Anda di halaman 1dari 2

1.

Ketersediaan oksigen
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi. Peranannya bergantung
pada jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan. Keragaman normal kandungan
O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi respirasi sebagian besar daun dan
batang. Lagi pula, laju penetrasi O 2 ke dalam daun, batang, dan akar
biasanya cukup untuk mempertahankan tingkat pengambilan normal O 2 oleh
mitokondria, karena sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap oksigen sehingga akan tetap berfungsi walaupun konsentrasi O 2 di
udara hanya sekitar 0,05%. Di jaringan yang lebih besar dengan nisbah
permukaan/volume yang lebih rendah, difusi O 2 dari udara ke sitokrom
oksidase di dalam sel dekat bagian dalam mungkin cukup berkurang
sehingga melambatkan laju respirasi.
Ruang antar sel penting bagi difusi gas. Ruang udara antarsel
mencakup mulai dari stomata daun sampai ke sebagian besar sel di dalam
tumbuhan, membantu respirasi aerobic. Hanya sel parenkima xylem yang
rapat dan sel di daerah meristem yang tidak memiliki ruang udara tersebut.
Difusi O2 melalui sistem ruang antarsel dari daun ke akar penting dalam
memindahkan O2 dan gas lain melalui jaringan tumbuhan dengan kelajuan
yang lebih cepat dibanding pada organisme yang tidak memiliki paru-paru
atau hemoglobin yang membantu pengangkutan gas. Sistem udara antarsel
dari daun ke akar ada pada rerumputan dan teki yang berbatang hampa
sehingga lebih toleran terhadap penggenangan.
Akar yang terendam bukanlah anoksik, tetapi hipoksik. Beberapa
spesies membentuk sistem akar serabut yang banyak ketika batangnya
terendam, dan akar tersebut membantu penyerapan garam mineral dan air.
Yang lainnya membentuk akar baru pada sistem perakaran aslinya. Adaptasi
morfologis lainnya adalah dengan membentuk jaringan aerenkim yang
merupakan jaringan dengan banyak ruang udara. Faktor penting kemampuan
tumbuhan untuk bertahan dalam hipoksia, anoksia, atau keadaan rawan lain
adalah kemampuannya mengungkapkan gen yang menghasilkan enzim yang
membantu mengatasi keadaan rawan secara metabolik.
Akar tanggap terhadap hipoksia dengan mempercepat glikolisis dan
fermentasi. Efek kerusakan hipoksia disebabkan oleh ketidakseimbangan
metabolisme terutama akibat kekurangan oksigen. Efeknya adalah
penghambatan pengangkutan hormon sitokinin dari akar muda ke batang,
penyerapan garam mineral yang tidak cukup, daun layu, fotosintesis dan
translokasi karbohidrat yang lambat, serta akumulasi bahan beracun yang
disebabkan oleh mikroba di sekitar akar.
Pada keadaan hipoksia atau anoksia biji akan berkecambah tapi
berlangsung tidak lazim dengan koleoptil menembus ke atas, bukan dengan
radikel yang menembus ke bawah. Ini disebabkan oleh kemampuan biji
menghasilkan ATP dari fermentasi yang cepat selama anoksia. ATP tersebut
digunakan untuk mensintesis asam piruvat dekarboksilase dan alkohol
dehidrogenase, kedua enzim fermentasi yang penting.

2. Suhu
Peningkatan suhu meningkatkan laju respirasi sebab difusi O2 dan CO2
juga dipercepat dengan peningkatan suhu. Namun, pada peningkatan suhu
pada 40C atau lebih, laju respirasi malahan menurun, khususnya bila
tumbuhan berada pada keadaan ini dalam jangka waktu yang lama sebab
enzim mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu tinggi,
mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi.
3. Jenis dan umur tumbuhan
Bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan
dengan tumbuhan berbiji sebab mereka mengandung hanya sedikit
cadangan makanan dan tidak mempunyai sel berkayu nonmetabolik. Pada
umumnya terdapat hubungan yang baik antara laju tumbuh beberapa jenis
sel dan laju respirasinya. Hal ini akibat berbagai faktor, seperti penggunaan
ATP, NADPH, dan NADH, baik untuk sintesis protein, bahan dinding sel,
komponen membrab, dan asam nukleat, maupun untuk penimbunan ion dan
pengangkutan karbohidrat. Akibatnya, ADP, NADP +, dan NAD+ menjadi
tersedia untuk respirasi.
Umur tumbuhan juga mempengaruhi respirasi sampai derajat tertentu.
Respirasi tetap tinggi selama jangka waktu pertumbuhan vegetatif yang
pesat, tapi kemudian menurun saat mulai pembungaan. Perubahan respirasi
juga terjadi selama perkembangan buah yang sedang matang, laju respirasi
tinggi terjadi waktu buah masih muda, saat sel membelah dengan cepat dan
tumbuh. Laju tersebut secara bertahap menurun terus sampai buah dipetik.
Namun, pada spesies tertentu seperti apel penurunan respirasi bertahap
berbalik menjadi peningkatan yang tajam, disebut klimaterik. Biasanya
terjadi bersamaan dengan saat buah matang penuh dan penampakan ini
diikuti oleh produksi etilen dalam jumlah sedikit di sel yang memacu
pematangan buah. Penyimpanan lebih lanjut akan menyebabkan kelayuan
dan penurunan respirasi.

Anda mungkin juga menyukai