Anda di halaman 1dari 31

Leukemia

DaRah terdiri dari cairan jernih (plasma) dan 3-jenis sel: sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), platelet.
Semua sel darah berasal dari sel yang sama yang dikenal sebagai sel-sel batang. Sebelumnya,
sel-sel ini berkembang menjadi sel myeloid/ sel limfoid.
semua eritosit, leukosit, platelet yag dikenal sebagai granulosit Sel-sel myeloid &
monosit.
Sel-sel limfoid termasuk semua leukosit yang lain dikenla sebagai limfosit.
Leukemia
Leukemia merupakan kanker sel-sel yang membentuk darah. Leukemia menyebabkan
jumlah-jumlah sel darah putih yang belum matang dihasilkan.
Sel-sel abnormal ini biasa disebut blas leukemia (disebut demikian karena banyaknya
terdapat sel-sel darah putih yang masih muda) yang tidak bisa menjalankan fungsi-fungsi
normal sel-sel darah putih. Mereka berada di dalam sumsum tulang dan kemudian menuju ke
dalam darah dan mungkin menuju ke dalam organ-organ seperti hati, limpa, paruparu.Terkadang, sel-sel ini juga mungkin merebak masuk ke dalam cairan di sekitar otak dan
saraf pusat.
Karena terlalu banyaknya leukosit yang terkumpul didalam sumsum tulang, sehingga
sumsum tulang tidak dapat menghasilkan RBC, WBC, dan platelet yang mencukupi.
Gejala-gejala Leukemia akut
Gejala-gejala leukemia akut selalu dapat dilihat dengan mudah karena leukimia tipe ini
berkembang dengan cepat. Trias Leukimia akut: anemia, leukositosis, trombositopenia.
Rasa lemah, letih dan kelihatan pucat sebagai efek dari RBC (anemia)
Perdarahan yang agak lama, contohnya hidung berdarah dengan banyak, atau mudah lebam
yang mungkin efek dari kekurangan platelet.
Mudah mendapat suatu penyakit dan mempunyai suhu badan yang tinggi, sebagai efek dari
sel-sel darah putih yang tidak berfungsi secara normal.
Adanya rasa sakit di tulang dan sendi.
Gejala-gejala leukemia kronik
Gejala dari leukimia kronis berlangsung dalam beberapa bulan atau tahun. Gejala ini sama
dengan gejala pada leukimia akut, tapi juga adanya limfonodi, hepatosplenomegaly, dan
anemia.

Kebanyakan orang yang mengidap leukimia kronis tidak sadar bahwa mereka menderita
penyakit ini, karena sifatnya tidak langsung berat seperti leukimia akut. Trias Leukimia
kronis: anemia, leukositosis, trombositosis.
LLA
o Biasanya pada anak-anak <15 thn, dengan puncak insiden 3-4 thn
o Etiologi: aberasi genetik (sindrom down), iradiasi, virus.
o Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulang dan tempattempat ekstramedular (diluar sumsum tulang seperti, kelenjar getah bening & lien)
o AL umumnya dengan limfositosis.
Adanya limfosit yang belum matang. Limfosit normal bertanggung jawab atas suatu
penyakit, sehingga apabila ada bakteri atau virus yang menyerang, maka limfosit akan
menghasilkan Ab atau sel-sel pembunuh. Apabila terkena leukemia limfoid akut, limfosit
tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan akan mudah terkena penyakit. Dengan
adanya penyakit, menyebabkan banyak limfosit yang abnormal yang dihasilkan dan
menghimpit RBC dan platelet yang normal.
o AT, neutrofil, RBC
o Sumsum tulang biasanya hiperselular disertai dengan adanya infiltrasi limfoblas, tidak ada
badan Auer.
o Karena SSP (system saraf pusat) dapat terlibat, perlu dilakukan Px analisis cairan spinalis.
o Manifestasi klinis menyerupai LGA, dengan tanda & gejala dikaitkan dengan penekanan
unsur sumsum tulang normal. Karena itu, manifestasi utama adalah infeksi, perdarahan dan
anemia.
o Gejala yang lain: malaise, demam, letargi (sering ngantuk), ekimosis, kehilangan berat
badan dan keringat pada malam hari.
o Karena menyerang daerah ekstramedular, maka pasien mengalami limfadenopati
(pembesaran kelenjar getah bening) & hepatosplenomegali.
o Nyeri tulang & arthalgia juga ada, lebih sering pada orang dewasa.
o Tx: kombinasi vinkristin, prednisone, L-asparaginase, siklofosfamid & antrasiklin,

transplantasi sumsum tulang.


o Karena miningen mengandung sel leukemia, kemoterapi intratekal profilaktik (kedalam
ruang sub-araknoid) juga dimasukkan u/ mencegah relap SSP.
o Komplikasi: perdarahan, sepsis, DIC

LMA
o Leukemia mieloid akut (LMA) atau LGA adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana
mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi
ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang.
o Leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa.
o Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan
sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal.
o Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya,
dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri dan mampu membentuk
tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis,
anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
o Etiologi: Radiasi pengion tinggi, terpajan kimia, aberasi genetik (sindrom down)
o Tx: Antibiotik:Idarubicin hydrichloride (Idamycin), mitoxantrone hydrochloride
(novantrone)
Agen Metabolit: sitarabin (Cytosar-U), 6-Tioguanin
Komplikasi: perdarahan, sepsis, terkenanya SSP (sistem saraf pusat)

LLK
suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua (60 tahun), dengan etiologi
belum diketahui.o
o Gejala klinik:
o Yang paling menonjol limfadenopati superficial yg sifatnya simetris & volumenya bs cukup
besar. Kelenjar bersifat tidak melejat kompak & tidak nyeri.
o Anemia sering dijumpai.
o Splenomegali tidak masif.
o Hepatomegali jarang.
o Sering disertai herpes zoster.
o LLK dimanifestasikan o/ proliferasi & akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil
dalam sumsum tulang, darah perifer dan tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang
mencapai 100.000/mmk.
o Limfosit abnormal dari 90% penderita LLK adalah Limfosit B. karena Limfosit B berperan
pada sintesis Ig, maka pasien LLK akan mengalami insufisiensi sintesis Ig, dan penekanan
respon Ab.
o Pada Px darah rutin, ditemukan limfosit absolute, dengan limfadenopati dan splenomegali
yanpa rasa sakit. Saat penyakitnya berkembang, terdapat hepatomegali.
o MDT: Limfosit matur kecil 30.000-300.000 limfositosis, trombositopenia, anemia dengan
penyakit progresif (normokromik normositer), sering disertai basket cell/ smudged cell.
o Sumsum tulang dengan limfosit 25-95 % dari sel sumsum tulang.
o Penderita yang hanya menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10thn/ lebih.
Dengan terkenanya organ, lien, maka prognosis buruk.

o Tanda & gejala serupa dengan LMK menggambarkan keadaan hipermetabolik. Pembesaran
organ secara masif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung sehingga menimbulkan

gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abdomen, dan BAB tidak teratur,
hepatosplenomegali, hipersensitifitas yang didapat terhadap gigitan serangga.
o Pneumonia seting terjadi, terutama pneumocitys carinii dan pneumonia pneumokokal.
Infeksi virus kulit (herpes zoster) dering terjadi.

o Tx: kortikosteroid, terapi radiasi, fludarabin.


o Prognosis 2-25 tahun.
o Komplikasi: Pansitopenia, anemia hemolitik, ITP

LMK
suatu gangguan mieloproliferatif karena sumsum tulang hiperseluler dengan proliferasi pada
semua garis differensiasi sel.o
o Lebih sering pada orang dewasa.
o Etiologi: radiasi ion, terpajan kimia.
o Fase perjalanan penyakit, dibagi menjadi 2, yaitu:
berjalan selama 2-5 tahuno Fase kronik & responsif thdp kemotrapi
o Fase akselerasi/ transformasi akut:
Pada fase ini, sifat klinik LMK berubah mirip leukimia akut.
Proporsi sel muda & akhirnya masuk kedalam blast crisis/ krisis blastik
2/3 menunjukkan sel blast seri mieloid, 1/3 seri limfoid.
o Gejala klinik, tergantung pada fase yg qt jumpai saat itu:
o Fase kronik:
Gejala hiperkatabolik: berat badan , lemah, anoreksia, berkeringat malam.
Splenomegali hampir selalu ada, sering masif.
Hepatomegali lebih jarang & ringan.
Gangguan penglihatan, priapismus.

o Fase transformasi akut:


Fase akselerasi, karena perubahan terjadi perlahan dengan prodromal selama 6 bln. Demam,
lelah, nyeri tulang. Respon thdp kemotrapi .
krisis blastik. Bila tanpa pengobatan yang adekuat, bias meninggal dalam 1-2 bulan.
Perubahan terjadi secara mendadak, tanpa didahului masa prodromal
o Px Lab:
o MDT
Leukositosis berat 20.000-50.000 pada permulaan, biasanya mencapai 100.000/mmk.
Apusan darah tepi: menunjukkan spektrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast
sampai neutrofil, dengan komponen paling menonjol segmen neutrofil dan mielosit.sel blast
< 5%.
Anemia awalnya ringan hingga progresif pd fase lanjut, bersifat normokromik normositer.
Trombosit , lebih sering pd fase awal.
NAP (neutrophil alkaline phosphatase) selalu rendah.
o Sumsum tulang
Hiperselluler dg system granulosit dominan.
Menunjukkan spectrum lengkap seri myeloid (komponen terbanyak neutrofil dan mieloid).
Sel blast < 30%. Megakariosit pd fase kronik normal/ .
Sitogenik: dijumpai adanya Philadelphia (Ph) chromosome.
Vit B12 serum dan B12 binding capacity
Px PCR dapat mendeteksi adanya chimeric protein bcr-abl.
Kadar asam urat serum .
o LGK mpy awitan yang lambat, sering ditemukan pada Px darah rutin/ skrining darah.
o Jumlah granulosit umumnya 30.000/mmk. Walaupun pematangan terganggu, tp sebagian
besar sel tetap menjadi matang dan berfungsi.
o MDT: Leukosit , terutama granulosit matur. Semua stadium perkembangan ada, termasuk
blas. Basofilia, eosinofilia, trombositosis awal, trombositopenia, anemia (stadium akhir).

yang merupakan suatu translokasi dari lengan panjang kromosom22 ke kromosom 9.


kelainan kromosom ini mempengaruhi sel induk hemapoietik.o Pada 85% kasus ini, terdapat
kelainan kromosom Philadelphia
o Sumsum tulang hiperselular (<50% bias, megakariosit)
o Tanda & gejala berkaitan dengan hipermetabolik; kelelahan, penurunan berat badan,
diaforesis meningkat dan tidak tahan panas.
mengakibatkan perasaan penuh pada abdomeno Lien membesar pada 90% kasus & mudah
merasa kenyang.
o Bila pada pasien terdapat anemia, akan mengalami takikardi, pucat, nafas pendek.
o Memar dapat terjadi akibat fungsi trombosit yang abnormal.
o Tx dengan kemotrapi intermitten, menggunakan hidroksiurea dan alfa-interferon. Yang
dapat mengurangi jumlah sel + kromosom Philadelphia, dan dianjurkan sebagai terapi garis
pertama pada fase kronik.
o Transplantasi sel induk alogenik (sel induk darah tepi dari orang lain) dilakukan pada saat
pasien berada pada fase kronik stabil LMK.
allogenic pripheral blood stem cell transplantation, satu-satunya yg dpt memberikan
penyembuhan total.o Tx dengan busulphan (myleran), hidroksiurea, atau IFN-gamma, saat
fase kronik. Transplantasi sumsum tulang. Sekarang yg umum
Reaksi:
sekilas tentang D.M
DIABETES Mellitus atau kerap disebut kencing manis dapat diartikan terdapatnya glukosa
dalam air kencing seseorang. Hal itu terjadi karena glukosa dalam darah tidak dapat dicerna
tubuh, karena tubuh kekurangan insulin.Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan
penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila
tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat
menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di antaranya, jantung, stroke,
disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan keenam di

dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah India,
China, Uni Sovyet, Jepang, dan Brasil. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes
di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabetes
pertahunnya, sehingga pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
Untuk diketahui, terdapat dua tipe Diabetes, yaitu, Diabetes Tipe I (IDDM/ tergantung
insulin) dan Diabetes Tipe II (NIDDM/ tidak tergantung insulin)
Gejala - Gejala Diabetes
Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak (di bawah 20 tahun),
sebagai akibat dari adanya kelainan genetika, sehingga tubuh tidak dapat memproduksi
insulin dengan baik.
Antara lain :
- Berat badan menurun
- Kelelahan
- Penglihatan kabur
- Sering buang air kecil
- Terus menerus lapar dan haus
- Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
Gejala-gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang
jelas, dan pada tahap permulaannya sama seperti gejala diabetes tipe I.
Penyebab Diabetes
Saat ini, faktor utama munculnya penyakit diabetes berkaitan langsung dengan pola hidup
masyarakat. Konsumsi makanan yang tidak seimbang serta kurangnya aktivitas fisik dapat
memicu timbulnya penyakit kencing manis.
Disamping itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat
pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes.
Pencegahan Diabetes
Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang. Kurangi makanan
yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam. Perbanyak melakukan aktivitas
fisik minimal 30 menit setiap hari. Diantaranya, berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat,
serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun.
Cara Mengatasi Diabetes

Kalau sudah positif diabetes, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan ikuti anjuran
dokter dengan penuh disiplin. Selain itu, perlu melakukan diet, karena diet merupakan
langkah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Namun, sebaiknya ketika melakukan
diet, perlu juga dibarengi dengan olah raga secara teratur. Tidak kalah pentingnya, lakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula diabetes, yang merupakan suatu gangguan
kelainan kadar gula darah karena rusaknya sel beta pancreas, sehingga perlu dikontrol dengan
cermat.
Reaksi:
PASAL-PASAL KUHP YANG MENYANGKUT PERBUATAN CABUL
> 1. Pasal 285 KUHP
"Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan , diancam karena perkosaan dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun"
> 2. Pasal 286 KUHP
"Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan padahal diketahuinya wanita itu
dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam pidana penjara paling lama sembilan
tahun"
> 3. Pasal 287 KUHP
(1)"Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan , padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya
tidak jelas , belum waktunya dikawin , diancam pidana paling lama sembilan tahun"
> 4.Pasal 288 KUHP
(1) "Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya dikawin ,
apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun
> 5.Pasal 294 KUHP
(1) " Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri

atau anak pungutnya , anak peliharaannya atau dengan seorang yang belum dewasa yang
dipercayakan kepadanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga atau dengan bujang
bawahannya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
(2) dengan hukuman serupa dihukum :
(a) pegawai negri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawah perintahnya
atau dengan orang yang dipercayakan kepadanya untuk dijaga
(b) pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara, rumah
tempat melakukan pekerjaan untuk negri (landwerkinricting), rumah pendidikan , rumah
piatu , rumah sakit ingatan, atau balai derma, yang melakukan pencabulan terhadap orang
yang ditempatkan disitu.
>6.Pasal 297 KUHP
"Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa dihukum
penjara selama-lamanya empat tahun"
Reaksi:
ABORTUS
Created by: Putri Amalia
Bab I Ilustrasi Kasus (Kasus sesuai dengan fakta 2005-2009)
Seorang anak perempuan berumur 13 tahun yang duduk di kelas 1 SMP hamil hampir 1 bulan
karena diperkosa. Korb9ian mengalami depresi dan orangtua menginginkan kehamilan
digugurkan. Setelah berkonsultasi ke dokter, dokter menyanggupi untuk melaksanakan
praktik aborsi setelah mempertimbangkan aspek profesionalisme. Namun, orangtua masih
bingung karena menurut mereka, agama dan hukum melarang aborsi.
Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dibahas bagaimana aborsi ditinjau dari sudut pandang
kode etik kedokteran, sumpah dokter, segi disiplin, hukum dan agama. Pemahaman tentang
kasus aborsi sangat penting bagi mahasiswa calon dokter agar dalam menghadapi profesinya
sebagai dokter nanti dapat bertindak secara profesional dalam menghadapi kasuskasus sulit.
Bab II Isi (minimal 6 halaman)
a. Fakta Biomedis

Aborsi merupakan pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus sebelum fetus
dimungkinkan untuk hidup, yaitu fetus dengan berat kurang dari 500 gram dan usia kurang
dari 20 minggu (Dorland, 2006: 5-6).
Definisi dari aborsi adalah adanya perdarahan dari dalam rahim perempuan hamil di mana
karena sesuatu sebab, maka kehamilan tersebut gugur dan keluar dari dalam rahim bersama
dengan darah, atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum anak berusia 22 minggu atau belum
dapat hidup di dunia luar. Biasanya disertai dengan rasa sakit di perut bawah seperti diremasremas & perih (Billy N. ,2008).
Aborsi bisa juga diartikan dengan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan, dimana beratnya
masih dibawah 500 gram atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. (BKKBN)
b. Fakta Bioetika
Profesi dokter sering dihadapkan dengan masalah aborsi. Pengetahuan dan ketrampilan
menerapkan aspek etika, hukum, dan disiplin kedokteran dalam perilaku seorang dokter
menunjukkan kemampuan profesionalnya. Dokter tidak hanya harus mampu dalam hal
disiplin ilmu kedokteran saja, tetapi juga harus mampu dengan tepat mempertimbangkan
aspek etika dan hukum di dalam menghadapi setiap kasus, termasuk ketika menghadapi kasus
aborsi.
Dalam pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insan. Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara
pengobatan tertentu yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil
setelah mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan atau cara lain untuk
menyelamatkan jiwa selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan
tertulis lebih dahulu atau dari keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri
Kesehatan tentang Informed consent, batas umur yang dapat memberi Informad consent
adalah 18 tahun.
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan seseorang yang pada suatu waktu akan menemui ajalnya.
Tidak seorang dokterpun, betapapun pintarnya akan dapat mencegahnya. Naluri yang terkuat
pada setiap makhluk bernyawa, termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Untuk
itu manusia diberi akal, kemampuan berpikir dan mengumpulkan pengalamannya, sehingga
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya
maut. Semua usaha tersebut merupaka tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara
dan mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-

Undang Negara, maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan :


a) Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)
b) Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut Ilmu pengetahuan tidak mungkin akan
sembuh lagi (euthanasia).
Keputusan untuk melakukan abortus therapeuticus harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua
dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita hamil yang bersangkutan, suaminya dan atau
keluarganaya yang terdekat. Hendaknya dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai
cukup sarana untuk melakukannya.
Dalam bunyi sumpah dokter juga disebutkan bahwa Saya akan menghormati setiap hidup
insani mulai dari saat pembuahan, Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hokum
Perikemanusiaan.
c. Fakta Hukum
Aborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat diperbincangkan diberbagai kalangan
masyarakat. Masih banyak tanggapan yang berbedabeda tentang aborsi. Para ahli agama, ahli
kesehatan, ahli hukum, dan ahli sosio-ekonomi memberikan pernyataan masing-masing, ada
yang mendukung, abstain, dan menolak.
Dalam hukum di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat dalam KUHP
dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Ketentuan di dalam KUHP
yang mengatur masalah tindak pindana aborsi terdapat di dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan
349.
Pasal 299 KUHP : Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Pasal 346 KUHP : Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 347 KUHP : (1)Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama duabelas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun.

Pasal 348 KUHP : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara tujuh tahun.
Pasal 349 KUHP : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah untuk dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Pada UU no.23 tahun1992 pasal 15 : (1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.(2)
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan : a.
Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tertentu, b. Oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu & dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli, c. Dengan persetujuan ibu
hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya, d. Pada sarana kesehatan tertentu
(Hukumkes, 2008).
d. Fakta Hukum Islam
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi menetapkan ketentuan
hukum Aborsi sebagai berikut :
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Darurat
adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan
maka ia akan mati atau hampir mati. Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana
seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami
kesulitan besar.
a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah:
- Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan
caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.
- Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah:
- Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan.
- Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang di dalamnya
terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin berusia 40
hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina. Dalam hukum
Islam terdapat perbedaan pendapat tentang aborsi sebelum ditiupkannya ruh. Dalam madzhab
hanafi, misalnya ibn Abidin membolehkan aborsi dengan alasan pembenar sampai habisnya
bulan keempat, demikian juga di kalangan madzhab Syafii, Muhammad Ramli
membolehkan dengan alas an belum adanya makhluk yang bernyawa. Sedang pendapat yang
melarang walaupun sebelum ditiupkannya ruh di antaranya Imam Al Ghazali dan Imam
Malik (Ahmad Syafiuddin, 2002).
Bab III Pembahasan
Dalam membahas kasus diatas, terdapat dua pendapat mengenai boleh tidaknya dilakukan
aborsi. Setiap pendapat memiliki alasan dan dasar yang kuat mengenai pendapatnya.
Pendapat yang kontra (tidak setuju) terhadap dilakukannya aborsi adalah berdasarkan pada:
1. Menurut sudut pandang Etika kedokteran
Dalam pasal 7d disebutkan, Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi makhluk hidup insani. Maka, dalam praktiknya, dokter hendaknya melindungi
setiap insan mulai dari dalam kandungan. Seperti yang disebutkan dalam kajian pustaka
sebelumnya, aborsi hanya dapat dilakukan jika terdapat resiko kesehatan yang nantinya akan
membahayakan hidup ibunya. Sedangkan dalam kasus skenario satu, alasan dilakukannya
aborsi hanya berdasarkan atas depresi si anak dan karena anak tersebut merupakan korban
perkosaan.
Dalam penjelasan kode etik kedokteran pun , dokter harus berusaha memelihara dan
mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undangundang Negara, maupun kode etika kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan
menggugurkan kandungan (abortus provocatus). Keputusan untuk melakukan abotus
provocatus pun harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis
dari wanita hamil yang bersangkutan, suaminya, dan atau keluarganya yang terdekat.
Sedangkan dalam kasus diatas, keinginan aborsi merupakan keinginan orang tua, belum ada

persetujuan dari wanita yang bersangkutan, terlebih lagi dari segi orangtua pun, mereka
masih ragu apakah ingin melakukan aborsi atau tidak.
2. Menurut sudut pandang sumpah dokter
Bunyi dari sumpah dokter salah satunya iyalah Saya bersumpah/ berjanji bahwa saya akan
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari kalimat tersebut dengan
jelas dapat disimpulkan bahwa sebagai dokter berkewajiban menghormati insan sejak awal
pembuahan dalam rahim, dan tidak memiliki hak untuk menjadikannya gugur secara sengaja
baik sebelum 40 hari maupun sesudah 40 hari. Hal tersebut sama saja tidak mencerminkan
perikemanusiaan, karena dalam sumpah dokter dikatakan bahwa seorang dokter bersumpah
akan membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan.
3. Menurut sudut pandang hokum negara Indonesia
Dalam undang-undang KUHP, hukum di Indonesia tidak ada yang melegalkan kasus aborsi.
Hukum tentang aborsi tercantum pada pasal 299, 341 hingga pasal 349. Pada pasal 346
KUHP menegaskan bahwa seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam penjara paling lama tujuh tahun.
Dalam pasal 347 dan 348, aborsi yang dilakukan baik dengan persetujuan maupun tidak
persetujuan tidak diizinkan, dan mendapat sanksi pidana yang berat hingga tujuh tahun.
Berdasarkan aturan dalam KUHP terlihat jelas bahwa tindak aborsi merupakan tindak
melanggar hukum, dengan alasan apapun.
Dalam undang-undang yang lain, misalnya pada pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran
kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, agama,
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun keadaan darurat dalam upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Sedangkan apa yang dimaksud tindakan medis tertentu tidak dijelaskan dalam undangundang tersebut. Sehingga menimbulkan multiinterpretasi. Dalam penjelasan UU ayat 2 butir
a, indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan
medis tertentu. Sebab, tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam
bahaya maut. Sedangkan dalam scenario ini, tidak disebutkan suatu gejala atau indikasi medis
tertentu yang membahayakan dalam diri korban perkosaan, dan hanya berupa masalah
psikologis. Sehingga sebenarnya masih ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini tanpa
melakukan aborsi. Selain itu, jika melakukan tindakan medis tertentu, hal tersebut harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian, dengan persetujuan ibu hamil
yang bersangkutan atau suami atau keluarganya dan dilakukan pada sarana kesehatan tertentu
(Jusuf Hanafiah, 1999). Sedangkan dalam skenario pun belum ada koordinasi yang jelas
antara ibu hamil dan orangtua yang masih bimbang dengan tim dokter.
Di sisi lain, kebimbangan orangtua tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab, belum ada
payung hukum yang jelas untuk melegalkan tindak aborsi dengan dasar perkosaan. Mereka
khawatir akan ikut terjerat kasus hukum karena apabila aborsi dalam kasus ini tidak bisa
dibenarkan, maka sesuai KUHP, yang akan terkena hukuman tidak hanya tim dokter, tetapi
juga korban dan atau orang tuanya yang menyuruh untuk dilakukan aborsi.
4. Menurut sudut pandang hukum Islam
Dalam agama Islam bila alasannya karena indikasi medis yang kuat di mana aborsi hanya
satu-satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa ibu, sebagian besar ulama membolehkan
karena dharurat, itupun masih dibatasi waktu dan syarat lain. Sedangkan bila aborsi akibat
perkosaan, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, sebagian membolehkan dengan
syarat-syarat sangat ketat dan sebagian tidak memperbolehkan.
"Pada dasarnya hukum aborsi adalah haram, meskipun keharamannya bertingkat-tingkat
sesuai dengan perkembangan kehidupan janin." Pada usia empat puluh hari pertama tingkat
keharamannya paling ringan, bahkan kadang-kadang boleh digugurkan karena udzur yang
muktabar (akurat); dan setelah kandungan berusia diatas empat puluh hari maka keharaman
menggugurkannya semakin kuat, karena itu tidak boleh digugurkan kecuali karena udzur
yang lebih kuat lagi menurut ukuran yang ditetapkan ahli fiqih. Keharaman itu bertambah
kuat dan berlipat ganda setelah kehamilan berusia seratus dua puluh hari, yang oleh hadits
diistilahkan telah memasuki tahap "peniupan ruh." Dalam hal ini tidak diperbolehkan
menggugurkannya kecuali dalam keadaan benar-benar sangat darurat, dengan syarat
kedaruratan yang pasti, bukan sekadar persangkaan. Maka jika sudah pasti, sesuatu yang
diperbolehkan karena darurat itu harus diukur dengan kadar kedaruratannya. Maka bagi
wanita muslimah yang mendapatkan cobaan dengan musibah seperti ini (perkosaan)
hendaklah memelihara janin tersebut sebab menurut syara', dia tidak menanggung dosa dan ia
tidak dipaksa untuk menggugurkannya (Qardhawi, 2006).
Syekhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar didalam Fathul-Bari berkata "Dan terlepas dari hukum
'azl ialah hukum wanita menggunakan obat untuk menggugurkan (merusak) nutfah (embrio)
sebelum ditiupkannya ruh. Barangsiapa yang mengatakan hal ini terlarang, maka itulah yang
lebih layak dan orang yang memperbolehkannya, maka hal itu dapat disamakan dengan 'azl.

Tetapi kedua kasus ini dapat juga dibedakan, bahwa tindakan perusakan nutfah itu lebih berat,
karena 'azl itu dilakukan sebelum terjadinya sebab (kehidupan), sedangkan perusakan nutfah
itu dilakukan setelah terjadinya sebab kehidupan (anak)." (Qardhawi, 2006)
Akan tetapi, bila kita telusuri lebih lanjut pendapat-pendapat asli dari kitab-kitab yang ditulis
ulama tersebut bukan hanya dari situs-situs di internet yang sebagian besar hanya kalimat
redaksi, tidak mencantumkan kalimat-kalimat asli dan ulasan-ulasan yang mendalam dari
ulama tersebut-- ulama-ulama yang memperbolehkan pun selain memperbolehkannya dengan
syarat-syarat sangat ketat, mereka juga lebih menyukai bila tidak dilakukan aborsi kecuali
bila benar-benar terpaksa untuk menyelamatkan ibu, dan alasan yang diberikan oleh medis
harus benar-benar akurat, tidak sekedar prediksi dokter atau tim medis yang lain karena
hukum asal aborsi adalah haram (Qardhawi, ). Selain itu, Islam juga mengenal istilah
syubhat, yakni sesuatu yang diragukan status hukum halal atau haramnya. Bila menjumpai
hal yang syubhat, maka bagi umat Islam, lebih baik menjauhinya (HR. Bukhari, Muslim, dan
Tirmidzi).
Dalam kasus ini, alasan utama akan dilaksanakannya aborsi adalah alasan psikologis yang
dimungkinkan bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu, bukan karena suatu kondisi
kesehatan yang sangat gawat, sehingga hal ini sangat meragukan untuk dikatakan sebagai
keadaan yang darurat. Ditambah lagi hal tersebut barulah sebatas prediksi dari tim dokter.
Apalagi orang tua masih bingung untuk melakukan aborsi, di mana salah satu ganjalannya
adalah karena menurutnya agama tidak memperbolehkan. Maka bisa jadi orang tua tersebut
memiliki pendapat atau mengikuti pemikiran ahli agama yang pendapatnya berbeda dari
pendapat ahli agama dalam tim. Hal ini sah-sah saja dan sangat biasa terjadi di dalam
masyarakat.
Kasus aborsi ini ada juga pro (diperbolehkan) dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Gadis masih berusia 13 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dari BKKBN, apabila
kehamilan di bawah 20 tahun bisa menimbulkan berbagai resiko kehamilan. Ibu muda pada
waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Selain itu,
ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat
berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berakibat pada kematian yang
menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Penelitian juga memperlihatkan bahwa
kehamilan usia muda (di bawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker
rahim. Sebagaimana kita ketahui kanker rahim dapat mengancam jiwa sehingga
menimbulkan kematian. Semua resiko tersebut mengindikasikan bahwa bila kehamilan

tersebut dilanjutkan justru akan mengancam jiwa ibu (adanya indikasi medis). Sebagaimana
disebutkan dalam UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam pasal 15 dijelaskan bahwa
tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat untuk
menyelamatkan ibu atau janin atas pertimbangan tim ahli medis dan dengan persetujuan ibu
hamil dan keluarganya. Maka dalam kasus ini aborsi diperbolehkan.
2. Dari segi agama Islam, fatwa MUI no. 4 tahun 2005 menyatakan bahwa perempuan yang
hamil akibat diperkosa boleh melakukan aborsi. Hal ini dilandasi pemikiran munculnya
kekhawatiran terhadap masa depan anak hasil perkosaan. Di antaranya, kekhawatiran
munculnya penderitaan yang akan ditanggung anak tersebut. MUI juga menetapkan syarat
bahwa aborsi hanya diijinkan bila usia janin dalam kandungan masih belum mencapai 40 hari
karena dalam kurun waktu tersebut diyakini bahwa janin belum mempunyai ruh. Karena
dalam kasus ini umur kehamilan gadis belum mencapai 40 hari, maka aborsi diperbolehkan,
namun setelah ada keputusan dari sebuah tim yang melibatkan pihak keluarga, dokter, dan
ahli agama.
3. Korban dalam keadaan depresi. Apabila kehamilan dilanjutkan justru dapat memperparah
keadaan psikologi korban. Korban merasa belum siap mempunyai anak dan tidak kuat
menanggung malu akibat kehamilannya itu. Korban juga akan sulit dalam memberikan kasih
sayang yang tulus kepada anak yang akan dilahirkannya nanti karena merupakan hasil
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga dapat menyebabkan masa depan anak
kemungkinan besar bisa terlantar. Selain itu, masa depan sang Ibu bisa saja terputus karena
belum tercapainya suatu kematangan mental dan sosial dalam menanggung permasalahan
yang sebenarnya belum dapat ditanggung oleh gadis dalam usia 13 tahun. Sehingga, jalan
keluar untuk mengurangi depresi korban adalah dengan tindakan aborsi. Adapun sebelum dan
setelah aborsi korban akan didampingi oleh psikiater sehingga kondisi psikologis korban
tetap stabil dan tidak mengalami goncangan sehingga korban tidak terbebani oleh aborsi
tersebut.
4. Dokter telah berkerja dalam tim yang di mana di dalam tim tersebut terdiri atas dokter, ahli
agama, dan psikiater. Mereka memutuskan untuk melakukan aborsi setelah
mempertimbangkan aspek profesionalisme. Apabila tim sudah mempertimbangkan seperti
itu, maka keputusan yang diambil tim pasti sudah memperhatikan dan menimbang dari aspek
etika, hukum, dan disiplin kedokteran dengan sebaik-baiknya. Sehingga, keputusan tim
dokter untuk melakukan aborsi dapat dipertimbangkan oleh keluarga sebagai jalan yang
terbaik bagi sang korban.
5. Dari segi Kode Etik Kedokteran Indonesia, menurut pasal 7c bahwa Seorang dokter harus

menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan pasien. Dalam hal ini perlu digarisbawahi mengenai
menghormati hak-hak pasien yang mana meskipun orangtualah yang meminta adanya aborsi,
tetapi perlu diingat bahwa korban merupakan gadis SMP kelas 1 berusia 13 tahun dan belum
dapat menentukan keputusan yang tepat karena berdasarkan WHO usia 15-24 tahun
merupakan dewasa muda (youth) dan penduduk muda (young people) bagi mereka yang
berusia 10-24 tahun. Oleh karena itu, keputusan berada ditangan orangtua sepenuhnya dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan bagi sang korban dan anaknya. Dokter dalam hal
ini berkewajiban memberikan keterangan selengkapnya dan sebenarnya bagi orangtua bahwa
aborsi yang akan dilakukan telah dipertimbangkan secara matang bersama ahli agama dan
psikiater serta dengan mempertimbangkan aspek profesionalisme bahwa aborsi merupakan
keputusan yang terbaik bagi sang korban.

Terlepas dari pro ataupun kontra dalam pelaksaan tindak aborsi ini, saat ini belum dapat
diputuskan secara pasti mengingat bahwa dalam menentukan suatu keputusan, harus ditinjau
pula keadaan pasiennya, serta mempertimbangkan hasil inform consent (kontrak persetujuan)
dari pihak keluarga untuk menyatakan persetujuan atas tindakan medis tertentu.

Bab IV Kesimpulan
1. Adanya pro dan kontra dalam pengambilan keputusan tindakan aborsi pada kasus ini
dikarenakan perbedaan pandangan dalam melihat berbagai aspek, baik hukum, agama dan
kode etik kedokteran.
2. Hasil keputusan tim dokter seharusnya menunggu kepastian dari orang tua yang
bersangkutan, karena dalam kasus aborsi, dikatakan bahwa tanpa persetujuan orang tua,
aborsi tidak dapat dilakukan apapun alasannya. Sehingga dalam hal ini belum dapat
diputuskan akan dilakukan aborsi atau tidak, mengingat belum ada keputusan pasti dari
orangtua.
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Hukum dan Aborsi. http: // www.a borsi.org . (13 Oktober 2009)

Billy N. 2008. Aborsi Menurut Hukum di Indonesia.


http://www.hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aborsi-menurut-hukumdi-indonesia/
(13 Oktober 2009).
BKKBN. 2005. Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.bkkbn.go.id.
(14 Oktober 2009).
Blofied, Marike Helena. 2006. The politics of Moral Sin. Kansas: Rodledge.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Reproduksi Manusia. Dalam: Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, p.94-96. 1999. Lafal Sumpah Dokter.
Dalam: Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, p.8-10.
Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Seminar etika Profesi dalam Kesehatan Reproduksi,
Semarang : Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (PITPOGI XI)
Idris, Fahmi. 2009. Kontroversi Aborsi.
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/03/04/brk,20090304-163103,id.html.
(11 Oktober 2009)
MKEK IDI. 2004. Kode Etik Kedokteran dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. http://library.usu.ac.id. (11 Oktober 2009).
Moeljatno. 2003. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: Bumi Aksara. p.9498
PPI India. 2005. MUI Izinkan Aborsi Akibat Perkosaan.
http://www.republika.co.id/detail.asp?katakunci=aborsi&id=215416. (14 Oktober 2009).
Qardhawi, Yusuf. 2006. Resiko bila memilih aborsi. Fatwa-Fatwa Kontemporer,
Jakarta: Gema Insani Press. Diambil dari:
http://dokteriwanmenjawab.blogspot.com/2007/08/resiko-bila-memilihaborsi.html.

(14 Oktober 2009)


Shalih, Syaikh. 2009. Panduan Fiqih Praktis bagi Wanita. Jakarta: Pustaka Sumayyah.
Reaksi:
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT UNTUK
MEWUJUDKAN KESEHATAN MASYARAKAT YANG OPTIMAL
Created by: Bayu Soenarsana Putra
ABSTRAK
Berbagai upaya harus dilakukan untuk mewujudkan status kesehatan masyarakat yang
optimal, salah satu diantaranya ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Demi
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka diperlukan upaya untuk memperluas dan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya
yang terjangkau. Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosial budaya
masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka sistem nilai
pun berubah. Masyarakat semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang
canggih. Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama
penyembuhan dan pemulihan. Rumah sakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur
rujukan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan paripuma bagi masyarakat.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan maka fungsi
pelayanan rumah sakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efisien,
sehingga dapat menampung rujukan dari puskesmas dan sarana kesehatan lainnya.
Kata kunci : Standar Pelayanan Rumah Sakit, pelayanan kesehatan

Pendahuluan
Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat
mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi
dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang
manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha

pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin
banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari
perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula.
Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan.
Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan
kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh
penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa
rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh
pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang
sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas atau keuntungan suatu rumah sakit.
Walau begitu suatu rumah sakit tidak hanya ditekankan dengan sebuah profitabilitas namun
harus lebih mengacu kepada kepuasaan pasien atau dalam hal ini bisa disebut patient priority,
dengan memprioritaskan pada pasien maka kualitas dari rumah sakit pun perlu ditingkatkan
dan penulis pada pembahasannya kali ini akan membahas bagaimana standar pelayanan
minimal pada perawatan rawat inap sehingga pasien mendapatkan kualitas pelayanan rumah
sakit dan mendapatkan pula kepuasaan pasien.
Sebagai perbandingan kepuasan terhadap jasa pelayanan adalah jasa yang diterima atau yang
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap
pelayanan dipengaruhi oleh mutu. Jika mutu pelayanan yang dirasakan sama atau melebihi
mutu pelayanan yang diharapkan, maka pelanggan akan puas.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Untuk menjamin terlaksananya
pelayanan kesehatan yang bermutu setiap rumah sakit perlu mengembangkan Standar
Pelayanan Medik (SPM).
Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:
1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan kondisi atau keadaan
yang ada di RS tersebut (hospital by laws).
2. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.
3. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter
kepadanya.
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential.

5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga,
dll).
6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
Sedangkan, kewajiban rumah sakit adalah:
1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status pasien.
3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (Duty of
Care).
4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of Care).
5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta jaminan
materi terlebih dahulu.
6. Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.
7. Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang berlaku.
8. Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai.
9. Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga
yang diperlukan.
10. Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana.
11. Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum bilamana dalam
melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum
dari pasien atau keluarganya.
12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut.
13. Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang medik, maupun
non medik.
14. Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI).
Pembahasan
Rumah Sakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an
integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the
population complete health care, both curative and preventive and whose outpatient service
reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training
of health workers and for biosocial research, yang dalam bahasa Indonesianya jika
diterjemahkan secara bebas dapat berarti: suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis,

berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.
Definisi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor
983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa: Rumah
Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar,
spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Sementara itu menurut Siregar
(2003) menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih
dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya
terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik.
Pada hakikatnya definisi rumah sakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya sama,
hanya saja terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, yang diantaranya adalah: luas tidaknya
lingkup spesialistik yang dimiliki, kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang
dibina dirjen yanmed Depkes RI yang secara fisik berada di daerah kabupaten, kota ataupun
di provinsi.
Tugas rumah sakit secara umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan pelaksanaan upaya
rujukan.
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara lengkap, yaitu:
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,

Membantu pendidikan tenaga medis umum dan tenaga medis spesialis,


Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.
Salah satu peran utama rumah sakit adalah memberikan pelayanan medis. Sedangkan salah
satu pasal dalam Kode Etik Kedokteren (KODEKI) menyebutkan bahwa seorang dokter
harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang
tertinggi. Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi adalah yang sesuai dengan perkembangan
IPTEK kedokteran, etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/ jenjang
pelayanan kesehatan, serta kondisi dan situasi setempat. Dengan ditetapkannya UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran
gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien. Karena itu setiap dokter, dokter spesialis, dokter
gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya, dimana dalam rangka pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis.
Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis. Berdasarkan hal tersebut maka audit medis sangatlah
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan medis.
UU RS menjadi landasan hukum terbaru yang memiliki kekuatan koersif dalam mewajibkan
setiap pengelola rumah sakit untuk memberikan pelayanan berkualitas terhadap siapa saja.
Rumah sakit dilarang menolak pasien dengan alasan apapun terutama soal finansial. Tidak
ada klasifikasi kelas di rumah sakit pemerintah (semua harus kelas III) sedangkan untuk
rumah sakit swasta diwajibkan menyediakan 25% ruangannya untuk kelas III.
Dalam islam pun juga diterangkan dimana kita sesama manusia wajib saling tolongmenolong, dan dalam hal ini rumah sakit harus memberikan pelayanan yang berkualitas bagi
siapapun yang membutuhkan tanpa membedakan status sosial. Seperti firman Allah dalam
surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." Ayat ini
sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta
dilarang tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dalam ayat ini Allah Ta'ala
memerintahkan seluruh manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan

takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan
takwa, dan saling memberi semangat terhadap apa yang Allah perintahkan serta beramal
dengannya.
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient
safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu, penerapan patient safety sangat
penting untuk meningkatkan mutu rumah sakit dalam rangka globalisasi. Dalam World
Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32
wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi yang disponsori oleh,
pemerintah Inggris, Belgia, Italia dan Jepang untuk membentuk program patient safety yang
terdiri dari 4 aspek utama yakni :
1. Penetapan norma, standar dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan
pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk
menurunkan resiko.
2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan
standar global, yang menitikberatkan terutama dalam aspek produk yang aman dan praktek
klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman
digunakan serta mengkreasi budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan
dan organisasi pendidikan.
3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karateristik provider
pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan
dan keamanan pasien secara internasional (patient safety internationally).
4. Mendorong penelitian terkait dengan patient safety. Keempat aspek diatas sangat erat
kaitannya dengan globalisasi bidang kesehatan yang menitikberatkan akan "mutu". Dengan
adanya program keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) tersebut, diharapkan
rumah sakit bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan standar yang
tinggi sesuai dengan kondisi rumah sakit sehingga terwujudnya pelayanan medik prima di
rumah sakit. Aspek mutu pelayanan medis dirumah sakit berkaitan erat dengan masalah
medikolegal.
Dalam memberikan pelayanan medis yang berkualitas, para tenaga medis diharapkan dapat :
1. Memberikan pelayanan medik dengan standar yang tinggi
2. Mempunyai sistem dan proses untuk melakukan monitoring dan meningkatkan pelayanan:
a. Konsultasi yang melibatkan pasien
b. Manajemen resiko klinis
c. Audit medis

d. Riset dan efektivitas


e. Pengorganisasian dan manajemen staf medis
f. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing Professional
Development/CPD)
g. Memanfaatkan informasi tentang pengalaman, proses dan outcome
3. Secara efekif melaksanakan clinical governance yaitu:
a. Adanya komitmen untuk mutu
b. Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan pasien secara berkesinambungan
c. Memberikan pelayanan dengan pendekatan yang berfokus pada pasien
d. Mencegah clinical medical error
Upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan melalui clinical governance. Karena secara
sederhana Clinical Governance adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin dan meningkatkan
mutu pelayanan secara sistematis dan efisien dalam organisasi rumah sakit. Karena upaya
peningkatan mutu sangat terkait dengan standar balk input, proses maupun outcome maka
penyusunan indikator mutu klinis yang merupakan standar outcome sangatlah penting.
Dalam memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat, perlu adanya Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang berarti adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah
sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap
maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator atau tolak ukur ukur yang dapat
menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu, yaitu:
a. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan
pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.
c. Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
d. Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai
misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.
e. Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun
penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan
pendapatan rumah sakit.
f. Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka
kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya

kesejahteraan karyawan.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count
days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : BOR = (Jumlah hari
perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : AVLOS = Jumlah lama
dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : BTO = Jumlah
pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiaptiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah

sakit. Rumus : NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) )
X 1000
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar. Rumus : GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)) X 1000
Dalam memberikan pelayanan rawat inap yang mencakup seluruh lapisan masyarakat,
Rumah Sakit menyediakan enam kelas jasa yaitu VIP, Utama I, Utama II, Kelas I, Kelas II,
Kelas III. Yang masing-masing kelas mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, fasilitas yang ditawarkan tiap kelas pada suatu rumah sakit yaitu:
1) Ruang VIP
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien (multi fungsi), tempat tidur penunggu, AC
split, TV, kulkas, sofa, over table, kursi teras, nurse call, almari pakaian, kamar mandi +
kloset duduk, westafel + cermin hias, jemuran handuk kecil, jam dinding. Satu kamar
ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 7m.
2) Ruang Utama
Fasilitas yang tersedia adalah tempat tidur pasien, TV almari pasien, kursi teras, kursi
penunggu, nurse call, kamar mandi, westafel + cermin hias, jam dinding. Satu kamar
ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 4 m. fasilitas untuk utama I dan II sama.
3) Kelas I
Fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur pasien, kamar mandi, kipas angin, meja pasien,
almari pasien, nurse call, kursi penunggu. Satu kamar ditempati oleh dua orang. Ukuran
kamar 4 x 3m.
4) Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar
ditempati 4 orang pasien. Ukuran kamar untuk kelas II adalah 4 x 8 m.
5) Kelas III
Fasilitas yang diberikan yaitu tempat tidur pasien, almari pasien, kursi penunggu, meja
pasien. Satu kamar ditempati oleh 10 pasien. Ukuran kamar 9 x 8 m.
Namun ada beberapa pertimbangan dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan
tarif kamar rawat inap, yaitu:
1. Tarif Pesaing.
Penyesuaian tarif ini merupakan hal paling menentukan dalam penentuan tarif
2. Segmen Pasar

Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-kelas perawatan berdasarkan
segmen pasar yang ada dalam masyarakat
3. Kebijakan subsidi silang
Dengan konsep ini maka tarif untuk masyarakat yang kurang mampu idealnya harus diatas
unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk menutupi kekurangan kelas bawah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa
masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus
diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator
mutu pelayanan rumah sakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, sudahkan kita
mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas
manajemen input, manajemen proses dan output dari proses pelayanan kesehatan secara
mikro maupun makro.
Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa
masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus
diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator
mutu pelayanan rumahsakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, melalui indikatorindikator tersebut kita bisa melihat standar pelayanan medik terhadap pasien di suatu
rumahsakit.
Standar Pelayanan Rumah Sakit dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen
rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat
inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Oleh karena
itu dengan adanya standar pelayanan medik pada rumah sakit ini, maka akan dapat
mengendalikan mutu dari rumah sakit itu sendiri yang pada akhirnya nanti akan memberikan
dampak ke pasien, yang diperlihatkan melalui kepuasaan pasien terhadap pelayanan di suatu
rumah sakit.
Saran

Diharapkan suatu instansi, khususnya rumah sakit ini dalam memperlakukan pasien dengan
sebaik-baiknya dengan tidak memandang status, karena dalam firman Allah dalam surat AlMaidah ayat 2 dikatakan yang artinya Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." Maka, dengan
adanya standar pelayanan medik tersebut diharapkan mutu pelayanan medik dalam melayani
pasien akan meningkat dan memberikan kepuasaan terhadap pasien.
Daftar Pustaka
Jonirasmanto. Mutu Pelayanan
http://pustaka.net/penerapan.metode.activity.based.costing.system.dalam.menentukan.besarny
a.tarif.jasa.rawat.inap.studi.pada.rsud.kabupaten.batang
http://www.artikelindonesia.com/docs/halMutu-Pelayanan-Kesehatan
http://www.docstoc.com/docs/16963644/MUTU-PELAYANAN
http://www.jmpk-online.net/Volume_9/Vol_9_No_04_Des_2006.pdf
http://www.jmpk-online.net/Volume_5/Vol_5_No_02_Des_2002.pdf

Anda mungkin juga menyukai