Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa
darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus
SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika
rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka
dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang
dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem
pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung
semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering
ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang
buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak
mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung
pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor
tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan
semakin tinggi,
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infark miokard
akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung. Hal ini sangat membahayakan
bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera
mendapat perawatan medis di rumah sakit.
Untuk mrmberikan perawatan medis yang tepat dan efektif, khususnya bagi tenaga
keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan pada gangguan kardiovaskuler.
Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang membutuhkan keahlian dalam memberikan
pertolongan pada pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi dari penyakit Gagal Jantung ?
S1 ILMU KEPERAWATAN | 1

2. Etiologi dari penyakit Gagal Jantung ?


3. Manifestasi Klinis dari penyakit Gagal Jantung?
4. Patofisiologi dari penyakit Gagal Jantung ?
5. Komplikasi dari penyakit Gagal Jantung?
6. Penatalaksanaan dari penyakit Gagal Jantung ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai trend dan issue penyakit
Gagal Jantung
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit Gagal Jantung
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit Gagal Jantung
3. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit Gagal Jantung
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari penyakit Gagal Jantung
5. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi penyakit Gagal Jantung
6.

Mahasiswa mampu memahami Masalah yang mungkin muncul penyakit Gagal


Jantung

7. Mahasiswa mampu memahami Trend dan issue Penatalaksanaan dari penyakit Gagal
Jantung
8. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan penyakit Gagal Jantung
D. Manfaat
Hasil dari pendiskusian makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang trend dan issue penyakit Kardiovaskuler Gagal Jantung.

S1 ILMU KEPERAWATAN | 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat beraktivitas), yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel-(disfungsi diastolik) dan atau
kontraktilitas miokardial. (Nanda Nic-Noc)
2. Etiologi
Kelainan obat jantung, gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelaianan
otot jantung,menyebabakan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebaba kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau implamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatakan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliaran darah keotot jantung.Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).Infark moikardium(kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadiya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal(peningkatan afterload)meningkatkan beban
kerja jantung dan pada giliarannya mengakibatakan hipertrofi serabaut oto jantung. Efek
tersebut (hipertrofi miokard) dapat diangap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
mengakibatakan kontraktilitas jantung.Tetapi untuk alasan yang tidak jelas hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif perhubungan dengan gagal jantung
karena dengan kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabakan
konrtaktilitas menurun.
Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung
yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.Mekanisme yang biasanya
terlibat mencakup ganguan aliran darah melalui jantung ketidakmampuan, jantung untuk
mengisi darah, atau pengosongan jantung abnormal.Peningkatan mendadak afterload

S1 ILMU KEPERAWATAN | 3

akibat meningkatnya tekanan darah sistemik(hipertensi maligna) dapat menyebabakan


gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi moikardial.
Faktor sistemik .Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksida dan anemia
memerlukan

penigkatan

sitemik.hipoksida

atau

curah

jantung

untuk

memenuhi

anemia

juga

dapat

kejantung.Asidosis(respiratorik

atu

metabolik)dan

kebutuhan

oksigen

menurunkan

suplai

oksigen

abnormalitas

elektrolit

dapat

menurunkan kontraktilitas jantung.Disritma jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya


atau secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi
jantung.
3. Menifestasi Klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatkan volume intravaskuler. Kongesti
jaringa terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru
yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena
sitemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas, karena darah
tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi jaringan) untuk menyampaikan oksigen
yang dibutuhkan. Beberapa efek biasannya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, dan
haluaran urine berkurang (oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan
pelepasan renin dari ginjal, yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron,
retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler.
Gagal jantung dapat dibedakan menjadi dua yaitu gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan, ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka
kegagalah salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi

S1 ILMU KEPERAWATAN | 4

manifestasi kongestif dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
a. Gagal jantung kiri
Kongestif parui menonjol pada gagal ventrikel kiri,karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan darah sirkulasi
paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnu,mudah lelah, batuk, denyut jantung cepat (takikardia) dengan bunyi
jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.
1) Dispnu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang menggagggu
pertukaran gas. Dispnu bahkan dapat terjadi saat istirahat. Dapat terjadi Ortopnu,
kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopni tidak akan mau
berbaring tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau
duduk dikursi bahkan saat tidur.
Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu kondisi yang
dinamakan paroxismal noktural dispnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien, yang
sebelumnya duduk lama dengan posisi tangan dan kaki dibawah, pergi berbaring
ditempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang
sebelumnya berada dibawah mulai diabsorpsi, dan ventrikel kiri yang sudah
tergganggu tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat.
Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut cairan akan
berpindah ke alveoli.
2) Batuk adalah yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering bisa
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dengan jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah.
3) Mudah Lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil metabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia terjadi akibat disstres pernafasan dan batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan

S1 ILMU KEPERAWATAN | 5

baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dispnu, yang pada akhirnya
memperberat kecemasan.
b. Gagal jantung kanan
Bila venrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer.Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan

volume

darah

dengan

adekuat

sehingga

tidak

dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tamapak meliputi edema ekstremitas bawah( edema
dependen), yang biasnya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali( pembesaran hepar), disetensi vena leher,asites( penimbunan cairan
didalam rongga peritoneum), anokresia dan mual , nokturia dan lemah.
1) Edema, dimulai pada kaki dan tumit(edema dependen) dan secara bertahap
bertamabah keats tungkai dabn paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan
tumbuh bagian bawah.Edema sakral sering jarang terjadi pada pasien yang
berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen.Pitting
edema,adalah edema yang akan tetap cekung bukan setelah penekanan ringan
dengan ujung jari baru jelas terlihatsetelah terjadi retensi cairan paling tidak
sebanyak 4,5 kg (10 ib).
2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.Bila proses berkembang , maka tekanan pada
pembuluh portal meningkat sehingga cairanterdorong keluar rongga abdomen,
suatu kondisi yang dinamakan asites.Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat mwnyebakan tekanan pada

difragama

dan distres

pernafasan.
3) Anokresia(hilangnya selera makan) dan mual, terjadi akibat pembesaran vena
stasis vena didalam rongga abdomen.
4) Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, trjadi karena perfusi ranal
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.Diuresis terjadi paling
sering pada`mlam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat.

S1 ILMU KEPERAWATAN | 6

5) Lemah, yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabakan karena


menurunya curah jantung, ganguan sirkulasi , dan pembuangan produk sampah
katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
4. Patofisiologi dan Pathway
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal. Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah
jantng berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme konpensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot,volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup,jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada
tiga faktor :
a. Preload, adalah sinonim dengan hukum starling pada jatung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya rengangan serabut jantung.
b. Kontraktilitas, mengacu pada peerubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium.
c. Afterload, mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika asatu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu,
hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran
hemodinamika melalui prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa
gagal jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang
efektif.

S1 ILMU KEPERAWATAN | 7

5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu :
a. Syok kardiogenik
b. Episode tromboemboli
c. Efusi dan Tamponade pericard

6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung yaitu,dukung
istirahat untuk mengurangi bahan kerja jantung, Meningkatkan kekuatan dan efisiensi
kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis, Menghilangkan penimbunan
cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.
a. Terapi Farmakologi
Glikosida jantung , diuretik dan vasodilator merupakan dasar terapi farmakologis
gagal jantung.
1) Digitalis
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Ada beberapa efek yang dihasilkannya :peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah, dan peningkatan diuresis
yang mengeluarkan caiaran mengurangi edema.Efek dosis digitalis yang
diberikan tergantung pada keadaan jantung, keseimbangan elektrolit dan cairan
serta fungsi ginjal dan hepar.
Pada semua kasus,pasien harus diawasi dengan ketat pemberian dosis
harian tepat,sesuai dengan batas jumlah obat yang dapat dimetabolisme atau
diekskresi,untuk menjaga efek digitalis tanpa menyebabkan keracunan.Dosis
optimal adalah jumlah dapat mengurangi tanda dan gagal jantung pasien atau
memperlambat respons ventrikel secara terapis

tanpa menyebabakan

keracunan. Keracunan digitalis. Anoreksida, mual,gan muntah adalah efek awal


keracunan

digitalis.ddapat

terjadi

perubahan

irama

jantung

,bardikardia,kontraksi ventrikel prematur, bigemini ventrikel (denyut normal


dan prematur saling berganti), dan akikardi atrial paroksimal.
b. Terapi diuretik

S1 ILMU KEPERAWATAN | 8

Diberikan untuk memacu eskresi natrium melalui ginjal. Obat ini tidak
diperlukan bila pasien bersedia merespon pembatasan aktivitas,digitalisdan diet
rendah natrium. Jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan pasien seharihari,temuan fisik dan gejala. Terapi diuretik jangka panjang dapat menyebabkan
hiponatremia (kekurangan natrium dalam darah) yang mengakibatkan lemah, letih,
dan denyut nadi yang kecil dan cepat.
Pemberian diuretik dalam dosis besar dan berulang juga dapat
mengakibatkan hipokalemia (kehilangan kalium dalam darah), ditandai dengan
denyut nadi lemah, suara jantung menjauh, hipertensi, otot kendor, penurunan
refleks tendon, dan kelemahan umum.
Masalah lain yang berhubungan dengan pemberian diuretik adalah
hiperurisemia (kadar asam urat yang berlebihan), kehilangan cairan akibat urinasi
yang berlebihan dan hiperglikemia.
c. Terapi vasodilator
Obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung. Obat-obat vasodilator

telah lama digunakan untuk mengurangi

impedensi(tekanan ) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.obat-obatan ini


memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena,sehingga
tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan
dramatis kongesti paru dengan cepat.
Natrium nitroprusida dapat diberikan secara intra vena melalui infus yang
dipantau ketat.dosisnya harus dititrasi agar tekanan sistole arterial tetap dalam
batas yang diinginkan dan pasian dipantau dengan mengukur tekanan arteri
pulmonais dan cuurah jantung.Vasodilator lain yang sering digunakan adalah
nitroglisterin.
d. Terapi Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan
ketegangan otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara , sesuai dengan
selera dan pola makanan pasien. Pembatasan natrium, pembatasan natrium
ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi adema, seperti pada
hipertensi atau gagal jantung. Dalam menentukan aturan, sumber natrium harus
spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam miligram.Pasien yang dibatasi diet
natriumnya juga harus diingatkan untuk tidak meminum obat-obat tanpa resep

S1 ILMU KEPERAWATAN | 9

seperti antasida,sirup obat batuk,pencahar,penenang atau penganti garam, karena


produk tersebut mengandung natrium atau jumlah kalium yang berlebihan.Obatobat bebas jangan digunakan tanpa konsultasi dahulu dengan dokter. Bila diet
sangat dibatasi terhadap lemak dan natrium, pasien pasti merasa makanan
menjadi tidak enak dan menolak makan.Berbagai penyedap makanan seperti, jus
lemon dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menambah selera makanan
dan membuat pasien mau menerima diet yang dianjurkan.Segala usaha akan
dilakukan untuk sedapat mungkin memenuhi selera pasien.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

S1 ILMU KEPERAWATAN | 10

Fokus pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung ditrunjukan untuk


mengobservasi adanya tanda tanda dan gejala kelebihan cairan paru serta tanda dan
gejala sistemik. Semusa tanda yang mengarah kesana harus dicatat dan dilaporkan.
a. Pernafasan
Paru harus diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan ada
atau tidak adanya krekel atau whezzing. Krekel terjadi oleh gerakan udara melalui
cairan dan emnunjukkan terjadinya kongesti par. Frekuensi dan dalamnya
pernafasan juga harus dicatat.
b. Jantung
Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4. Adanya tanda
tersebut berarti pompa mulai mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan
darah yang tersisa didalam ventrikel makin banyak. Frekuensi dan irama juga
harus dicatat. Frekuensi yang terlalu cepat menunjjukan bahwa ventrikel
memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pengisisan, serta terdapat stagnasi
darah yang terjadi di atria dan pada akhirnya juga diparu.
c.

Penginderaan / tingkat kesadaran


Bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka darah yang
beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transpor oksigen menjadi
berkurang.Otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien
mengalami konfunsi.

d. Perifer
Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya adema. Bila pasien duduk
tegak, maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai bawah; bila pasien berbaring
terlentang, yang dikaji adalah sakrum dan punggung untuk melihat adanya edema.
Jari dan tangan kadang juga bisa mengalami edema . Pada kasus khusus dimana
kelopak mata yang tertutup karena bengkak.
e.

Hati
Hati diperiksa juga akan adanyah hepatojugular refluks (HJR) pasien diminta
bernapassecara normal pada saat dilakukan penekanan pada hati selama 30 sampai
60 detik. Bila distensi vena leher meningkat lebih dari 1cm,maka tes ini poditif
menunjukan adanya peningkatan tekanan vena.
S1 ILMU KEPERAWATAN | 11

f.

Distensi vena jugularis


JVD juga harus dikaji. Ini dilakukan dengan mengangkat pasien dengan sudut
sampai 45 o. Jarak antara sudut Louis dan tingginya distensi vena juguler
ditentukan. (Sudut Louis adalah hubungan antara korpus sternum dengan
manubrium) jarak yang lebih dari 3 cm dikatakan tidak normal. Ingat bahwa ini
hanya perkiraan dan bukan pengukuran pasti.

g. Haluaran urine
Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangnya haluaran urin kurang dari 100 dan
400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran utim kurang dari 100 ml/24 jam). Maka
penting sekali mengukur haluaran sesering mungkin untuk membuat dasar
pengukuran efektivitas diuretik. Masukan dan haluaran harus dicatat dengan baik
dan pasien ditimbang setiap hari, pada saat yang sama dan pada timbangan yang
sama.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
oksigenasi yang tidak adekuat
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan dispneu akibat turunnya curah
jantung.
c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan stasis vena.

3. Intervensi keperawatan

S1 ILMU KEPERAWATAN | 12

No
DX
1

Tujuan

Dx 1 Setelah diberikan

Rencana keperawatan
Intervensi
1.

Kaji

Rasional

status 1.

tindakan keperawatan

pernafasan

diharapkan pasien

sering,

mendemonstrasikan

peningkatan

oksigenasi adekuat

atau upaya pernafasan 2.

dengan kriteria :

atau

nafas.

Bunyi nafas

bersih

2.

tidak

Frekuensi nafas

normal 12-24x/menit

Dispnea merupakan

dengan mekanisme
catat adanya

perubahan

jalan

Bunyi nafas dapat

pola menurun, tidak sama atau


tak ada pada area yang

Catat ada
adanya

bunyi

atau sakit.Krekels

adalah

bunyi bukti peningkatan cairan


area

jaringan

tambahan, sebagai

misalnya

akibat

krekels, peningkatan

mengi.

permeabilitas membrane
Kaji

adanmya alveolar-kapiler.

Mengi

adalah

adanya

sianosis
4.

bukti

Kolaborasi tahanan

pemberian
Awasi

atau

oksigen penyempitan jalan nafas

lembab sesuai indikasi


5.

tahanan

frekuensi nafas.

tambahan dan adanya dalam

3.

kompensasi

sehubungan

atau mukus/

gambarkan seri GDA.

dengan

edema

serta

tumor.
3.

Penurunan

oksigenasi

bermakna

terjadi sebelum sianosis.


Sianosis

sentral

dari

organ hangat contoh,


lidah, bibir dan daun
telinga

adalah

paling

indikatif.
4.

Memaksimalkan

S1 ILMU KEPERAWATAN | 13

No
DX

Tujuan

Rencana keperawatan
Intervensi

Rasional
sediaan oksigen untuk
pertukaran.
5.

Menunjukkan

ventilasi

atau

oksigenasi.Digunakan
sebagai dasar evaluasi
keefktifan

terapi

indikator

atau

kebutuhan

perubahan terapi.
2

Dx 2 Setelah diberikan

1. Evaluasi respon

1. Dengan

tindakan keperawatan

klien terhadap aktivitas

mengevaluasi dapat

diharapkan pasien

nya

menetapkan kemampuan

mengalami penurunan

2. Bantu aktivitas

klien dalam

kelelahan dan dispneu

klien seperti BAK,

memudahkan aktivitas

dengan kriteria :

BAB dan mandi

2. Menjaga kebersihan

3. Libatkan orang tua

klien Dengan adanya

melakukan aktivitas

dalam melakukan

orang terdekat dengan

nya sendiri

aktivitasseperti bermain

3. klien dapat

sesuai dengan

mempermudah untuk

kemampuan klien.

pemenuhan kebutuhan

4.

klien

Klien dapat

Tidak tampak

lemah
-

Mampu

Bimbing klien

beristirahat secara

untuk beraktivitas

4. Klien dapat

adekuat fisik maupun

mandiri secara bertahap

melakukan aktivitas

emosional
-

Berada dalam

sesuai dengan
kemampuan dirinya.

kondisi yang tepat


yang dapat
mengurangi kelelahan
dan dispneu.
S1 ILMU KEPERAWATAN | 14

No
DX
3.

Tujuan

Dx 3 Setelah

Rencana keperawatan
Intervensi

diberikan
1. -Pantau

TD,

tindakan keperawatan adanya


diharapkan
Perfusi

Vasokontriksi sistemik

hipertensi diakibatkan oleh

sistolik

secara

terus penurunan curah jantung

jaringan menerus dan tekanan mungkin dibuktikan oleh

normal dengan kriteria nadi


:
-

catat
1.

Rasional

yang

semakin penurunan perfusi kulit

berat.

dan penurunan nadi.

Pasien mampu 2. -Pantau

frekuensi
2.

Pompa jantung gagal

beristirahat dengan

jantung, catat adanya dapat mencetuskan

cukup.

Bradikardi, Tacikardia distres pernapasan.

Tidak

memperlihatkan
edema perifer

atau bentuk Disritmia Namun, dispnea tibalainnya.

tiba/berlanjut.

3. -Pantau

pernapasan - Normalnya autoregulasi

meliputi

pola

dan mempertahankan aliran

iramanya.

darah otak yang konstan

-Catat status neurologis


dengan

teratur

bandingkan

dan

dengan

keadaan normalnya

pada saat ada fluktuasi


TD sistemik. Kehilangan
autoregulasi dapat
mengikuti kerusakan
kerusakan vaskularisasi
serebral lokal/menyebar.

4.

Perubahan pada ritme

(paling sering
Bradikardi) dan

S1 ILMU KEPERAWATAN | 15

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan Intervensi.
5. Evaluasi
NO.
DX
Dx 1

EVALUASI
1. Bunyi nafas bersih
2. Frekuensi nafas normal 12-24x/menit

Dx 2
1. Klien dapat melakukan aktivitas nya sendiri
2. Tidak tampak lemah
3. Mampu beristirahat secara adekuat fisik maupun emosional
4. Berada dalam kondisi yang tepat yang dapat mengurangi kelelahan dan
dispneu.

S1 ILMU KEPERAWATAN | 16

Dx 3

1.

Pasien mampu beristirahat dengan cukup.

2.

Tidak memperlihatkan edema perifer

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sitemik. Penyebab dari gagal
jantung adalah disritmia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, ruptur miokard. Dari
beberpa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja janung meningkat lalu otomatis akan
menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal popa jantung kanan dan kiri dan
akan menimbulkan masalah-masalah keperawatan. Manifestasi klinis pada gagal jantung
terdapat dua bagian yang pertama pada gagal pompa jantung kiri (Dispnu, batuk, kegelisahan
dan kecemasan, mudah lelah), yang kedua gagal pompa jantung kanan (Kongestif jaringan
perifer dan visceral, edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
S1 ILMU KEPERAWATAN | 17

penambahan berat badan, hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar, anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran
vena dan statis vena dalam rongga abdomen, nokturia, kelemahan). Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada gagal jantung seperti Elektro kardiogram (EKG), skan jantung,
Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple), kateterisasi jantung, enzim hepar, rongent
dada, elektrolit, oksimetri nadi, analisa gas darah (AGD), blood ureum nitrogen (BUN) dan
kreatinin, pemeriksaan tiroid.

C. Saran
Dari hal tersebut kiranya perlu adanya penanganan yang komprehensif dan menyeluruh
dari petugas kesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan secara
biopsikososial. Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini diharapkan nantinya dapat
mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit Gagal Jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif amin huda, Nanda Nic-noc jilid 1 (IMA). MediaAction Publisher : YogjakartaArief
Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit Media Aesculapius FKUI.
Jakarta.
Doungus M.E .2000.IMA (Infaks Miokard Akut).Jakarta:EGC
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Smeltzer,Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :EGC

S1 ILMU KEPERAWATAN | 18

Anda mungkin juga menyukai

  • Uji Chi Aquare
    Uji Chi Aquare
    Dokumen15 halaman
    Uji Chi Aquare
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pembahasan
    Bab I Pembahasan
    Dokumen25 halaman
    Bab I Pembahasan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • BAB I Jadi
    BAB I Jadi
    Dokumen10 halaman
    BAB I Jadi
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen14 halaman
    Bab I
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pembahasan
    Bab I Pembahasan
    Dokumen33 halaman
    Bab I Pembahasan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Konsep
    Konsep
    Dokumen16 halaman
    Konsep
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Indika Tor
    Indika Tor
    Dokumen5 halaman
    Indika Tor
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Produk Olahan Dari Buah Naga
    Produk Olahan Dari Buah Naga
    Dokumen10 halaman
    Produk Olahan Dari Buah Naga
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Produk Olahan Dari Buah Naga
    Produk Olahan Dari Buah Naga
    Dokumen10 halaman
    Produk Olahan Dari Buah Naga
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • BAB Ii
    BAB Ii
    Dokumen22 halaman
    BAB Ii
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Paper Florist
    Paper Florist
    Dokumen4 halaman
    Paper Florist
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
    Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • FLORIST
    FLORIST
    Dokumen31 halaman
    FLORIST
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pembahasan
    Bab I Pembahasan
    Dokumen25 halaman
    Bab I Pembahasan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen4 halaman
    1
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Ruwet
    Ruwet
    Dokumen35 halaman
    Ruwet
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • BAB I Jadi
    BAB I Jadi
    Dokumen10 halaman
    BAB I Jadi
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan: Child Abuse
    Bab I Pendahuluan: Child Abuse
    Dokumen7 halaman
    Bab I Pendahuluan: Child Abuse
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I2
    Bab I2
    Dokumen5 halaman
    Bab I2
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen4 halaman
    1
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    HALUSINASI Laporanb Pendahuluan
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen20 halaman
    Bab I
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Ruwet
    Ruwet
    Dokumen35 halaman
    Ruwet
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Dezuka Sary
    Belum ada peringkat