Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada era saat ini politik sangat erat hubungannya dengan kehidupan seluruh manusia
di dunia, termasuk kaum muslimin. Politik sendiri memiliki berbagai definisi yang berbeda
beda tergantung dari sudut manakah kita melihatnya. Dalam Islam pun juga mengatur tentang
tata cara politik dalam islam. Sebagai umat muslim, dalam kehidupan sehari - hari
berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadist sebagai pedoman hidup.
Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam
menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi masalah, solusi,
peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di dalam pedoman tersebut.
Bahkan dalam Al-Qurandan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang
didalamnya. Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam sudah selayaknya
memahami tentang Politik khususnya politik dalam Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3

Apa pengertian dari politik ?


Apa dasar politik dalam Islam ?
Bagaimana hubungan politik dengan agama ?
Untuk mengetahui pengertian dari politik
Untuk mengetahui dasar politik dalam Islam
Untuk mengetahui hubungan politik dengan agama

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui pengertian dari politik
1.4.2 Mengetahui dasar politik dalam Islam
1.4.3 Mengetahui hubungan politik dengan agama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik

2.1.1 Pengertian Politik Menurut Para Ahli


Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota.

Secara

etimologi kata politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang bearti hal-hal yang
berhubungan dengan politik. Kata politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang
berkaitan dengan politik. Para tokoh memiliki sudut pandang yang beragam mengenai
pengertian dari politik. berikut ini adalah beberapa definisi mengenai politik menurut para ahli
:
1. Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan,

dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur

kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.
2. Roger F.Soltau, politik adalah ilmu yang mempelajari Negara,tujuan-tujuan Negara, dan
lembaga-lembaga Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut serta hubungan antara
Negara dengan warga negaranya serta Negara lain.
3. Robert, politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia.
4. W.A Robson, politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat
hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.
5. Paul Janet, politik adalah ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsipprinsip pemerintahan
6.

Harold Laswell, politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian
kekuasaan.

7. Ramlan Surbakti, politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk
menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
8. F.Isjwara, politik adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai
teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan.
9. Kartini Kartolo, politik adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan
untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku ditengah
masyarakat.

10. Cheppy H.Cahyono, politik adalah macam-macam kegiatan dalam system politik atau Negara
yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem
tersebut
11. Carl Schmidt, politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan-keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak
12. Litre, politik adalah ilmu memerintah dan mengatur Negara
13. Sri Sumantri, politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan
dalam bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan infrastruktur politik
14. Wilbur White, politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan prosesproses Negara dan pemerintah
15. Ossip K.Flechteim, politik adalah ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari
Negara sejauh Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala
kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi Negara
16. Seely dan Stephen Leacock, politik adalah ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan
17. Adolf Grabowsky, politik adalah menyelidiki Negara dalam keadaan bergerak
18. Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama
19. Ibnu Aqil, politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan
lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rasulullah SAW
20. Rod Hague, politik adalah kgiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
2.1.2 Pengertian Politik dalam Islam
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di
dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya.
Dalam Al-Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha
3

siyasatan berarti Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan


mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara).
Asal makna siyasah (politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
.

Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar

kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (alhikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (alquwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang
akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ashshiraa u), iman (al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).
Sistem politik dalam pandangan islam adalah hukum atau pandangan yang berkenaan
dengan cara bagaimana urusan masyarakat diurus dan diatur dengan hukum Islam. Sebab,
politik itu sendiri dalam pandangan islam adalah mengurus urusan umat dengan menerapkan
hukum islam baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pandangan beberapa orang mengenai politik dalam islam, salah satunya yaitu yang
dikemukakan oleh Saudara Abshar-Abdalla dalam kajian di Jawa Pos, 1 Juni 2003
diantaranya :
1. Sistem poltik dalam islam adalah system khalifah (pemimpin) yaitu sistem politik yang telah
dilaksanakan Nabi Muhammad SAW dan para Khulafaur rasyidin yang dijadikan sebagai
teladan bagi umat islam.
2. Sistem poltik dalam islam sejatinya tidak ada. Karena Nabi Muhammad hanyalah seorang
rasul yang misinya mensyiarkan agama islam bukan sebagai pemimpin dan pengatur agama.
3. Sistem politik atau system ketatanegaraan dalam islam tidak ada, tapi terdapat seperangkat
tata nilai etika bagi kehidupan bernegara
Lepas dari pendapat-pendapat diatas, dalam kenyataannya, pada masa Nabi
Muhammad SAW, dimana dalam masa itu beliau tidak hanya sebagai rasul tetapi juga
sebagai pemimpin Negara, sebagai buktinya yaitu aturan dasar Negara yang berupa Piagam
Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah
pada awal decade ketiga abad VIIM (622) atau tahun 1 H. Dan kepemimpinan ini terus
berlanjut sampai dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
Di dalam Al-Quran sendiri tidak disebutkan secara tegas mengenai wujud dari suatu
system politik dalam islam, hanya dalam beberapa ayat disebutkan bahwa islam terkait dalam
dua faktor yaitu kekuasaan politik hanya akan dijanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh. Tidak hanya itu, system politik dalam islam juga berkaitan dengan ruang
dan waktu, dengan kata lain dihubungkan dengan peristiwa bersejarah, yang salah satu
bentuknya yaitu Piagam Madinah tersebut.
4

Kedudukan Politik dalam Islam


Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariat Islam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang
serbah lengkap didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik.
Kemudian lahir sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam
islam) merupakan bagian integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat
bahwa system ketatanegaraan yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan
oleh nabi Muhammad SAW dan oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam
pengertian barat. Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran
ini nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas
menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan
dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam
sebagaimana pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapai
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah
yaitu yastrib yang kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan
nabi sekaligus manjadi pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar
kenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut khalifah. Sistem khalifah ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali karramah allahu wajhahu.
Demokrasi dalam Islam
Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang
dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang

dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap


kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai
pengemban pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam
yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma}, dan penilaian
interpretative yang mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting
bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya,
namunlepas dari ramainya perdebatan maknanya didunia Islam, istilah-istilah ini memberi
landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia
kontemporer.
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan,
termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari
dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam
yang komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak
politik. Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang
tak terbantahkan.
Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-syarat
seorang politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai kapasitas intelektual
dan berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas, Berani berjuang untuk
membela kepentingan rakyat.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: Dan katakanlah: Ya
Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang
baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong. (AI Isra: 80).
2.2 Dasar Politik dalam Islam
1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi


dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti
bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi
Rububiyyahdan Uluhiyyah.
2. RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak
Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem
politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
3. KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai
wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia
hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan
ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah
yang menjadi Pemilik yang sebenar.
PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1. MUSYAWARAH
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran ummat.
Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan
undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas
musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkaraperkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.
2. KEADILAN
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan
sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung
dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku
dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua
pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di
antara ibu bapa dan anak-anaknya.
3. KEBEBASAN
7

Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar
adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas
utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.
4. PERSAMAAN
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk
melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara
dan ummat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam
pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab
tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.

Prinsip Dasar Politik dalam Islam

Prinsip dasarnya dan yg menjadi obyek pembahasan system politik dalam islam
diantaranya :
1.

Fikih modern (siyasah dusturiyah)

Dengan kata lain yaitu hukum tata Negara yang membahas hubungan pemimpin
dengan rakyatnya serta institusi yang ada di Negara itu sesuai dengan kebutuhan
rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri.
2. Hukum internasional dalam islam (siyasah dauliyah), diantaranya yaitu :
a.

Kesatuan islam

Yang dimaksudkan disini adalah kesatuan seluruh umat islam di dunia yang satu jiwa
dan berpegang teguh pada hukum islam yang sudah tertuang dalam al-quran dan alhadist.
b. Keadilan (al adalah)
Ini adalah menyangkut dengan keadilan social yang dijamin oleh system social dan
system ekomomi islam. Keadilan didalam bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana
tanpa wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.
Didalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam system
politik islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku didalam
kehidupan manusia, termasuk keadilan diantara rakyat dan pemerintah, diantara dua pihak
yang bersengketa dihadapan pihak pengadilan, diantara pasangan suami istri dan diantara
ibu bapak dan anaknya. Dikarenakan kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan
dzalim merupakan diantara asas utama dalam system sosial islam, maka menjadi peranan
utama system politik islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap
keadilan merupakan prinsip nilai sosial yang utama Karen a dengannya dapat dikukuhkan
c.

kehidupan manusia dalam segaa aspeknya.


Persamaan (al musawah)
Persamaan disini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak
persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berda di bawah taklukan kekuasaan undang-

undang.
d. Kehormatan manusia (karomah insaniyah)
e. Toleransi (al tasamuh)
f. Kerjasama kemanusiaan
Yang dimaksudkan adalah kerjasama yang dilakukan oleh antar umat seagama dan kerjasama
antar umat beragama.
g. Kebebasan, kemerdekaan (al akhlak al karomah)
Kebebasan yang dipelihara oleh system politik islam ialah kebebasan yang berterskan kepada
maruf dan kebajikan.
Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya adalah diantara tujuan terpenting bagi
system politik dan pemerintahan islam serta asas bagi undang-undang perlembagaan Negara
islam.
h. Musyawarah
Asas musyawarah diantaranya :
Berkenaan dengan pemilihan ketua Negara dan orang-orang yang akan menjawati tugas-tugas
utama dalam pentadbiran ummah.
Berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yang telah
dimaktubkan di al-quran dan as-sunnah

Berkenaan dengan jalan menentukan perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui
proses ijtihad.
i. Hak Menghisab Pihak Pemerintah
Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran Negara dan
ummah.Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Hak ini dalam
pengertian yang luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan
keputusan keputusan pihak pemerintah. Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang
mafhumnya:
"Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerosakan padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai

kebinasaan."

(Al-Baqarah:205)

"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut
hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang
orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka
melupakan hari perhitungan." (Sad: 26)

3. Siyasah Maliyah
a. Prinsip-prinsip kepemilikan harta
b. Tanggung jawab sosial yang kokoh tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan sebaliknya
c. Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah
d. Khoroj
e. Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris
f. Jizyah (harta temuan)
g. Ghoniyah (harta rampasan perang)
h. Bea cukai barang impor
i. Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.
2.3 Hubungan Politik dengan Agama
Agama secara hakiki berhungan dengan politik. Kepercayaan agama dapat
mempengaruhi hukum, perbuatan yang oleh rakyak dianggap dosa, seperti sodomi dan incest,
sering tidak legal. Seringakali agamalah yang memberi legitimasi kepada pemerintahan.
Agama sangat melekat dalam kehidupan rakyat dalam masyarakat industri maupun

10

nonindustri, sehingga kehadirannya tidak mungkin tidak terasa di bidang politik. Sedikit atau
banyak, sejumlah pemerintahan di seluruh dunia menggunakan agama untuk memberi
legitimasi pada kekuasaan politik.
Di dalam sejarah Islam, masuknya faktor agama (baca: teologi) ke dalam politik
muncul ke permukaan dengan jelas menjelang berdirinya dinasti Umayyah. Hal ini terjadi
sejak perang Siffin pada tahun 657, suatu perang saudara yang melibatkan khalifah Ali b. Abi
Talib dan pasukannya melawan Muawiyah b. Abi Sufyan, gubernur Syria yang mempunyai
hubungan keluarga dengan Uthman, bersama dengan tentaranya. Peristiwa ini kemudian
melahirkan tiga golongan umat Islam, yang masing-masing dikenal dengan nama Khawarij,
Shia, dan Sunni.
Kita dapat melihat bahwa pemikiran atau tindakan politik itu tidak bisa terlepas dari
kepercayaan keagamaan. Hal ini disebabkan, pertama, oleh sikap dan keyakinan bahwa
seluruh aktifitas manusia, tidak terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajaran-ajaran agama;
kedua, disebabkan oleh fakta bahwa kegiatan manusia yang paling banyak membutuhkan
legitimasi adalah bidang politik, dan hanya agamalah yang dipercayai mampu memberikan
legitimasi yang paling meyakinkan karena sifat dan sumbernya yang transcendent.
Sebaliknya, kepercayaan agama bisa juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan
politik. Untuk tarap kenegaraan, hal ini bisa dilihat pada sikap penguasa bani Umayyah, yang
mendukung doktrin jabariyyah untuk memperoleh ketaatan penuh dari rakyat. Pada masa
sekarang, ajaran-ajaran teologis yang mendukung tumbuhnya toleransi di kalangan umat
beragama, dan dari sini diharapkan terciptanya kerukunan dan ketenteraman di dalam suatu
masyarakat atau negara, mendapat dukungan kuat dari pemerintah. Untuk skala individu, hal
ini antara lain bisa dilihat pada kasus orang-orang yang mendukung suatu doktrin agama yang
tadinya ia tentang, atau orang-orang yang bersedia mengganti keanggotaannya dalam suatu
organisasi keagamaan demi kedudukan politik yang dia senangi. Dan memang penggunaan
(use) dan penyalahgunaan (abuse) agama adalah suatu hal yang inherent dalam seluruh
pemeluk agama di sepanjang sejarah umat manusia.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat.
Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi.
Beberapa

prinsip

politik

islam

berisi:

mewujudkan

persatuan

dan

kesatuan

bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat
dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang
kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak
dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan
memaksakn kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi,
mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang
tidak mengabdi pada rakyatnya, menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi
adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam.
Dalam politik luar negerinya Islam menganjurakan dan menjaga adanya perdamain.
Walaupun demikan islam juga memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab
yang sudah jelas karena mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang
12

inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi tidak


sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan
kesejahteraan seluruh umat.
3.2 Rekomendasi
Jadikanlah makalah ini sebagai sumber ilmu yang dapat menambah
pemahaman ilmu agama Islam, khususnya mengenai politik dalam Islam, yang
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami mohon maaf
apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Negara: Dalam Penerapan Syariah. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.
Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. 2001. Sistem Politik Islam: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Lentera.
Azra, Azyumardi, Dr. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun, Prof. Dr. 1974. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I. Jakarta: UI
Press.
Pulungan, J. Suyuthi. Dr. 1993. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Syadzali, Munawir. H. M.A. 1990. Islam Dan Tata Negara, Cet V. Jakarta: UI Press.
Syarif, Mujar Ibnu. Drs. M.Ag. 2003. Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam
Komunitas Islam: Tinjauan Dari Prespektif Politik Islam. Bandung: Angkasa.
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang
RisalahUsrah 3 Sistem-sistem Islam, Abu Urwa

13

Anda mungkin juga menyukai