Oleh :
Hasmeinda Marindratama, S. Ked
J500100005
REFERAT
GANGGUAN HEMOSTASIS DALAM KEHAMILAN
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
Hasmeinda Marindratama, S. Ked
J500100005
Disetujui dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing I:
dr. Y.M. Agung Prihatiyanto, Sp.PD
(...................................................)
Mengetahui
Kepala Program Profesi
(...................................................)
BAB I
PENDAHULUAN
`
A.
Latar Belakang
Perempuan hamil rentan mengalami kejadian tromboemboli karena
mengakibatkan
kematian.
Stasis
vena
terjadi
karena
perubahan
distensibilitas vena yang diinduksi oleh hormon-hormon saat hamil dan obstruksi
aliran vena karena pembesaran uterus. Kerusakan endotel pelvis dapat terjadi
karena trauma saat melahirkan atau hipertensi vena. Beberapa faktor koagulasi
mengalami penurunan progresif saat kehamilan seperti kadar protein S, gangguan
fibrinolisis dan resistensi protein C teraktivasi didapat.
Di samping perubahan fisiologis saat hamil, lebih dari 50% perempuan
hamil yang mengalami tromboemboli vena terbukti menderita trombofilia.
Trombofilia herediter yang sering ditemukan adalah faktor V Leiden, mutasi gen
protrombin 20210, defisiensi antitrombin III, protein C, atau protein S. Faktor V
Leiden berhubungan dengan peningkatan risiko trombosis saat hamil atau nifas
sebanyak 5-16 kali dibandingkan perempuan tidak hamil tanpa trombofilia.
Carrier
heterozigot
mutasi
gen
protrombin
20210
meninkatkan
risiko
gen protrombin 20210 meningkatkan resiko kehilangan janin 2-3 kalo lebih besar
dibandingkan yang tidak.
Kejadian tromboemboli vena juga dipengaruhi faktor jumlah kehamilan
(lebih dari 4 kali), hamil usia tua, obesitas, persalinan sulit atau operasi,
imobilisasi lama, preeklampsia dan riwayat tromboemboli vena sebelumnya.
Selanjutnya referat ini akan membahas tentang kelainan hemostasis dan
akibatnya pada perempuan hamil baik yang terjadi karena perubahan fisiologis
maupun karena adanya faktor lain seperti trombofilia.
B.
Tujuan
1. Mengetahui beberapa gangguan hemostatis pada kehamilan.
2. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan gangguan
hemostatis dalam kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia Pada Kehamilan
Pada kehamilan dan fetus yang normal, sejak minggu keenam kehamilan
terjadi percepatan peningkatan volume plasma yang disproporsional dengan
volume sel darah merah (SDM) dan mencapai puncaknya pada minggu ke-24 atau
terus meningkat sampai minggu ke-37, dimana volume plasma mencapai + 43%
lebih besar dibandingkan perempuan tidak hamil. Di sisi lain, hal ini akan
menurunkan nilai hematokrit (Ht) dan Hb (dilutional anemia) sejak minggu
keenam seterusnya sampai minggu ke 16 atau 26 kehamilan: yang kemudian
mencapai keseimbangan baru (dengan adanya peningkatan massa SDM sebesar
17-25%) pada nilai Hb: 11gr/dl atau Ht: 0,33 L/L.
Kebutuhan besi ibu hamil (yang hanya 1 mg/hari pada dewasa normal)
akan meningkat mencapai 6 sampai 7 mg/hari pada masa organogenesis (trimester
2 dan 3) dan mencapai 10 mg/hari pada 6-8 minggu terakhir kehamilan.
Diperkirakan jumlah besi yang diperlukan untuk perkembangan janin dan
kehilangan darah selama melahirkan mencapai + 600 mg Fe yang sepenuhnya
diserap dari ibu hamil. Oleh karena itu, meskipun penyerapan besi selama
kehamilan meningkat dan bahkan telah diberikan suplemen besi, biasanya pada
perempuan dengan cadangan besi yang rendah tetap gagal memenuhi kebutuhan
di atas sehingga timbul anemia.
Beberapa kondisi yang menyebabkan kehilangan darah seperti lokasi
implantasi plasenta yang abnormal, komorbid lain seperti hemoroid akan semakin
memperberat anemia defisiensi. Tanpa melihat umur kehamilan, bila dijumpai
nilai Hb < 10,4 gr/dl sangat mungkin telah terjadi penurunan yang sebenarnya
(true) dari massa SDM atau anemia kehamilan. Pasca melahirkan atau
puerpurium, volume darah akan kembali normal dalam waktu 1-3 minggu.
Sedang
9 10 g/dl
- Fatig
- Sulit konsentrasi
- Detak jantung > 100/m
- Berdebar
- Dispnoe pada aktivitas
- Pucat
Berat
< 8 g/dl
- Overwhelming
- Fatig / exhaustion
- dizzyness
- Vertigo
- Depresi, gangguan tidur
- dispnoe pada istirakat
Diagnosis:
Tabel : Jenis Anemia dan Etiologi
Mikrositik:
Non Megaloblastik:
ADB
Myelodisplasia, kemoterapi
Talasemia
Penyakit liver
Retikulosit meningkat
Makrositik:
Myxederna
Megaloblastik:
Normositik:
Retikulosit meningkat
Defisiensi Vit B12
lain-lain)
Folat sendiri diperlukan untuk proses pematangan SDM dan sintesis purinpimidin serta perkembangan sistem saraf fetus sehingga kekurangan selama hamil
berisiko terjadinya kerusakan otak atau defek kelahiran neural tube. Defisiensi
B12 / Cbl jarang dijumpai pada ibu hamil, kecuali mereka melakukan diet
vegetarian. Kerusakan yang dapat terjadi adalah perubahan degeneratif sistem
saraf, terutama pada otak dan white matter medula spinalis, juga demyelinisasi
atau neuropati perifer akson.
Anemia diketahui disebabkan oleh banyak faktor, oleh karena itu dari
sudut praktis dimulai langkah pertama dengan menetapkan klasifikasi anemia
berdasarkan ukuran / morfologi SDM dan jumlah Hb. Dibagi atas anemia
makrositik, anemia mikrositik dan normositik. Indeks eritrosit MCV. MCH (mean
corpuscular Hb) dan MCHC (mean corpuscular Hb concentration) meskipun saat
ini langsung otomatis keluar sebagai data primer dari berbagai instrumen
laboratorium, namun ada baiknya dipahami cara perhitungan manualnya yaitu:
MCV(fl) =Hct/RBC x 10(mikrositik < 80fl: makrositik >100fl:normositik 80-100)
MCH (pg) = Hb/RBC x 10e6 (hipokromik < 27 pg)
MCHC (g/L) = Hb/Ht x 0,1 (hipokromik < 31 g/L)
MCHC tak sensitif namun spesifik untuk mengukur anemia defisiensi besi,
nilai abnormal hanya muncul pada anemia defisiensi besi yang berat dan jarang
karena sebab lain.
Berdasarkan indeks eritrosit di atas, pada ADB: MCV merupakan
parameter yang paling sensitif. Pemeriksaan morfologi dari usapan darah tepi,
merupakan pemeriksaan penting untuk mendeteksi penyebab penyakit lain. Feritin
serum merupakan cerminan tidak langsung cadangan besi tubuh, yang juga
diketahui pertama kali dimobilisasi bila diperlukan besi yang meningkat (fase
defplesi), sehingga nilai yang rendah < 20 ug/L merupakan nilai diagnostik ADB
(nilai normal dewasa berkisar 20-500 ug/L). Juga menunjang diagnosis ADB
adalah bila dijumpai MCV < 79 fL dan Hct < 30%. % saturasi transferin < 15 %,
di samping menurunnya kadar besi serum (9) sejalannya dengan semakin beratnya
fase defisiensi besi (fase deplesi fase laten defisiensi fase anemia defisiensi)
Anemia defiensi folat terjadi pada sepertiga kehamilan di seluruh dunia
dan hanya 1-4 % di Amerika Utara. Folat terdapat di sayuran hijau dan buah
buahan (misal: sitrus) dengan kebutuhan per hari adalah 50-100 ug. Pada manusia
yang sehat, cadangan folat mencapai 5000 ug yang cukup untuk metabolisme
selama 2-3 bulan. Amenia makrositik megaloblastik muncul pada defisiensi
sedang sampai berat. Kadar folat serum < 3 ug/L atau folat sel darah merah
(SDM) < 150 ng/ml merupakan baku nilai defisiensi folat. Gejala yang timbul
dapat berupa glositis, diare, depresi dan rasa bingung, sedangkan pada ibu hamil,
janin berisiko mengalami neural tube defect atau kerusakan otak.
Vitamin B12 sepenuhnya berasal dari diet yang berasal dari hewan,
dengan absorbsi harian adalah 5 ug, yang memerlukan faktor intrinsik (protein)
yang disekresi oleh sel parietal gaster. Anemia defisiensi vitamin B12 /
cyanocobal amin (Cbl), dengan tipikal pada kasus dewasa adalah anemia
pernisiosa (AP), sebenarnya adalah kehilangan kemampuan penyerapan vitamin
B12 dikarenakan hilangnya faktor intrinsik yang disebabkan penyakit autoimun
metaplastik atrofik gastritis. Namun secara sinonim juga umum merujuk pada
hamil
tidak
menyingkirkan
trombosis
vena
dalam
betis.
Gambar 1. Algoritme Investigasi tersangka Trambosis Vena Dalam (TVD). Saat hamil UK:
Ultrasonografi Komprasi. MRV. Pencitraan Resonansi magnetik.*IPG, bisa menggunakan UK,
pemeriksaan. **D-dimer dapat dilakukan dan jika normal investigasi lebih lanjut ditunda bila
abnormal. *** investigasi lebih lanjut ulangi hari ke-2 dan ke-3 dan 6-8: jika meningkat / tinggi
MRV atau venografi
Gambar 2. Algoritme untuk investasi tersangka emboli paru saat hamil V/Q scan, sken ventilasi
perfusi paru. UK. Ultrasonogravi kompresi. *Dapat mensubstitusi UK dan juka abnormal, emboli
paru terdiagnosis; jika normal, pemeriksaan lebih lanjut dibutuhkan. **paling sedikit satu segmen
perfusi. *** tidak normal. Probabilitas tidak tinggi. **** dapat mengganti pemeriksaan D-Dimer
sensitif, dan jika negatif, emboli paru ekskulasi.
Penatalaksanaan
Berdasarkan
berbagai
studi,
telah
ada
rekomendasi
pemberian
LMWH sesuai target kadar heparin secara periodik (tiap 1 sampai 3 bulan)
dengan memeriksa kadar anti-Xa. (tabel 1). Kadar anti-Xa yang diinginkan
adalah 0,5-1,2 U/ml. Alternatif lain, UFH bolus dilanjutkan dengan infus untuk
mempertahankan aPTT dalam rentang terapi (atau UFH dosis disesuaikan
subkutan) diberikan selama 5 hari, selanjutnya diberikan UFH dosis disesuaikan
subkutan atau LMWH dosis disesuaikan subkutan. Midinterval aPTT harus
dimonitor setiap 1-2 minggu karena kebutuhan UFH selalu bervariasi sesuai usia
kehamilan.
UFH atau LMWH dosis terapi harus dihentikan 24 jam sebelum tindakan
persalinan atau seksio sesaria elektif. Pada perempuan hamil dengan risiko tinggi
atau mengalami tromboemboli vena berulang (misal: trombosis vena dalam atau
emboli paru dalam 4 minggu) dapat diberikan UFH intravena yang dimulai dan
dihentikan 4-6 jam sebelum tindakan atau persalinan yang diharapkan.
Jika persalinan spontan terjadi pada perempuan hamil yang menggunakan
UFH dengan dosis disesuaikan subkutan, diperlukan monitor aPTT dengan hatihati, dan jika memanjang saat hampir melahirkan mungkin perlu diberikan
protamin sulfat untuk mengurangi risiko perdarahan. Untuk perempuan hamil
yang menggunakan LMWH, pendekatan yang diambil tergantung jarak
pemberian terakhir LMWH dengan persalinan dan kadar anti-Xa, jika bisa
diperiksa. Jika jarak pemberian LMWH dengan persalinan yang diharapkan,
diperkirakan
epidural
harus
dihindari.
2.
Jika
harus
digunakan,
harus
pada kasus trombosis vena dalam atau emboli paru yang lambat didiagnosa
antikoagulan diteruskan sampai 12 minggu.
Tabel 1. Dosis Heparin
Dose
UFH dosis mini
Regimen
UFH 5000 u Subkutan tiap 12 jam UFH
SK tiap 12 jam
Dosis disesuaikan sampai target Kadar
anti-Xa 0,1-0,3 u/ml
UFH SK tiap 12 jam dalam dosis
terapi terapi
Enoxaparin 40 mg sekali sehari atau 30
mg sehari sekali
Enoxaparin 1 mg/kg dua kali sehari
U menunjukkan unit
B. Sindrom Antifosfolipid Saat Kehamilan
Sindrom antifosfolipid (Antiphospholipid syndrome/APS) merupakan
kondisi trombofilik autoimun yang ditandai dengan adanya antibodi dalam darah
yang dikenal sebagai fosfolipid yang berikatan dengan protein, menjadi faktor
risiko tromboemboli vena. Di samping itu, sindrom ini ternyata turut bertanggung
jawab terhadap kejadian keguguran berulang. Hal ini pertama kali diutarakan
oleh Hughes
kurang dari 1% dan sampai dengan 5% pada usia yang lebih tua. Pada penderita
SLE, prevalensinya lebih tinggi. Pada studi multisenter Euro-Phospholipid, dari
1000 pasien yang tidak terseleksi yang memenuhi kriteria sindrom antifosfolipid
53% merupakan APS primer dan 41% APS sekunder atau kondisi lupus-like.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan kriteria Sapporo yang direvisi tahun 2006, kriteria diagnosis
sindrom antifosfolipid adalah ditemukannya paling sedikit satu kriteria klinik dan
satu kriteria laboratorik di bawah ini :
1. Kriteria Klinis
Trombosis vaskular :
Satu atau lebih episode trombosis arteri, vena, pembuluh darah kecil yang
memengaruhi organ atau jaringan. Trombosis harus dikonfirmasi dengan
kriteria obyektif yang tervalidasi.
Morbiditas kehamilan
a.
b.
c.
2. Kriteria Laboratorium
Ditemukannya pada dua kali pemeriksaan terpisah 12 minggu :
a.
b.
c.
Antibodi 2-GP-1 (IgG dan/atau IgM) pada titer > persentil ke-99.
Patogenesis
2.
3.
4.
Ada peran sel mononuklear, dimana kultur supermatan yang mengandung sel
mononuklear yang distimulus oleh 2-glikoprotein-I akan menghasilkan
interferon yang dapat mengaktivasi sel endotel.
5.
2.
Sindrom antifosfolipid
a.
b.
a.
b.
3.
4.
kehamilan
yang
mungkin
terjadi
karena
sindrom
antifosfolipid dan untuk pasien SLE meski tidak ada manifestasi di atas.
Pemeriksaan harus selalu dikerjakan ketika diduga sindrom antifosfolipid
karena pemeriksaan bisa negatif palsu. Persistensi abnormalitas
pemeriksaan harus dilakukan setelah 12 minggu.
Tatalaksana
Terapi utama sindrom antifosfolipid pada kehamilan adalah antikoagulan,
namun tidak diindikasikan pada keadaan tanpa adanya manifestasi klinik yang
bermakna. Oleh karena itu, pada pasien hamil dengan riwayat multipel (dua atau
lebih) kehilangan janin pada awal kehamilan atau satu atau lebih kehilangan janin
pada akhir kehamilan, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia atau
solusio plasenta direkomendasikan untuk mendapat aspirin ditambah dosis rendah
sampai menengah UFH atau LMWH. Bagi perempuan dengan sindrom
antifosfolipid tanpa ada riwayat kehilangan janin atau tromboemboli vena maka
direkomendasikan untuk surveilans, dosis rendah profilaksis UFH atau LMWH
dan atau aspirin dosis rendah 75 162 mg. Untuk mencegah kejadian trombosis
berulang, maka diberikan antikoagulan jangka panjang pada pasien perempuan
yang memiliki riwayat trombosis atau kehilangan janin berulang, yang kemudian
disulih dengan heparin saat hamil dan dosis rendah aspirin dan kembali diberikan
antikoagulan jangka panjang pasca persalinan. Dosis heparin yang digunakan
biasanya adalah 5000 unit dua kali sehari, kecuali terdapat riwayat tromboemboli
sebelumnya, sehingga perlu dosis penuh.
C. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelets)
adalah bentuk berat dari preeklampsia dan mengancam jiwa pasien dan janin.
Laporan-laporan awal menunjukkan bahwa preeklampsia berhubungan dengan
mikrotrombi, trombositopenia, koagulasi dan prognosis yang buruk. Muncul pada
pertengahan trimester kedua sampai beberapa hari pasca melahirkan. Insiden
meningkat pada perempuan kulit putih dan multipara.
Etiologi
Sindrom HELLP merupakan preeklampsia yang berat. Patofisiologinya
sama dengan preeklampsia. Prinsipnya adalah iskemia plasenta. Hal ini terjadi
karena perubahan sirkulasi uteroplasenta menjadi sistem tekanan rendah aliran
tinggi. Hal ini terjadi karena penetrasi dari trofoblas ke dalam arteri spiralis yang
merusak sehingga terjadi hipoperfusi dan hipoksia lokal yang mengaktifkan
endocel dengan ekspresi abnormal integrin, chaderin dan berbagai anggota
superfamili imunoglobulin yang terlibat dalam patofisiologi preeklampsia.
Kunci abnormalitas pada Sindrom HELLP adalah vasokonstriksi,
peningkatan tonus vaskular, agregasi trombosit dan perubahan rasio tromboksan:
prostasiklis. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari aktivasi komplemen dan
kaskade koagulasi yang berakibat pada injuri multiorgan endotel dan
mikrovaskular dan menghasilkan anemia hemolisis mikroangiopatik, peningkatan
enzim hati dan trombositopenia.
Gambaran Klinik
Sindrom HELLP merupakan 20% dari seluruh komplikasi preeklampsia
berat. Namun demikian, 15% pasien dengan sindrom HELLP tidak menderita
hipertensi atau proteinuria, yang lain mungkin ada hipertensi tanpa proteinuria
dan hipertensi berat jarang ditemukan.
Sistem Tennesse
Sindrom komplit dan/atau SGOT >
401 U/l
Trombosit < 100.000 mm3
Sindrom inkomplit
Diagnosis Banding
Sindrom HELLP harus dibedakan dengan berbagai kondisi yang bisa memberikan
gambaran yang mirip dengannya.
1.
2.
3.
Gangguan trombotik
a.
b.
c.
d.
Gangguan konsumtif
a.
b.
c.
Perdarahan
Lain-lain :
a.
b.
SLE
c.
APS
d.
Gangguan prokoagulan
Tatalaksana
1.
2.
Koreksi jumlah trombosit dan defek koagulan sebelum tindakan operasi atau
seksio sesaria. Termasuk koreksi koagulopati dengan plasma beku segar dan
kryopresipitat dan transfusi trombosit untuk mengoreksi jumlah trombosit.
3.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Macik BG. Rand JH. Konkle BA. Thrombophilia : whats practitioner to do?
Hematology 2001 : 322 338.
3.
4.
Bates SM. Greer IA. Hirsch J. Ginsberg JS. Use of antithrombotic agents
during pregnancy. The seventh ACCP conference on antithrombotic and
thrombolytic therapy. Chest. 2004 : 6275 6445.
5.
6.
7.
8.
9.
Clenney TL, Viera AJ. Corticosteroid for HELLP (haemolysis, elevated liver
enzymes. Low platelets) syndrome. BMJ. 2004 : 329: 270-272.