Anda di halaman 1dari 22

STUDI KASUS

PASIEN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE


PADA PASIEN LANJUT USIA
DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
DI PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN
PERIODE 17 DESEMBER 29 DESEMBER 2012

KELOMPOK 1
Disusun oleh:
Ari Herisandi

110.2004.032

Pembimbing :
dr. Sugma Agung Purbowo, MARS

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2012

65

LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil Studi Kasus Pasien Hemiparese Sinistra Post Stroke Pada Pasien Lanjut Usia
Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Kecamatan Penjaringan Periode 17
Desember 29 Desember 2012.
Penerapan Pendekatan Kedokteran Keluarga telah disetujui untuk dipresentasikan
dalam rangka memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran YARSI.

Jakarta, Januari 2013

Dr.Sugma Agung Purbowo, MARS


Pembimbing

66

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas bimbingan dan
tuntunanNya sehingga kami dapat menyelesaikan hasil Studi Kasus Pasien dengan penerapan
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Ilmu Kedokteran Keluarga yang berjudul STUDI
KASUS PASIEN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE PADA PASIEN WANITA
LANJUT USIA DI PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN PERIODE 17
DESEMBER 29 DESEMBER 2012.
Tujuan pembuatan Studi Kasus Pasien dengan penerapan Pendekatan Kedokteran
Keluarga ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI untuk periode 17 Desember 2012 19
Januari 2013.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Dosen Pembimbing, Sekretaris Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
2. DR. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI.
3. Dr. Fathul Jannah, M.Si selaku Wakil Ketua Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan staf
pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi.
4. Rifda Wulansari, S.P, M.Kes sebagai Koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. Dr. Citra Dewi, M.Kes sebagai Sekretaris Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
67

6. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang telah memberikan
bimbingan dan data kepada kami untuk kelancaran kegiatan Studi Kasus Pasien ini.
7. Dr. Dian Mardiyah, MKK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Univrsitas Yarsi.
8. Rifqatussaadah, SKM, M.Kes selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
9. Kholis Ernawati, S.Si,M.Kes selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyusunan ini. Oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran membangun sebagai perbaikan bagi kami.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta,

Januari 2013

Penulis

68

LAPORAN KASUS
Berkas Pasien
A. Identitas pasien
Nama

: Ny. S

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 60 tahun

Alamat

: Jl. Pluit Dalam No.20 RT 10 / RW 12 Penjaringan Jakarta Utara

Pendidikan

: D3

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

Tanggal berobat

: 27 Desember 2012

No CM

: 1730

B. Anamnesa
Dilakukan auto-anamnesa pada tanggal 27 Desember 2012 pada pukul 11.00 WIB
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan

: Kontrol stroke
: Anggota gerak sebelah kiri sulit digerakkan, tangan

kiri dan kaki kiri terasa baal, kaki kiri lemas.


3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Penjaringan untuk kontrol penyakit
stroke yang pernah dideritanya satu tahun yang lalu. Pasien mengatakan keluhan
tangan kiri dan kaki kiri sulit digerakkan sejak 2 minggu sebelum datang ke
puskesmas, telapak tangan kiri dan kaki kiri juga terasa baal. Ini merupakan
kunjungan kelima pasien sejak terakhir kali dirawat di rumah sakit pada satu tahun
yang lalu. Menurut keterangan pasien, pada awalnya keluhan ini muncul 1 tahun
lalu. Keluhan timbul saat dini hari secara mendadak sewaktu pasien pulang dari
berbelanja kebutuhan untuk masak di pasar. Pasien tiba tiba lemas dan sulit
untuk berbicara (pelo). Pasien lalu jatuh terkulai di lantai namun tanpa disertai
muntah maupun penurunan kesadaran. Pasien langsung dibawa ke Puskesmas
Kecamatan Penjaringan oleh keluarganya. Setelah pasien tiba di puskesmas,
69

pasien kemudian dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih


lanjut. Setelah menjalani pemeriksaan secara menyeluruh, pasien dinyatakan
mengalami pecah pembuluh darah otak karena tensi yang tinggi sehingga harus
dirawat inap. Setelah 14 hari menjalani perawatan di rumah sakit kemudian pasien
diperbolehkan oleh dokter untuk rawat jalan dan menjalani fisioterapi. Setelah
pasien beberapa kali menjalani fisioterapi, saat ini tubuh sisi kiri pasien yang
tadinya lumpuh sekarang sudah bisa digerakkan sedikit serta bicara pasien sudah
lancar kembali. Pasien mengatakan berjalan masih belum lancar, kaki kiri jika
melangkah harus diseret. Pasien juga tidak mampu memegang benda cukup lama
dengan tangan kirinya. Biasanya benda yang dipegang pasien akan meleset jatuh
dari genggamannya karena pasien merasa tangan kirinya terasa baal. Pasien
mengatakan hanya menjalani fisioterapi beberapa kali saja dikarenakan kendaraan
yang biasa dipakai untuk mengantar pasien telah dijual. Menurut keterangan
pasien, dirinya sering mengeluhkan nyeri kepala maupun tengkuk terasa pegal
sebelumnya. Menurut keluarga yang mengantar pasien, memori atau ingatan
pasien masih baik. Pasien masih mampu mengingat nama anaknya satu per satu
dan menyebutkan tanggal serta tempat lahirnya.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien memiliki riwayat sakit darah tinggi yang diketahui sejak 10 tahun yang lalu
yaitu saat pasien berobat ke Puskesmas dengan keluhan sering sakit kepala dan
dokter mengatakan pasien menderita darah tinggi. Namun pasien tidak mengobati
sakit darah tingginya tersebut dengan teratur.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa. Di
dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat darah tinggi, asma,
kencing manis, maupun alergi obat serta alergi makanan.
6. Riwayat sosial ekonomi:
Taraf sosioekonomi keluarga pasien termasuk ke dalam tingkat ekonomi
menengah ke atas. Suami pasien merupakan pensiunan PNS (Pegawai Negeri
Sipil) dan pasien sendiri adalah seorang ibu rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan
keluarga bersumber dari dana pensiun suami pasien sebesar kurang lebih Rp.
2.000.000 per bulan dan juga gaji anak tertua pasien yang bekerja sebagai pegawai
di suatu perusahaan. Jika berobat pasien menggunakan kartu Askes.

70

7. Riwayat kebiasaan:
Pasien memiliki kebiasaan makan durian sejak usia muda. Selain itu pasien juga
gemar makan kari kambing dan sering meminum kopi. Kebiasaan tersebut masih
dilakukan pasien hingga saat ini. Pasien sesekali mengikuti senam lansia di
kompleks rumahnya. Pasien tidak merokok dan juga tidak mengkonsumsi alkohol.

C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

2. Vital sign:
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

:150/100 mmHg
: 80/menit
: 20/menit
: 37C

BB

: 67 Kg

TB

: 155 cm

BB Ideal

: (155-100) (10 % x 55) = 49.5 kg

Status Gizi

: (BB aktual : BB ideal) x 100 %


= 67 : 49.5 x 100 %
= 135,4 % (BB berlebih)
IMT

: ( BB : TB (m) )
= 67 : 2.402
= 27,8 (Kelebihan berat badan tingkat berat)

71

3. Status Generalis:
KEPALA
- Bentuk
- Rambut
- Mata

: Normal, simetris
: Hitam beruban, lurus, tidak mudah rontok
: Konjungtiva anemis-/-, sklera iktrerik -/-,
pupil isokor kanan = kiri, Refleksi cahaya (+/+).

- Telinga

: Bentuk normal, membran timpani intak

- Hidung

: Bentuk normal, tidak deviasi

- Mulut

: Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor

- Tenggorokan

: Tidak hiperemis

LEHER
-

Kelenjar getah bening: Tidak teraba membesar

THORAK
-

Inspeksi

: Bentuk dada kanan = kiri simetris


Pergerakan napas kanan = kiri.
Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Fremitus taktil dan fokal kanan kiri sama


Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri

Perkusi

Auskultasi

: Sonor pada kedua lapang paru

Batas atas jantung: sela iga III garis sternalis kanan

Batas kanan:sela iga V garis parasternalis kanan

Batas kiri: sela iga V garis antara mid clavicula

: Bunyi jantung I-II murni, reguler


Vesikuler pada seluruh lapang paru
Rhonki -/- Wheezing -/-

ABDOMEN
- Inspeksi

: Perut datar simetris


72

- Palpasi

: Nyeri tekan epigastrium (-)


Hepar dan lien tidak teraba

- Perkusi

: Timpani seluruh lapang abdomen


Shifting dullnes (-)

- Auskultasi

: Bising usus (+) normal

GENITALIA EXTERNA
Vulva dan vagina

: Tidak hiperemis, tidak tampak sekret, NT (-)

OUE

: Tidak hiperemis, tidak tampak sekret

EKSTREMITAS
-

Superior

: Hangat
Sianosis (-/-)
Edema (-/-)

Inferior

: Hangat
Edema (-/-)
Sianosis (-/-)

4. Status Lokalis
ANGGOTA GERAK ATAS
Kekuatan

: Lateralisasi sinistra (5/3)

Tonus

:+/+

Atrofi

: (-)/(-)

Refleks fisiologis
Biceps

: (+)/ (+)

Triceps

: (+) / (+)

Refleks Patologis
Refleks Hoffman

: -/73

Refleks Trommer

: -/-

Sensibilitas
Taktil

: Normal/menurun

Nyeri

: Normal/normal

Suhu

: Tidak dilakukan

Diskriminasi 2 titik

: Tidak dilakukan

Getar

: Tidak dilakukan

ANGGOTA GERAK BAWAH


Kekuatan

: Lateralisasi sinistra (5/3)

Tonus

: (+) / (+)

Atrofi

: (-)/(-)

Refleks fisiologis
Patella

: (+) / (+)

Achilles

: (+) / (+)

Refleks Patologis
Babinski

: (-) / (-)

Chaddock

: (-) / (-)

Gordon

: (-) / (-)

Oppenheim

: (-) / (-)

Sensibilitas
Taktil

: normal/menurun

Nyeri

: normal/normal

Suhu

: Tidak dilakukan

Diskriminasi 2 titik

: Tidak dilakukan

Getar

: Tidak dilakukan

Meningeal sign

: (-)

Tes Kernig

: (-)
74

Tes lasegue

: (-)

Tes Brudzinsky I-II

: (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan GDS (3 Februari 2012)
Hasil : 112 mg/dl (normal <140 mg/dl)

75

Berkas Keluarga
A. Profil keluarga
1. Karakteristik keluarga
a. Identitas kepala keluarga
b. Identitas pasangan
c. Struktur komposisi keluarga
Keluarga terdiri atas

: Suami pasien bernama Tn. Budi


: Pasien bernama Ny. Sinta
:
suami, istri (pasien), seorang pembantu rumah

tangga dan anaknya. Keluarga pasien termasuk keluarga yang sehat dalam
arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Fungsi adaptasi
(adaptation) baik yaitu pasien merasa puas karena dukungan keluarga yang
begitu besar untuk membuat pasien sembuh. Fungsi kemitraan (partnership)
baik dimana setiap anggota keluarga berkomunikasi aktif untuk rembuk
ataupun untuk mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh pasien dengan anggita keluarga yang lain. Fungsi
pertumbuhan (growth) keluarga terbilang baik dimana tidak ada tekanan untuk
menyuarakan pendapat sehingga memberikan kedewasaan berpikir bagi setiap
anggota keluarga. Fungsi kasih sayang (Affection) dalam keluarga ini sangat
harmonis dimana hubungan antar anak, hubungan suami dengan istri,
hubungan orang tua dengan anak anaknya serta hubungan kekerabatan antar
generasi terjalin erat dan saling menyayangi. Bila ada anggota keluarga yang
sakit atau memiliki masalah, maka seluruh keluarga akan membahas dan
mencari jalan keluar terbaik. Fungsi kebersamaan (resolve) terbilang baik
dimana kebersamaan dalam membagi waktu untuk keluarga serta ruang untuk
bertukar pikiran juga menjadi salah satu hal yang membuat hubungan dalam
keluarga ini terlihat begitu rukun dan harmonis. Pemahaman keluarga sebagai
wahana persemaian nilai nilai agama dan nilai nilai luhur budaya bangsa
tercermin dalam kehidupan sehari hari dimana setiap anggota keluarga
memeluk satu agama yang sama yaitu agama Islam dan termasuk taat dalam
menjalankan ibadah. Budaya dalam keluarga sangat kental dengan adat jawa
yang merupakan suku asal dari pihak suami maupun istri (pasien). Logat jawa
yang khas serta bahasa jawa masih sering digunakan saat bercengkrama oleh
setiap anggota keluarga namun tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari hari.

76

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah

No

Nama

1.

Tn. B

2.

5.

Kedudukan

Gender

Umur

Pendidikan

Suami

Pria

65 tahun

S1

Ny. S

Istri

Wanita

60 tahun

D3

Ny. M

PRT

Pria

25 tahun

dalam keluarga

Belum
Sekolah

Pekerjaan

Ket.

Pensiunan

Pemilik

PNS

rumah

IRT

Pasien

Tidak Bekerja

Anak
pembantu

2. Penilaian status sosial dan kesejahteraan hidup


a. Lingkungan tempat tinggal
Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah : Milik sendiri
Daerah perumahan
: Kompleks perumahan
Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah: 15 x 13 m2
Jumlah penghuni dalam satu rumah: 4 orang
Luas halaman rumah: 10 m2
Tidak bertingkat
Lantai rumah dari: Keramik
Dinding rumah dari: Tembok
Jamban keluarga: Ada
Tempat bermain: Tidak ada
Penerangan listrik: 900 watt
Ketersediaan air bersih: Ada
Tempat pembuangan sampah: Ada

Kesimpulan
Keluarga Tn.Budi dan Ny.Sinta
tinggal di kompleks perumahan
yang terletak pada lingkungan yang
cukup padat penduduk. Dilihat dari
karakteristiknya,

rumah

tersebut

memenuhi kriteria rumah sehat

77

b. Kepemilikan barang-barang berharga


Satu buah televisi berwarna berukuran 21 inch
Satu buah kulkas
Satu buah dispenser
Dua buah kipas angin
Satu buah Rice Cooker
Satu buah kompor gas
Satu buah lemari es satu pintu
3. Penilaian perilaku kesehatan keluarga
a. Sebutkan jenis tempat berobat
: Puskesmas dan Rumah Sakit
b. Balita
: Tidak ada
c. Asuransi / Jaminan kesehatan
:Asuransi Kesehatan (ASKES)

4. Sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas)


Tabel 3. Pelayanan kesehatan
Faktor
Cara

mencapai

pusat

pelayanan kesehatan
Tarif pelayanan kesehatan
Kualitas pelayanan kesehatan

Keterangan

Kesimpulan
Untuk mencapai puskesmas

Dengan kendaraan umum

pasien menggunakan angkot.


Pasien

Murah
Memuaskan

merasa

kesehatan
memuaskan

di

pelayanan
puskesmas

dan

murah

karena memiliki Askes

78

5. Pola konsumsi makanan keluarga


a. Kebiasaan makan:
Pasien dan keluarganya sadar akan penyakit yang dialami oleh pasien,
sehingga menu makanan sehari-hari sangat diperhatikan. Menu makanan
seari-hari keluarga ini bervariasi. Keluarga Tn.Budi mempunyai kebiasaan
makan 3 kali sehari : pagi, siang, malam. Terdiri dari nasi, sayur, lauk. Sayur
yang sering dimasak cukup bervariasi antara lain sayuran hijau baik direbus
atau ditumis, namun lebih sering dihidangkan makanan bersantan. Lauk yang
dihidangkan bervariasi seperti telur, tahu, tempe, ayam. Keluarga selalu
memasak makanan sendiri namun kadang-kadang membeli makanan jadi
diluar rumah. Pasien kadang-kadang masih suka makan durian. Pasien juga
masih sering meminum kopi di waktu senggang.
b. Menerapkan pola gizi seimbang:
Frekuensi makan keluarga sehari 3 kali. Keluarga Tn.Budi menerapkan
pola gizi seimbang. Keluarga mengkonsumsi buah saat makan siang dan
malam. Setiap hari pasien juga minum susu satu kali saat malam hari.
6. Pola dukungan keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Keluarga pasien terutama yang tinggal dalam satu tempat tinggal dengan
pasien tahu dan peduli akan penyakit yang diderita pasien. Keluarga sangat
mendukung pasien untuk memeriksakan diri dan berobat ke puskesmas dan ke
rumah sakit. Anak-anak pasien yang tidak serumah dengan pasien juga selalu
bergantian setiap hari mengunjungi rumah pasien sebagai bentuk kepedulian
terhadap sesama anggota keluarga. Suami pasien selalu mengingatkan pasien
untuk meminum obat setiap hari, pembantu pasien selalu mengantar pasien
kontrol ke puskesmas jika obat sudah hampir habis.

79

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:


Pasien menggunakan kendaraan umum seperti angkot dan becak untuk kontrol
ke puskesmas. Pola makan pasien yang kurang baik karena kadang-kadang
makan sate kambing dan minum kopi membuat tekanan darah pasien tinggi.
Pasien juga jarang kontrol tekanan darahnya.
B. Genogram
1. Bentuk keluarga: Middle Age
Keluarga terdiri dari kepala keluarga (KK) bernama Tn. Budi berusia 65 tahun
yang merupakan suami pasien Ny. Sinta berusia 60 tahun yang menderita stroke.
Bentuk keluarga adalah Middle Age dengan Tn. Budi dan Ny. Sinta sebagai suami
istri, Tn.Budi tidak bekerja lagi karena sudah pensiun dan tinggal berdua,
Ny.Sinta juga sebagai ibu rumah tangga. Tn. Budi dan Ny.Sinta anak-anaknya
sudah tidak tinggal satu rumah lagi karena sudah menikah.
2. Tahapan siklus keluarga: Tahap orang tua jompo (aging family member)
Tahapan siklus keluarga Tn. Budi dan Ny. Sinta termasuk ke dalam tahapan
siklus keluarga yang ke delapan yaitu Aging Family Members ( retirement to
death of both spouses ) karena usia pasangan ini sudah melebihi 50 tahun serta
suami dari Ny. Sinta sudah lama pensiun dan anak-anak dari pasangan ini sudah
tidak tinggal satu rumah lagi dengan mereka.
Tn. Budi adalah sebagai kepala keluarga yang menikah dengan Ny. Sinta
(Pasien), mereka mempunyai 3 orang anak. Anak pertama bernama Tn. Andre
yang menikah dengan Ny.Lina dan sudah mempunyai anak bernama An.Wahyu
dan An. Wulan, mereka memiliki rumah sendiri dan tidak tinggal satu rumah
dengan pasien. Anak kedua bernama Ny. Riri yang menikah dengan Tn.Dimas
dan sudah mempunyai anak bernama An.Elang, mereka memiliki rumah sendiri
dan tidak tinggal satu rumah dengan pasien. Anak ketiga bernama Tn.Aldi yang
menikah dengan Ny.Anita dan sudah memiliki anak bernama An.Roni dan
An.Tabita, mereka memiliki rumah sendiri dan tidak tinggal satu rumah dengan
pasien.

3. Family map (gambar)

Tn. J

Ny. F

Tn. K

Ny.M

70 Th

80 Th

75 Th

70 Th

+ usia tua

+usia
tua

80

Ny. S
60 Th

Tn. B
65 Th
Tn. A

Ny.L

Tn. D

Ny. R Tn. A

Ny. A

30 Th

28 Th

28 Th

27 Th 25 Th

22 Th

An. E
An. W

An. W

15 Th

9 Th

7 Th

An. R

An. T

5 Th

3 Th

Keterangan :
Laki laki sudah meninggal
Perempuan sudah meninggal
Pasien
Laki - laki
Perempuan
Ting

gal dalam satu rumah

81

Denah Rumah Keluarga


15 m
R.

R.Tamu

R.Makan

R.Keluarga

13 m

Dapur

Tdr

WC

halaman
WC

R.Tdr Pasien
PPasien

R.Tdr

Denah Rumah Keluarga


Keterangan :
: Jendela
: Pintu
C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga
1. Masalah dalam organisasi keluarga
Dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah suami pasien yang berusia 65
tahun yang merupakan lansia lanjut sehingga untuk pergi berobat, pasien harus
diantar oleh pembantunya dan menggunakan angkot atau becak untuk sampai ke
puskesmas atau rumah sakit.
2. Masalah dalam fungsi biologis
Pasien saat ini menderita kelemahan sisi tubuh kiri yang sudah dirasakannya
selama hampir 1 tahun sehingga ruang gerak pasien menjadi terbatas dan butuh
pendamping untuk memapahnya berjalan.
3. Masalah dalam fungsi psikologis
Pasien merasa penyakitnya timbul karena tidak menerapkan pola hidup sehat
sewaktu usia muda sehingga menambah beban hidup keluarga.Pasien sampai saat
ini juga masih sering mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan tekanan
darahnya.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan ekonomi akan keluarga ini bergantung dari gaji anak-anak kandung
pasien yang bekerja sebagai pegawai swasta. Penghasilan yang didapat dirasakan
cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

82

Untuk berobat ke puskesmas pasien menggunakan Askes. Untuk berobat di rumah


sakit pasien menggunakan Askes, dana pensiun suami dan gaji anak-anaknya.
Karena penyakitnya ini, pasien merasa hanya menjadi beban keluarga.
5. Masalah lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan kompleks perumahan
yang kurang saling peduli dengan tetangga.
6. Masalah perilaku kesehatan
Walaupun keluarga pasien sadar akan penyakit yang dialaminya, tetapi kadangkadang pasien masih saja mencuri kesempatan untuk makan sate kambing dan
minum kopi.
D. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
Pasien datang ke puskesmas dengan kesadaran sendiri karena tubuh sisi kirinya
sulit digerakkan dan terasa baal. Pasien tahu penyakit yang dialaminya dan ingin
segera diobati. Pasien berharap segera sembuh dari penyakitnya sehingga tidak
lagi merepotkan keluarganya yang membiayai pengobatannya serta memapahnya
untuk berjalan. Selain itu, pasien khawatir penyakitnya tidak bisa sembuh dan
terus merepotkan keluarganya.
2. Aspek klinik
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis hemiparese
sinistra post stroke hemoragik dengan hipertensi grade I dengan gejala anggota
gerak kiri yaitu tangan kiri dan kaki kiri sulit digerakkan, merasa baal dan lemas.
3. Aspek resiko internal
Pasien memiliki kebiasaan makan sate kambing, minum kopi dan makan durian
walaupun menu makanan sehari harinya sudah dikontrol oleh keluarga. Hal itu
bisa menjadi faktor resiko memperberat penyakit yang dialaminya. Selain itu,
pasien yang terkadang susah tidur di malam hari sehingga dapat menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh menyebabkan penyakit dengan mudah masuk ke dalam
tubuhnya. Pasien rutin minum obat tetapi tidak rutin menjalani fisioterapi. Pasien
tidak mempunyai kebiasaan merokok dan tiap minggu terkadang pasien mengikuti
senam lansia di kompleks rumahnya.
4. Aspek psikososial keluarga
Keluarga pasien sangat mendukung pasien untuk sembuh sehingga pasien dapat
hidup panjang umur serta sehat selalu. Keluarga pasien juga sering mengingatkan
pasien untuk meminum obat dan menghindari makanan yang membuat tekanan
darah pasien meningkat. Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan
kompleks perumahan yang kurang saling peduli dengan tetangga.
5. Aspek fungsional
83

Pasien harus dipapah untuk berjalan dan tidak mampu memegang benda pada
tangan kirinya dalam jangka waktu lama. Maka dari itu berdasarkan teori tingkat
fungsional FKUI pasien masuk ke level 3 karena untuk menjalankan aktivitasnya
seperti berjalan, duduk, berdiri pasien membutuhkan seseorang untuk membantu,
tapi untuk makan, minum obat, pasien bisa melakukannya sendiri.

84

E. Rencana Penatalaksanaan
Aspek

Kegiatan
Menjelaskan kepada
mengenai penyakitnya

Waktu

Hasil yang
diharapkan

Pasien

Pada saat
kunjungan
ke
puskesmas

Pasien
tidak
menjadi khawatir
yang berlebihan
serta mau minum
obat
dan
menjalani
fisioterapi
lagi
secara teratur

Pasien

Pada saat
kunjungan
ke
puskesmas

Tekanan
darah
terkontrol
dan
pemulihan fungsi
anggota gerak

Sasaran

Menjelaskan kepada pasien


bahwa
harus
rutin
memeriksakan
tekanan
darahnya dan teratur meminum
obat agar tekanan darahnya
stabil.
Aspek
Personal

Biaya

Keterangan

Tidak

Tidak menolak

Rp. 5.000,-

Tidak menolak

Rp.10.000,-

Tidak Menolak

Rp. 5.000,-

Tidak Menolak

Biaya

Keterangan

pasien

Menjelaskan kepada pasien


akan pentingnya fisioterapi
untuk mengembalikan fungsi
tubuh yang berkurang karena
stroke yang pernah dialaminya.
Menjelaskan kepada pasien
untuk tidak memakan makanan
dan meminum minuman yang
dpat
menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
Memberikan pengarahan untuk
obat-obatan yang akan di
minum
Memberikan
obat
menurunkan tekanan
tingginya
yaitu
Nifedipin1x30 mg/hari

untuk
darah
:

Aspek Klinik
Memberikan
obat
untuk
menghilangkan rasa kesemutan
dan sakit kepalanya
Menganjurkan pasien untuk
fisioterapi

Pasien
Memberikan
tentang
Aspek Risiko
Internal

penyuluhan

kebiasaan

pasien

memahami

kunjungan

kebiasaan

maupun keluarganya yang bisa

Pasi en dan

ke

menyebabkan tekanan darah

anggota

puskesmas

meningkat dan tentang pola

keluarganya

makan gizi seimbang

lebih

Pada saat

dan

sendiri

diri
yang

berhubungan
dengan kesehatan

kunjungan

dan

merubah

ke rumah

perilaku menjadi
lebih sehat

Memberikan pengertian
kepada keluarganya agar tetao
mengingatkan pasien untuk
selalu rutin meminum obat
Aspek
Psikososial
Keluarga

Aspek

Pasien dan
anggota
keluarganya

Memberikan penyuluhan
kepada masyarakat setempat
mengenai masalah kesehatan
pada lansia dan kesehatan pada
umumnya

Masyarakat
sekitar pasien

Kegiatan

Sasaran

Pada saat
kunjungan
ke rumah

Agar pasien
selalu rutin
minum obat
untuk
kesembuhannya
Terbentuk
kepedulian
terhadap sesama

Waktu

Hasil yang

85

Menganjurkan pasien rutin


fisioterapi dan aktif dalam
senam lansia
Aspek
Fungsional

Memberitahukan
kepada
pengasuh pasien agar selalu
merawat pasien dengan baik

F. Prognosis
1. Ad vitam
2. Ad sanactionam
3. Ad fungsional

Pasien dan
anggota
keluarganya
Pengasuh
pasien

Pada saat
kunjungan
ke rumah

diharapkan
Agar
kondisi
badan bugar dan
mempercepat
proses perbaikan
fungsi
anggota
gerak

Rp.5.000,-

Tidak menolak

Agar
pasien
selalu
diawasi
dan dirawat

: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

86

Anda mungkin juga menyukai