Bab 1 LP Cedera Kepala
Bab 1 LP Cedera Kepala
Bab 1 LP Cedera Kepala
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMM
ADIYAH SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di
Amerika Serikat kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita meninggal
sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (Fauzi, 2002).
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia di
bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki le
bih banyak dari wanita. Lebih dari
setengah dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya (Smeltzer and Bare, 2002).
neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi
kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan
segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004).
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive Care
Unit) Rumah Sakit Saras Husada Purworejo Jawa Tengah.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala
berat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan dengan
cedera kepala ringan berat.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan cedera kepala berat.
c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan cedera kepala berat.
d. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan cedera kepala berat.
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan cedera kepala berat.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan cedera kepala
berat.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang
ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan
pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan pemeriksaan penunjang.
BAB III :
Laporan kasus terdiri dari : pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa perdarahan intestinal
dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak (Nugroho, 2011).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak
atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala
(Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya subtansia alba, iskemia, dan
pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca,
2008).
Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan
bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam maupun
benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang
disertai atau tanpa pendarahan.
Gambar 1. Gambaran Umum Cedera Kepala
B. Klasifikasi
Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan Mekanisme
a. Trauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan
saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
b. Trauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda
tajam/runcing.
2.
C. Etiologi
Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, cedera olah raga,
kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh pisau atau peluru (Corwin,
2000).
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak
seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan
cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,
iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,
hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi
menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).
ADO
Suplay nutrisi ke otak
Suplay oksigen ke otak
Cedera Kepala
Kerusakan Syaraf Otak
Laserasi
Resiko Infeksi
Kecelakaan
Pukulan
Jatuh dari Ketinggian
Tusukan
Tembakan
Cedera Kepala Ringan
Cedera Kepala Sedang
Cedera Kepala Berat
Asam laktat
Perubahan metabolisme anaerob
hipoxia
Produk atp
Edema jaringan otak
Energi <
Fatigue
Vasodilatasi serebri
Nyeri Akut
Peningkatan TIK
Defisit self care
ADO
Penekanan pembuluh darah & jaringan cerebral
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Penurunan kesadaran
Penumpukan sekret
Pola nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Perubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling sensitive yang dapat dilihat
dengan penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale).
2.
Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan
pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus optikus;
muntah seringkali proyektil.
F. Komplikasi
1.
2.
Kejang
3.
4.
5.
Infeksi
6.
Edema cerebri
7.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan
ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3.
4.
MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan otak
sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5.
X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan,
edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
6.
CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
7.
ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
8.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia
atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga
direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah:
1.
2.
3.
Berikan oksigenasi
4.
5.
6.
Atasi shock
7.
Penatalaksanaan lainnya:
1.
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma.
Pemberian analgetika
4.
Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau
gliserol 10 %.
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apaapa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya
kecelakaan),
2-3
hari
kemudian
diberikana
makanan
lunak.
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8
jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian
protein tergantung nilai urea.
Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:
1.
2.
Oksigenisasi adekuat
3.
Pemberian manitol
4.
Penggunaan steroid
5.
6.
Bedah neuro.
Dukungan ventilasi
2.
Pencegahan kejang
3.
6.
Primary Survey
a. Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan
nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Selama
memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
b. Breathing dan ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat
bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control
1) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh
hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
2) Kontrol Perdarahan
d. Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
2.
Secondary Survey
a. Fokus assessment
b. Head to toe assessment
1.
Pengkajian
Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000). Data tergantung pada tipe, lokasi dan keperahan,
cedera dan mungkin dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala
Tanda
tidak tegang.
b. Sirkulasi
Gejala
c. Integritas Ego
Gejala
Tanda
d. Makanan/cairan
Gejala
Tanda
e. Eliminasi
Gejala
f. Neurosensori
Gejala
: Kehilangan
kesadaran
sementara,
amnesia,
vertigo,
sinkope,
kehilangan
: Sakit kepala.
: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah,
berbunyi)
i. Keamanan
Gejala
Tanda
kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi sosial
Tanda
2.
: Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral, peningkatan TIK
b. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan pusat pernafasan di medula oblongata/cedera
jaringan otak
c. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
d. Trauma, tindakan invasife, immunosupresif, kerusakan jaringan faktor resiko infeksi
e. Defisit self care b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran.
3.
Intervensi Keperawatan
N
DIAGNOSA
O
1.
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan
perfusi
NOC
NIC
jaringan asuhan
bicara
dengan
jelas,
menunjukkan
konsentrasi,
perhatian
dan
orientasi baik
-Fungsi
sensori
motorik
cranial
utuh : kesadaran
membaik
15,
tidak
(GCS
ada
gerakan
2.
involunter)
tidak Setelah dilakukana. Kaji status pernafasan klien
b. Kaji penyebab ketidakefektifan pola
efektif
b.d asuhan
nafas
gangguan/kerusaka keperawatan .c. Beri posisi head up 35-45 derajat
d. Monitor perubahan tingkat kesadaran,
n pusat pernafasan jam
klien
status mental, dan peningkatan TIK
di
medula menunjukan polae. Beri oksigen sesuai anjuran medik
f. Kolaborasi dokter untuk terapi, tindakan
oblongata/cedera
nafas yang efektif
dan pemeriksaan
jaringan otak
dengan KH:
Pola
nafas
-Pernafasan
16-
20x/menit, teratur
-suara nafas bersih
-pernafasan
vesikuler
3.
Asuhan
terkontrol dg KH:
d.
-Klien melaporkan
nyeri berkurang dg
e.
scala nyeri 2-3
f.
-Ekspresi
wajah
g.
tenang
-klien
4.
Trauma,
invasife,
dapat
h.
istirahat dan tidur
i.
-v/s dbn
tindakan Setelah dilakukan
klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi
nyeri..
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Konrol infeksi :
asuhan
f.
Defisit self care b/d Setelah dilakukan
kelemahan
penurunan
kesadaran.
-kebutuhan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Umur
Alamat
Status perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Diagnosa medis
Tanggal masuk RS
Tanggal pengkajian
No RM
: Nn. F
: 14 tahun
: Doplang RT 05/03 Purworejo
: Belum Kawin
: Islam
: SD
: Belum bekerja
: Cedera kepala berat
: 30 Januari 2013 jam 18.00 wib
: 31 Januari 2013 jam 07.00 WIB
: 264623/1071353
2. Penanggung jawab
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan klien
: Tn. A
: 53 tahun
: laki-laki
: swasta
: Doplang RT 05/03 Purworejo
: Ayah
B. Primary survey
Airway :
C. Keluhan utama
Penurunan kesadaran tingkat kesadarn koma
D. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 30 januari 2013 jam 17.00 terjadi kecelakaan sepeda motor, korban dibawa oleh
penolong ke IGD RS Saras Husada. Klien datang dengan kondisi tidak sadarkan diri, terdapat
luka lecet dibawah lutut kanan, hematom 12 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri, terdapat
bula dikaki kanan. Tekanan darah : 90/60, Nadi : 60x/i, RR : 22 x/i, S : 36,4 C. Dari IGD klien
dipindahkan ke ruang ICU jam 19.00 guna mendapatkan perawatan intensive.
E. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan bahwa baru kali ini klien masuk rumah sakit dan klien tidak pernah
menderita penyakit seperti DM, Hipertensi dan TBC yang mengharuskan klien dirawat di rumah
sakit, dan hanya menderita penyakit seperti pilek, demam dan setelah minum obat biasanya
langsung sembuh.
F. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular atau
penyakit generative seperti diabetes, Tb atau sebagainya.
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : jelek
BB/TB
: 42 Kg / 150 cm
Kesadaran
: Coma
Tanda Tanda Vital :
Tekanan darah : 123/69 mmHg
Nadi
: 132x/m
Suhu
: 37,20C
Pernafasan : 28x/m
1. Kepala
Kepala klien normocephalic, rambut klien panjang lurus, rambut kotor terdapat darah yang
mengering pada rambut, penyebaran rambut merata.
2. Muka
Wajah tanpak simetris, warna kulit tidak pucat, terdapat hematom pada dahi kanan 12 cm
3. Mata
Mata simetris, Konjungtiva anemis, Sklera anikterik, edema pada palpebrae, pupil anisokor,
reaksi pupl terhadap cahaya menurun.
4. Telinga
Posisi daun telinga simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen, tidak ada pengeluaran darah
maupun cairan.
5. Hidung dan sinus
Lubang hidung simetris, septum hidung tepat di tengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat pengeluaran cairan atau darah dari hidung, oksigen terpasang 3 lpm dengan nasal
kanul, terpasang NGT
6. Mulut dan tenggorokan
Bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda, tidak kering, terdapat luka pada
bibir bagian bawah, tidak sianosis, tidak ada kelainan congenital, terdapar sekret pada
tenggorokan dan mulut, terpasang mayo, tidak terdapat lidah jatuh, mulut klien berbau tidak
sedap, suara nafas gargling
7. Leher
Tidak terdapat jejas di leher, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Thorak
Inspeksi thoraks
Thoraks simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas (retraksi dada), pergerakan dinding
dada sama, pernafasan 28 x/menit, warna kulit merata.
Palpasi
Gerakan paru saat inspirasi dan ekspirasi sama, tidak terdapat massa, tidak terdapat fraktur
thorak.
Perkusi thoraks
Perkusi paru resonan.
Auskultasi thoraks
Tidak terdapat suara tambahan di paru-paru
9. Jantung
Heart rate 132x/menit, perkusi jantung pekak
10. Payudara
Payudara simetrs, letak puting susu tepat di tengah areola, tidak terdapat benjolan di sekitar
payudara.
11. Abdomen
Bentuk abdomen datar, warna kulit normal, kulit tubuh tampak kotor, kulit elastis, tidak terdapat
lesi ataupun nodul masa, tidak terdapat striae maupun spider nevy, bising usus 10x /menit,
perkusi timpani.
12. Genetalia dan perineal
Klien terpasang kateter ukuran 16, urine berwarna kuning jernih, terdapat penyebaran sedikit
rambut di mons pubis, tidak terdapat luka, labia minora dan mayora simetris, tidak berbau dan
tidak mengeluarkan cairan yang abnormal, terdapat anus.
13. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus ukuran 22 di tangan kanan, tangan kiri deformitas
Ekstemitas bawah : terdapat VE pada lutut kiri, dan bula di kaki kanan, tidak terdapat edema.
H. Pengkajian pola sistem
1. Pola persepsi dan managemen terhadap kesehatan
Klien saat ini mengalami koma, klien terbaring lemah dan gelisah. Keluarga klien mengatakan
saat ini yang paling penting anaknya dapat segera sadar, sehat dan dapat kembali kerumah
berkumpul dengan kluarga.
2. Pola nutrisi dan metabolic (diit dan pemasukan makanan)
Makanan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
J.
Keluarga Klien mengatakan saat dirumah klien biasa makan 3x/hari dengan lauk pauk dan
sayuran, minum 5-6 gelas sehari. Setelah dirumah dan semenjak tidak sadarkan diri klien
dipuasakan sampai tidak terdapat ulcer, terpasang infus RL 20 tts/menit.
Pola eliminasi
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa BAB 1x/hari pagi hari. Dan Saat
sakit klien belum pernah BAB, cateter terpasang dengan urin keluar 300 cc per 12 jam.
Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien banyak menghabiskan waktunya di luar
rumah untuk bermain dengan teman-temanya. Klien dapat memenuhi kebutuhanya sehari-hari
tanpa dibantu keluarga. Saat sakit klien dengan tidak sadarkan diri hanya berbaring di tempat
tidur dengan kondisi lemah, semua kebutuhan sehari-harinya di bantu oleh perawat dan keluarga.
Pola istirahat : tidur
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa tidur jika sudah larut malam klien
sering bergadang dengan teman-temannya sebelum tidur. Klien biasa tidur pukul 23.00-07.00,
tidur siang kadang-kadang. Saat ini klien dalam keadaan tidak sadar
Pola kognitif dan persepsi
Keluarga klien mengatakan klien tertutup, klien lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah.
Klien saat ini tidak sadarkan diri dalam kondisi gelisah.
Pola persepsi diri dan konsep diri
Keluarga klien mengatakan saat ini anaknya tidak sadarkan diri, terdapat bengkak pada dahi
sebelah kanan, pada kaki sebelah kanan terdapat bula dan yang dipikirkan saat ini yaitu
kesembuhan anaknya agar anaknya bisa pulang kerumah berkumpul dengan keluarga.
Pola peran hubungan
Keluarga klien mengatakan saat ini klien dapat berhubungan baik dengan lingkungan, baik
kepada keluarga, tetangga, dan teman-temannya. Saat klien dirawat dirumah sakit pun keluarga,
tetangga, dan teman-temannya menjenguk klien.
Pola seksual dan reproduksi
Keluarga klien mengatakan klien belum menikah, sudah menstruasi saat berumur 13 tahun.
Pola koping dan toleransi terhadap stress
Keluarga klien mengatakan semenjak ibunya klien meninggal klien lebih tertutup dan cenderung
menghabiskan waktu di luar rumah
Pola nilai kepercayaan
Keluarga klien mengatakan agama yang dianut keluarga dan klien adalah islam. aktifitas ibadah
klien terganggu karna klien tidak sadarkan diri.
DATA PENUNJANG
Laboratorium 30 januari 2013
Pemeriksaan
Hasil
Glukosa sewaktu
166
Urea
32
Kreatinin
1,00
SGOT
23
SGPT
12
K
41
Na
140
Cl
93
Satuan
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/L
u/L
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Nilai normal
70-140
10-50
0,5-1,2
0-31
0-32
3,4-5,4
135-155
95-108
HbsAg
WBC
RBC
HGB
HCT
Negatif
14,59
3,99
10,3
32,6
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan
Warna
Kejernihan
Berat jernih
PH
Protein
Sedimen
Sell epitel
Leukosit
Eritrosit
[10^3/uL]
[10^6/uL]
[g/dL]
[%]
Hasil
Kuning
Keruh
1025
6
+1
+
2-4
10-15
4,8-10,8
4,2-5,4
12-16
37-47
Normal
Kuning muda-kuning
Jernih
1015-1030
4,0-78
Negatif
Negatif
+1
0-5/LPB
0-2/LPB
GCS : Eye 1
Verbal 1
Motorik 2
Unisokor
RP (+ / + )
Oksigen : 3 ml (nasal kanul)
Terapy obat
Nama obat
Cefotaxim
Piracetam
Ranitidin
Keterolac
Phenytoin
Golongan
antibiotic
golongan
sefalosporin
nootropic
agents
Antasid
Analgesik
Natrium
Fenitoin
Indikasi
Infeksi-infeksi
yang
disebabkan
Dosis
oleh 2x1 gr
Kalnex
tranexamic
acid
Manitol
RL
edema otak.
Mengembalikan keseimbangan elektrolit 20 tts/i
pad dehidrasi
K. Analisa Data
Analisa data
DS : DO : Ku:jelek, kesadaran: coma,
GCS: E1V1M2, terpasang O2
dengan
nasal
kanul=3L,
Pernafasan: 28x/m, terdapat secret
ditenggorokan dan mulut, suara
nafas gargling, terpasang mayo,
klien tampak gelisah
DS : DO : Ku : jelek, kesadaran : coma,
GCS : E1V1M2, terpasang O2
dengan nasal kanul=3 L, NGT,
Pernafasan : 28x/m, terdapat secret
ditengorokan, terpasang mayo,
suara nafas gargling..
Etiologi
Adanya penumpukan
sekresi di tenggorokan
dan mulut
Kerusakan
pernafasan
oblongata,
cidera otak.
Masalah
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
pola Ketidak
dimedula nafas
cedera
efektifan
pola
Edema
serebral, Ketidak efektifan perfusi
peningkatan
TIK, jaringan cerebral
penurunan
O2
ke
serebral
2.
3.
Defisit
self
care
b/d
kelemahan fisik, penurunan
3 x 24 jam klien dan a.
Monitor kemampuan
kesadaran.
keluarga dapat merawat pasien terhadap perawatan diri
diri : dengan kriteria :
yang mandiri
kebutuhan
akan
aktivitas
sehari-
Pertahankan
aktivitas
untuk
secara
mandiri
melakukan
tapi
beri
Jam
efektifan 08.00
08.15
jaringan
08.45
13.00
14.00
15.00
15.30
16.00
17.00
18.00
19.00
19.30
20.00
20.05
21.00
22.00
23.00
24.00
24.05
01.00
02.00
03.00
04.00
04.05
05.00
05.30
Implementasi
1. Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji,
observasi,
evaluasi
tanda-tanda
penurunan perfusi serebral
3. Memonitor oksigen sesuai
instruksi dokter
4. Mengkaji KU dan VS
5. Mengatur posisi tidur yang
nyaman bagi klien
6. Mengkaji KU dan VS
7. Mengkaji KU dan VS
8. Mengkaji KU dan VS
1.
9.
Melakukan Kolaborasi
pemberian
obat-obatan2.
(injeksi iv Piracetam 1 gr,
injeksi iv Kalnex 500 mg,3.
injeksi ivPheenytoin 1 amp)
10. Mengkaji KU dan VS.
4.
11. Mengkaji KU dan VS
12. Mengkaji KU dan VS
5.
13. Mengkaji tingkat kesadaran,6.
dan Memonitor tanda-tanda
TIK
14. Mengkaji KU dan VS
15. Mengkaji KU dan VS
16. Mengkaji KU dan VS
17. Mengkaji KU dan VS
18. Mempertahankan pemberian
O2 dengan menambahkan
cairan humidifier
19. Mengkaji KU dan VS
20.
Melakukan
Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
(kalnex 3 x 500 mg dan
piracetam 3x1 gr)
21. Mengkaji KU dan VS
22. Mengkaji KU dan VS
23. Mengkaji KU dan VS
24. Mengkaji KU dan VS
25.
Melakukan
Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
(Phenitoin 2x1amp)
26. Mengkaji KU dan VS
27. Mengkaji KU dan VS
28. Mengkaji KU dan VS
29. Mengkaji KU dan VS
30.
Melakukan
kolaborasi
pemberian
obat-obatan
Evaluasi
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M2, klien
20 tpm, terpasa
nasal kanul, t
klien
tampa
anisokor.
A : Masalah ke
jaringan cerebr
P : Intervensi d
Kaji, observ
tanda penuruna
Pertahankan
sesuai instruks
Posisikan pasi
dari badan
Monitor Vita
kesadaran
Monitor tandaKolaborasi pem
06.00
07.00
31-1-2013
(Piracetam
3x1gr
dan
Kalnex 3x500gr)
31. Mengkaji KU dan VS
32. Mengkaji tingkat kesadaran,
dan Memonitor tanda-tanda
TIK
33. Mengkaji KU dan VS
34. Mengkaji KU dan VS
1. Mengkaji KU dan VS
2. Mengkaji status pernafasan
klien
3. Mengkaji penyebab
ketidakefektifan pola nafas
4. Melakukan pemasangan
mayo
5. Melakukan suction
6. Memonitor oksigen sesuai
instruksi dokter
7. Mengkaji KU dan VS
8. Mengatur posisi tidur yang
nyaman bagi klien
1.
9. Mengkaji KU dan VS
2.
10. Mengkaji KU dan VS
3.
11. Mengkaji KU dan VS
12. Mengkaji KU dan VS.
13. Mengkaji tingkat kesadaran, 4.
dan Memonitor tanda-tanda 5.
TIK
14. Mengkaji KU dan VS
15. Mengkaji KU dan VS
16. Mengkaji KU dan VS
17. Mengkaji KU dan VS
18. Mengkaji KU dan VS
19. Mempertahankan posisi
head up 35-45 derajat
20. Mengkaji KU dan VS
21. Mempertahankan pemberian
O2 dengan menambahkan
cairan humidifier
22. Mengkaji KU dan VS
23. Mengkaji KU dan VS
24. Mengkaji KU dan VS
25. Mengkaji KU dan VS
26. Mengkaji KU dan VS
27. Mengkaji KU dan VS
28. Mengkaji KU dan VS
29. Mengkaji KU dan VS
30. Mengkaji KU dan VS
31. Mengkaji KU dan VS
32. Mengkaji tingkat kesadaran,
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M2, kli
terpasang O2
kanul, NGT,
mayo, klien ta
anisokor, sekre
berkurang
A : Masalah
nafas belum ter
P : Intervensi d
Kaji status per
Beri posisi hea
Monitor
kesadaran, s
peningkatan TI
Pertahankan pe
Melakukan suc
31-1-13
08.15
13.00
14.00
kelemahan fisik
15.00
16.10
20.00
21.00
05.00
1-2-13
Ketidak
perfusi
efektifan 08.00
08.15
jaringan
08.45
13.00
13.25 10.
11.
14.00
15.00
16.00 12.
17.00 13.
18.00 14.
19.00 15.
20.00 16.
20.05 17.
Membantu
klien
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M2, ram
kotornya, tida
darah dirambu
sedap berkuran
bersih, mandi
(+), DC (+), OH
A : Masalah de
sebagian
P : Intervensi d
Bantu pemenu
Libatkan
pemenuhan adl
memandikan
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji,
observasi,
evaluasi
tanda-tanda
penurunan perfusi serebral
Memonitor oksigen sesuai
instruksi dokter
Mengkaji KU dan VS
Mengatur posisi tidur yang
nyaman bagi klien
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
1.
Melakukan Kolaborasi
pemberian
obat-obatan2.
(Piracetam 3 x 1 gr,
phenytoin 2 x 1 amp, kalnex3.
3x500mg, manitol 4x125ml)
Mengkaji KU dan VS.
4.
Mengkaji tingkat kesadaran,
dan Memonitor tanda-tanda5.
TIK
6.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M3, kli
terpasang O2
kanul, NGT,
gelisah, pupil a
A : Masalah ke
jaringan cerebr
teratasi
P : Intervensi d
Kaji, observ
tanda penuruna
Pertahankan
sesuai instruks
Pertahankan
lebih tinggi dar
Monitor Vita
kesadaran
Monitor tandaKolaborasi pem
21.00
22.00
23.00
24.00
24.05
01.00
02.00
03.00
04.00
04.05 25.
26.
27.
28.
05.00 29.
05.30
06.00
07.00
30.
31.
1-2-2013
pernafasan
dimedula
oblongata,
32.
33.
08.00 1.
08.15 2.
08.45
3.
08.45
4.
09.00
09.30 5.
6.
10.00
11.00 7.
12.00 8.
13.00 9.
13.25 10.
11.
14.00
15.00
16.00 12.
17.00 13.
18.00 14.
18.15 15.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Melakukan Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
(Piracetam 3 x 1 gr,
phenytoin 2 x 1 amp, kalnex
3x500mg, manitol 4x125ml)
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji tingkat kesadaran,
dan memonitor tanda-tanda
TIK
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji status pernafasan
klien
Memberi posisi head up 3545 derajat
Memonitor oksigen sesuai
instruksi dokter
Mengkaji KU dan VS
Mengatur posisi tidur yang
nyaman bagi klien
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
1.
Mengkaji KU dan VS
2.
Mengkaji KU dan VS.
3.
Mengkaji tingkat kesadaran,
dan Memonitor tanda-tanda
TIK
4.
Mengkaji KU dan VS
5.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M3, kli
terpasang O2
kanul, NGT,
gelisah, pupil
mayo, suara na
A : Masalah
nafas belum ter
P : Intervensi d
Kaji status per
Beri posisi hea
Monitor
kesadaran, s
peningkatan TI
Pertahankan pe
Melakukan suc
1-2-13
19.00
20.00
21.00
21.30
16.
17.
18.
19.
20.
22.00 21.
23.00
24.00 22.
01.00 23.
02.00 24.
03.00 25.
04.00 26.
04.30 27.
28.
29.
05.00
06.00
07.00 30.
07.15 31.
32.
33.
Mengkaji KU dan VS
Melakukan suction
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mempertahankan posisi
head up 35 sampai 45 derajat
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mempertahankan pemberian
o2 dengan menambahkan
cairan di humidifier
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji tingkat kesadaran,
dan Memonitor tanda-tanda
TIK
08.00
Membantu
dalam
pemenuhan ADL klien
Membantu oral hygiene
klien
Membantu mengubah posisi
klien
Membantu BAB dan BAK
klien
Membantu memandikan
klien
Membantu membuang
balance cairan (urine)
Membantu mengubah posisi
1.
klien
2.
Membantu memandikan
klien
08.15
09.00
13.00
15.00
20.00
21.00
05.00
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M3, ram
lebih bersih, b
berkurang, k
bersih, NGT (+
urine (+), DC (
A : Masalah de
sebagian
P : Intervensi d
Bantu pemenu
Libatkan
pemenuhan adl
2-2-13
Ketidak
perfusi
efektifan 08.00
08.15
08.45
13.00
13.25
10.
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
20.05
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
21.00
21.15
22.00 19.
23.00 20.
24.00
24.05 21.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji,
observasi,
evaluasi
tanda-tanda
penurunan perfusi serebral
Memonitor oksigen sesuai
instruksi dokter
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Melakukan Kolaborasi1.
pemberian
obat-obatan
(Piracetam 3 x 1 gr,2.
phenytoin 2 x 1 amp, kalnex
3x500mg, manitol 4x125ml)3.
Mengkaji KU dan VS.
Mengkaji tingkat kesadaran,4.
dan Memonitor tanda-tanda
TIK
5.
Mengkaji KU dan VS
6.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Melakukan Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
(Piracetam 3 x 1 gr,
phenytoin 2 x 1 amp, kalnex
3x500mg, manitol 4x125ml)
Mengkaji KU dan VS
Mengatur posisi tidur yang
nyaman bagi klien
Mengkaji KU dan VS
Subjektif : Objektif :
Ku : jelek, kes
E1V1M3, klien
20 tpm, terpasa
nasal kanul, NG
gelisah, pupil a
A : Masalah ke
jaringan cerebr
P : Intervensi d
Kaji, observ
tanda penuruna
Pertahankan
sesuai instruks
Pertahankan
lebih tinggi dar
Monitor Vita
kesadaran
Monitor tandaKolaborasi pem
02-2-2013
pernafasan
dimedula
oblongata,
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M3, kli
terpasang O23
kanul, NGT,
gelisah, pupil
vesikuler, terpa
A : Masalah
nafas belum ter
P : Intervensi D
Kaji status per
Beri posisi hea
Monitor
kesadaran, s
peningkatan TI
Pertahankan pe
02.00
03.00
04.00
05.00
05.30
02-02-2013
JAYA
Home
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mengkaji KU dan VS
Mempertahankan pemberian
06.00
o2 dengan menambahkan
07.00
cairan di humidifier
30. Mengkaji KU dan VS
31. Mengkaji KU dan VS
Defisit self care b/d 08.15
Membantu oral hygiene
11.00
klien
Penurunan kesadaran,
Membantu mengubah posisi
kelemahan fisik
13.00
klien
15.00
Membantu BAB dan BAK
14.00
klien
20.00
Membantu memandikan
klien
21.00
Memberikan diit entrasol
per ngt
05.00
Membantu membuang
balance cairan (urine)
Membantu mengubah posisi
klien
Membantu memandikan
klien
S:
O:
Ku : jelek, kes
E1V1M3, ram
kotornya, bau
berkurang, di
mandi (+), OH
(+)
A : Masalah de
sebagian
P : Intervensi d
1. bantu adl kli
2.
libatkan
pemenuhan adl
Asuhan keperawatan
Otomotif
Motor
Mobil
A.
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cidera Kepala Berat (CKB) Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya
kontinuitas
otak
(Tarwoto,
2007:
125).
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma
kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan
alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah
cedera kepala. Di Indonesia, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan
dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting
pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat. Berbagai derajat gejala
termasuk kehilangan kesadaran sementara atau permanen, mual, muntah, sakit
kepala, pusing, dan hilang ingatan mungkin tampak terkait dengan keparahan
cedera kepala. Tanda dan gejala cedera kepala mungki terjadi langsung atau
berkembang perlahan setelah beberapa jam hingga hari. Bahkan jika cedera
tidak serius ditemukan, pengamatan hati-hati oleh seorang dewasa yang
bertanggung jawab, baik di rumah atau rumah sakit harus dilakukan dalam 2448jam pertama setelah cedera. (Http://www.cederakepala.com/2011)
Pengobatan disesuaikan, tergantung keparahan dan jangkauan cedera.
Pengobatan berkisar mulai observasi tanda memburuk seperti rasa kantuk,
meningkatnya sakit kepala atau pusing (cedera kepala minor) untuk mengambil
gumpalan darah pada otak untuk meringankan tekanan pada otak (disebabkan
oleh gumpalan darah) atau pemasukan monitor tekanan otak (cedera kepala
akut).
(Tarwoto,
2007)
B.
1.
Tujuan
Tujuan
Umum
Setelah dilakukan seminar tentang Cedera Kepala Berat (CKB)
diharapkan mahasiswa mampu memahami secara kognitif, motorik dan afektif
serta dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat dan komprehensif
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan memperpendek
masa
perawatan
klien
di
rumah
sakit.
2.
Tujuan
Khusus
Setelah
dilakukan
seminar
diharapkan:
a.
Mahasiswa
mampu
memahami
tentang
definisi
CKB
b.
Mahasiswa
mampu
memahami
tentang
etiologi
CKB
c.
Mahasiswa mampu memahami tentang klasifikasi dari CKB
d.
Mahasiswa mampu memahami tentang manifestasi klinik
CKB
e.
Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi
dari CKB
f.
Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan
CKB
g. Mahasiswa mampu memahani tentang asuhan keperawatan dari CKB yang
meliputi pengkajian, Analisa data dan Diagnosa Keperawatan, Intervensi
keperawatan, Implementasi Keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB
TINJAUAN
A.
II
TEORI
Definisi
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya
trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder
dari
trauma
yang
terjadi.
(Sylvia
&
Price,
2006).
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma fungsi yang disertai
perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti continuitas otak
(Sjamsuhidajat, 2002). Resiko utama yang terjadi pada pasien cedera kepala
adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai
respon
terhadap
cedera
dan
menyebabkan
peningkatan
TIK.
Cedera kepala adalah pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan
atau
tanpa
kehilangan
kesadaran
(Tucker,
2002
).
Cedera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak, commusio
(gegar) serebri, contusio (memar) serebri, laserasi dan perdarahan serebral yaitu
2.
3.
4.
c.
diklasifikasikan
berdasarkan:
kepala
dan
tulang
tengkorak
Cidera
kepala
terbuka
Cidera
kepala
tertutup
pada
jaringan
otak
(secara
anatomis)
Commusio
serebri
(gegar
otak)
b.
Edema
serebri
c.
Contusio
serebri
(memar
otak)
d.
Laserasi
1)
Hematoma
epidural
2)
Hematoma
subdural
3)
Perdarahan
sub
arakhnoid
(Ergan,
2001:642)
Adanya
penetrasi
durameter
(secara
mekanisme)
a.
Cidera
tumpul
1)
Kecepatan
tinggi
(tabrakan
otomobil)
2)
Kecepatan
rendah
(terjatuh,
dipukul)
b.
Cidera
tembus
c.
Luka
tembus
peluru
dan
cidera
tembus
lainnya
Keadaan
a.
b.
Cidera
a.
kepala
kulit
Tingkat
keparahan
cidera
a.
Cidera
Kepala
Ringan
b.
Cidera
Kepala
Sedang
Cidera Kepala Berat (CKB) GCS 3-8
GCS
(Glasgow
Membuka
mata
Spontan
Dipanggil/diperintah
Tekanan
pada
jari/rangsang
Tidak
berespon
(berdasarkan
(CKR)
GCS
(CKS)
GCS
Coma
Scale)
(E)
:4
:3
nyeri
Respon
Verbal
Orientasi
baik:
dapat
bercakap-cakap
Bingung,
dapat
bercakap
tapi
disorientasi
Kata
yang
diucapkan
tidak
tepat,
kacau
Tidak
dapat
dimengerti,
mengerang
Tidak
bersuara
dengan
rangsang
nyeri
Respon
Mematuhi
perintah
Menunjuk
lokasi
nyeri
Reaksi
fleksi
GCS)
13-15
9-12
:2
:
:
:
:
:
:
(V)
5
4
3
2
1
Motorik
:
6
:
5
:
4
Fleksi
abnormal
thdp
Ekstensi
abnormal
Tidak
ada
respon,
nyeri
(postur
dekortikasi)
flacid
:
:
:
3
2
1
5.
Berdasarkan
morfologi
a.
Fraktur
tengkorak
1)
Kranium: linear/ stelatum, depresi/ non depresi, terbuka/ tertutup.
2) Basis: dengan/ tanpa kebocoran cairan cerebrospinal, dengan/ tanpa
kelumpuhan
nervus
VIII
b.
1)
2)
Foxal:
Difus: konkusi
Lesi
intra
epidural,
subdural,
ringan/ klasik, cidera
cranial
intraserebral
aksonal difus.
B.
Etiologi
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan
lalu
lintas
(
Mansjoer,
2000:3).
Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh,
dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau
pisau (Corkrin, 2001:175).
C.
Patofisiologi
Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit kepala,
tulang
kepala,
jaringan
otak,
baik
terpisah
maupun
seluruhnya.
Cidera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak, luka terbuka
dari tengkotak, disertai kerusakan otak, cidera pada otak, bisa berasal dari
trauma
langsung
maupun
tidak
langsung
pada
kepala.
Trauma tak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang
merobek
terkena
pada
kepala
akibat
menarik
leher.
Trauma langsung bila kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya
akselerasi, deselerasi, dan pembentukan rongga, dilepaskannya gas merusak
jaringan
syaraf.
Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya. Kerusakan itu
bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi, goresan, atau
tekanan.
Cidera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar pada permukaan
otak, laserasi substansia alba, cidera robekan, atau hemmorarghi.
Sebagai akibat, cidera skunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto regulasi
serebral dikurangi atau tidak ada pada area cidera, konsekuensinya meliputi
hiperemia (peningkatan volume darah, peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, tekanan intra cranial) (Huddak & Gallo, 2000:226).
Pengaruh umum cidera kepala juga bisa menyebabkan kram, adanya
penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan pada batang otak. rauma pada kepala menyebabkan
koma
2)
Gerakan bertujuan tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
3)
Pupil
isokhor
anisokhor
b.
Hematoma
subdural
1) Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid, biasanya
karena
aselerasi,
deselerasi,
pada
lansia,
alkoholik.
2)
Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan
epidura
3)
Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan
berbulan-bulan
4)
Gejala
biasanya
24-48
jam
post
trauma
(akut)
5)
Perluasan
massa
lesi
6)
Peningkatan
TIK
7)
Sakit
kepala,
lethargi,
kacau
mental,
kejang
8)
Disfasia
c.
Perdarahan
sub
arachnoid
1)
Nyeri
kepala
hebat
2) Kaku kuduk
Berdasarkan
1.
nilai
Cidera
b.
c.
d.
2.
GCS
(Glasgow
Coma
Scale)
kepala
Ringan
(CKR)
a.
GCS
13-15
Kehilangan
kesadaran/amnesia
<30
menit
Tidak
ada
fraktur
tengkorak
Tidak
ada
kontusio
celebral,
hematoma
Sedang
(CKS)
a.
GCS
9-12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari
24
jam
c.
Dapat
mengalami
fraktur
tengkorak
3.
Cidera
Kepala
Berat
(CKB)
a.
GCS
3-8
b.
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c.
Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma intracranial
(Hudak dan Gallo, 2001:226)
E.
Cidera
Kepala
Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial,
edema
serebral
progresif,
dan
herniasi
otak.
a.
Edema
serebral
dan
herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada
pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira
kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak
untuk membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak
diakibatkan
trauma.
Sebagai akibat dari edema dan peningkatan TIK, tekanan disebarkan pada
jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku. Bergantung pada tempat
pembengkakan, perubahan posisi kebawah atau lateral otak (herniasi) melalui
atau terhadap struktur kaku yang terjadi menimbulkan iskemia, infark, dan
kerusakan
otak
irreversible,
kematian.
b.
Defisit
neurologik
dan
psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit
neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.
Pasien mengalami sisa penurunan psikologis organic (melawan, emosi labil) tidak
punya
malu,
emosi
agresif
dan
konsekuensi
gangguan.
c. Kebocoran cairan cerebrospinal,
dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2 6 %
pasien dengan cidera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan
elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien. Drainase lumbai dapat
mempercepat proses ini. Walaupun pasien ini memiliki resiko meningitis yang
meningkat (biasanya pneumolok), pemberian antibiotik profilaksis masih
kontoversial. Otorea atau rinorea cairan cerebrospinal yang menentap atau
meningitis
berulang
merupakan
indikasi
untuk
operasi
reparatif.
d. Fistel Karotis-Kavernosus,
ditandai oleh trias gejala: eksolftalmos, kemosisi dan bruit orbital dapat
timbul segera atau beberapa hari setelah cidera. Anglografi diperlukan untuk
konformasi diagnosis dan terapi dengan oklusi balon endovaskular merupakan
cara yang paling efektif dan dapat mencegah hilangnya penglihatan yang
permanen.
e. Diabetes Incipidus,
dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan deplesi
volum. Vasopresin arginin (pitressin) 5 10 unit intravena, intramuscular, atau
subkutan setiap 4 6 jam atau desmopressin asetat subkutan atau intravena 2
4 mg setiap 12 jam, diberikan untuk mempertahankan pengeluaran urin kurang
dari 200 ml/jam, dan volume diganti dengan cairan hipotonis (0,25 5 atau 0,45 %
salin)
tergantung
pada
berat
ringannya
hipernatremia.
f. Kejang Pascatrauma,
dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau
lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predesposisi untuk
kejang lanjut. Kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang
lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulsan. Insidens
keseluruhan epilepsi pascatrauma lanjut (berulang, tanpa provokasi) setelah
cidera kepala tertutup adalah 5 %; resiko mendekati 20 % pada pasien dengan
perdarahan
intrakranial
ayau
fraktur
depresi.
g.
Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.
h.
Meningitis
Ventrikulitis
i.
Infeksi
saluran
kemih
j.
Perdarahan
gastrointestinal
k.
Sepsis
asam
negatif
l.
Kebocoran
CSS
Komplikasi
lain
secara
traumatik:
1.
Infeksi
sitemik
(pneumonia,
ISK,
sepsis)
2. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses
otak)
3.
Osifikasi
heterotropik
(nyeri
tulang
pada
sendi
sendi)
Komplikasi
lain:
1.
Peningkatan
TIK
2.
Hemorarghi
3.
Kegagalan
nafas
4.
Diseksi
ekstrakranial
Komplikasi
menurut
F.
Penatalaksanaan
CKB
(Cidera
Kepala
Berat)
1.
Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Menjamin kelancaran jalan nafas dan control vertebra cervicalis
b.
Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret
c.
Mempertahankan
sirkulasi
stabil
d.
Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
e. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi
hiperhidrasi
f.
Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus
g.
Mengelola
pemberian
obat
sesuai
program
2.
Penatalaksanaan
Medis
a.
Oksigenasi
dan
IVFD
b.
Terapi untuk mengurangi edema serebri (anti edema)
Dexamethasone 10 mg untuk dosis awal, selanjutnya:
1)
5
mg/6
jam
untuk
hari
I
dan
II
2)
5
mg/8
jam
untuk
hari
III
3)
5
mg/12
jam
untuk
hari
IV
4)
5
mg/24
jam
untuk
hari
V
c.
Terapi
neurotropik:
citicoline,
piroxicam
d.
Terapi
anti
perdarahan
bila
perlu
e.
Terapi
antibiotik
untuk
profilaksis
f.
Terapi
antipeuretik
bila
demam
g.
Terapi
anti
konvulsi
bila
klien
kejang
h.
Terapi diazepam 5-10 mg atau CPZ bila klien gelisah
i.
Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
X
Ray
tengkorak
Untuk
mengetahui
adanya
fraktur
pada
tengkorak.
2.
CT
Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark pada
jaringan
mati.
3.
MRI
(Magnetic
Resonan
Imaging)
Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang
elektomagnetik.
4.
Pemeriksaan
Laboratorium
Kimia
darah:
mengetahui
ketidakseimbangan
elektrolit.
5.
Pemeriksaan
analisa
gas
darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
MANAJEMEN
A.
ASUHAN
BAB
KEPERAWATAN
III
CKB
Pengkajian
Hal penting yang pertama kali dinilai adalah status fungsi vital dan status
kesadaran pasien. Ini harus dilakukan sesegera mungkin bahkan mendahului
anamnesis
yang
teliti.
1.
Status
fungsi
vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang dinilai
adalah:
Jalan
nafas
Pernafasan
Nadi dan tekanan darah, sirkulasi jalan nafas harus segera dibersihkan
dari benda asing, lendir atau darah, bila perlu segera dipasang pipa
naso/orofuring, diikuti dengan pemberian oksigen. Manipulasi leher hams
berhati-hati bila ada riwayat / dugaan trauma servikal (whiplash injury), Jamb
dengan kepala dibawa atau trauma tengkuk. Gangguan yang mungkin
ditemukan
dapat
berupa:
Pernafasan
cheyne
stokes
Pernafasan
blot
/
hiperventilasi
:
Spontan
3
:
Dengan
perintah
2
:
Dengan
rangsang
nyeri
1
:
Tidak
ada
reaksi
b.
Respon
Motorik
Terbaik
(M)
6
:
Mengikuti
perintah
5
:
Melokalisir
nyeri
4
:
Menghindari
nyeri
3
:
Fleksi
abnormal
2
:
Ekstensi
abnormal
1
:
Tidak
ada
gerakan
c.
Respon
Verbal
Terbaik
(V)
5
:
Orientasi
baik
dan
sesuai
4
:
Disorientasi
tempat
dan
waktu
3
:
Bicara
kacau
2
:
Mengerang
1 : Tidak ada suara
5.
Status
Neurologik
lain
Selain status kesadaran di atas pemeriksaan neurologik pada kasus trauma
kapitis trauma ditujukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda fokal yang dapat
menunjukkan adanya kelainan fokal, dalam hal ini perdarahan intracranial. Tanda
fokal
tersebut
adalah:
Anisokori (ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata)
Paresis / Parahisis (Paralisis ringan atau tidak lengkap)
Reties
patologik
sesisi
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan cidera
kepala adalah sebagai berikut :
1) Gangguan perfusi jaringan / perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral)
berhubungan dengan aliran arteri dan atau vena terputus.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
3) Defisit perawatan diri: makan/ mandi, toileting berhubungan dengan
kelemahan
fisik
dan
nyeri.
4) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
mual,
muntah.
5) Peningkatan tekanan intrakranial b.d proses desak ruang akibat penumpukan
cairan
/
darah
dalam
otak
6) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik.
7) Kerusakan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kemampuan
kognitif, afektif, dan motorik)
C. Rencana Perawatan
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Perfusi
jaringan tak
1.
efektif
(spesifik
2.
sere-bral) b.d
aliran arteri
dan atau
vena
terputus,
dengan
batasan
karak-teristik
:
1.
- Perubahan
respon
motorik
- Perubahan
status mental
- Perubahan
respon pupil
- Amnesia
retrograde
(gang-guan
memori)
Intervensi
Monitor Tekanan Intra Kranial
Status sirkulasi
1.
Perfusi jaringan
serebral
2.
Setelah dilakukan
tindakan
3.
keperawatan
4.
selama .x 24 jam,
klien mampu men-5.
capai :
6.
Status sirkulasi
dengan indikator: 7.
Tekanan darah sis8.
tolik dan diastolik
dalam rentang yang
diharapkan
9.
Tidak ada
ortostatik hipotensi
10.
Tidak ada tanda
tan-da PTIK
informasi
Klien mampu
5. Monitor respon klien terhadap
mem-buat
pengobatan
keputusan de-ngan
6. Hindari aktivitas jika TIK
benar
meningkat
Tingkat kesadaran
7. Observasi kondisi fisik klien
klien membaik
Terapi Oksigen
1.
2.
3.
Nyeri akut
NOC:
b.d dengan
agen injuri 1. Nyeri terkontrol
fisik, dengan 2. Tingkat Nyeri
batasan
4.
5.
6.
Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
7.
8.
Manajemen nyeri
1.
karakteristik: 3. Tingkat
kenyamanan
Laporan
2.
nyeri kepala
secara verbal
Setelah dilakukan
atau non
asuhan
3.
verbal
keperawatan
Respon
selama . x 24
autonom
jam, klien dapat : 4.
(perubahan
1. Mengontrol nyeri,
vital sign,
dilatasi pupil) dengan indikator:
nyeri.
Observasi respon
ketidaknyamanan secara verbal
dan non verbal.
Pastikan klien menerima
perawatan analgetik dg tepat.
Gunakan strategi komunikasi
yang efektif untuk mengetahui
respon penerimaan klien
terhadap nyeri.
Tingkah
laku ekspresif
(gelisah, menangis,
merintih)
Fakta dari
observasi
Gangguan
tidur (mata
sayu, menyeringai, dll)
Mengenal onset
nyeri
6.
Tindakan
pertolongan non
farmakologi
7.
8.
9.
Menggunakan
analgetik
2. Menunjukkan
11. Tingkatkan istirahat yang
tingkat nyeri,
adekuat untuk meringankan
dengan indikator:
nyeri.
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Manajemen pengobatan
tekanan darah
Klien melaporkan
kebutuhan tidur
dan istirahat
1.
tercukupi
2.
Pengelolaan analgetik
Periksa perintah medis tentang
obat, dosis & frekuensi obat
analgetik.
Periksa riwayat alergi klien.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
diinginkan
3
Defisit selfNOC :
care b.d
Perawatan diri :
dengan
kelelahan,
(mandi, Makan
nyeri
Toiletting,
berpakaian)
Setelah diberi
motivasi perawatan
selama .x24 jam,2.
pasien mengerti
3.
cara memenuhi
ADL secara
bertahap sesuai
kemampuan,
dengan kriteria :
Peningkatan
tekan-an
intrakranial
b.d pro-ses
desak ruang
akibat
3.
4.
9.
- Perubahan
tanda vital
(TD
meningkat,
nadi kuat dan
lambat)
- Pupil
melebar,
reflek pupil
menurun
- Muntah
- Klien
mengeluh
mual
- Klien
mengeluh
pandangan
kabur dan
diplopia
Resiko tinggi
terhadap
perubahan
nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan mual,
muntah.
Resiko
kekurangan
volume
cairan
Kolaborasi pemberian
cairan/makanan
6.
Mukosa tidak
kering
PATHWAY
Klik disini => Pathway CKB
DAFTAR
PUSTAKA
Price
A.
S
et
al.
2005.
Patofisiologi.
Jakarta
:
EGC
Smeltzer C. S & B.G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, W. A et al. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK
Padjajaran
Bandung,
September
1996,
Hal.
443
450.
Hudak dan Gallo. 2000. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi
6.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran
EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius,
Fakultas
Kedokteran
Universita
Indonesia,
2002,
Hal.206
208.
Soeparman. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi
NIC dan NOC kriteria hasil NOC.
Share ke:
Facebook Google+ Twitter
0 komentar:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Cari disini..
Entri Populer
ASKEP
Blogging
Harga HP
HP
Kecantikan
Kesehatan
Modifikasi
Motor
Pathway