Anda di halaman 1dari 7

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

Abstrak
Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu bidang yang
akhir-akhir ini menjadi perhatian penelitian. ZnO adalah kristal yang banyak
dipakai dalam berbagai keperluan, sebagai katalis atau pendukung katalis, atau
sebagai semikonduktor. Karakteristik kristal ZnO tergantung pada ukuran
dan metode preparasinya.. Pada penelitian ini kristal nano ZnO telah
berhasil disintesis dengan metode yang sederhana dan ekonomis yaitu
melalui kopresipitasi dari prekursor seng asetat 0,1 M dan asam oksalat 0,15 M.
Data XRD menunjukkan bahwa ZnC2O4 yang telah dikalsinasi suhu 400 0C
telah terdekomposisi sempurna menjadi ZnO. Kristal nano ZnO yang dihasilkan
memiliki ukuran 31 nm. Data SEM menunjukkan bahwa morfologi kristal
nano ZnO tampak homogen sebagai partikel padat berbentuk bulat kecil.
Data FTIR menunjukkan adanya vibrasi ulur Zn-O (_ZnO) pada bilangan
gelombang 486 cm-1.
Pendahuluan
Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu bidang
yang akhir-akhir ini menjadi perhatian penelitian. ZnO adalah kristal yang banyak
dipakai dalam berbagai keperluan, sebagai katalis atau pendukung katalis, atau
sebagai semikonduktor. Karakteristik kristal ZnO tergantung pada ukuran dan
metode preparasinya. Preparasi kristal ZnO dengan ukuran nano telah dilakukan
dengan metode yang berbeda-beda seperti aerosol, emulsi mikro, ultrasonik,
metode sol gel, evaporasi larutan dan suspensi, evaporasi dekomposisi larutan
(EDS), reaksi solid state, sintesis wet chemical, dan metode spray pirolisis
(Kanade K.G., dkk 2006). Oleh karena itu perkembangan sintesis kristal nano
ZnO dengan menggunakan metode yang sederhana dan ekonomis saat ini menjadi
penting. Pada penelitian sebelumnya, Kanade K.G., dkk (2006), telah berhasil
membuat kristal nano ZnO dari prekursor seng asetat dengan asam oksalat dengan
pelarut air, methanol, dan etilen glikol. Rentang konsentrasi larutan seng asetat
yang digunakan sebesar 0,008 M - 0,1 M dan rentang konsentrasi larutan asam

oksalat yang digunakan sebesar 0,12 - 0,18 M. Dari penelitian tersebut


disimpulkan bahwa reaksi antara 0,1 M seng asetat dengan 0,15 M asam oksalat
dapat memberikan produk intermediet maksimum jika dibandingkan dengan rasio
konsentrasi prekursor yang lain, dengan ukuran kristal ZnO yang dihasilkan
berturutturut adalah 22-25 nm untuk pelarut air dan 14-17 nm untuk pelarut
organik. Mengacu pada penelitian Kanade dkk., pada penelitian ini kristal ZnO
disintesis dari campuran larutan seng asetat 0,1 M dan asam oksalat 0,15 M.
Penggunaan konsentrasi yang sama ini dimaksudkan untuk mendapatkan kristal
dengan ukuran yang kecil. Proses yang dilaporkan pada penelitian ini sangat
ekonomis, sederhana, dan berpotensi untuk diproduksi dalam skala besar.
Metode Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah aquades, aqua
DM, seng asetat dihidrat (Zn(CH3COO)2.2H2O, Merck, 99 %) dan asam oksalat
hidrat (C2H2O4.2H2O, Merck, 99,5-102,5%).
1. Sintesis Kristal Nano ZnO
Kristal ZnO disintesis berdasarkan metode kopresipitasi yang dilakukan oleh
Kanade., dkk. (2006). Pada penelitian ini, ZnO disintesis dari campuran
Zn(CH3COO)2.2H2O 0,1 M dan H2C2O4.2H2O 0.15 M dalam pelarut air
deionisasi. Campuran diaduk dengan kecepatan 160 rpm selama 12 jam pada
temperatur kamar. Endapan seng oksalat dipisahkan dengan filtratnya dengan
sentrifuse, diikuti pencucian dengan air deioniasi dan aceton serta dikeringkan
dalam oven pada 120 oC satu malam. Kristal ZnO diperoleh setelah kalsinasi
seng oksalat dalam furnace pada temperatur 400 oC selama 4 jam.
2. Karakterisasi
Kemurnian kristal dan ukuran kristal dikarakterisasi dengan menggunakan
XRD yang dilanjutkan dengan analisis ukuran kristal dengan program MAUD;
IR; dan morfologi kristal diuji dengan SEM.

Hasil Dan Pembahasan

1. Sintesis kristal nano ZnO


Pada sintesis kristal ZnO, larutan asam oksalat 0,15 M ditambahkan
tetes demi tetes ke dalam larutan seng asetat 0,1 M agar tidak terjadi
penggumpalan secara mendadak sambil dilakukan pengadukan dengan
kecepatan 160 rpm. Penambahan asam oksalat dilakukan hingga didapatkan
larutan jenuh yang diindikasikan adanya perubahan warna dari jernih menjadi
keruh dan berwarna putih. Penambahan asam oksalat ke dalam larutan seng
asetat ini memungkinkan adanya pembentukan seng oksalat.
Larutan hasil kopresipitasi ini dibiarkan tetap distirer dengan kecepatan
160 rpm selama 12 jam, proses ini untuk mendapatkan endapan seng oksalat
yang homogen. Setelah 12 jam larutan hasil kopresipitasi dipisahkan antara
endapan dan filtratnya dengan menggunakan sentrifuse untuk mencegah
partikel-partikel yang berukuran kecil tidak hilang. Endapan kemudian dicuci
dengan aqua demineralisasi dan aseton. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
sisa asam oksalat yang tidak bereaksi sehingga didapat padatan yang berwarna
putih (Kanade dkk, 2006). Selanjutnya, padatan berwarna putih dikeringkan
dalam oven pada suhu 120 0C selama 12 jam. Padatan putih yang telah
dikeringkan kemudian dikalsinasi dengan suhu 400 0C selama 4 jam untuk
menghilangkan ion oksalatnya sehingga terbentuk struktur ZnO.
2. Analisa XRD Endapan Seng oksalat (ZnC2O4.2H2O)
Pada penelitian ini, sebelum dihasilkan kristal ZnO, terlebih dahulu
dihasilkan produk intermediet seng oksalat yang merupakan hasil kopresipitasi
larutan seng asetat dengan asam oksalat. Adapun diffraktogram sinar-X dari
seng oksalat ditampilkan pada gambar 1:

Gambar diatas menunjukkan Pola XRD seng oksalat yang disiapkan dengan
pelarut air. Pada pola XRD ini ditemukan puncak tertinggi di 2 ( 0): 18,7

dengan intensitas relatif 100%. Data ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh
Kanade, dkk., (2006) bahwa puncak XRD seng oksalat yang menandakan
pembentukan -ZnC2O4.2H2O terletak di 2 (0): 19,5 dengan intensitas relatif
100%.
3. Analisa XRD Kristal ZnO

Gambar diatas menunjukkan pola XRD ZnO sintesis (a) dan ZnO
komersial (b). Pada gambar 2 tampak bahwa puncak-puncak difraksi ZnO
sintesis muncul pada 2 (0): 31,80; 34,45; 36,28; 47,56 dan 56,6. Sedangkan
puncak-puncak difraksi ZnO komersial muncul pada 22 (0): 31,77; 34,42;
36,37; 47,54 dan 56,59. Puncak-puncak difraksi pada ZnO sintesis dan ZnO
komersial ini sesuai dengan hasil yang dipublikasikan oleh Kanade dkk, (2006)
untuk pola difraksi ZnO dengan tipe struktur heksagonal. Pada pola difraksi
ZnO sintesis tidak ditemukan fase lain seperti ZnCO3, hal ini menunjukkan
bahwa ZnC2O4 yang telah dikalsinasi suhu 400 0C telah terdekomposisi
sempurna menjadi ZnO.
Pada penelitian tersebut, adanya gas yang dilepaskan pada saat
dekomposisi oksalat menyebabkan energi termal yang digunakan untuk
pembentukan ZnO sintesis lebih sedikit sehingga mengarah pada derajat
kristalinitas ZnO sintesis lebih rendah dari pada ZnO komersial. Sedangkan
ukuran kristal ZnO sintesis dapat diperkirakan dengan menggunakan program
MAUD.
4. Penghalusan Rietveld dan Estimasi Ukuran Kristal dengan Perangkat
Lunak MAUD

Pada penelitian ini, untuk mengestimasi ukuran kristal ZnO digunakan


perangkat lunak MAUD (Material Analysis Using Diffraction). Gambar 3
menunjukkan plot hasil penghalusan Rietvield data difraksi serbuk hasil
kopresipitasi dengan jangkauan sudut 2 (0): 20 70 untuk sampel ZnO
sintesis. Pada gambar tersebut tampak bahwa tingkat kesesuaian antara data
terhitung dan terukur cukup baik, yang ditunjukkan oleh kesesuaian antara
model terhitung dengan model terukur. Fluktuasi selisih (difference plot) yang
ditunjukkan pada garis di bawah kedua model pada Gambar 3 juga kecil,
menunjukkan bahwa proses penghalusan berhasil. Adapun keberhasilan
penghalusannya ditunjukkan dengan parameter nilai sig yang didapatkan
sebesar 1,56% dan nilai Rwp sebesar 15,68%. Sig merupakan salah satu
figures-of-merit yang penting dalam analisis dengan metode Rietveld, yang
menunjukkan bahwa penghalusan Rietvield dapat diterima menurut kriteria
yang disyaratkan oleh Lutterotti (2006), yaitu sig < 2% dan Rwp < 20 %.

Dari hasil data XRD yang kemudian diolah dengan perangkat lunak
Maud didapatkan estimasi ukuran kristal ZnO sintesis sebesar 31 (2) nm
(angka dalam kurung adalah estimasi standar deviasi dari digit terakhir yang
signifikan).
5. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Fungsi utama SEM adalah mengetahui morfologi permukaan sampel
padat. Pada SEM, gambar dibentuk oleh berkas elektron yang sangat halus
yang difokuskan pada permukaan material. Perbesaran dihasilkan dari
perbandingan luas area sampel yang di-scan terhadap luas area layar monitor.

Gambar diatas menunjukkan SEM dari sampel ZnO sintesis. Pada


Gambar 4 dapat dilihat bahwa masing-masing sampel ditampilkan dengan 2
kali perbesaran yaitu 10.000 kali dan 20.000 kali. Tujuan dari perbesaran yang
lebih kecil (perbesaran 10.000 kali) adalah untuk mengetahui bentuk morfologi
sampel secara global. Jika morfologinya menunjukkan keseragaman maka
dapat dilakukan peningkatan perbesaran (misal 20.000 kali) dengan men-scan
berkas elektron terhadap luas permukaan sampel yang cukup sempit.
Berdasarkan hal ini dapat diperoleh data-data morfologi yang dianggapn dapat
mewakili morfologi sampel secara keseluruhan.
6. Spektroskopi Inframerah
Karakterisasi

dengan

spektroskopi

inframerah

bertujuan

untuk

mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa. Pada ZnO
sintesis diperoleh spektra dengan puncak-puncak pada bilangan gelombang
3433, 1639, dan 486 cm-1, dimana pita pada bilangan gelombang 1639 cm-1
menunjukkan mode tekukan OH dari molekul air yang terabsorb pada
permukaan ZnO. Puncak lebar yang terpusat pada 3433 cm-1 berhubungan
dengan vibrasi regangan gugus - OH dari H2O, menunjukkan keberadaan air
yang terabsorb pada permukaan ZnO.

Kesimpulan

Kristal nano ZnO telah berhasil disintesis dari peristiwa kopresipitasi dari
prekursor dengan konsentrasi encer dari larutan seng asetat 0,1 M dan asam
oksalat 0,15 M. Data XRD menunjukkan bahwa ZnC2O4 yang telah dikalsinasi
suhu 400 0C telah terdekomposisi sempurna menjadi ZnO. Kristal nano ZnO yang
dihasilkan memiliki ukuran 31 nm. Data SEM menunjukkan bahwa morfologi
kristal nano ZnO tampak homogen sebagai partikel padat berbentuk bulat kecil.
Data FTIR menunjukkan adanya vibrasi ulur Zn-O (ZnO) pada bilangan
gelombang 486 cm-1.
DAFTAR PUSTAKA
Alba-Rubio, A. C., Santamaria-Gonzalez, J., dan Josefa M., (2010),
Heterogeneous Transesterification Processes by Using CaO Supported On
Seng Oxide as Basic Catalysts, Catalysis Today, Vol 149, hal 281-287.
Kanade K.G., Kale B.B., Aiyer R.C., dan Das B.K., (2006), Effect Of Solvents
On The Synthesis Of Nano-Size Seng Oxide And Its Properties, Materials
Research Bulletin, Vol. 41, hal. 590 600.
Lutteroti, L. MAUD: Material Analysis
http://www.ing.unitn.it/~maud.

using

Diffraction.

2006;

Palomino, A.G.P., (2006), Room Temperature Synthesis and Characterization of


Highly Monodisperse Transition Metal-Doped ZnO Nanocrystals, Physics,
University Of Puerto Rico, Physics, Puerto Rico.

Anda mungkin juga menyukai