Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang
mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda
utama berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Etiologi preeklampsia sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti. Banyak teori dikemukakan, tetapi belum
ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Oleh karena itu,
preeklampsia sering disebut sebagai the disease of theory.
Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklampsi adalah teori iskemia
plasenta
Insidens preeklampsia sebesar 45 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
negara maju.

Di negara berkembang insidensnya bervariasi antara 610 kasus

per 10.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu akibat kasus preeklampsia
bervariasi antara 0-4%. 6 Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang
dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak wanita
hamil akibat preeklampsia adalah perdarahan intraserebral dan edema paru. Efek
preeklampsia pada kematian perinatal berkisar antara 10-28%. Penyebab
terbanyak kematian perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, dan solutio plasenta.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah

tinjauan

teoritis,

temuan

klinis,

serta

penatalaksanaan

preeclampsia di Ruang Rawat Inap Terpadu (RINDU) B-1 RSUP H. Adam Malik
Medan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
-

Menelaah lebih dalam tentang tinjauan teoritis kehamilan dengan

preeclampsia
Memaparkan pembahasan klinis kehamilan dengan preeclampsia dari segi
terminologis, etiologi, kriteria diagnostik, penatalaksaan serta prognosis
dan komplikasi

1.4 Manfaat Penulisan

Menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai

preclampsia
Menjadi media mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
mengenai preeclampsia

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai
wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama
berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Bila seorang wanita memenuhi kriteria
preeklampsia dan disertai kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis
dan atau koma maka ia dikatakan mengalami eklampsia. Umumnya wanita hamil
tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi
sebelumnya.1,2

Kumpulan

gejala

itu

berhubungan

dengan

vasospasme,

peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ.


Kelainan yang berupa lesi vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ,
termasuk plasenta. Selain itu, sering pula dijumpai peningkatan aktivasi trombosit
dan aktivasi sistem koagulasi. 3
2.2 Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang
memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai the disease of
theory. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut3 :

peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan

ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa


peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia

kehamilan
perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan

berikutnya
mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma

Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklampsi adalah teori iskemia
plasenta, namun teori ini masih belum bias menerangkan semua hal di atas.4

2.3 Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
(PEB):3,5

Preeklampsia ringan Dikatakan preeklampsia ringan bila :


o Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
o diastolik 90-110 mmHg
o Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)
o Tidak disertai gangguan fungsi organ
Preeklampsia berat Dikatakan preeklampsia berat bila :
o Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110
mmHg
o Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan

kuantitatif
o Bisa disertai dengan :
- Oliguria (urine 400 mL/24jam)
- Keluhan serebral, gangguan penglihatan
- Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerahepigastrium
- Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
- Edema pulmonum, sianosis
- Gangguan perkembangan intrauterine
- Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan
adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.

Preklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:1,4


o PEB tanpa impending eclampsia
o PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending di
antaranya nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium,
dan nyeri abdomen kuadran kanan atas.

2.4 Insidens dan Faktor Risiko


Insidens preeklampsia sebesar 45 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada negara
maju.

Di negara berkembang insidensnya bervariasi antara 610 kasus per


4

10.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu akibat kasus preeklampsia bervariasi
antara 0-4%.

Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat

mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak wanita hamil


akibat preeklampsia adalah perdarahan intraserebral dan edema paru. Efek
preeklampsia pada kematian perinatal berkisar antara 10-28%. Penyebab
terbanyak kematian perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, dan solutio plasenta. Sekitar 75% eklampsia terjadi antepartum dan
sisanya terjadi pada postpartum. Hampir semua kasus (95%) eklampsia
antepartum terjadi pada trimester ketiga. 7
Angka kejadian preeklampsia rata-rata sebanyak 6% dari seluruh kehamilan dan
12% pada kehamilan primigravida. Kejadian penyakit ini lebih banyak dijumpai
pada

primigravida

terutama

primigravida

pada

usia

muda

daripada

multigravida.1,2
Selain primigravida, faktor risiko preeklampsia lain di antaranya adalah3,4,:

nullipara
kehamilan ganda
obesitas
riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia
riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
abnormalitas uterus yang diperoleh pada Doppler pada usia kandungan 18 dan

24 minggu
diabetes melitus gestasional
trombofilia
hipertensi atau penyakit ginjal

2.5 Patofisiologi4
Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh

mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
Otak
Pada preeclampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas normal.
Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral
dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan
Plasenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada preeklampsi dan eklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan
kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bias pula karena terjadinya
aspirasi pneumonia atau abses paru.
Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat
hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsi berat. Pada eklampsi
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat
6

menunjukkan tanda preeklampsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah


adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini desebabkan oleh adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di
dalam retina.
Keseimbangan air dan elektrolit
Pada preeklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metobolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi
gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH
darah berada dalam batas normal. Pada preeklampsi berat dan eklampsi, kadar
gula naik sementara asam laktat dan asam organic lainnya naik, sehingga
cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
Setelah konvulsi selesai zai-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang
lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan
demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal
Terdapat beberapa penu.lis menyatakan kadar asam urat dalam darah dipakai
untuk menentukan arah preeklampsi menjadi baik atau tidak setelah diberikan
penanganan.
2.6 Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan,
dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi

biasanya sudah berat. 21


Tekanan darah.
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol sehingga tanda
peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik
merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik dan
tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan

abnormal. 8,9
Kenaikan berat badan.
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan kenaikan berat badan yang
berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia. Peningkatan berat badan
sekitar 0,45 kg per minggu adalah normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam
seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia
7

harus dicurigai.8,9 Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan


terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum
timbul gejala edema nondependen yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata,

kedua lengan, atau tungkai yang membesar.


Proteinuria.
Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu penyebab
fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin
hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang berat,
proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l. Proteinuria hampir
selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya terjadi

setelah kenaikan berat badan yang berlebihan. 8,9


Nyeri kepala
Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin sering terjadi pada
kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan
oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita
hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu

mendahului serangan kejang pertama. 8,9


Nyeri epigastrium.
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering
ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi presiktor serangan kejang
yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar

akibat edema atau perdarahan. 8,9


Gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya pandangan yang sedikit
kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total. Keadaan ini disebabkan oleh
vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada korteks oksipital. 8,9
2.7 Diagnosis
Anamnesis4
Keluhan pada PEB bisa berupa sakit kepala, nyeri epigastrium,gangguan visus,
penglihatan kabur, skotoma,diplopia, mual dan muntah,pusing dan tidak tenang.
Pemeriksaan Fisik1,4
Pada preeclampsia ringan,
- Tekanan darah 140/90mmHg 159/110mmHg
- Proteinuria: >300mg/24jam atau dipstick +1,+2
Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeclampsia, kecuali
edema pada lengan, muka dan perut,edema generalisata.
8

Pada preeclampsia berat,


- Tekanan darah > 160/110mmHg
- Proteinuria > 5g/24jam atau dipstick +3,+4
- Oliguria, yaitu produksi urine < 500cc/24jam
- Edema paru-paru
Pemeriksaan Lab
- Trombositopenia berat
- Gangguan fungsi hepar
- Proteinuria
- Kenaikan kadar kreatinin plasma
Pemeriksaan Tambahan
-USG
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah 2,3:
terminasi kehamilan dengan kemungkinan setidaknya terdapat trauma pada ibu
maupun janin
kelahiran bayi yang dapat bertahan

pemulihan kesehatan lengkap pada ibu Persalinan merupakan pengobatan untuk


preeklampsia. Jika diketahui atau diperkirakan janin memiliki usia gestasi
preterm, kecenderungannya adalah mempertahankan sementara janin di dalam
uterus selama beberapa minggu untuk menurunkan risiko kematian neonatus. 10
Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PE antara lain
adalah: 1,4,9
- tirah baring
- oksigen
- kateter menetap
- cairan intravena.
Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid maupun koloid
dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis,
insensible water loss, dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini harus
selalu diawasi.
- Magnesium sulfat (MgSO4) . Obat ini diberikan dengan dosis 20 cc
MgSO4 20% secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian
dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 30 cc dalam 500 cc ringer
laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Magnesium sulfat ini diberikan
dengan beberapa syarat, yaitu:
refleks patella normal
frekuensi respirasi >16x per menit

produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam


disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum.
Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium

glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.


- Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika
tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan
interval satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan
darah pada PEB tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak
kurang dari 90 mmHg atau maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat
dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya
dengan efektifitas yang cukup baik.
- Kortkosteroid
kortikosteroid seperti dexamethoson dapat memperbaiki fungsi hati dan trombosit.
Selain ini, berguna untuk mematangkan paru-paru janin dalam sedikitnya dalam
waktu 8jam dan membantu mempersiapkan kondisi premature bayi setelah
persalinan.
2.8.1 Penanganan Aktif
Penanganan Aktif.
Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan dengan peningkatan mortalitas
perinatal dan peningkatan morbiditas serta mortalitas ibu. Sehingga beberapa ahli
berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia kehamilan mencapai 34
minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang terbaik untuk ibu untuk
mencegah progresifitas PEB.11
Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi pada ibu
maupun janin:
Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:7
o kegagalan terapi medikamentosa:
- setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi
-

kenaikan darah yang persisten


setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa, terjadi

kenaikan desakan darah yang persisten


o b. tanda dan gejala impending eklampsia

10

o
o
o
o
o
o

c. gangguan fungsi hepar


d. gangguan fungsi ginjal
e. dicurigai terjadi solusio plasenta
f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan
g. umur kehamilan 37 minggu
h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan

USG timbulnya oligohidramnion


Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada janin:
Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke sindrom
HELLP (hemolytic anemia, elevated liver enzymes, and low platelet count)

2.8.2 Penanganan Ekspektatif


Penanganan ekspektatif.
Terdapat kontroversi mengenai terminasi kehamilan pada PEB yang belum cukup
bulan. Beberapa ahli berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai
aterm mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia kehamilan
di atas 37 minggu. Adapun penatalaksanaan ekspektatif bertujuan: 12
mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan yang memenuhi
syarat janin dapat dilahirkan
meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu
Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia kehamilan, pada pasien PEB
yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24 minggu, terminasi kehamilan
lebih diutamakan untuk menghindari komplikasi yang dapat mengancam nyawa
ibu (misalnya perdarahan otak). Sedangkan pada pasien PEB dengan usia
kehamilan 25 sampai 34 minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan.
Pada pasien dengan PEB, sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam
dengan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Penderita belum inpartu
o Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8 Dalam melakukan induksi
persalinan, bila perlu dapat dilakukan pematangan serviks dengan
misoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu
24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal dan harus disusul
dengan pembedahan sesar.

11

Pembedahan sesar dapat dilakukan jika tidak ada indikasi untuk persalinan
pervaginam atau bila induksi persalinan gagal, terjadi maternal distress,

terjadi fetal distress, atau umur kehamilan <33 minggu.13


Bila penderita sudah inpartu
o Perjalan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
o Memperpendek kala II
o Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distress dan fetal
distress.
o Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar.
o Anastesi: regional anastesia, epidural anastesia. Tidak dianjurkan anastesia
umum
2.9 Komplikasi
Eklampsia
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik klonik disusul
dengan koma.
Sindroma HELLP
Ditandai dengan hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan low platelet count.
Rendahnya aliran darah ke plasenta
Janin tidak mendapat oksigen yang cukup, sehingga pertumbuhan bayi terhambat,
lahir premature atau janin meninggal dalam kandungan dan lahir dengan berat
badan reandah
Solusio plasenta
Edema paru
Nekrosis hati
Kelainan ginjal

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsi Berat. Ilmu Kandungan edisi ketiga.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999. 530-561
2. Cunningham FC, Gant NF, Lenevo KJ, Gilstrap LC, Hauth JC,
Hypertensive disorders in pregnancy. In : William Obstetriks 22nd ed,
New York: McGraw Hill: 2005 : 567-618
3. Committee on Technical Bulletins of the American College of
Obstetricians and Gynecologists. Hypertension in pregnancy. ACOG
technical bulletin.. Int J Gynaecol Obstet 2008; 53: 17583.
4. Dr. Amru Sofian, Sp.OG(K). Onk. MWALS. Rustam Mochtar Sinopsis
Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed.3, Jilid 1: 2013:143-150.
5. Working group on High blood Pressure on Pregnancy, Report of the
National High Blood Pressure Education Program. Am J Obstet Gynecol
2000; 183: S1-S21
6. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gulmezoglu AM, Look PFAV. WHO analysis
of causes of maternal death: a systematic review. Lancet,2006;367:106674

13

7. Lana K Wagner, Diagnosis and Management of preeklampsia. Am Fam


Physician , 2004, 70:2317-24
8. Gilstrap LC, Ramin MS, Diagnosis and management of preeklampsia and
eclampsia. American College of Obstetricians and Gynaecologist
2002;33;159-67
9. Coppage K, Sibai B, Management of severe preeklampsia, in
Preeklampsia Etiology and Clinical Practise editor Lyall F, Belford M,
Cambridge University Press, 2007. Lyall, Fiona; and Belfort, Michael.
Pre-eclampsia. Cambridge University Press, 2001. Cambridge Books
Online. Cambridge University Press. 23 Februari 2015
http://dx.doi.org/10.1017/CBO9780511545634
10. Sibai BM, Barton JR: Expectant management of severe preeklampsia
remote from term: Patient selection, treatment, and delivery indications.
Am J Obstet Gynecol, 2007: 196:514.e1-514.e9.
11. Hipertensi Gestasional dalam ALARM. The SOGCs Advanced In Labour
And Risk Management (ALARM) International Program, 2010.
12. Hall DR, Odendaal HJ, Kirsten GF, et al: Expectant management of early
onset, severe pre-eclampsia: Perinatal outcome. Br J Obstet Gynaecol
2000:107:1258-1264.
13. Coppage, KH, Polzin, WJ. Severe preeklampsia and delivery outcomes: Is
immediate cesarean delivery beneficial?. Am J Obstet Gynecol 2002;
186:921.

14

Anda mungkin juga menyukai