Anda di halaman 1dari 9

Sosiologi Perkotaan

A. Latar Belakang
Selama ini kita selalu mendengar banyak orang mengatakan segala hal yang berkaitan
dengan perkotaan. Mulai kegiatan ekonomi, sosial, kemanusiaan, hingga hal-hal yang
berunsur vandalisme dan kekerasan dalam bentuk konflik, pertentangan, baik antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok.
Maka dengan adanya segala problem dan aktifitas-aktifitas diperkotaan, kita masuk
pada mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Di mana dalam mata kuliah ini kita akan
mengkaji secara mendalam segala seluk beluk kehidupan perkotaan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu sosiologi
perkotaan dan apa saja ruang lingkup yang ada dalam pembahasan dan kajian di
sosiologi perkotaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah
yang akan di jelaskan. Di antaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi, kota, dan sosiologi perkotaan?
2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam kajian sosiologi perkotaan?
C. Tujuan Penulisan
makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan dan memahami apa yang dimaksud dengan sosiologi, kota dan
perkotaan.
2. Dapat memiliki pemahaman tentang pengertian kota menurut para ahli.
3. Dapat memahami apa saja ruang lingkup dalam sosiologi perkotaan.

PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini, untuk mengawali perkuliahan awal dalam mata kuliah
Sosiologi Perkotaan, ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para
pembaca sekalian. Sosiologi perkotaan merupakan sebuah cabang dari ilmu utama
Sosiologi yang dikembangkan dengan seiringnya pemahaman dan penelitian yang
dilakukan oleh para ahli mengenai masyarakat perkotaan. Sama halnya dengan cabang
sosiologi lainnya seperti sosiologi pedesaan, sosiologi agama, sosiologi pembangunan,
dan sebagainya. Sosiologi perkotaan memiliki pembahasan dan kajian mendalam
mengenai seluk beluk masyarakat di perkotaan. Membahas lebih detai mengenai
segala aktifitas sosial, ekonomi, keagamaan, dan lainnya yang ada di dalam
masyarakat perkotaan tersebut.
A. Pengertian Sosiologi, Kota, dan Sosiologi Perkotaan.
Sosiologi diartikan oleh Pitirim A. Sorokin sebagai sebuah ilmu yang mempelajari halhal seperti hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala sosial.
Misalnya antar gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, dan gerak masyarakat dengan politik. Hubungan dan pengaruh timbal balik

antara gejala sosial dengan gejala non sosial. Misalnya, gejala geografis dengan
biologis. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial .
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dari proses-proses sosial, termasuk perubahanperubahan sosial.
Roucek dan Warren memberikan pengertia sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
Sosiologi menurut J. A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers adalah ilmu pengetahuan
tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil .
Kemudian pengertian kota menurut para ahli adalah sebagai contoh, Max Weber
berpendapat kota adalah suatu tempat apabila penghuninya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan dari
penduduk dari pedalaman dan diperjualbelikan di pasar itu. Jadi ciri kota menurut Max
Weber yang paling utama adalah adanya pasar sebagai benteng, yang mempunyai
sistem hukum dan lain-lain yang bersifat kosmopolitan.
Cristaller dengan Central Place Theorynya menyatakan kota berfungsi
menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Bisa disimpulkan
dari teori ini kota sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat tergantung kepada seberapa
jauh daerah sekitar kota memanfaatkan penyediaan jasa-jasa kota itu.
Dari pandangan ini kota-kota tersusun dalam hirarki berbagai jenis.
Menurut Prof. Bintarto kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya
yang materialistis atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang
cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah dibelakangnya .
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, sosiologi adalah sebuah
ilmu yang mempelajari segala aktifitas-aktifitas dan proses-proses sosial yang ada di
masyarakat. Mengkaji segala seluk beluk peran-peran sosial, pelapisan sosial, mobilitas
sosial, perubahan-perubahan dan pola-pola yang ada di masyarakat.
Sementara pengertian kota yang dapat kita simpulkan dari beberapa pendapat ahli
diatas yaitu sebuah tempat di mana para penghuninya mampu memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya dalam lingkungan itu sendiri. Memiliki strata sosial,
pelapisan sosial, dan coraknya yang heterogenitas sangat kental, serta sifat
materialistisnya yang besar.
Dari pemahaman di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa sosiologi perkotaan
adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial dan interaksi manusia di
wilayah metropolitan atau perkotaan. Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat
perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Materi yang dikaji adalah antara lain mata pencaharian hidup, pola
hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikap
permaslahan. Studi ini adalah disipilin sosiologi norma yang mempelajari struktur,
proses, perubahan, dan masalah disebuah wilayah urban dan memberi masukan untuk
perencanaan dan pembuatan kebijakan.

Seperti bidang sosiologi lainnya sosiologi perkotaan juga menggunakan analisis


statistik, pengamatan, teori sosial, wawancara, dan metode lainnya. Seperti migrasi dan
demografi, kemiskinan, ekonomi, hubungan ras, dan lainnya.
B. Ruang Lingkup Sosiologi Perkotaan
Sosiologi perkotaan seperti yang telah dijelaskan di atas, merupakan sebuah kajian
mengenai seluk beluk masyarakat yang ada di wilayah perkotaan atau metropolitan.
Oleh karena itu, sosiologi perkotaan memliki beberapa ruang lingkup yang dapat kita
pelajari yaitu tentang sejarah pertumbuhan kota, perbedaan masyarakat kota dan desa,
institusi perkotaan, konflik sosial, pengangguran, pekerjaan atau mata pencaharian
masyarakat kota, masalah lapangan pekerjaan, keadaan lingkungan sosial perkotaan,
kemiskinan, pola hubungan sosial masyarakat kota, diferensiasi sosial, pelapisan
sosial, dan lainnya.
1. Sejarah Pertumbuhan Kota
Dalam pembahasan ini kami memberikan beberapa contoh perkembangan dan
pertumbuhan perkotaan yang ada di Indonesia. Sebagian besar, kota-kota yang
tumbuh dengan cepat adalah kota-kota yang terletak di dekat pelabuhan.
Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-potensi yang dapat dikembangkan
terutama potensi sumber daya alam dan letak yang strategis.Berdasarkan
sejarah pertumbuhannya, kota-kota di Indonesia bermula dari kegiatan-kegiatan
sebagai berikut.
a. Kota yang berawal dari pusat perdagangan.
Di Indonesia kota-kota yang berasal dari kegiatan perdagangan, antara lain
adalah Surabaya, Jakarta dan Makassar. Kota-kota ini merupakan kota
perdagangan yang ramai.
b. Kota yang berawal dari pusat perkebunan.
Pembukaan lahan baru untuk areal perkebunan berdampak pada pembuatan
permukiman baru yang kemudian berkembang menjadi kota. Contohnya:
Sukabumi (perkebunan teh), Ambarawa (perkebunan kopi), dan Jambi
(perkebunan karet).
c. Kota yang berawal dari pusat pertambangan.
Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari perluasan daerah pertambangan,
antara lain Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan (pertambangan timah),
Palembang dan Plaju (tambang minyak bumi), Samarinda, Tarakan, Balikpapan
(tambang minyak Bumi).
d. Kota yang berawal dari pusat administrasi pemerintah.
Pada zaman penjajahan Belanda, Batavia merupakan pusat
pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Kota Batavia
(Jakarta) menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia.
Seperti halnya desa, kota juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Untuk membedakannya, kota diklasifikasikan berdasarkan pada hal-hal


sebagai berikut :
a. Berdasarkan jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang.
2. Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 15 juta
orang.
3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000 1 juta orang.
4. Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000
500.000 orang.
5. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000100.000 orang.
b. Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan
menjadi:
1. Tingkat Eopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang menjadi kota
baru.
2. Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki sifat agraris.
3. Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah
mengarah ke industri.
4. Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa
kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur
perkotaan yang sangat besar.
5. Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi
dengan kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat
kriminalitas yang tinggi.
6. Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju
keruntuhan.
c. Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang
setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, dan
Bontang.
2. Kota pusat perdagangan (Centre of Trade and Commerce), yaitu kota
yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik
maupun internasional. Contoh: Hongkong, Jakarta, dan Singapura.
3. Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yaitu kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibu kota negara.
4. Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.
2. Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
Sosiologi perkotaan juga membahas bagaimana perbedaan antar
masyarakt kota dan desa dalam beberapa aspek kehidupan. Seperti
berikut:
a. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat
perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi
daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh
kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di
kota yang kehidupannya bebas dari realitas alam.

b. Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian


di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yg bermata
pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas
dari kegiatan usaha.
c. Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari
komunitas perkotaan.
d. Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lebih rendah bila
dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu
komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
e. Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri
sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku
nampak pada masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat
perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orangorang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota
lebih heterogen.
f. Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi
pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
Pada situasi dan kondisi berinteraksi, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Masyarakat
pedesaan ditandai dengan pemilikkan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota
masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat , bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat karena beranggapan
bahwa sebagai sesama makhluk sosial hendaknya saling mencintai,
saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama
terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Sedangkan pada masyarakat perkotaan. Jalan pikiran rasional
,menyebabkan interaksi interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada
faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
Ciri - Ciri Masyarakat Desa antara lain :
a. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
d. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat istiadat, dan sebagainya.
e. Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian.
f. Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal
mekanisasi dalam pertanian.
g. Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan
penting
Sedangkan, Ciri Ciri Masyarakat Perkotaan sebagai berikut :
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Manusia individual (perorangan). Di kota
kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan
kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .

c. Jalan pikiran rasional, menyebabkan interaksi interaksi yang terjadi


lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
d. Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.
e. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
f. embagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan individu.
g. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
3. Konflik-konflik di Perkotaan.
Dalam ruang lingkup lain sosiologi perkotaan adalah membahas secara
mendalam mengenai konflik-konflik dan hal-hal lain yang menyebabkan
konflik di perkotaan. Dengan melakukan pengamatan, penelitian,
observasi, dan sebagainya, kita bisa melihat potensi-potensi yang dapat
menyebabkan konflik di daerah perkotaan. Maka sosiologi dalam hal ini
sangat berperan penting untuk membahas permasalahan tersebut.
Jika kita mengetahui sebagian kecil penyebab konflik yang ada di
perkotaan, tak lain adalah mengenai masalah sengketa tanah di
perkotaan, adanya intervensi kelompok atau individu dalam sebuah
persoalan, adanya kesalah pahaman dalam berorganisasi dan
bersosialisasi, perasaan untuk menjaga harga diri dan prestise, dan
lainnya.
Tak jauh berbeda dengan ilmu lainnya, sosiologi perkotaan juga memiliki
metode-metode tertentu untuk mengkaji masalah konflik di masyarakat
perkotaan. Bisa dengan menggunakan metode observasi, penelitian,
angket, wawancara, dan sebagainya.
4. Pengangguran.
Pengangguran di perkotaan dan daerah sekitarnya adalah suatu
permasalahan sosial yang tak luput dari pengkajian ilmu sosiologi
perkotaan. Dengan ilmu sosiologi perkotaan ini, akan didapat sebuah
pemahaman mengenai apa yang menyebabkan pengangguran,
sebenarnya bagaimana pengangguran itu bisa terjadi, faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan pengangguran di daerah perkotaan.
Jika kita menilik lebih mendalam mengenai masalah ini, sebenarnya kota
manapun di Indonesia memiliki daya tarik tinggi bagi orang-orang yang
datang dari desa mereka untuk memperbaiki hidup dan kehidupan
mereka, dengan cara mencari pekerjaan yang lebih layak dan lebih
mapan. Namun tak jarang bahkan banyak sekali para pendatang itu
hanya bermodalkan keyakinan dan nekat saja, tanpa diimbangi dengan
keahlian tertentu yang mampu membawa dirinya menjadi dibutuhkan oleh
kegiatan perekonomian di perkotaan.
Oleh sebab itu, banyak sekali dari para pendatang itu yang hanya menjadi
orang-orang terpinggirkan, menjadi pengangguran karena mereka
kebingungan untuk mencari kerja seperti apa di kota yang ia datangi itu.
Maka dengan adanya sosiologi perkotaan inilah, akan dikaji semua hal
yang berkaitan dengan masalah sosial yang satu ini, serta mencari
solusinya untuk memperbaiki kehidupan diperkotaan.

5. Mata Pencaharian Masyarakat Kota


Dalam ruang lingkup perkotaan pula tak lepas dari mata pencaharian
masyarakatnya. Maka dengan kajian sosiologi perkotaan, kita bisa
memahami bagaimana pola-pola ekonomi dan kegiatan pencaharian
hidup masyarakat perkotaan. Khususnya untuk daerah yang memang
sudah menjadi daerah perindustrian, maka dapat dipahami bahwa
masyarakat perkotaan lebih terfokus kepada mata pencaharian dibidang
industri, tekstil, produksi furniture, dan pelayanan jasa.
Sementara dengan mengkaji melalui metode sosiologi, kita bisa menilai
bahwa masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Sebagai
contoh jika kita observasi ke daerah pedesaan di Ngawi, Jawa Timur,
maka 95% penduduknya adalah petani. Sementara jika dibandingkan
dengan jakarta, surabaya, medan, pontianak, dan kota-kota besar lainnya
di Indonesia, mereka lebih cenderung bergelut dalam bidang pelayanan
jasa transportasi, makanan, industri, tekstil, dan sebagainya.
Dalam hal ini, merupakan bagian dari ruang lingkup pembahasan ilmu
sosiologi perkotaan.
6. Ruang Lingkup Lain Dari Ilmu Sosiologi Perkotaan
a. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh
lokasi geografisnya di daerah desa. Mereka sulit mengontrol kenyataan
alam yang dihadapinya, padahal bagi petani realitas alam ini sangat vital
dalam menunjang kehidupannya.
b. Pekerjaan atau Mata Pencaharian.
Pada umumnya mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani. Mata
pencaharian berdagan merupakan mata pencaharian sekunder.
Sedangkan di masyarakat kota, mata pencaharian cenderung ,menjadi
terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri dapat dikembangkan.
c. Ukuran Komunitas
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
d. Kepadatan Penduduk.
Penduduk desa kepadatan penduduknya lebih rendah dibandingkan
dengan kepadatan penduduk perkotaan.
e. Homogenitas dan Heterogenita.
Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri social dan psikologis,
bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada
masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.
Di kota sebaliknya, penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang
dengan macam-macam subkultur, kesenangan, kebudayaan dan mata
pencaharian.
f. Diferensiasi Sosial.
Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat

yang tinggi di dalam diferensiasi social. Kenyataan ini bertentangan


dengan bagian-bagian kehidupan di masyarakat pedesaan.
g. Pelapisan Sosial
Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial tak resmi antara masyarakat
kota dan masyarakat desa, namun di sini saya akan memberikan satu
contoh saja, yaitu pada masyarakat desa, kesenjangan (gap) antara kelas
eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan pada
masyarakat kota jarak antara kelas eksterm yang kaya dan miskin cukup
besar.
h. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakkan suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, terjadinya peristiwa mobilitas
sosial demikian disebabkan oleh penduduk kota yang heterogen. Dengan
demikian, maka mobilitas sering terjadi di perkotaan dibandingkan dengan
di pedesaan.
i. Interaksi Sosial
Tipe interaksi sosial di kota dengan di desa perbedaannya sangat kontras,
baik aspek kualitasnya maupun kuantitasnya.
j. Pengawasan Sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya
yang bersifat pribadi dan ramah tamah (informal). Di kota pengawasan
sosial lebih bersifat formal, pribadi, kurang terkena aturan yang
ditegakkan.
k. Pola Kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di pedesaan cenderung banyak ditentukan
oleh kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan kota.
l. Standar Kehidupan
Di kota, dengan konsentrasi dan jumlah penduduk yang padat, tersedia
dan ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dan fasilitas-fasilitas
yang membahagiakan kehidupan, sedangkan di desa terkadang tidak
demikian.
m. Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial atau kesatuan dan kepaduan pada masyarakat
pedesaan merupakan akibat dari sifat-sifat yang sama, persamaan dalam
pengalaman, tujuan yang sama, di mana bagian dari masyarakat
pedesaan hubungan pribadinya bersifat informal dan tidak bersifat kontrak
sosial (perjanjian).
n. Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan system nilai di desa dengan di kota berbeda, dan dapat diamati
dalam kebiasaan, cara, dan norma yang berlaku. Pada masyarakat
pedesaan, misalnya mengenai nilai-nilai keluarga masih berperan. Dalam
hal ini masyarakat kota bertentangan atau tidak sepenuhnya sama
dengan sistem nilai desa.

III. PENUTUP
Sosiologi perkotaan adalah bidang ilmu yang mempelajari manusia yang
tinggal di wilayah urban, metropolitan, atau perkotaan dengan segala
masalah yang ada disana. Ruang lingkup sosiologi perkotaan sangatlah
luas bila hanya di bandingkan dengan semua yang sudah di paparkan di
makalah ini, tapi seperri halnya semua bidang sosiologi atau sosial hal
utama yang di bahas adalah kecendrungan-kecendrungan struktur
kegiatan hidup manusia.
Sosiologi perkotaan hendaknya membawa kita yang mempelajarinya
menjadi lebih bijak utamanya tentang bagaimana menghadapi masalahmasalah yang ada di perkotaan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai