Anda di halaman 1dari 2

Abstrak Ibu Kota Ku

Oleh : Ferdinand Khoesvilianto

Sang Surya menyinari Jakarta


Terlihat Jelas wujud dari simbol kemanusiaan
Layaknya lukisan Abstrak
Penuh arti dan makna yang acak

Sebuah tambang emas yang menggiurkan


Untuk sebatang emas, darah tumpah atau naik, tak mengapa
Sebuah fulus yang menutup hati seseorang

Sebuah kerajaan besar


isinya sekumpulan putra mahkota yang saling berperang demi tahta
Dengan kepalanya yang penuh dengan adegan sinetron

Dan sebuah desa yang mengenaskan


Sungguh kasihan, tidur dengan berlasakna tikar tipis bukan ranjang empuk
Bau sampah, binatang dan kotoran dimana-mana
Belum lagi pekerjaan mereka yang orang-orang bilang itu hina

Ohh..tak tahu harus bilang apa


Jakarta itu kaya tapi juga miskin
Ibu, bagaimana engkau menyikapi anak-anakmu ini?
Apakah engkau puas jika satu anakmu bahagia sementara saudaranya menderita?

Memang. Jakarta bukan lukisan orang-orang desa yang melambangkan


kesejahteraan

Bukan lukisan pemandangan yang melambangkan kebebasan


Bukan lukisan arsitektur yang melambangkan kemewahan
Ataupun bukan lukisan bocah kuru yang melambangkan penderitaan
Tapi engkau adalah ukisan abstrak yang melambangkan sejuta arti dan makna.

Anda mungkin juga menyukai