Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan Osteoarthritis

Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa terapi, antaranya
adalah:
a. Terapi Non Farmakologis
1). Edukasi
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit, prognosis,
dan pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet untuk pasien
osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan (Elin dkk, 2008). Ahli bidang
kesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan penyakit osteoarthritis
mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien.
2). Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan program
olahraga bagi membantu untuk menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan sendi
dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan
teknik isometric didesain untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan
pergerakan, dan menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit, dan kebutuhan akan
penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008). Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat
pembantu berjalan, alat bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama
olahraga atau aktivitas harian (Elin, dkk, 2008). Pasien osteoarthritis lutut yang
memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk yang bertujuan untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut
(Bethesda, 2013). Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk
memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya kekakuan (Priyanto,
2008). Kompres hangat atau dingin ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami
nyeri.
3). Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat diterapkan dengan mempunyai gaya hidup yang sehat
(Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi beban atau
mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit osteoarthritis terutamanya
pada lutut dan pinggul (Felson, 2008).
4). Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain itu juga istirahat
dapat menghindari trauma pada persendian secara berulang (Priyanto, 2008).
b. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena
osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis
lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya
(Elin dkk, 2008):
1). Golongan Analgesik
a). Golongan Analgesik Non Narkotik
(1). Asetaminofen (Analgesik oral)

Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat (SSP).


Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang mengalami nyeri ringan ke sedang
dan juga pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan sebagai lini
pertama adalah parasetamol.
(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)
Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan
dan pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini juga bermanafaat dalam
menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis jika digunakan secara topikal pada
sendi yang berpengaruh. Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan
analgesik
oral atau NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk topikal, yaitu dioleskan
pada bagian nyeri sendi.
b). Analgesik Narkotika
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat. Penggunaan
dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang tidak toleransi
terhadap pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara
topikal. Pemberian narkotika analgesik merupakan intervensi awal, dan sering
diberikan secara kombinasi bersama asetaminofen. Pemberian narkotika ini harus
diawasi karena dapat menyebabkan ketergantungan.
2). Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai aktivitas analgesik
yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih banyak dipakai terutamanya
pada pasien
lanjut usia. Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan
efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan
nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan
daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritisrematoid dan pada kasus
osteoarthritis lanjut.
3). Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam dosis yang
beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin rasio
manafaat dan risiko setinggitingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk
injeksi intra artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
4). Suplemen makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondroitin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi simptom
osteoarthritis (Priyanto, 2008). Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat
tambahan pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien lanjut usia.
5). Obat osteoarthritis yang lain
Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial, meningkatkan
elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi sendi. Obat ini diberikan dalam bentuk
garamnya (sodium hialuronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika
osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain (Priyanto, 2008). Dua agen intraartrikular yang mengandung asam hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang

berkaitan dengan osteoarthritis lutut. Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien
yang tidak lagi toleransi terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang
lainnya (Hansen & Elliot, 2005). Injeksi asam hialuronat diberikan oleh tenaga medis
yang mempunyai keahlian karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan
memperparah kondisi lutut pasien.
c. Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah yang tidak
memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan
ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).
Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi buatan.
Biasanya, dengan pembedahan dapatmemperbaiki fungsi dan pergerakan sendi serta
mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan. Antara
pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak dapat berespon dengan
baik atau tidak efektif pada pasien adalah Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan
Fusion (Lozada, 2013).
Terapi osteoarthritis umumnya bersifat simptomatik. Terapi yang dapat dilakukan pada
pasien yang didiagnosis osteoarthritis adalah dengan pengendalian faktor-faktor risiko,
latian intervensi fisioterapi (terapi non farmakologi) dan dengan obat konvensional (terapi
farmakologi). Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Pembedahan dapat
dilakukan jika terapi farmakologi sudah tidak efektif untuk mengurangi rasa sakit pada
sendi.

(Elin dkk, 2008)


Gambar 1. Gambaran Algoritma Terapi pada Osteoarthritis

dapus
Elin, Y.S., Retnosari, A., Joseph I.S., I K.A., A. Adji P.S., Kusnandar, 2008, Osteoarthritis,
ISO Farmakoterapi, Cetakan I, 629-644, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
Felson, D.T., 2008, Osteoarthritis, HARRISONs Principles of Internal Medicine, 17th
Edition, 2158-2165, Mc Graw-Hill Companies Inc, New York.
Lozada, C.J., 2013, Osteoarthritis, http://emedicine.medscape.com/ diakses pada 7 Maret
2015.
Bethesda, 2013, Handout on Health; Osteoarthritis, http://www.niams.nih.gov/ diakses pada 7
Maret 2015.
Iskandar, J., 2012, Rematik dan Asam Urat, 104-113, Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta
Priyanto, 2008, Farmakologi dan Terminologi Medis, Osteoarthritis, Leskonfi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai