Anda di halaman 1dari 9

Gastro Intestinal Tract (GIT)

I. Gastro Intestinal Tract (GIT)


Pencernaan merupakan suatu proses pemecahan makanan, dari molekul
yang besar, kompleks dan tidak larut menjadi molekul yang kecil dan larut untuk
diabsorpsi oleh sel tubuh lalu diedarkan melalui pembuluh darah. Pencernaan
berlangsung secara ekstraseluler dan intraseluler. Secara fisiologis, terdapat dua
tahap pencernaan yakni secara mekanis dan secara kimiawi. Pencernaan secara
mekanis merupakan tahap pencernaan dengan cara mengubah makanan menjadi
bentuk yang lebih kecil. Sedangkan pencernaan secara kimiawi merupakan
Pemecahan zat makanan oleh kelenjar pencernaan (enzim) (Fitri, 2010).
Gastro Intestinal Tract (GIT) atau saluran pencernaan, merupakan suatu
saluran yang terdiri dari rongga mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum, dan anus (Purwanto, 2015). Saluran pencernaan memberi
tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan zat makanan secara terus-menerus.
Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan pergerakan makanan melalui saluran
pencernaan, sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, absorbsi air dari
berbagai elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk
membawa zat-zat yang diabsorbsi dan pengaturan fungsi-fungsi tersebut oleh
sistem lokal, saraf, dan hormon (Guyton, 2007).
Di dalam saluran pencernaan terjadi proses mastikasi, deglutisi, motilitas,
absorpsi, dan defekasi. Mastikasi (pengunyahan) merupakan proses pencernaan
secara mekanis yang dilakukan oleh gigi dan dengan bantuan saliva yang
bertujuan untuk mengubah makanan menjadi bentuk yang lebih kecil. Deglutisi
merupakan proses penelanan makanan yang terjadi di faring dan esophagus.
Motilitas merupakan kontraksi otot yang mencampur dan mendorong makanan.
Otot polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi
dengan kekuatan rendah. Absorbsi merupakan proses penyerapan zat-zat makanan

yang bermanfaat bagi tubuh yang nantinya zat tersebut akan diteruskan ke sel- sel
melalui aliran darah. Dan defekasi adalah proses pembuangan sisa makanan yang
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh melalui rektum dan anus (Guyton, 2007;
Setiadi, 2007; Sloane, 2004).

Gigi
Faring
Esofagus

Lidah
Kelenjar saliva

Hati
Pankreas
Kolon
Ileum
Apendiks
Rektum

Lambung
Duodenum
Kolon
Jejunum

II. Fungsi Gastro IntestinalAnus


Tract (GIT)
Gastro Intestinal Tract (GIT) atau saluran pencernaan, merupakan suatu
saluran yang terdiri dari rongga mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus,
Gambar 1.1. Saluran Pencernaan (Guyton, 2007)
usus besar, rektum, dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
diluar saluran pencernaan/accessory organs and structures, yaitu gigi, lidah,
kelenjar saliva, pankreas, hati, dan kandung empedu (Purwanto, 2015). Berikut
adalah fungsi dari masing-masing organ saluran pencernaan tersebut.
II.1.
Rongga mulut
Fungsi (Sloane, 2004):
a. Mengunyah, menghaluskan dan mencampur makanan
b. Pembentukan bolus
c. Inisiasi proses pencernaan
d. Menelan
e. Rasa

f. Fungsi-fungsi ini dibantu oleh gigi, lidah, kelenjar saliva dan ujung saraf
sensorik.
- Gigi :
Berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan) makanan menjadi
bagian yang lebih kecil dan bercampur dengan saliva untuk
-

membentuk bolus sehingga dapat ditelan.


Lidah :
Organ muskuler dengan permukaan membran mukosa dan reseptorreseptor untuk stimuli rasa, membantu membentuk suara, sebagai

alat pengecap dan penelanan makanan.


Kelenjar saliva (glandula salivarius) :
Membantu proses mastikasi dan deglutisi, menjaga kelembapan
rongga mulut, antibakteri, dan antibodi. Amilase pada saliva
menggurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose.

II.2.
Faring
Gambar 2.1. Rongga mulut, Lidah, Kelenjar saliva
Fungsi :
a. Melanjutkan penelanan makanan dari rongga mulut ke esophagus
II.3.
Esophagus
Fungsi (Sloane, 2004):
a. Transportasi makanan sebagai pembawa bolus menuju lambung melalui
sfingter kardia. Sfingter kardia merupakan sebuah katup satu arah yang
mencegah refluks isi lambung ke kerongkongan, dan juga bertindak
sebagai gelombang peristaltik sehingga makanan bisa masuk ke perut.
b. Mencegah difusi pasif zat dari makanan ke dalam darah
c. Mencegah refluks isi lambung ke kerongkongan.

Gambar. 2.2 Esophagus

II.4.
Lambung (gaster/ventrikulus)
Fungsi (Sloane, 2004) :
a. Merupakan organ otot berongga yang terletak di abdomen kiri atas.
b. Menyimpan makanan
c. Produksi kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi
yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenum.
d. sebagai reservoir makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e. Digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida.
f. Mencerna makanan secara enzimatis dengan cara mensekresikan getah
lambung yang masing-masing berfungsi sebagai berikut:
- Mukus
Pelumas dan menjaga mukosa, melindungi permukaan dalam
-

lambung dari getah pencernaan.


Gastrin
Merangsang pembentukan HCL dan pepsin.
HCL (asam klorida)
Membunuh kuman (desinfektan), melarutkan mineral, membantu
perubahan pepsinogen menjadi pepsin, merangsang sekresi sekretin

dan merangsang sekresi CCK.


Pepsin
Memecah protein menjadi peptide yang lebih kecil
Pepsinogen
Dibentuk oleh chief cell dan merupakan prekursor pepsin dalam
bentuk zymogen.
Lipase
Disekresi oleh chief cell. Menghidrolisis lemak susu menjadi asam
lemak dan gliserol.
Intrinsik faktor

Merupakan suatu glikoprotein yg disekresi oleh sel parietal untuk


penyerapan sianokobalamin dan membantu penyerapan B12 untuk
pembentukan eritrosit.

Gambar 2.3 Lambung


II.5.
Usus halus (Intestinum Tenue)
Usus halus dibagi menjadi tiga bagian, berurutan dari mesial ke distal,
yakni duodenum, jejunum dan ileum. Berikut adalah fungsi dari masingmasing bagian tersebut (Setiadi, 2007):
a. Duodenum (usus dua belas jari)
Makanan dari lambung yang bersifat asam, kemudian masuk ke
duodenum. Sifat asam ini akan merangsang dinding usus untuk
mensekresikan hormon-hormon berikut.
Hormon sekretin yang berfungsi untuk merangsang getah
pankreas yang terdiri atas enzim-enzim berikut.
- Tripsin
: menyederhanakan protein dan pepton.
- Amilase
: mengubah zat tepung menjadi maltosa.
- Lipase
: menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol.
Hormon kolesistokinin yang berfungsi untuk merangsang empedu.
Getah empedu dibuat di dalam hati dan disimpan di dalam
kantong empedu. Getah empedu mengandung zat warna empedu

yang disebut dengan bilirubin dan garam empedu, yaitu natrium


glukolat. Getah empedu berfungsi sebagai berikut:
- Mengemulsikan lemak. Hasil emulsi ini adalah gliserol dan
asam lemak. Lemak hanya bisa dicerna apabila sudah
bercampur dan bereaksi dengan getah empedu terlebih dahulu.
- Mempengaruhi penyerapan vitamin K.
b. Jejunum (Usus kosong)
Dinding usus ini mempunyai kelenjar liberkuhn yang dapat
mengeluarkan getah usus, antara lain sebagai berikut.
Erepsin
: mengubah dipeptida menjadi asam amino.
Maltase
: mengubah maltosa menjadi glukosa.
Sakarase : mengubah sakarosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Laktase
: mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Lipase
: mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Pada jenjunum pemecahan terhadap makanan berlangsung secara
lengkap. Pemecahan amilum, protein, dan lemak menghasilkan
komponen-komponen yang paling kecil.
c. Ileum (Usus penyerapan)
- Di dalam usus ini, makanan tidak dilakukan pemecahan lagi,
melainkan diserap oleh dinding usus kemudian masuk peredaran
-

darah.
Glukosa diserap oleh dinding usus masuk ke darah. Di dalam darah
glukosa diubah ke dalam bentuk glikogen oleh hormon insulin yang
kemudian disimpan di dalam otot dan hati. Apabila tubuh kembali
membutuhkan glukosa, maka glikogen dapat diubah kembali oleh

hormon adrenalin menjadi glukosa lagi.


Protein diserap oleh dinding usus dalam bentuk asam amino, yang

kemudian menuju darah dan diedarkan ke seluruh tubuh.


Di dalam hati, asam amino ini dipecah dan menghasilkan amoniak
yang kemudian bereaksi dengan asam amino ornithin dan CO2
membentuk asam amino sitrulin.

Lemak diserap oleh usus dalam bentuk asam lemak dan gliserol.
Gliserol akan terserap langsung, tetapi asam lemak masih bereaksi
dengan garam empedu dan garam karbonat.

Gambar 2.4 Struktur Usus Halus

II.6.
Usus besar (Intestinum krasum)
Fungsi (Sloane, 2004):
a. Di dalam usus besar, makanan hanya akan mengalami penyerapan air
(80-90%) dan beberapa garam mineral/elektrolit dari kimus yang tersisa,
dan mengubah kimus menjadi masa semi padat.
b. Terdapat banyak mikroba contohnya Eschericia coli yang berfungsi
dalam proses pembusukan, dengan cara mencerna sejumlah kesil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh juga
memproduksi vitamin (K, riboflavin, dan tiamin) dan berbagai gas.
c. Hanya akan memproduksi mucus. Sekresinya tidak mengandung ensim
atau hormon pencernaan.

Gambar 2.5 Usus Besar (Sloane, 2004)

II.7.
Rektum
Fungsi :
a. Merupakan bagian ujung dari sistem pencernaan yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara sebelum feses di defekasi.
b. Membantu mendorong feses saat defekasi.
c. Ketika rektum penuh dengan feses, maka rektum akan mengembang dan
sistem saraf akan mengirim impuls (rangsangan) ke otak sehingga
timbul keinginan untuk buang air besar.
II.8.
Anus
Fungsi :
a. Tempat keluarnya feses ke lingkungan luar tubuh.
b. Pada anus terdapat dua sfingter yang berfungsi untuk mengontrol dan
menahan feses selama proses defekasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Idatul. 2010. Ensiklopedi


Sistem Pencernaan,
Yogyakarta:
Gara Ilmu.
Gambar
2.6 Rektum
dan Anus
Guyton, A. C., John E. Hall. 2007. Text Book of Medical Physiology, 11 th ed.
Singapore: Elsevier Pte Ltd.
Purwanto. IDA Susilawati. 2015. Biologi Kedokteran. Indonesia.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sloane E. 2004. Anatomy and physiologi: an easy lerner. Alih bahasa, James
Veldman; editor bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai