Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KIMIA AIR, MAKANAN DAN MINUMAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN AMAMI DAN BTM

Oleh :
Ni Made Inki Arianti

(P07134013004)

Ni Luh Gede Mulan Tirtayanti

(P07134013018)

Kadek Dwi Septini

(P07134013035)

Ni Putu Meri Kusumawati

(P07134013043)

Ni Made Ita Purnamadewi

(P07134013048)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014/2015

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


AMAMI DAN BTM
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi
setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan
tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya
terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan
kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pangan sebagai komoditas dagang memerlukan dukungan sistem perdagangan pangan yang
jujur dan bertanggung jawab sehingga tersedia pangan yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat serta turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.Oleh
karena itu perlu dibentuknya undang undang tentang pangan.
UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Bab VII tentang Keamanan Pangan, sanitasi pangan, BTM
KEAMANAN PANGAN
Bagian Kesatu
Umum
hukumonline.com

Pada Undang-Undang no 18 tahun 2012 tentang pangan pada bagian kesatu pasal 67
ayat 1 dan ayat 2 yang berisi tentang keamanan pangan. Pada pasal 68 yang terdiri dari 5
pasal yang beirisi tentang Peraturan Pemerintah atau aturan tentang pengawasan pangan.
Pada pasal 69 tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui:
a. Sanitasi Pangan;
b. pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
c. pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
d. pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
e. penetapan standar Kemasan Pangan;
f. pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
g. jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.
Bagian Kedua
Sanitasi Pangan
Pada Undang-Undang no 18 tahun 2012 tentang pangan pada bagian kedua tentang
sanitasi pangan pada pasal 70 yang berisi 3 ayat dimana sanitasi pangan harus memenuhi
persyaratan standar Keamanan Pangan. Pada pasal 71 yang terdiri dari 3 ayat yang mengatur
tentang Persyaratan Sanitasi dan jaminan Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pada pasal 72 yang terdiri dari 3 ayat yang mengatur
tentang sanksi jaminan Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;

d. ganti rugi; dan/atau


e. pencabutan izin.
Bagian Ketiga
Pengaturan Bahan Tambahan Pangan
Terdiri dari pasal 73 sampai pasal 76 yang berisi tentang pemeriksaan
keamanan bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan sanksi
administrasif apabila ada pelanggaran terhadap peraturan tersebut.
UU No.36 Th 2009 tentang Kesehatan

Bagian ke enam belas pasal 109 -112 tentang Pengamanan Makanan dan
minuman

Permenkes no. 30 th 2013 ttg informasi gula, garam, lemak


BAB II
Bagian Kesatu
Pangan Olahan
(1)

Pasal 3
Setiap Orang yang memproduksi Pangan Olahan yang mengandung Gula, Garam,
dan/atau Lemak untuk diperdagangkan wajib memuat informasi kandungan Gula,
Garam, dan Lemak, serta pesan kesehatan pada Label Pangan
Peraturan Menteri Kesehatan
1168/Menkes/PER/X/1999

RI

No.

772/Menkes/Per/IX/88

No.

Pengertian bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/Menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas
yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini
aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI
(Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily
intake) demi menjaga/melindungi kesehatan konsumen.
Peraturan
Menteri
722/MenKes/Per/IX/88

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan
ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Departemen

Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


722/MenKes/Per/IX/88, terdiri dari golongan BTP yang diizinkan diantaranya:
1. Antioksidan (antioxidant)
2. Antikempal (anticaking agent)
3. Pengatur keasaman (acidity regulator)
4. Pemanis buatan (artificial sweeterner)
5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener)
7. Pengawet (preservative)
8. Pengeras (firming agent)
9. Pewarna (colour)
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavour, flavour enhancer)
11. Sekuestran (sequestrant)
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada beberapa BTP
yang lainnya yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya :
1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk,
lebih larut dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin, baik
tunggal maupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/Menkes/PER/X/1999:
1. Natrium tetraborat (boraks)
2. Formalin (formaldehyd)
3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oil)
4. Kloramfenikol (chlorampenicol)
5. Kalium klorat (pottasium chlorate)
6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC)
7. Nitrofuranzon (nitrofuranzone)
8. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/PER/X/1999,
selain bahan tambahan diatas masi ada tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B
(pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis) dan potasium
bromat (pengeras).
Dalam UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan
Dalam undang undang ini dijelaskan pada BAB II tentang keamanan pangan
yang terdiri dari enam bagian. Bagian pertama terdiri dari pasal 4,5,6,7,8 dan 9 yang
membahas mengenai sanitasi pangan. Bahan tambahan pangan ( BTP ) diatur dalam
bagian kedua Pasal 10, 11 dan 12. Pangan yang diedarkan dilarang menggunakan
bahan apapun sebagai BTP yang dinyatakan terlarang atau melampaui batas maksimal
yang ditetapkan. Pemerintah menetapkan BTP yang dilarang dan atau dapat

digunakan, serta ambang batas maksimalnya (Pasal 10). BTP yang belum diketahui
dampaknya bagi kesehatan manusia wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya,
dan penggunaannya dalam pangan untuk diedarkan dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Pemerintah(Pasal 11).
Bagian ketiga terdiri dari pasal 13, 14 dan 15 tentang rekayasa genetika dan
iradasi pangan. Bagian keempat terdiri dari pasal 16,17,18 dan 19 tentang kemasan
pangan. Bagian kelima terdiri dari pasal 20 yang membahas mengenai jaminan mutu
pangan dan pemeriksaan laboratorium. Bagian keenam terdiri dari pasal 21,22 dan 23
yang membahas tentang pangan tercemar.
PP No.28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan.
Peraturan Pemerintah ini menjelaskan tentang keamanan, mutu dan gizi
pangan. Dalam UU ini dijelaskan ketentuan umum pangan. Penetapan mengenai
keamanan pangan yang meliputi sanitasi, Bahan Tambahan Pangan, pangan produk
rekayasa genetika, Iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu pangan dan
pemeriksaan laboratorium, pangan tercemar. Mutu dan gizi pangan meliputi mutu
pangan, sertifikasi mutu pangan, gizi pangan. Pemasukan dan pengeluaran pangan ke
dalam dan dari wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, peran serta
masyarakat.
Permenkes Nomor 239/Menkes/ Per/V/1985
Menetapkan 30 zat pewarna tertentu yang dinyatakan berbahaya. Zat pewarna
yang dilarang adalah auramine, alkanet, butter yellow, black 7984, burn umber,
chrysbidine, chrysoine S, citrus red no. 2, chocolate brown FB, fast red E, fast yellow
AB, guinea green B, indanthrene blue RS, magenta, metanil yellow, oil orange SS, oil
orange XO, oil yellow AB, oil yellow OB, orange G, orange GGN, orange RN, orchil
and orcein, ponceau 3R, ponceau SX, ponceau 6R, rhodamin B,sudan I, scarlet GN,
violet 6B.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label
dan Iklan Pangan
Pada Peraturan Pemerintah ini menjelaskan tentang pelabelan pada makanan
yang dapat berupa label penambahan bahan tambahan pangan, komposisi ataupun
tanggal kadaluarsa bahan pangan tersebut sehingga bahan pangan ataupun makanan
layak untuk dikonsumsi.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan
Tambahan Pangan (BTP)
Keamanan pangan atau makanan merupakan hal yang sangat penting dalam
suatu industri pangan, bahkan juga untuk industri rumah tangga pangan (IRTP).

Sebagaimana industri kecil pada umumnya. IRTP pun masih terbelit aneka
permasalahan baik yang menyangkut teknis maupun manajerial.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pengawet
Pada peraturan ini pada BAB III mengatur tentang jenis dan batas maksimun
BTP yang diperbolehkan dan BAB IV penggunaan BTP pengawet dan pada BAB V
beisi tentang larangan penggunaan BTP yang berlebihan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/MENKES/PER/V/1985
Pada Peraturan ini diatur tentang penggunaan zat pewarna, tentang pemanis
buatan dan batas penambahan bahan makanan tersebut.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK 00.05.55.6497
Pada Peraturan ini yaitu pada BAB III yang berisi pasal 5 sampai pasal 9 yang
berisi tentang bahan dasar digunakan sesuai tipe pangan dan kondisi penggunaan
tertentu diperiksa keamanannya dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si. 2012. Bahan Tambahan Pangan Edisi II. Jakarta: Bumi
Aksara
Pipimm.2004. UU No 18 th 2012 tentang Pangan ,Keamanan Pangan, sanitasi pangan, BTM.
Online.http://www.pipimm.or.id/admin/file/peraturan/UU%20Nomor

%2018%20Tahun%202012%20Tentang%20Pangan.pdf. Diakses pada 5 Maret


2015.
Pipimm. 2004. PP Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan.
Online. http://www.pipimm.or.id/view.php?view=1&id=2. Diakses pada 5 Maret
2015.
Nasir, Nurlia. 2013. UU yang Berhubungan dengan Bahan Tambahan Makanan. Online.
http://nuwrrlhiyyaa.blogspot.com/2013/11/uud-yang-berhubungan-denganbahan.html. Diakses pada 5 Maret 2015.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013
Tiny.2013.

Peraturan

Pemerintah

Republik

Indonesia

Nomor

69

Tahun

1999.Online.http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/PP_69_tahun_1999.
pdf. Diakses pada 5 Maret 2015.
Firmansya,Erwin.2013.Batas

Maksimun

Penggunaan

BTP

Pengawet.

Online.https://www.academia.edu/5630270/BPOM_No_36_Tahun_2013_Tentang_
Batas_Maksimum_Penggunaan_BTP_Pengawet. Diakses pada 5 Maret 2015.
Rachmadi.2013.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

033

Tahun

2012.Online.http://www.kebumenkab.go.id/index.php/public/article/detail/44.
Diakses pada 5 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai