Diajukan kepada :
dr. I Wayan Marthana WK., M.Kes, Sp.THT
Disusun oleh :
Yunita Candra Kirana
20090310086
LEMBAR PENGESAHAN
LONG CASE
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS BENIGNA AKTIF
AURIKULA DEXTRA SINISTRA
Disusun oleh :
Yunita Candra Kirana
20090310086
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. SNY
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 57 tahun
Alamat
Pendidikan
:-
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Status pernikahan
: Menikah
Tanggal periksa
: 31 Januari 2015
No RM
: 47.9X.XX
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 31 Januari 2015 di poli THT RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada jam 11.35 WIB secara autoanamnesis dengan
pasien.
1. Keluhan Utama
Os datang dengan keluhan sering keluar cairan dari kedua telinga.
2. Keluhan Tambahan
Os juga mengeluhkan kedua telinga terasa nyeri dan tidak mendengar.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli THT dengan keluhan keluar cairan putih agak
kental dan berbau dari kedua telinga sejak 8 bulan yang lalu disertai rasa sakit.
Selain itu, pasien mengeluh pendengaran berkurang dan semakin dirasakan
memburuk bahkan telinga kanan tidak mendengar. Pasien mengatakan cairan
keluar terus menerus agak kental dan berbau.
kambuh-kambuhan sampai saat ini. Pasien mengatakan tidak ada nyeri telan
dan kesulitan menelan makanan. Riwayat demam disangkal, batuk dan pilek (-).
1
Riwayat sakit maag (-) mual (-), dan muntah (-). Riwayat trauma didaerah
sekitar telinga (-), riwayat kemasukan air (-). Adanya telinga tertampar, terpajan
bising yang terus menerus, disangkal oleh pasien. Keluhan gigi berlubang juga
disangkal.
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Sekitar 8 bulan yang lalu pasien mengaku keluar cairan pada kedua telinga
yang terus kambuh-kambuhan disertai bunyi ngung dan pernah
-
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran
: Compos mentis
- Tanda-tanda vital :
Nadi
: 82 kali/menit
Suhu
: afebris
Pernafasan
: 20 kali/menit
Tekanan darah : 130/70 mmHg
- BB
: tidak diperiksa
- TB
: tidak diperiksa
-
Kepala
Mata
langsung +/+.
Hidung
: tidak tampak kelainan, deviasi septum (-), sekret (-).
Telinga
: Normotia, serumen -/-, membran timpani perforasi -/+
Mulut dan bibir : Tidak sianosis, mukosa tidak kering
Leher
: Trakea lurus di tengah, tidak teraba massa
KGB
:
Submandibular : tidak teraba
Supraklavikular : tidak teraba
Retroaurikular : tidak teraba
Cervical
: tidak teraba
Kanan
Kiri
Normal
Deformitas (-)
Normal
Deformitas (-)
mastoid (-)
Retroaurikular
Liang telinga
Lapang
Lapang
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
berbau
berbau
(-)
(-)
mengkilat (-)
mengkilat (-)
Daun telinga
Mukosa
Sekret
Serumen
Membran timpani
Perforasi (+) 45 %
dari luas membran
timpani
Perforasi(+) 15%
dari luas membran
timpani
Kiri
(-)
(-)
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
512 Hz
Deformitas
Nyeri tekan
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Dahi (-), pipi (-), depan telinga Dahi (-), pipi (-), depan telinga (-)
(-)
Krepitasi
Transluminasi
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rinoskopi anterior
Vestibulum
Konka inferior
Kanan
Kiri
Konka media
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Konka superior
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Meatus nasi
media
Kavum nasi
Lapang
Lapang
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Sekret
(-)
(-)
Septum
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Dasar hidung
Normal
Normal
Aliran Udara
Hambatan (-)
Hambatan (-)
Mukosa
1
2
3
Rinoskopi Posterior
c.
5
c. Tenggorokan
1
2
Keterangan : 1.Uvula
2. Tonsila Palatina
Pemeriksaan Faring
Cavum oris
: caries (-), stomatitis (-)
Arkus faring
: simetris (+), hiperemis (-), edema (-)
Dinding faring
: hiperemis (-)
Uvula
: letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsila palatina
:
Besar : T1-T1
Warna : merah muda, hiperemis (-)
Kripta (-)
Detritus (-)
Perlengketan (-)
Pemeriksaan Laring
Keterangan :
1. Epiglotis
2. Kartilago aritenoid
3. Plika vestibularis
4. Plika vokalis
5. Plika ariepiglotika
6. Rima glotis
d. LEHER
Kelenjar limfe submandibula
D. DIAGNOSIS BANDING
-
Barotrauma
otitis media akut stadium perforasi
perforasi membran timpani akibat obat-obat ototoksik.
E. DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis Benigna Aktif Aurikula Dextra Sinistra
F. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
-
Jangan meminum es
Medikamentosa
- Aural toilet menggunakan Perhidrol 3% 3x III gtt ADS
- Cloramphenikol ear drop 1% 3x III gtt ADS
- Metronidazole 3x400mg
- CTM 2x4mg
- MetilPrednisolon 3x4mg
G. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanasionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran timpani
dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta
penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara mastoid. Bagian ini
dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani dengan diameter kurang lebih
setengah inci.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria).
9
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran
napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan
sirkuler pada bagian dalam.
Gambar membran timpani telinga kanan
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13
dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm1.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu1 :
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu1,9 :
a.
b.
c.
d.
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis
dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak ( perforasi ) dan ditemukan
sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.
Menurut
Ramalingam
bahwa
OMSK
adalah
peradangan
kronis
lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahanperubahan patologis yang ireversibel,2,4
Macam-macam perforasi membran timpani :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total1,2,4. Di seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada
pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom1,2,4
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma1,2,4.
IV. KLASIFIKASI OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu2,11 :
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak (benigna) = tipe aman = tipe rhinogen.
Pada tipe aman ini, terbatas pada mukosa saja dan tidak mengenai tulang serta tidak
terdapat kolesteatoma. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga1,4.
2. Tipe atikoantral = tipe ganas (maligna) = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih
sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2
tipe yaitu :1,3
a. Kongenital
Kolesteatoma kongenital terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga
dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.
b. Didapat / akuisital
Kolesteatoma tipe ini terbentuk setelah anak lahir. Jenis ini terbagi atas dua, yaitu :
- Kolesteatoma akuisital primer
- Kolesteatoma akuisital sekunder
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai terjadinya kolesteatoma pada tipe ini,
teori itu adalah2,5 :
1. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disini ia
membentuk kolesteatom ( migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk
menjadi nekrotis, terangkat keatas.
2. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.
3. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia
teori menurut Wendt).
4. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars flaksida ( attic retraction
cholesteatom).
5. Teori Invaginasi : Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana
timpani pars plasida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan
tuba
6.
Teori Implantasi: Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatom terjadi akibat
adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah waktu
operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling
sering adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat
apabila sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di
sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis
13
V. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan
melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi
tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia7,9.
VI. ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring
yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral
(seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan
leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis1,2.
Penyebab OMSK antara lain1,2,5:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lingkungan
Genetik
Otitis media sebelumnya.
Infeksi15
Infeksi saluran nafas atas
Autoimun
Alergi
Gangguan fungsi tuba eustachius.
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi
saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari
nasofaring diantaranya streptococcus viridans (Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B
hemolitikus dan pneumococcus).
14
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
b.
c.
perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
d.
migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
4.
5.
6.
tengah.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
VII. PATOGENESIS
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus 1,6. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis1.
VIII. PATOLOGI
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1.
2.
3.
4.
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi
antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang
terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terusberlanjut, mastoid
mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang1.
IX. GEJALA KLINIS
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret
biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis2.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapat tuli konduktif berat8
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis1,2.
4. Vertigo
16
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum4.
X. TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna3 :
a.
b.
c.
d.
Normal
Tuli ringan
Tuli sedang
Tuli sedang berat
Tuli berat
Tuli total
: -10 dB sampai 26 dB
: 27 dB sampai 40 dB
: 41 dB sampai 55 dB
: 56 dB sampai 70 dB
: 71 dB sampai 90 dB
: lebih dari 90 dB.
17
-Pemeriksaan Radiologi
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen3.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur3.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi
ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya
pembesaran akibat2,3
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan
kerusakan tulang oleh karena kolesteatom3.
-Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,
H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut.
Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada
anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi3.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus
aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah
18
ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid.
Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus
resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan
gentamisin2
19
XII. PENATALAKSANAAN
20
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani yang
permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi
di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang
irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau
eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika mentosa
hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus dilakukan
isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun demikian, tidak
semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan
telah sesuai dengan uji kepekaan.
21
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat
bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan
operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.
-OMSK BENIGNA AKTIF
Prinsip pengobatan OMSK adalah3 :
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2. Pemberian antibiotika : - topikal antibiotik ( antimikroba)
- sistemik
Pemberian antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan
obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.4 Mengingat pemberian obat topikal
dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang
ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan
antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni3.
Bubuk telinga yang digunakan seperti3 :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang
dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah3 :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
22
Obat ini bersifat bakterisid, aktif melawan basil gram positif dan gram negatif
kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob,
khususnya B.fragilis.
Pemberian antibiotik sistemik
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret
profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan
yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman
terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah
antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis
tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah2,3.
-
Pseudomonas
: Aminoglikosida karbenisilin
P. mirabilis
: Ampisilin atau sefalosforin
P. morganii, P. vulgaris
: Aminoglikosida Karbenisilin
Klebsiella
: Sefalosforin atau aminoglikosida
E. coli
: Ampisilin atau sefalosforin
S. Aureus
: Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
B. fragilis
: Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu derivat asam
nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi
tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi
III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus
diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK
belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek
bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan
dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg
per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1,2,6.
-OMSK MALIGNA
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
23
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi3.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain3:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
1. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis tipe benigna yangdengan
pengobatan konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi inidilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik.Tujuannya ialahagar dapat telinga tidak berair lagi.
2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis tipe malignadengan infeksi
atau kolesteatoma yang sudah meluas.Tujuan operasi ini ialahuntuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi keintracranial, kerugian operasi ini ialah pasien
tidak diperbolehkan berenangseumur hidupnya pasien harus dating teratur untuk kontrol
supaya tidak terjadiinfeksi kembali.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis dengankolesreatoma di
daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani seluruh ronggamastoid dibersihkan dan
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuanoperasi ini ialah untuk membuang semua
jaringan patologik dari ronggamastoid..
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan dikenaljuga dengan
nama timpamoplasti tipe 1. Rekontruksi hanya dilakukan padamembran timpani.Tujuan
operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga pada otitis media supuratif
24
kronis tipe benigna yang sudah tenang denganketulian ringan, yang hanya disebabkan oleh
perforasi membran timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada otitis media supuratif kronis tipe benignadengan
kerusakan yang lebih berat atau otitis mesia supuratif kronis tipe benignayang tidak bisa
disembuhkan
dengan
pengobatan
medikamentosa.
Tujuan
operasiini
ialah
untuk
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam
lintasan1,2 :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak
26
BAB III
PEMBAHASAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan keradangan atau infeksi kronis yang
mengenai mukosa atau struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan perforasi
membran timpani, sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. Dapat terjadi
penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat tulang-tulang
pendengaran yang mengalami kerusakan. biasanya dijumpai tuli konduktif. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem penghantaran suara ke telinga tengah.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap pasien, pasien datang ke poli THT
dengan keluhan keluar cairan putih agak kental dan berbau dari kedua telinga sejak 8 bulan
yang lalu disertai rasa sakit. Selain itu, pasien mengeluh pendengaran berkurang dan semakin
dirasakan memburuk bahkan telinga kanan tidak mendengar. Pasien mengatakan cairan
keluar terus menerus agak kental dan berbau. Penyakit telinganya selalu kambuh-kambuhan
sampai saat ini. Berdasarkan pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan otoskopi ditemukan cairan
yang keluar melalui liang telinga kiri berupa cairan jernih dan tidak berbau serta tidak
terdapat nyeri tekan tragus pada pemeriksaan. Pada pemeriksaan dengan menggunakan
othoscope, tampak membran timpani telinga kanan dan kiri mengalami perforasi sentral yang
kesannya sebelah kanan lebih luas,terdapat otorrhoe pada liang telinga kanan dan kiri. Hal ini
menandakan bahwa otitis media supuratif kronis yang aktif. Berdasarkan letak perforasi yang
di sentral maka otitisnya termasuk dalam golongan benigna.
Dari gejala, tanda dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat ditentukan diagnosis
kerja pada kasus ini adalah otitis media kronis benigna fase aktif. Diagnosis banding pada
kasus ini adalah barotrauma yang gejalanya berupa penurunan pendengaran dan rasa nyeri
serta perasaan ada air dalam telinga, membran timpani juga dapat perforasi apabila tekanan
dari luar terlalu tinggi sehingga memekakkan telinga. Namun, diagnosis banding ini dapat
disangkal karena pasien mengaku tidak pernah menyelam atau naik pesawat sebelum
mengalami penurunan pendengaran.
Diagnosis banding lainnya adalah otitis media akut stadium perforasi. Pada OMA
stadium perforasi juga dapat terjadi perforasi membran timpani namun biasanya perforasi
tidak sampai total dan bahkan bisa resolusi sempurna. Yang membedakan antara OMA dan
OMSK adalah berdasarkan waktu dimana telinga pasien selalu mengeluarkan cairan. Pada
27
pasien ini, keluarnya cairan dari telinga kiri sudah berlangsung selama sekitar satu tahun dan
selalu kambuh. Hal ini sangat mendukung diagnosis OMSK. Selain itu diagnosis banding lain
adalah perforasi membran timpani yang diakibatkan oleh obat yang ototoksik seperti obat
malaria dan tuberkulosis. Namun, pada anamnesa pasien mengaku tidak sedang
mengkonsumsi obat malaria atau tuberkulosis.
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah dengan cara konservatif medikamentosa.
Pasien diberi obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, kemudian setelah sekret berkurang
maka diberikan obat tetes telingan antibiotik dan oral antibiotik dari golongan penisilin atau
eritromisin apabila pasien alergi terhadap ampisilin.
Sedangkan untuk mengetahui jenis kuman yang menginfeksi serta sensitivitas obat
antibiotik dapat dilakukan kultur bakteri dari otorrhoe telinga.
Untuk mengetahui kerusakan telinga yang diakibatkan oleh penyakit ini, dapat
dilakukan pemeriksaan radiologi. Dapat juga dilakukan terapi pembedahan antara lain
mastoidektomi sederhana yaitu membersihkan ruang mastoid dari jaringan patologik supaya
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi tetap ada setelah diobservasi selama 2
bulan,idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat serta
memperbaiki pendengaran.
Prognosisnya adalah baik jika pasien dapat menjaga kebersihan telinga serta daya tahan
tubuh agar tidak terjadi infeksi dan apabila pemberian antibiotik memberikan respon yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
28
1.
Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta:
FKUI, 2010. h. 64-77
2.
Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam.
Jakarta: FKUI, 2010. h. 78-9
3.
Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997:
88-118
4.
Berman S. Otitis Media in Developing Countries. Pediatrics. July 2006. Available from
URL: http://www.pediatrics.org
5.
6.
Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. CT-scanning of Middle Ear Cholesteatome:
What Does The Surgeon Want To Know? The British Journal of Radiology. 2002; 75:
847-852. Available from URL: http://www.bjradio.org
7.
Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of Chronic Suppurative Otitis Media in
Singapore. Singapore Med J. 2002; 43: 296-9
8.
9.
10. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intracranial Complication of Chronic
Suppurative Otitis Media in Children. Brazillian Journal of Otorhinolaringology. 2005.
Available from URL:http://www.rborl.org.br
29
11. Vesterager V. Fortnightly review: Tinnitus Investigation and Management. BMJ. 1997.
available from URL:http://www.bmj.org
30