Anda di halaman 1dari 2

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) merujuk pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37
minggu dan mengalami pecah ketuban sebelum dimulainya proses persalinan.
Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini spontan adalah pecahnya ketuban
setelah atau dengan dimulainya persalinan. KPD memanjang adalah pecahnya
ketuban yang terjadi lebih dari 24 jam dan sebelum dimulainya proses persalinan.
Ketuban merupakan selaput yang membatasi rongga amnion, yang terdiri dari
amnion dan korion. Fungsi dari ketuban adalah untuk menghasilkan cairan amnion
berkaitan dengan menghindari trauma bagi janin. Cairan amnion normal berwarna
jernih agak keruh, berbau amis tidak busuk, dihasilkan 1000-1500 cc, steril, dengan
komposisi 98-99% air, 1-2% garam anorganik dan organik, runtuhan lanugo, verniks
kaseosa,dan sel epitel.
Etiologi
Terjadinya ketuban pecah dini dapat disebabkan karena:
a. Inkompetensi serviks; dimana otot serviks terlalu remahkarena
ketidakseimbangan antara MMP dan TIMP-1 sebagai komponen kolagen
pembentuk ketuban sehingga tidak mampu menahan desakan janin
b. Peningkatan tekanan intrauterin; dapat terjadi akibat trauma, kehamilan
gemelli, makrosomia, hidramnion
c. Kelainan letak janin dan rahim; seperti plasenta previa
d. Infeksi selaput ketuban; amnionitis, apabila berlanjut dapat menjadi
korioamnionitis
e. Riwayat KPD sebelumnya
f. Riwayat merokok
Tanda dan gejala
Cairan jernih berbau amis merembes terus menerus, dapat disertai darah. Cairan
dapat tidak merembes karena adanya hambatan (biasanya kepala janin yang
menutupi jalan lahir), terdapat pula nyeri perut. Pada janin dapat terjadi takikardia.
Komplikasi
Komplikasi pada KPD tergantung pada usia kehamilan dan dapat terjadi pada ibu
maupun janin: persalinan prematur; hipoksia karena kompresi tali pusat; seksio
sesarea; deformitas janin; gagalnya persalinan normal; infeksi neonatal yang dapat
berlanjut menjadi sepsis neonatorum. Pada ibu dapat terjadi infeksi intrapartal;
peritonitis.
SEPSIS NEONATORUM
Sepsis neonatorum merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala sistemik
yang biasanya terjadi pada satu bulan pertama kelahiran. Penyebabnya dapat
karena bakteri, virus, jamur, protozoa.
Etiologi
Faktor resiko dan predisposisi dari sepsis neonatorum adalah antara lain:
a. Maternal: ruptur ketuban; persalinan prematur; amnionitis; demam maternal;
manipulasi berlebihan selama persalinan (seperti pemakaian anestesi terlalu
banyak, pemeriksaan dalam yang terlalu sering); persalinan lama

b. Lingkungan: tidak aseptik dalam tindakan persalinan; pemberian susu formula


non-steril
c. Faktor penjamu: bayi laki-laki lebih sering daripada bayi perempuan;
prematur; berat badan lahir rendah; bayi dengan immunocompromized
d. Ibu dengan riwayat penyakit seperti eklampsia, diabetes melitus
e. Bayi yang tidak mendapat perlakuan rawat gabung
Patofisiologi
Infeksi pada bayi dapat terjadi melalui dua jalur:
a. Kuman yang masuk melalui plasenta dari ibu ke bayi. Biasanya pada bayi
dengan ibu menderita korioamnionitis atau infeksi lain seperti rubella, herpes,
cytomegalovirus, influenza, parotitis, sifilis, toxoplasma, malaria, yang dapat
menembus sawar darah plasenta.
b. Kuman dari jalan lahir/vagina yang masuk melalui kulit bayi saat proses
kelahiran (kulit sebagai port de entree)
Tanda dan Gejala
Hipertermia, hipotermia, atau dapat normal; berat badan turun tiba-tiba.
Sistem pernafasan: dispneu, takipneu, apneu, merintih, mengorok
Sistem kardiovaskuler: hipotensi, kulit lembab, sianosis, pucat
Sistem pencernaan: distensi abdomen, tidak mau minum
Sistem saraf: refleks Moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleks
Hematologi: ikterus, purpura, perdarahan, splenomegali
Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pencegahan yang dapat dilakukan:
a. Antenatal: antenatal care secara teratur
b. Saat persalinan: melakukan teknik aseptik yang baik dan benar sebelum
melakukan tindakan; intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin;
mengawasi secara teliti keadaan ibu-bayi; mencegah perlukaan pada kulit
dan mukosa
c. Pasca persalinan: melakukan rawat gabung; penggunaan alat-alat steril saat
perawatan; isolasi bayi dengan penyakit menular; pemberian antibiotik
profilaksis
Medikamentosa yang dapat diberikan untuk pengobatan sepsis neonatorum:
a. Ampisilin 200mg/kgBB/hari; pemberian 3 4 kali
b. Gentamisin 5mg/kgBB/hari; pemberian 2 kali
c. Kloramfenikol 25mg/kgBB/hari; pemberian 3-4 kali
d. Sefalosporin 100mg/kgBB/hari; pemberian 2 kali
e. Eritromisin 500mg/kgBB/hari; pemberian 3 dosis

Anda mungkin juga menyukai