Anda di halaman 1dari 7

CRACKING CRUDE OIL

Cracking adalah perengkahan atau penguraian molekul-molekul senyawa


hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.
Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan ikatan C-C dari
suatu senyawa hidrokarbon. Perengkahan dibagi menjadi dua jenis yaitu
perengkahan termal (Thermal cracking) dan perengakahan katalitik (Catalytic
cracking). Perengakahan termal pemutusan ikatan C-C dapat berlangsung sebagai
akibat kenaikan temperatur yang tinggi, sedangkan pada perengkahan katalitik,
reaksi pemutusan C-C berlangsung dengan peran serta katalis dalam reaksi.
Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah
menjadi bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan
perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti
knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100
diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking
yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai
sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur
molekul hidrokarbon.
1. Thermal Cracking
Thermal

Cracking Process ( Proses Perengkahan Termal) adalah suatu

proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi


hydrocarbon dengan rantai yang lebih kecil melalui bantuan panas. Suatu proses
perengkahan thermal bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan
boiling range yang lebih rendah dari feed (umpannya). Dalam proses ini dihasilkan:
gas, gasoline (naphtha), gas oil (diesel), residue atau coke. Feednya dapat berupa gas
oil atau residue.
Thermal cracking dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455 oC hingga
730oC dan tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Mekanisme
yang terjadi adalah pemutusan ikatan C-C homolitik. Reaksi bersifat ireversibel
endotermis . Thermal cracking dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan

rantai dengan ukuran molekul yang lebih rendah yang umumnya masuk dalam
golongan paranin dan olefin.
Sebagai contoh:
R-CH2=CH2-CH2-R R-CH=CH2 ]-CH3-R
MEKANISME:
1.

Radikal primer mengalami pemutusan pada posisi karbon b(b-fission)


membentuk molekul etena.
RCH2CH2 R + CH2=CH2

2. Radikal primer menyerang molekul parafin membentuk molekul stabil parafin


yang baru dan radikal sekunder
RCH2CH2 + R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2-CH3 + R-CH2-CH2-CH2-R
3. Dapat terjadi perpindahan posisi hidrogen pada molekul yang sama bila rantai
hidrokarbon poanjang dan membentuk rantai paradin memberntuk radikal primer
yang terdiri dari 5 hingga 6 karbon ( C ).
4. Radikal sekunder dapat mengalami b-fission membentuk radikal primer dan aolefin
R-CH2-CH2-CHR RCH2 + RCH=CH2
Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur
bervariasi dari 4550C sampai 7300C dan tekanan normal sampai 1000 psig. Pada
kondisi reaksi yang sama akan terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission),
dehidrogenasi, isomerisasi dan polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang
disebutkan pertama tersebut adalah reaksi yang utama. Sebagai contoh reaksi:
R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R
Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan menghasilkan
molekul lebih ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan dihasilkan melalui
dehidrogenasi reversibel dari parafin:
R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2
Reaksi-reaksi tersebut bersifat endotermis.
Olefin yang terbentuk dari kedua reaksi tersebut di atas dapat mengalami reaksi
lebih lanjut:

Isomerisasi

: CH3-CH3-CH=CH2 CH3-CH=CH-CH3

Dehidrogenasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH2=CH2-CH=CH2


Polimerisasi

: 2 CH3-CH3-CH=CH2 CH3-C-CH2-C=CH2

Isomerisasi dan dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis sedangkan polmerisasi


merupakan reaksi eksotermis. Beberapa hal yang dapat terjadi:
1. Pada perengkahan termal, naften dengan cincin aromatik tunggal lebih stabil
dibandingkan parafin dan olefin, meskipun pada temperatur tinggi akan
dihasilkan pembukaan cincin.
2. Dehidrogenasi dapat terjadi membentuk cincin aromatik tak jenuh atau senyawa
aromatik.
3. Polimerisasi menghasilkan olefin atau senyawa dengan berat molekul sangat
tinggi.
4. Perengkahan lanjutan menghasilkan etena dan propena.
2. Catalytic Cracking
Untuk merngurangi kebutuhan energi yang cukup besar serta menghasilkan
produk dengan selektifitas yang tinggi, digunakan berbagai katalis termasuk dalam
proses perengkahan. Katalis perengkahan dalam industri minyak bumi umumnya
merupakan katalis heterogen atau padatan dengan luas permukaan dan keasaman
yang tinggi serta stabilitas termal yang cukup besar. Luas permukaan katalis yang
digunakan dalam proses ini berkisar antara 300m2/gram hingga 700 m2/gram. Bahan
padatan tersebut antara lain adalah g-alumina, Aluminium oksida (Al2O3), Silika
alumina, zeolit dan clay. Pada produksi gasolin, dilaporkan penggunaan katalis pada
perengkahan minyak bumi menghasilkan angka oktan yang tinggi. Mekanisme
dasarnya adalah pada pembentukan muatan elektrik suatu molekul yang disebabkan
oleh keasaman padatan katalis.
Dilakukan menggunakan katalis dengan luas permukaan spesifik yang tinggi
(300 higga 700 m2/g), memiliki sifat asam dan stabil pada temperatur tinggi.
Mekanisme :
1. Catalytic Cracking terjadi melalui pembentukan karbokation dari mokekul yang
berlanjut pada penyerangan molkeul yang lain: Pembentukan karbokation baru

dan pemutusan ikatan C-C dari molekul didasarkan pada kestabilan


hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul. Karbokation yang terbentuk
bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang parafin atau naften menghasilkan
karbokation baru. Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam
beberapa mekanisme , salah satunya pemutusan rantai
RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3
2. Aromatik tersubstitusi alkil dapat menghasilkan karbokation dan senyawa
aromatik.
3. Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl shift) dari
karbokation dapat terjadi membentuk produk isomer.
4. Dapat terjadi siklisasi pada hidrokarbon rantai panjang
Perengkahan katalis terdiri dari dua jenis reaksi, yaitu perengkahan aromatik
dan reaksi perpindahan hidrogen dan pembentukan kokas. Pada perengkahan
aromatik, cincin aromatik stabil pada kondisi perengkahan katalis, tetapi rantai
panjang alkil reaktif. Kemudahan perengkahan alkil aromatik bertambah dengan
kenaikan panjang rantai alkil.

Produk parafinik hasil perengkahan katalis bercabang lebih banyak dari yang
diperkirakan. Penjelasan atas hal tersebut diberikan dari reaksi hidrogen transfer
seperti berikut :

Karena reaksi isomerisasi olefin dan hidrogen transfer antara i-olefin dan decalin
jauh lebih cepat dari pada reaksi lain, maka i-parafin dihasilkan lebih cepat dari
parafin. Berlawanan dengan perengkahan termis yang terjadi karena adanya reaksi
rantai dari radikal bebas, produk reaksi antara yang terdapat dalam perengkahan
katalis adalah fragmen-fragmen bermuatan positif yang disebut ion karbonium. Ion
karbonium berbeda dengan radikal bebas karena mengandung elektron minus satu.
Tipe reaksinya sebagai berikut :

Oleh karena reaksi pertukaran ini, parafin dan naftenik menjadi reaktif.
Katalis yang digunakan adalah katalis padat yang bersifat asam dengan porositas
tinggi dan tahan abrasi maupun perubahan temperatur. Bahan katalis terdiri dari
silika dan alumina. Semakin banyak umpan, semakin tinggi hasil gasolin yang
diperoleh. Sebagai contoh, suatu Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) merengkah
hidrokarbon MVGO dan HVGO menjadi produk-produk berupa gas ringan, LPG,
nafta dan Light Cycle Oil (LCO). Suatu FCCU terdiri dari tiga unit yang berfungsi
antara lain :
1. Unit cracking dan regenerasi yang berfungsi untuk merengkah umpan menjadi
gas yang akan difraksinasi di kolom distilasi serta meregenerasi katalis di
regenerator.
2. Unit fraksinasi untuk memisahkan produk gas, LCO dan slurry.
3. Unit light end untuk memisahkan gas LPG dan nafta dalam gas yang berasal dari
bagian atas kolom fraksinasi.

3. Hydrocracking
Hydrocracking adalah proses untuk mengubah bahan dasar yang tak dapat
dipergunakan untuk umpan unit perengkahan dan reformasi katalis karena
kandungan logam, nitrogen dan belerang yang tinggi. Proses ini juga cocok untuk
umpan dengan kandungan aromatik yang tinggi yang tidak dapat diproses secara
perengkahan katalis. Dari bahan dasar berkualitas rendah ini dapat dihasilkan
gasolin, kerosin, minyak distilat tengah, minyak pelumas, umpan perengkahan
katalis, umpan dasar petrokimia dan LPG.
Reaksi utama proses hydrocracking dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Reaksi hydrocracking parafin

b. Reaksi hidrodealkilasi

c. Reaksi hidrodesiklisasi

Reaksi samping yang terjadi secara paralel adalah reaksi dekomposisi senyawa
sulfur, nitrogen dan oksigen serta reaksi hidrogenasi olefin dan aromat.
a. reaksi dekomposisi

b. reaksi hidrogenasi

Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis yang memiliki dua
jenis pusat aktif, yaitu inti metal yang berfungsi untuk melangsungkan reaksi
hidrogenasi/ dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi untuk melangsungkan
reaksi perengkahan/ isomerisasi. Hidro Cracker (HC) Unibon di UP II Dumai
merengkah umpan HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan HCGO (Heavy Coking Gas
Oil) untuk menghasilkan produk LPG, Light Naphtha, Light Kerosene, Heavy
Kerosene dan Diesel. Kondisi reaksinya 290-495 oC, 35-175 kgf/cm2 dengan katalis
DHC-6 yang merupakan silika alumina amorf sebagai base metal dengan kombinasi
nikel, molibdenum, dan tungsten.

Anda mungkin juga menyukai