PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu :
1. Apa definisi child abuse dan klasifikasinya ?
2. Apa sajakah faktor resiko dari child abuse ?
3. Bagaimana akibat dari child abuse ?
4. Apakah contoh nyata dari perlakuan salah pada anak (child abuse) ?
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti
tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau
meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya.
Indikator fisik kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
Indikator kebiasaan meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya
perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian
yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
d. Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
Indikator fisik kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di
baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/
rektal, berpenyakit kelamin. Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau
sentuhan seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang
bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik,
berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk
sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol).
B. FAKTOR RESIKO DARI CHILD ABUSE
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse
empat , yaitu :
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang memiliki
kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau orang tua tidak
memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang tidak
sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang
lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling berjauhan dari rumah
lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat memberikan support kepadanya.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini dapat
terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak
yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya
anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah(BBLR).
Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa
lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding akan terjalin.
3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu
berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi
misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya
tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih besar bila
tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat
terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi
maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.
Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada anak,
karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama. Sedangkan laki-laki lebih
banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih besar
untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith dan Maurer).
C. AKIBAT DARI CHILD ABUSE
Adapun akibat atau dampak yang ditimbulkan dari child abuse yaitu :
1. Fisik, seperti : luka memar dan bilur , luka bakar, kerusakan mata, laserasi dan abrasi,
fraktur, trauma abdomen/toraks, keracunan. Asfiksia, trauma sistem saraf pusat,
syndrome munchausen.
2. Sexual, seperti : kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, gangguan
organ reproduksi lanjut.
3. Prilaku/emosi : gangguan konsep diri, hiper aktif, gangguan somatic, deteriorasi,
gangguan makanan, depresi, ansietas, penyalah gunaan obat/alcohol.
4. Jangka panjang, seperti : gangguan perkembangan, disabilitas, gangguan makan,
gangguan tidur, penyalahgunaan obat/alcohol, disfungsi seksual, infertilitas,
kemungkinan menjadi orang tua yang salah, perilaku eresika, gangguan kesehatan
reproduksi jangka panjang.
5. Fatal, seperti : meninggal, benuh diri, infantisid, HIV/AIDS, aborsi, kematian akibat
gangguan lanjut kesehatan reproduksi.
Anak yangmengalami kekerasan/ penganiayaan akan berakibat panjang. Mereka akan
mengalamigangguan belajar, retardasi mental, gangguan perkembangan temasuk
perkembangan bahasa, bicara, motorik halusnya. Dalam penelitian juga diperoleh bahwa IQ
anak yang mengalami kekerasan/penganiayaan akan rendah daripada yang tidak. Mereka
juga mengalami gangguan dalam konsep diri dan hubungan sosial. Teman-teman
menganggap mereka sebagai anak yang suka menyendiri atau pembuat onar. Hal ini akan
berlanjut hingga dewasa, dalam memilih pasangan hidup.
D. CONTOH NYATA CHILD ABUSE