Anda di halaman 1dari 9

Inovasi teknologi tepat guna dan energi

terbarukan yang ramah lingkungan dan


sustainable sebagai upaya menghadapi
krisis energi.

Judul Esai :
Inovasi Teknologi WEIGH IN MOTION yang murah, efisien, dan
ramah lingkungan sebagai solusi kerusakan jalan di Jawa Tengah
Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi
ESAI NASIONAL
FESTIVAL ILMIAH MAHASISWA 2014
STUDI ILMIAH MAHASISWA UNS
Diusulkan Oleh :
William Yohanes S (M0211075/2011)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
KOTA SURAKARTA
2014

INOVASI TEKNOLOGI WEIGH IN MOTION YANG


MURAH,EFISIEN, SERTA RAMAH LINGKUNGAN SEBAGAI
SOLUSI MASALAH KERUSAKAN JALAN DI JAWA
TENGAH
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi yang penting dalam
pembangunan nasional Indonesia. Provinsi ini menghubungkan wilayah Jawa timur
dan Jawa Barat serta kota-kota penting yang ada di Indonesia seperti bali, madura,
dan lain-lain. Terjadi arus perputaran ekonomi di daerah ini seperti distribusi
pangan, papan dan sandang ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Diperlukan insfrastruktur yang baik untuk membangun pertumbuhan
ekonomi di Indonesia khususnya wilayah Jawa Tengah. Pembangunan Infrastruktur
mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur
adalah katalis pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan
pengaruh pada peningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga
meningkatkan akses produktivitas sumber daya yang pada akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Salah satu infrastruktur yang sangat mempengaruhi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi adalah jalan. Infrastruktur jalan berperan secara langsung
dan secara tidak langsung dalam pembangunan nasional. Secara tidak langsung,
keberadaan infrastruktur jalan akan mendukung produktivitas sektor ekonomi
lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kondisi
sosial-budaya kehidupan masyarakat melalui efek berganda. Sedangkan secara
langsung terkait sektor konstruksi, infratruktur jalan raya juga akan menciptakan
kesempatan kerja dan usaha. oleh karena itu, keberadaan infrastruktur jalan yang
baik akan dapat mendorong terciptanya stabilitas berbagai aspek dalam masyarakat
guna menunjang laju pembangunan nasional.(Sudaryadi, 2007)
Menurut Undang Undang Jalan Raya No. 13/1980 jalan adalah suatu
prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntunkkan bagi lalu
lintas. Jalan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jalan Umum

: jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

b. Jalan Khusus

: jalan-khusus yang tidak boleh dipergunakan umum.

c. Jalan Tol

: jalan umum yang pemakainya diwajibkan membaya

tol. ( Suryadharma, Hendra, dkk)


Berdasarkan data dari Jasa Marga diketahui bahwa panjang jalan di Provinsi
Jawa Tengah adalah 23. 529 km, total panjang jalan nasional adalah 1297 km, jalan
Provinsi 2525 km, jalan kabupaten 19.707 km. Dari data tersebut diperoleh jalan
yang harus diperbaiki masing-masing yaitu jalan nasional 87,8 km, jalan provinsi
1086,4 km, jalan kabupaten 9098 km.

Gambar 1. Jalan tol di daerah Jawa Tengah


Banyaknya jalan yang mengalami kerusakan merupakan penghambat
pertumbuhan suatu wilayah. Lebih dari itu kerusakan jalan juga dapat mengancam
keselamatan berkendaraan dan merupakan faktor utama kecelakaan lalu lintas.
Terbukti berdasarkan data kecelakaan lalu lintas di Indonesia saat lebaran 2013
tahun yang berjumlah 2337 kasus dengan total korban meninggal 518 orang dengan
jumlah itu 80 korban tewas karena kecelakaan di Jawa Tengah.
Kerusakan jalan khususnya di daerah Jawa Tengah disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya muatan kendaraan yang berlebih, kepadatan lalu lintas,
faktor alam seperti tanah longsor dan banjir. Dan seperti kita ketahui faktor utama
yang menyebabkan kerusakan jalan khususnya di daerah Jawa Tengah adalah
muatan kendaraan yang berlebih.
Muatan beban berlebih adalah kondisi dimana beban kendaraan yang
melintasi suatu jalan melebihi kapasitas standar yang telah ditetapkan. Standar

muatan jalan di Jawa Tengah adalah kurang dari 10 ton. Namun realitanya banyak
sekali kendaraan bermuatan 20 ton melintasi jalan di Jawa Tengah sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan jalan.
Untuk mengatasi masalah muatan yang berlebihan, telah banyak cara yang
dilakukan oleh pemerintah daerah setempat bekerja sama dengan pihak kepolisian
serta kementerian pekerjaan umum. Yakni memberikan sanksi denda kepada
pengemudi yang melanggar aturan standar muatan, membuat aturan pengurangan
kerangka pada badan truk, penurunan muatan truk yang berlebih, serta pembuatan
jembatan timbang. namun semua solusi tersebut belum mampu mengatasi masalah
ini dikarenakan sering kali pengemudi muatan serta pihak-pihak yang bertugas
melakukan kecurangan dengan membiarkan muatan berlebih melintas dengan
memberikan pungutan-pungutan liar kepada petugas jalan dan petugas jembatan
timbang. sepeti yang kita ketahui dari berita yang beredar, gubernur Jawa Tengah,
Ganjar Pranowo marah-marah saat menyidak petugas yang tertangkap basah
menerima pungutan liar di jembatan timbang, subah, batang.
Jembatan timbang sendiri merupakan perangkat yang berfungsi untuk
mengawasi dan mencegah pelanggaran batas muatan dan memonitoring terhadap
arus lalu lintas kendaraan serta barang. Jembatan timbang diklasifikasikan menjadi
empat jenis yakni jembatan timbang konvensional, jembatan timbang sumbu,
jembatan timbang portabel, serta jembatan timbang modern. Jembatan timbang
konvensional terdiri dari suatu platform untuk menimbang seluruh kendaraan
beserta muatannya.. Pada umumnya jembatan timbang yang digunakan di daerah
Jawa Tengah adalah jembatan timbang konvensional.
Prinsip kerja jembatan timbang adalah ketika truk masuk pada jembatan
timbang berhenti, sensor load cell yang berada jembatan timbang mendeteksi
tekanan beban dari truk dan muatan yang di konversikan kedalam arus atau
tegangan listrik. Arus atau tegangan listrik yang dihasilkan ini selalu berubah-ubah
mengikuti beban atau tekanan yang timbang. lalu arus dan tegangan ini di kirim ke
analog digital, analog digital memproses perubahan arus dan tegangan sehingga
akan timbul nilai digital hasil penimbangan.

Namun ada masalah baru saat pengoperasian jembatan timbang yakni


kendaraan harus dalam keadaan berhenti saat pengukuran muatan. Hal ini
menimbulkan kemacetan yang sangat panjang sehingga pengemudi kurang sabar
menunggu dan ini merupakan cikala bakal pemberian pungutan liar kepada petugas
operasi.

Gambar 2. Jembatan timbang


Teknologi Fiber Optik sebagai perangkat untuk mendeteksi muatan berlebih
yang telah banyak di buat di kota-kota besar dunia yakni Kentucky, Michigan,
Zurich, Belgia, Prancis, Swedia. Sepengetahuan penulis hanya satu tempat di
Indonesia yang menggunakan teknologi Fiber Optik sebagai alat untuk pendeteksi
muatan berat adalah jembatan Suramadu.

Gambar 3. Teknologi Fiber Optik Weigh-in Motion.


Prinsip kerja teknologi WIM adalah mendeteksi suatu berat kendaraan yang
bergerak pada kecepatan tertentu di atas jalan dengan mengukur beban roda
kendaraan pada saat berjalan. Sehingga permasalahan yang ditimbulkan oleh
teknologi jembatan timbang dapat diatasi. Selain itu, teknologi ini merupakan salah
satu bentuk modernisasi transportasi darat karena dapat juga memonitoring
kendaraan yang melintas.

Untuk pengembangan sensor serat optik untuk keperluan teknologi Weigh


In Motion digunakan sensor serat optik modulasi intensitas karena sensor ini lebih
sederhana dalam pengoperasia , harga yang murah, serta ramah lingkugan. Murah
karena hanya mendeteksi perubahan intensitas dari serat optik, ramah lingkungan
karena saat pembuatan nya tidak memerlukan lahan yang sangat banyak . Sensor
ini dapat mengalami pelemahan daya cahaya pada ujung serat optik sering dikenal
dengan nama rugi-rugi. Rugi-rugi dapat disebabkan oleh gangguan luar dan dalam.
Contoh gangguan luar yang digunakan pada analisis esai ini adalah tekanan dimana
tekanan ini akan menyebabkan penurunan intensitas cahaya yang ditransmisikan
oleh serat optik. Secara skematik ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Fiber sensor sebelum dilakukan tekanan dan setalah dilakukan


tekanan
Analisis penulisan esai ini mengacu pada penelitian sensor serat optik tugas
akhir edi prasetyo mengenai Fiber Sensor Tipe Modulasi Intensitas untuk Aplikasi
Pengukuran Beban Kendaraan Berjalan (Weigh In Motion): Fabrikasi dan Analisis
Sinyal Optik yang juga merupakan teman penulis meneliti di lap optik dan fotonik
fisika FMIPA UNS. Pada penelitian nya sensor serat optik (fiber sensor) dibuat
dalam skala laboratorium.proses penelitian nya adalah sebagai berikut : fiber sensor
dibentuk pola melingkar dengan melilitkan serat optik pada sebuah silinder berulir.
Lalu fiber sensor diuji dengan melewatkan sebuah beban berjalan pada fiber sensor
sehingga serat optik di dalamnya yang awalnya berbentuk lingkaran akan
terdeformasi menjadi bentuk elips. Terdeformasinya serat optik menyebabkan
terjadinya perubahan jari-jari kelengkungan. Perubahan jari-jari kelengkungan serat
optik menyebabkan penurunan intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh serat
optik terjadinya rugi-rugi. Gambar dibawah ini menunjukan fiber sensor ketika

diberi perlakuan beban statis dan diberi beban yang menyebabkan terjadi penurunan
transmitansi cahya dari fiber sensor.

Gambar 5a. Fiber sensor diberi beban diam gambar 5b. Fiber sensor diberi beban
bergerak
Grafik pada gambar 5 menjelaskan bahwa ada perubahan nilai transmitasi
saat fiber sensor di beri beban. Lembah pada grafik 5a menunjukkan kondisi fiber
sensor yang ditekan oleh beban muatan. Grafik 5b menjelaskan saat mobil truck
remote control bergerak di fiber sensor dengan kecepatan yang lambat ada dua
lembah yang ditunjukkan, lembah pertama disebabkan oleh ban depan truck remote
control sedangkan lembah kedua disebabkan oleh ban belakang remote control.
Tugas akhir edi prasetyo menyimpulkan bahwa dapat dibuat sensor fiber
optik dalam skala lapangan. Hal ini menghasilkan banyak manfaat yakni : a. Dapat
dibuat teknologi alternatif jembatan timbang yang diharapkan dapat diterapkan di
Jawa Tengah b. Fiber sensor menghemat waktu dan lebih efisien karena dapat
bekerja saat kendaraan bergerak. c. Fiber sensor tahan terhadap interferensi
gelombang elektromagnetik, memiliki sensivitas tinggi dan tahan terhadap korosi.
d. Biaya pembuatan fiber sensor lebih murah ketimbang pembuatan jembatan
timbang. e. Dari segi bahan pembuatan ramah lingkungan karena tidak
menghabiskan lahan atau tempat saat pembuatan berlangsung
(Prasetyo, Edi : 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, edi. 2014. Fiber Sensor Tipe Modulasi Intensitas untuk Aplikasi
Pengukuran Beban Kendaraan Berjalan (Weigh In Motion): Fabrikasi dan Analisa
Sinyal Optik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sudaryadi. 2007. Dampak Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan Terhadap
Output Sektor Produksi dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa Tengah. Semarang
: Universitas Diponegoro
Suryadharma, Hendra, dkk. Rekayasa Jalan Raya. Yogjakarta : Penerbitan
Universtas Atma Jaya Yogyakarta.

PUSTAKA GAMBAR
http://sumutpos.com/2013/05/58778/jembatan-timbang-sarang-pungli
http://www.tdcsystems.co.uk/solutions/weigh-in-motion/low-speed-weigh-inmotion

BIODATA PENULIS
Nama penulis adalah william yohanes s. Penulis
dilahirkan di Tangerang pada tanggal 10 agustus 1992.
Pendidikan yang telah ditempuh adalah pendidikan dasar
bertempat di SDN Sukatani 1, pendidikan pertama
bertempat di SMPN 12 Tangerang, pendidikan atas di SMAN 4 Tangerang serta
saat ini menempuh studi Fisika FMIPA di Universitas Sebelas Maret. Saat ini
penulis sedang mengambil topik tugas akhir bertema kan WEIGH IN MOTION
dibawah bimbingan Ahmad Marzuki S,Si,. P.hD. dan mengerjakan topik tersebut
di Lab Optik dan Fotonik FMIPA UNS.

Anda mungkin juga menyukai