaitan dengan kota
layak huni, hasil analisa terkait penilaian
indikator kota layak huni ditemukan bahwa
mayoritas responden menilai kesetujuannya
bahwa kota Medan dapat dikategorikan
sebagai kota yang layak huni walaupun masih
terdapat hal yang perlu dibenahi
SARAN
1. Untuk Pemerintah
Pemerintah selaku pengelola kota,
harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang
memberikan kenyamanan warganya seperti
kemudahan untuk warga cacat, hamil dan
lansia, kemudian pembenahan pada jalur
pejalan kaki. Lalu pemerintah harus
menyediakan gedung parkir dalam hal
peningkatan estetika Lapangan Merdeka.
Pengalihfungsian pada sebagian sisi Lapangan
Merdeka sudah merebut ruang publik,
sehingga mengurangi kenyamanan warga
dalam menikmati Lapangan Merdeka secara
utuh.
7
KENYAMANAN
RUANG
PUBLIK
DALAM
MENCIPTAKAN KOTA LAYAK HUNI DI KOTA
MEDAN
8
2. Untuk Masyarakat
Masyarakat selaku warga yang
menikmati fasilitas publik, harus turut menjaga
keutuhan fasilitas-fasilitas publik, serta
menghargai kenyamanan warga yang lainnya.
Sehingga kota dapat dinikmati bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Carmona, M., dkk. 2010. Public Places,
Urban Spaces: The Dimensions of
Urban Design. UK: Elsevier.
Carr, S; Francis, M; Rivlin, L G; & Stone, A
M. 1992. Public Space. Cambridge:
Cambridge University Press.
Gehl, J. 1987. Life Between Buildings. New
York: Van Nostrand Reinhold
Company.
Lennard, H. L. 1997. Principles for the
Livable City in Lennard, S. H., S von
Ungern-Sternberg, H. L. Lennard, eds.
Making Cities Livable. International
Making Cities Livable Conferences.
California, USA: Gondolier Press.
Lynch, K. 1990. The Image of The City.
Massachusetts: M.I.T. Press