Anda di halaman 1dari 22

Amanah adalah sifat istimewa bagi para pemangku risalah (para nabi),

sungguhnya setiap orang dari mereka berkata kepada kaumnya:



Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu, (QS. Asy-Syu'ara:107,125,143, 162, 178))
Amanah tersebut merupakan persaksian musuh-musuh mereka (para
nabi) kepada mereka, seperti dalam dialog Heraclius (raja Romawi)
dengan Abu Sufyan , ketika Heraclius berkata: 'Aku bertanya
kepadamu, apa yang diperintahkannya kepadamu? Maka engkau
menjelaskan bahwa ia memerintahkan shalat, jujur, menahan dari
yang haram, melaksanakan janji, menunaikan amanah- ia berkata:
dan ini adalah sifat seorang nabi.'[1] Dan di tempat yang lain dalam
Shahih 'Dan aku bertanya kepadamu: apakah ia menipu? Maka
engkau menjelaskan bahwa ia tidak pernah menipu.

Ketika fitrah tetap lurus dan selamat dari mengikuti hawa


nafsu, hal itu tergambar pada pemiliknya dengan sifat
amanah.
Dan dalam firman Allah :






Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh, (QS. Al-Ahzab:72)

Melaksanakan hak-hak amanah termasuk sifat orangorang yang beriman, dan kekurangan sebagian darinya
termasuk bagian dari sifat orang munafik. Karena itulah
disebutkan sifat orang yang munafik:

Apabila diberi amanah ia berkhianat.[1]
Dan beliau bersabda:



Tidak ada iman (yang sempurna) bagi orang yang tidak
ada amanah padanya, dan tidak ada agama (yang
sempurna) bagi orang yang tidak menepati janji.

Dari Yusuf bin Asbath diriwayatkan, bahwa ia berkata," Aku pernah


mendengar Sufyan berkata," Aku tidak pernah melihat kezuhudan
yang lebih sulit dari kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita bisa
dapati orang yang zuhud dalam hal makanan, minuman, harta dan
pakaian. Namum kalau kita berikan kepadanya kekuasaan, ia akan
mempertahankan dan berani bermusuhan untuk membelanya.
(Siyarul A'lam an-Nubala VII:262)

Dari Abu Dzar Ra Ia berkata,"Saya berkata kepada Rasulullah, ya


Rasulullah mengapa engkau tidak memberi jabatan kepadaku?
Maka beliau menepuk bahuku dan bersabda,' Wahai Abu Dzar,
sesungguhnya engkau ini adalah orang yang lemah, sedang
jabatan itu suatu amanat, yang kelak pada hari kiamat merupakan
suatu kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang yang mengambilnya
dengan haknya dan menunaikan kewajiban (jabatan) dengan
sebaik-baiknya (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah RA , Rasulullah saw bersabda,"



sesungguhnya kalian berambisi merebut jabatan, dan nanti pada "
hari kiamat jabatan itu akan menjadi penyesalan." (HR Bukhori)

Al-Qurthubi berkata: amanah meliputi semua tugas


agama menurut pendapat yang paling kuat.[1]
Sebagaimana ia berkata dalam firman-Nya :


Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya, (QS. Al-Mu'minun:8)
Amanah dan janji menggabungkan semua yang dipikul
manusia berupa perkara agama dan dunia, ucapan dan
perbuatan. Dan hal ini meliputi pergaulan dengan
manusia, janji-janji, dan selain yang demikian itu. Dan
kesudahan yang demikian itu adalah menjaga dan
melaksanakannya.[2]

Diriwayatkan dalam cerita penduduk Najran, tatkala


mereka setuju membayar jizyah, sesungguhnya mereka
berkata: 'Sesungguhnya kami memberikan kepadamu
apa-apa yang engkau minta kepada kami, utuslah
bersama kami seorang laki-laki yang amin (dipercaya),
dan janganlah engkau mengutus bersama kami kecuali
orang yang amanah.' Maka beliau bersabda:



'Sungguh aku akan mengutus seorang laki-laki yang
amanah bersamamu, orang yang benar-benar amanah.'
[1] Dan beliau mengirim Abu Ubaidah .

Sungguh, jika ini merupakan sifat para penyeru


risalah, maka sesungguhnya para pengikut
mereka juga memiliki karasteristik seperti itu.
Karena itulah beliau menyertakan definisi
seorang mukmin dengan perilakunya yang
istimewa, di mana beliau bersabda:

"Dan seorang mukmin adalah orang yang manusia
memberikan amanah kepadanya terhadap darah
dan harta mereka."[1]

Apabila sifat amanah sudah menyatu dengan pemiliknya,


ia bergaul dengan sifat itu bersama yang dekat dan jauh,
muslim dan non muslim. Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: 'Menipu hukumnya haram dengan kesepakatan
ulama, sama saja terhadap muslim atau kafir zimmi.'[1]
Demikian pula keadaan orang yang beriman, sehingga
bersama orang yang terkenal sebagai pengkhianat dan
masyhur sebagai penipu, sebagaimana dalam hadits:



"Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi
amanah kepadamu, dan janganlah engkau berkhianat
kepada orang yang berkhianat kepadamu."[2]

Penipuan orang-orang besar, para


pemuka, dan pengkhianatan orang-orang
yang berkedudukan lebih keji dan lebih
jahat dari pada tergelincirnya kalangan
awam, karena kesalahan orang-orang
besar merupakan kerusakan besar.

Tidak bersifat amanah bukan hanya mendapatkan


kehinaan dan kenistaan di dunia, sesungguhnya
ia akan mendapatkannya tergambar baginya di
hari kiamat saat berada di titian, agar ia
tersungkur karenanya dari atas titian, menuju
dasar neraka jahanam, sebagai akibat menyianyiakan amanah dan melewati batas dalam
melanggarnya, sebagaimana dalam hadits:


...

"Dan dikirimlah amanah dan silaturrahim, maka
keduanya berdiri di kedua

Mujahid (pejuang) di medan perang diperintahkan bersikap amanah,


dilarang menipu, berkhianat dan ghulul (mengambil harta ghanimah
sebelum dibagi):

"Janganlah kamu menipu, janganlah berbuat ghulul, dan janganlah


mencincang musuh"[1]
Dan orang yang diberi amanah menjaga keluarga mujahid (pejuang)
adalah sebaik-baik yang melaksanakan amanah. Jika ia lalai atau
berkhianat, niscaya mujahid itu berdiri di hari kiamat, mengambil dari
kebaikannya apa-apa yang dikehendakinya:




...

,

"Dan tidak ada seorang laki-laki yang tidak ikut berperang,


menggantikan laki-laki dari para mujahidin (dalam mengurus)
keluarganya, lalu ia berkhianat pada mereka melainkan ia berdiri
baginya di hari kiamat, maka ia mengambil dari amal ibadahnya apaapa yang dikehendakinya maka apakah dugaanmu?[2] Maksudnya,
apakah kamu mengira bahwa masih tersisa sedikit lagi dari
kebaikannya?

Adapun amanah didalam ibadah adl anda menunaikan -wahai


kaum muslimin- dgn apa yg diwajibkan Allah kepadamu dgn
ikhlash kepada-Nya dan mengikuti Rasul-Nya SAW tanpa adanya
penambahan dan pengurangan menjunjung tinggi segala perintah
menjauhi segala larangan kamu takut kepada Allah secara
sembunyi dan terang terangan kamu takut kepadanya dihadapan
manusia dan dalam kesendirian krn Allah mengetahui kedipan
mata dan apa yg disembunyikan hati kamu menyembah Allah
seolah olah kamu melihat-Nya jika kamu tidak melihatnya maka
sesungguhnya Dia melihatmu kamu mengaplikasikan dua
kaliamat syahadat mendirikan shalat menunaikan zakat puasa
ramadhan berhaji ke baitullah dan berumrah dan kamu
menunaikan apa yg diwajibkan kepadamu dihadapan Tuhanmu
krn ingin mendapatkan keridhaannya dan krn takut kemarahan
dan kemurkaannya. Maka siapa yg seperti itu maka
sesungguhnya dia telah menunaikan amanah dihadapan
Tuhannya dan mendapatkan kenimatan yg abadi dgn izin Allah.

Dan adapun amanah didalam muamalat maka


ruang lingkupnya sangatlah banyak
sebagiannya adl bahwa kamu ber-muamalah
dgn manusia sebagaimana kamu menginginkan
orang lain mempergaulimu seperti itu dari
nasehat dan tutur kata dan kamu memelihara
hak-hak mereka yg berhubungan dgn harta
ataupun bukan dari tiap sesuatu yg diberi
amanah kepadanya baik secara lapaz maupun
urf .

Amanah juga ada antara seseorang dan istrinya


maka diwajibkan kepada masing-masing
memelihara yg lain pada harta dan rahasianya
maka janganlah menceritakan kepada
seseorang tentang hal itu. Dalam sebuah hadits
yg shahih dari nabi saw bersabda
Sesungguhnya sejahat-jahat manusia
kedudukannya disisi Allah pada hari qiyamat adl
seorang laki laki yg berkumpul dgn istrinya dan
kemudian salah satu dari keduanya membuka
rahasia yg lainnya.

Amanah juga ada antara seseorang dgn


temannya ia bercerita kepadanya tentang
rahasianya yg ia ketahui bahwasanya ia
tidak ingin orang lain mengetahui tentang
hal itu kemudian ia berkhianat kepadanya
tidak menunaikan sesuatu yg
diamanahkan kepadanya membuka
rahasianya serta menceritakannya kepada
orang lain.

Amanah juga ada dalam jual beli sewa-menyewa maka


tidak boleh bagi pedagang mengkhianati pembeli dgn
mengurangi takaran atau timbangan atau menambah
harga atau menyembunyikan aib atau menyamarkan
aqad. Pembeli pun tidak boleh mengkhianati penjual dgn
mengurangi harga atau mengingkari tidak mau
membayar hutang padahal dia mampu . Orang yg
menyewakan juga tidak boleh mengkhianati penyewa
denga cara mengurangi harga atau mengingkarinya atau
suatu muamalah yg merugikan penyewa baik itu berupa
rumah tempat alat atau yg ditunggangi .

Amanah juga terdapat dalam perwakilan dan


kekuasaan maka wajib atas wakil melakukan yg
terbaik dan ia tidak boleh berkhianat kepada
orang yg mewakilkan kepadanya maka ia
menjual barang milik muwakkil dalam
perdagangannya lbh murah dari nilainya krn
berkolusi dgn pembeli. Atau ia membelikan
barang utk muwakkil didalam pembeliannya lbh
mahal dari harga semestinya krn berkolusi dgn
penjual.

Dan didalam kekuasaan tiap orang yg berkuasa


atau sesuatu yg khusus atau umum maka ia
diberi amanah yg wajib ditunaikannya Maka
seorang qadhi adl amin amir adl amin
pemimpin-pemimpin kantor dan direktur adl
amin. Mereka wajib melakukan segala hal yg
berhubungan dgn kekuasaan mereka dgn yg lbh
baik utk kekuasaan mereka dan pada apa yg
mereka diberi kekuasaan sebatas kemampuan
mereka.

Pengurus pengurus anak yatim mesjid dan orang-orang


yg diberi wasiat mereka semua adl amin wajib
melaksanakan amanah dgn yg lbh baik. Ketahuilah
bahwasanya sebagian dari amanah ada yg berhubungan
dgn kebudayaan pendidikan dan pengajaran. Maka wajib
atas orang yg melaksanakan itu baik itu pembuatpembuat manhaj kepala-kepala bagian dan para
pembimbing memelihara amanah dalam hal yg demikian
itu dgn memilih manhaj yg benar serta pengajar
pengajar yg baik membekali para pelajar dgn ilmu dan
amal agama dan dunia ibadah dan akhlak.

Di antara gambaran amaliyah terhadap amanah: bahwa


engkau memberi nasehat kepada orang yang meminta
pendapatmu dan jujur kepada orang yang percaya
terhadap pendapatmu. Disebutkan dalam hadits:

"Yang diminta pendapat adalah yang dipercaya."[1]
...
"Dan barangsiapa yang memberi isyarat kepada
saudaranya dengan perkara yang ia mengetahui bahwa
petunjuk pada yang lainnya, berarti ia telah berkhianat
kepadanya."[2]

jadilah orang yang amanah benar-benar menjadi langka, yang


diisyaratkan kepada mereka, seperti dalam hadits:


: ,
,
...

"Jadilah manusia berjual beli, maka hampirlah salah seorang dari
mereka tidak ada yang menunaikan amanah. Maka dikatakan:
sesungguhnya pada bani fulan ada seorang laki-laki yang
amanah"[1]
Padahal sudah sangat langkanya orang-orang yang amanah, mereka
dijauhkan dan diberikan jabatan kepada selain mereka, dan hal itu
menjadi penyebab tersia-sianya amanah, itulah salah satu tanda hari
kiamat. Rasulullah bersabda:

:



: .
.
"Apabila amanah sudah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat.'
Abu Hurairah bertanya, 'Bagaimanakah menyia-nyiakannya?' Beliau
menjawab, 'Apakah perkara diserahkan kepada bukan ahlinya, maka
tunggulah hari kiamat."[2]

Anda mungkin juga menyukai