Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Pengembangan PLTD Asap Cair dari Tempurung Kelapa (ACT- Coco)


sebagai Pengganti Solar untuk Mengatasi Permasalahan Listrik Indonesia

BIDANG KEGIATAN:
PKM GT

Diusulkan Oleh :

FAUZAN AMARIANDA

(NIM 21060113060022/Angkatan 2013)

RIGO MUHAMMAD HERRIZA (NIM 21050113120005/Angkatan 2013)


RESSY PRAYOGI

(NIM 21050113130140/Angkatan 2013)

ULIN NUHA

(NIM 21050113140127/Angkatan 2013)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

ii

iii

Daftar Isi
HALAMAN MUKA...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
RINGKASAN.............................................................................................. iv
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan dan Manfaat................................................................................... 2
GAGASAN .................................................................................................. 3
Kondisi Kekinian Pencetus........................................................................ 3
Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................. 3
Perbaikan Gagasan yang Diajukan............................................................. 4
Pihak-pihak Terkait Realisasi Gagasan ...................................................... 6
Langkah-langkah Strategis Realisasi Program ........................................... 6
KESIMPULAN ............................................................................................ 7
Inti Gagasan yang Diajukan....................................................................... 7
Teknik Implementasi Gagasan................................................................... 8
Prediksi Keberhasilan Asap Cair Tempurung Kelapa (ACT-COCO) ......... 8
Daftar Pustaka ........................................................................................... 9
LAMPIRAN ............................................................................................... 10
Biodata Ketua dan Anggota..................................................................... 10
Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas ....................................... 14
Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ........................................................... 15

iv

Pengembangan PLTD Asap Cair dari Tempurung Kelapa (ACT- Coco)


sebagai Pengganti Solar untuk Mengatasi Permasalahan Listrik Indonesia
Fauzan Amarianda, Rigo Muhammad Herriza, Ulin Nuha, dan Ressy Prayogi
RINGKASAN
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau PLTD merupakan pembangkit
listrik yang investasi awal pembangunannya relatif murah, oleh karena itu
pemerintah indonesia berinisiatif membangun PLTD yang difungsikan sebagai
base-supply pada daerah-daerah yang tingkat kebutuhan listriknya masih rendah
seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. Namun penggunaan
PLTD belum optimal karena mahalnya harga minyak diesel yang menjadi bahan
baku pembangkit listrik tersebut Asap cair batok kelapa merupakan solusi yang
ditawarkan untuk mengoptimalkan kinerja dari PLTD yang ada. Dengan
pemanfaatan asap cair batok kelapa, PT. PLN tidak perlu membeli minyak diesel,
karena asap cair batok kelapa tergolong lebih murah dan memiliki tingkat energi
yang hampir sama dengan minyak diesel. Selain itu sisa dari pembuatan asap cair
kelapa yang berupa arang dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku beremisi
asap rendah pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang kemudian dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya pemanasan global warming. Teknologi
yang kami gunakan untuk menciptakan asap cair batok kelapa adalah teknologi
pirolisis dan catalytic cracking.
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam mengimplementasikan asap cair
batok kelapa meliputi pemerintah dan instansi-intansi yang terkait pada bidang
riset dan teknologi, ketenaga listrikan, energi, kimia, perminyakan, dan
perkebunan kelapa.
Metode penulisan karya tulis ini adalah berupa penalaran kepada para
pembaca bahwa sangat dibutuhkannya energi alternatif yang murah dan ramah
lingkungan yang kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai
literatur dan kemudian mengidentifikasinya. Dengan adanya gagasan ini, penulis
berharap adanya realisasi dari pemerintah agar upaya pencegahan pemanasan
global dapat tercapai dan penanganan masalah krisis ketenaga listrikan di
Indonesia dapat terselesaikan.

Pendahuluan

Latar Belakang
Listrik merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat di dunia terutama di
Indonesia. Semua perlengkapan dan teknologi yang menunjang era modern saat
ini menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya. Namun, Indonesia
membutuhkan listrik sekitar 20.354,41 MW (Mega Watt) untuk menyalakan
peralatan elektronik di setiap harinya dan hanya sekitar 15.399, 84 MW
diperuntukkan untuk listrik di Pulau Jawa. Sementara Perusahaan Listrik Negara
(PLN) mampu menghasilkan 53.317,53 MW. Biaya operasional untuk
menjalankan pembangkit listrik cukup tinggi terutama PLTD (pembangkit listrik
tenaga diesel) dan memaksa PLN mengoperasikan PLTD tersebut hanya
beroperasi selama 6-8 jam. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pemadaman
bergilir pada beberapa tempat untuk menghemat energi listrik(Kompas. 7
September,2012).
Pembangkit listrik tenaga Diesel (PLTD) dioperasikan dengan bahan bakar
minyak. Maka, dibutuhkan supply bahan bakar minyak yang cukup banyak untuk
mengoperasikan PLTD. Berdasarkan data dari IEA (International Energi Agency),
cadangan untuk minyak bumi akan bertahan sampai sekitar 41 tahun. Apabila data
tersebut dipecah lagi berdasarkan kontribusi per negara, Indonesia khususnya,
termasuk dalam peringkat 27 dunia untuk minyak bumi dengan nilai kontribusi
sebesar 0,29 persen cadangan dunia. Walaupun Indonesia memiliki cadangan
minyak bumi yang cukup banyak, perlu diketahui juga bahwa Indonesia hanya
bisa menikmasti hasilnya tidak sampai 10% dikarenakan hak pengelolaan minyak
bumi dipegang oleh pihak asing. Perlu diketahui juga bahwa pembangunan PLTD
saat ini sudah dihentikan pemerintah karena mahalnya biaya operasi PLTD
tersebut. Sebab, PLN diperlakukan sebagai industri dan untuk membeli BBM
harus mengikuti harga pasar dunia yang masih fluktuatif. Kondisi tersebut akan
menyebabkan PLN terus mengalami defisit.
Solusi untuk menangani masalah tersebut ialah dengan pemanfaatan asap
cair sebagai bahan bakar alternatif PLTD. Dengan mengganti BBM menjadi asap
cair pada PLTD akan menghemat subsidi pemerintah untuk PLN dan membantu

PLN dalam memenuhi konsumsi energi untuk PLTD. Kebijakan pemerintah akan
pemberhentian pembangunan PLTD juga dapat dihentikan karena investasi awal
pembangunan PLTD lebih murah dibandingkan dengan pembangkit tenaga listrik
lainnya, dan dengan memanfaatkan asap cair biaya operasional menjadi lebih
murah dan tidak menyebabkan PLN mengalami defisit. Selain itu, Asap cair
sebagai bahan alternatif tidak mencemari lingkungan seperti pembangkit
tenaga listrik lainnya yang mengakibatkan polusi dan pemanasan global.
Sangatlah rugi apabila asap cair tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
sebab asap cair dibuat oleh limbah organik berupa tempurung kelapa. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Luas areal
tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi
diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95%)
merupakan perkebunan rakyat Akan tetapi Tidak sampai 10% dari masyarakat
indonesia yang sadar dan memanfaatkan batok kelapa tersebut untuk didaur ulang
(Suharto dan Dwi Retno,2010:8). Bobot tempurung mencapai 12% dari bobot
buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per
tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 672 ribu ton
tempurung yang dihasilkan. Potensi produksi tempurung yang sedemikian besar
belum dimanfaatkan sepenuhnya

untuk kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan nilai tambahnya. Penggunaan asap cair merupakan satu langkah


besar yang dapat meminimalisir polusi udara, defisit anggaran PLTD, dan
pemanfaatan limbah organik yaitu tempurung kelapa.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari penyusunan karya tulis ini antara lain :
a) Mencegah sering terjadinya pemadaman bergilir.
b) Mengurangi anggaran pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan subsidi bahan
bakar untuk alat pembangkit tenaga listrik.
c) Meningkatkan efisiensi waktu penggunaan pembangkit tenaga listrik.
d) Mengurangi limbah organik dan memanfaatkan dengan baik limbah organik
tersebut untuk dijadikan asap cair sebagai bahan bakar alternatif.

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Masalah ketenaga listrikan di daerah yang masih kekurangan daya listrik
seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua, mendorong
pihak PLN untuk mendistribusikan listrik di daerah tersebut dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Karena PLTD berbeda dengan pembangkit listrik
yang digunakan di Indonesia pada umumnya, contoh Pembangkit Listrik Tenaga
Air dan Pembangkit Tenaga Panas Bumi yang membutuhkan kondisi wilayah
yang dapat mendukung Pembangkit Tenaga Listrik tersebut. Sedangkan PLTD
dapat dibangun di tempat manapun tanpa perlu melihat kondisi suatu daerah dan
juga dalam hal investasi awal pembangunannya, PLTD tegolong relatif murah,
yaitu sekitar Rp266.000.000,-. Namun, PLTD yang ada ternyata belum memenuhi
kebutuhan tenaga listrik. Contohnya di daerah Karimun Jawa, dana yang
diberikan pemerintah hanya 300 juta rupiah per tahun. Sedangkan, jika
dikalkulasikan, selama 6 jam penggunaan satu PLTD dengan penggunaan bahan
bakar 30 liter solar sekitar 12 juta rupiah. Bisa kita hitung sendiri, defisit yang
dialami jika 6 PLTD beroperasi penuh 24 jam dalam setahun.. Karena itu, timbul
gagasan untuk memanfaatkan batok kelapa hijau sebagai sumber energi PLTD
dan PLTU.
Batok kelapa yang kami manfaatkan dalam hal ini adalah batok kelapa
yang sifatnya diubah dari bersifat padat menjadi besifat gas dan kemudian diubah
lagi menjadi bersifat cair, yang kemudian kami sebut dengan Asap Cair
Tempurung

Kelapa

(ACT-COCO).

ACT-COCO

merupakan

hasil

dari

pembakaran batok kelapa hijau yang kemudian asap dari pembakaran tersebut
dikondensasi menjadi cair. Proses pembakaran yang kami gunakan adalah
pirolisis. Dari hasil pirolisis tersebut akan dihasilkan asap cair yang memiliki
energi sebesar separuh dari energi minyak diesel (Darmadjie, dkk. 2009). Yang
kemudian untuk meningkatkan mutunya kami menggunakan teknologi catalytic
cracking dengan menggunakan zeolit sebagai pengkatalisnya.

Solusi yang pernah ditawarkan


Permasalahan utama wilayah terpencil dalam penyediaan energi memiliki
hambatan berupa biaya operasionalnya yang meliputi harga bahan bakar minyak
yang terus menigkat. Dengan adanya hal itu, PLTS dijadikan solusi dari masalah
tersebut dengan cara pembangunan sistem hibrid (PLTS-PLTD). PLTS untuk
menangani beban dasar sedangkan PLTD untuk beban pucak serta untuk
mengkompensasi kelemahan-kelemahan PLTS. Namun pembangunan PLTSPLTD sistem hybrid membutuhkan dana yang sangat besar, yaitu sebesar
Rp4.915.583.000,-. Berbanding jauh dengan investasi awal pembangunan PLTD
yang hanya menghabiskan dana sebesar Rp266.000.000,-. (Supriono, 2007)
Lagipula, jika dilihat dari kebutuhan energi listrik di wilayah terpencil yang masih
minim, investasi pembangunan PLTS-PLTD yang besar sangat tidak berimbang.
Tidak optimalnya PLTD juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan baku batu
bara. Keuntungan dari Pembangkit ini, yaitu lebih murah dari segi bahan bakunya
dibanding PLTD yang menggunakan bahan bakar minyak yang tiap tahun
harganya terus meningkat. Namun PLTU memberi dampak yang besar terhadap
lingkungan, karena dengan berbahan baku batu bara, menjadikan PLTU sebagai
kontributor terbesar polusi yang kemudian dapat memperparah masalah
pemanasan global. Oleh karena itu dibutuhkan adanya inovasi terbaru dalam
mengatasi hal tersebut. Melalui gagasan tertulis ini penulis berharap mampu
menyelesaikan pemadaman listrik berkelanjutan yang dialami daerah-daerah
terpencil dan meminimalisir kemungkinan terjadinya pemanasan global.

Perbaikan Gagasan yang Diajukan


Pemerintah Indonesia lebih memilih bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui dan mahal seperti minyak diesel yang digunakan pada PLTD yang
ada. Padahal masih banyak bahan baku yang lebih baik yang dapat dimanfaatkan,
salah satunya adalah Batok Kelapa. Batok kelapa dapat diubah menjadi Asap Cair
atau bio-oil melalui proses pirolisis cepat yang memiliki kandungan energi
separuh dari energi minyak diesel. Walaupun demikian, kandungan energi asap
cair masih dapat ditingkatkan lagi melalui proses catalytic cracking (Darmadjie,

dkk. 2009). Selain menghasilkan asap cair atau bio-oil, sisa dari pembuatan asap
cair tersebut yang berupa arang dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku
alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang sekarang ini menggunakkan bahan
baku batu bara. Dengan menggunakan arang batok kelapa sebagai pengganti batu
bara, dapat menjadikan PLTU sebagai pembangkit yang ramah lingkungan karena
arang batok kelapa memiliki emisi asap yang rendah.

Gambar 5.1 Proses Pembuatan Asap Cair atau bio-oil berbasis Pirolisis
(Sumber: www. analisa. com)
Alur pembuatan asap cair batok kelapa yang mermutu tinggi:
1. Batok kelapa akan dimasukkan kedalam mesin pirolisis. kemudian dipanaskan
pada suhu optimummnya, yaitu 4000C.
2. Hasil pembakaran yang berupa asap akan dialirkan ke distilator. Namun
sebelumnya asap akan dimurnikan terlebih dahulu dengan cara memisahkan
tar dari gas tersebut.
3. Dan kemudian asap akan dikondensasi didalam distilator, yaitu dengan
mengendapkan asap tersebut dengan air yang dipompakan dari bak air.
4. Kemudian akan dihasilkan asap cair, yang akan ditampung dalam
penampungan yang kemudian akan dimasukkan kedalam mesin catalytic
cracking untuk meningkatkan daya guna asap cair tersebut menjadi bahan
bahan bakar yang lebih tepat guna. Katalis yang digunakan untuk
meningkatkan daya guna tersebut adalah zeolit atau alumino silikat.
5. Setelah proses tersebut, barulah asap cair akan dibawa ke Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel untuk dijadikan bahan bakar. Sedangkan, sisa dari pembakaran
tersebut yang berupa arang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif

batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang terkait (Darmadjie, dkk,
2009).
Pihak-pihak terkait untuk penerapan gagasan
a) Pemerintah Pusat
Mengadakan kebijakan-kebijakan dan pendanaan terkait dengan pembangunan
PLTD.
b) Kementerian Riset dan Teknologi
Pusat pengadaan riset dalam mencapai kesuksesan PLTD asap cair.
c) PLN
Mendukung instalasi PLTD asap cair sebagai salah satu pembangkit tenaga listrik.
d) Kementerian Perkebunan dan Pertanian
Mengadakan program pengadaan bahan baku PLTD berbahan baku asap cair,
yaitu tempurung kelapa.
e) BPPT
Bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, mengembangkan
teknologi penggunaan PLTD berbahan baku asap cair kelapa.
f) APEI (Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia)
Memberikan gagasan-gagasan terkait dengan instalasi PLTD asap cair.
g) Investor
Pemberi modal selain dari pemerintah pusat.

Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan


1. Tahap 1: Pengajuan Perijinan dan Konsep
Mengajukan perijinan serta konsep kepada Pemerintah yang terkait dengan
proyek ini dan PT. PLN yang akan menjadi pihak yang langsung terlibat dalam
pengimplementasian proyek ini.
2. Tahap 2: Mempresentasikan tentang proyek PLTD Asap Cair pada Investorinvestor lokal maupun asing
Diperlukan adanya pertemuan besar dengan investor-investor untuk mendukung
tercapainya proyek asap cair ini dari segi finansialnya.

3. Tahap 3: Membangun perencanaan bersama dengan pihak-pihak terkait


Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah dan PT. PLN, serta investor yang
tertarik dalam realisasi gagasan ini, diperlukan sebuah pertemuan besar yang
melibatkan orang-orang yang terdiri dari perwakilan PT. PLN, Kementrian
Sumber Daya dan Energi, Kementrian Pertanian, Kemenristek, BPPT, APEI, dan
SDM lainnya yang dapat mendukung terbentuknya proyek ini yang meliputi
bidang Listrik, Mesin, Kimia, Perminyakan dan Kontraktor.
4. Tahap 4: Mengembangkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait
Kerja sama yang baik sangatlah dibutuhkan dalam pembangunan proyek Asap
Cair Kelapa ini. Pengembangan kerja sama dalam hal ini adalah berupa
konsultasi, kerja sama pengerjaan proyek maupun penyampaian informasi
5. Tahap 5: Pelaksanaan realisasi proyek asap cair kelapa
Pelaksanaan ini meliputi Pendistribusian batok kelapa sebagai bahan baku dasar,
Dalam hal pendistribusian batok kelapa, kami bekerja sama dengan Kementrian
Pertanian dan pengusaha-pengusaha makro yang bisnisnya terkait dengan kelapa
ini sehingga supply batok kelapa yang merupakan bahan dasar pembuatan asap
cair dapat ditingkatkan. Barulah dilakukan pembangunan mesin pembuat asap
cair kelapa berbasis pirolisis dan catalytic cracking di kawasan PLTD, dan pada
akhirnya instalasi PLTD asap cair bisa dilakukan.

Kesimpulan

Inti Gagasan yang Diajukan


Pengembangan PLTD Asap cair tempurung kelapa (ACT-COCO)
merupakan salah satu program yang ditawarkan sebagai solusi dalam mengatasi
permasalahan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Karena
Asap Cair merupakan SDA terbaharukan, asap cair mampu menggantikan solar
yang merupakan SDA non terbaharukan. Terlebih lagi proses pengolahannya
lebih mudah daripada pengolahan minyak bumi menjadi solar. Program
penggunaan asap cair juga membantu mengurangi limbah organik berupa batok
kelapa dan mampu diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu asap cair.

Teknik Implementasi gagasan


Gagasan ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila didukung hal-hal
sebagai berikut:
1. Adanya persetujuan dari pemerintah dan PT. PLN dalam menjalankan
proyek pengembangan PLTD Asap Cair Batok Kelapa disertai dukungan
berupa alokasi dana untuk menjalankan pengembangan PLTD Asap Cair
Batok Kelap tersebut
2. Adanya kerja sama yang baik diantara orang-orang yang terdiri dari
perwakilan PT. PLN, Kementrian Sumber Daya dan Energi, Kementrian
Pertanian, Kemenristek, BPPT, APEI, dan SDM lainnya yang dapat
mendukung terbentuknya proyek ini yang meliputi bidang Listrik, Mesin,
Kimia, Perminyakan, dan Kontraktor.
3. Sosialisasi dan kerja sama dengan pengusaha-pengusaha makro yang
terkait dengan produksi kelapa hijau untuk bisa menyediakan bahan baku
dasar berupa batok kelapa.
4. Komitmen pemerintah untuk terus mendukung kegiatan ini dalam hal
moril maupun material.

Prediksi Keberhasilan Gagasan Asap Cair Kelapa (ACT-COCO)


PLTD yang menggunakan asap cair memiliki batasan waktu yang lebih
lama dalam pengoperasiannya sebab harga penggunaan bahan bakar asap cair
relatif

murah

dan

terjangkau.

Selain

itu,

kebijakan

pemerintah

akan

pemberhentian pembangunan PLTD dapat dihentikan karena kini harga untuk


bahan bakar PLTD jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya (solar). Program
penggunaan asap cair juga membantu mengurangi limbah organik berupa batok
kelapa dan mampu diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu asap cair.
Melihat banyaknya manfaat dan keunggulan asap cair batok kelapa ini yang juga
didukung oleh hasil penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa prospek
konsep ini dapat berjalan dengan baik dan dapat disetujui pemerintah. Manfaat
yang diambil secara garis besar adalah meningkatnya efisiensi penggunaan PLTD
tanpa membutuhkan alokasi dana yang besar serta meminimalisir terjadinya
pemanasan global dengan pemanfaatan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Daftar Pustaka

Brown, Robert C dan Jennifer Holmgren.2000. Fast Pyrolisis and Bio-Oil


Upgrading. Lowa: Lowa State University
Darmadji, Purnama. 2009. Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya Pada Pangan
dan Hasil Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Darmadji, P., Zuheid Noor dan Gentur Sutapa. 2004-2006. Produksi Asap Cair
dari Limbah Cangkang Sawit dan Aplikasinya untuk Pengawet Pangan, Koagulan
Lateks, Pengawet Kayu, Pembuatan Lem, dan Subtitusi Bahan Bakar. Laporan
Penelitian Bersaing Pasca-sarjana. Dikti.
Fatmalasari, Ira. 2011. Pembuatan Bio-Oil dengan Bahan Baku Kelapa Sawit
Melalui Pirolisasi. Semarang: Universitas Diponegoro
SET

Laboratories,

Inc.,

1999.

Catalytic

Cracking.

http://www.setlaboratories.com/Cat cracking.htm
Maharani, Rohmadona dan Sigit Bintoro. 2009. Optimasi Proses Dealuminasi
Modernite Sebagai Katalis Perengkahan Minyak Goreng Bekas Menjadi Biofuel.
Semarang: Universitas Diponegoro
Edinov Sanny, dkk. 2013. Pemnafaatan Asap Cair Tempurung Kelapa pada
Pemubuatan Ikan Kering dan Penentuan Kadar Air, Abu serta Proteinnya.
Padang: Universitas Andalas
Darmanto Seno dan Ireng Sigit. 2006. Analisa Biodiesel Minyak Kelapa Sebagai
Bahan Bakar Alternatif Minyak Diesel. Semarang: Universitas Diponegoro
en.wikipedia.org/FluidCatalyticCracking (Diakses pada 15 Maret 2014)
www.kompas.com (Diakses 7 Maret,2014)
www.analisa.com (Diakses 7 Maret 2014)

10

11

12

13

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No

Program

Bidang

Studi

Ilmu

Fauzan Amarianda

Teknik

Sains dan

/ 21060113060022

Elektro

Teknologi

Teknik

Sains dan

Mesin

Teknologi

Ressy Prayogi /

Teknik

Sains dan

21050113130140

Mesin

Teknologi

Nama / NIM

Rigo Muhammad
2

Herriza /
21050113120005

Alokasi
waktu
(jam/minggu)

Uraian
Tugas
Sebagai

pencetus
gagasan
Sebagai

penyusun
karya tulis
Sebagai

penyunting
karya tulis
Sebagai

Ulin Nuha /

Teknik

Sains dan

21050113140127

Mesin

Teknologi

pengurus
8

administrasi
dan
pengevaluasi

14

15

Anda mungkin juga menyukai