Anda di halaman 1dari 43

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sampah

2.1.1. Pengertian Sampah


Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container
yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang
yang dibuang karena berlebihan (Sarudji dan Keman, 2010).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008, mengartikan
sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasanbatasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011).
2.1.2. Jenis Sampah
Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut:
1.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:


a. Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan gelas dan
abu.
b. Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, plastik,
daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.

Universitas Sumatera Utara

2.

Berdasarkan dapat tidaknya dibakar:


a. Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-kain dan
kayu.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-sisa
potongan besi, gelas dan abu.

3.

Berdasarkan dapat tidaknya membusuk:


a. Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-kaleng,
pecahan gelas, karet dan abu.
b. Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-potongan
daging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-buahan, kertas dan
lain-lain.

2.1.3. Sumber Sampah


Menurut Chandra (2007), sampah berasal dari beberapa sumber yaitu sebagai
berikut:
1.

Permukiman penduduk
Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa
atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa
proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbish), abu atau sampah sisa tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

2.

Tempat umum dan tempat perdagangan


Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan berupa sisa makanan (garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa
bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.

3.

Sarana layanan masyarakat milik pemerintah


Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan umum,
tempat parkir, tempat layanan kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas,
kompeks militer, gedung pertemuan, pantai tempat hiburan dan sarana
pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus
dan sampah kering.

4.

Industri berat dan ringan


Yang termasuk industri berat dan ringan yaitu industri makanan dan minuman,
industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air
minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau proses
bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,
sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5.

Pertanian
Sampah dihasilkan dari lokasi pertanian seperti kebun, ladang atau sawah
sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,
sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Pengelolaan Sampah


Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang kegiatan yang
berkaitan dengan pengaturan terhadap sumber sampah, penyimpanan, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu
cara yang sesuai, baik dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi,
estetika dan berbagai pertimbangan lingkungan lainnya dengan memperhatikan sikap
masyarakat (Sarudji dan Keman, 2010).
Menurut Adnani (2007), pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan sumber sampah
melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi:
1.

Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan


jenis, jumlah dan sifat sampah.

2.

Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber


sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST). TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendauran ulang, pengolahan dan atau tempat pengolahan sampah
terpadu.

Sedangkan

TPST

adalah

tempat

dilaksanakannya

kegiatan

Universitas Sumatera Utara

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan


pemrosesan akhir sampah.
3.

Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.

4.

Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah


sampah.

5.

Proses akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Menurut Suyono dan Budiman (2011), pengurangan sampah dilakukan

dengan beberapa cara yaitu:


1.

Reuse yaitu pemanfaatan kembali sampah secara langsung tanpa melalui proses
daur ulang misalnya pengumpulan koran bekas, proses ini biasanya dilakukan
oleh para pemulung.

2.

Recycling (daur ulang) yaitu pemanfaatan bahan buangan untuk diproses kembali
menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Proses ini juga biasanya
dilakukan oleh para pemulung.
Menurut Neolaka (2008), proses akhir pengelolaan sampah dilakukan di

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang dijadikan sebagai Kawasan


Industri Sampah (KIS). Dilokasi TPA juga dilakukan pemisahan sampah dengan teliti

Universitas Sumatera Utara

untuk mengetahui perlakuan sampah-sampah tersebut sesuai fungsinya. Sampah yang


berbahaya

perlu

penanganan

secara

khusus.

Biasanya

sampah

berbahaya

penanganannya disesuaikan Undang-Undang atau peraturan yang berlaku. Namun


pada sampah yang tidak bisa diolah atau diproses secara khusus dibuang dengan cara
sanitary landfill. Akan tetapi kenyataan di lapangan yang terjadi adalah dilakukan
dengan cara open dumping.
Menurut Chandra (2007), tahap pemusnahan sampah terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan antara lain:
1.

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini
pemusnahan dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang
dilakukan selapis demi selapis.

2.

Incineration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah


dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan
fasilitas pabrik.

3.

Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses


dekomposisi zat organik oleh bakteri-bakteri tertentu, proses ini menghasilkan
bahan berupa kompos atau pupuk.

4.

Hog feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (babi) tetapi
perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah terlebih dahulu (dimasak
atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing pita (trichinosis) ke
hewan ternak.

Universitas Sumatera Utara

5.

Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam


sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif jika sistem pembuangan
air limbah dilakukan dengan baik.

6.

Dumping
Dumping

yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah

lapangan, jurang atau TPA sampah sampai sampah tersebut penuh dan
pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru
(Chandra, 2007).
Dumping merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai di
negara berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup tanah, rawa dan
jurang, sampah hanya dibuang dan ditumpuk saja tanpa penutupan. Sistem ini
terbagi menjadi dua macam yaitu open dumping (penumpukan terbuka) dan sea
dumping (penumpukan di laut), metode ini menimbulkan masalah pencemaran
(Kusnoputranto dan Susanna, 2000).
2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik, hanya dibuang saja akan
menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah
tersebut menjadi sarang vektor penyakit. Sampah padat berupa makanan sangat
disukai lalat, lalat akan hinggap dan bahkan bertelur di tumpukan sampah itu. Apabila
sampah mengandung kotoran binatang atau manusia yang telah terinfeksi, maka lalat
yang hinggap pada kotoran dapat menularkan penyakit. Sampah padat yang kotor

Universitas Sumatera Utara

dapat menjadi sarang kecoa seperti halnya dapat menyebarluaskan bibit penyakit
(Machfoedz, 2008).
Binatang lain yang senang berkembang biak di dalam sampah padat atau yang
bersembunyi di dalam sampah misalnya kelabang dan luwing yang dapat
menyemprotkan cairan dari mulutnya sampai 75 cm, apabila cairan ini mengenai
mata dapat mengakibatkan buta. Sampah padat yang bertumpuk di atas tanah yang
lembab juga merupakan tempat yang baik bagi cacing-cacing tertentu yang bisa
membahayakan kesehatan seperti halnya cacing cambuk dan cacing gelang
(Machfoedz, 2008).
Menurut Adnani (2011), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan
menjadi dua yaitu:
1.

Pengaruh langsung
Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak
langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun,
sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah karsinogenik, teratogenik
dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen
sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah
rumah tangga dan sampah industri.

2.

Pengaruh tidak langsung


Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang
membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan
menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat

Universitas Sumatera Utara

dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari berbagai
macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera dan sebagainya.
Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak di lingkungan yang
pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng dengan genangan air),
sedangkan tikus disamping merusak harta benda masyarakat juga sering
membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes dan leptospirosis serta
penyakit bawaan sampah lainnya seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogen
sulfida (H2S) dan sebagainya.
Zat kimia yang dihasilkan sampah berupa gas hidrogen sulfida (H2S) yang
terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Gas ini Tidak
berwarna tetapi mempunyai ciri berbau khas seperti telur busuk dan merupakan jenis
gas beracun. Gas ini bersifat iritan bagi paru-paru dan efek utamanya melumpuhkan
pusat pernafasan. Efek fisik gas H2S terhadap manusia tergantung dari beberapa
faktor diantaranya adalah lamanya seseorang berada di lingkungan paparan H 2S,
frekuensi seseorang terpapar, besarnya konsentrasi H2S dan daya tahan seseorang
terhadap paparan H2S. Efek gas H2S berupa gejala sakit kepala atau pusing, batuk,
sesak nafas, kulit terasa perih dan kehilangan kemampuan membau. Pada konsentrasi
yang tinggi mengakibatkan kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu
30-1 jam dan pada konsentrasi lebih dari 700 PPM kehilangan kesadaran dengan
cepat dan berlanjut kematian (Anonimous, 2001).
Gas lain yang dihasilkan oleh pembusukan sampah adalah gas metan (CH4),
gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat mudah terbakar dengan sendirinya.

Universitas Sumatera Utara

Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metan berakibat terjadinya ganggunan
pernafasan, dalam konsentrasi yang tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak
buruk yaitu kematian. Gas metan apabila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kebakaran (Sukandarrumidi, 2006).
Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang tidak
baik memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan seperti:
1.

Menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dilihat akibat adanya


tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat.

2.

Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu


yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk
sangat tinggi maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat.

3.

Adanya debu-debu dapat mengganggu mata dan pernafasan.

4.

Risiko terjadinya kebakaran (baik sengaja maupun tidak) dan asap yang
ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas
udara. Selain itu berpotensi menyebabkan kebakaran yang luas dan
membahayakan penduduk sekitar.

5.

Risiko terjadinya pencemaran udara karena meningkatnya konsentrasi debu, asap


dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

6.

Pembuangan sampah kesaluran air akan menyebabkan pendangkalan saluran dan


mengurangi kemampuan daya aliran sungai. Sehingga bila terjadi hujan dapat
menimbulkan banjir. Pembuangan sampah ke dalam selokan atau badan-badan
air akan menyebabkan badan air tersebut menjadi kotor. Selain itu hasil

Universitas Sumatera Utara

dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organik dapat mencemari
air permukaan ataupun air tanah menjadi dangkal.
7.

Dihasilkannya asam organik dari sampah yang dibuang ke badan air serta
kemungkinan timbulnya banjir akibat timbunan sampah yang berpotensi untuk
menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, antara lain kerusakan jalan,
jembatan, saluran air, fasilitas saringan dan pengolahan air kotor.
Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), pengelolaan sampah yang

kurang baik mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut,


keadaan lingkungan yang tidak bersih akan mengurangi daya tarik bagi orang lain
terutama turis asing untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2.2.

Keluhan Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan

kesehatan baik karena penyakit akut ataupun penyakit kronis (Saryono dan Widianti,
2011).
Timbulnya penyakit pada masyarakat tertentu pada dasarnya merupakan hasil
interaksi antara penduduk setempat dengan berbagai komponen di lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air,
serangga, tanah dan manusia. Apabila berbagai komponen lingkungan tersebut
mengandung bahan beracun ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya
penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya

Universitas Sumatera Utara

manusia. Sumber penyakit atau agent masuk kedalam tubuh melalui tiga cara yaitu
sistem pernafasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Achmadi, 2008).
2.2.1. Sistem Pernafasan
Manusia menghirup udara dan oksigen yang di dalamnya terdapat debu,
bakteri, virus, spora, jamur dan lain-lain. Sistem pernafasan berawal dari hidung,
tenggorokan, bronkus, cabang-cabang bronkhioli hingga akhirnya alveoli dilengkapi
dengan sistem pertahanan tubuh (Achmadi, 2011).
Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang
diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi serta membuang CO2
sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan manusia terdiri atas beberapa organ
yang dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau
penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pernafasan. Penyebabnya
bisa karena infeksi kuman, bakteri, virus, asap rokok, debu atau polutan udara.
Tingkat polusi yang tinggi akan menyebabkan banyak sekali gangguan pernafasan
(Budiono, 2011).
Lingkungan yang digunakan untuk membuang sampah terutama sampah yang
mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme menghasilkan gas metan (NH4)
dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang menimbulkan polutan udara dan berpengaruh
terhadap sistem pernafasan serta bersifat racun bagi tubuh (Soemirat 2009).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Somantri (2009), pernafasan pada manusia sangat dipengaruhi oleh


beberapa hal berikut ini:
1.

Lingkungan
Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Hal ini
mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan jumlah
kehilangan panas dari permukaan tubuh.

2.

Aktivitas dan istirahat


Latihan atau kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan
peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh.

3.

Kesehatan
Seorang yang sehat sistem pernafasan secara normal menyediakan oksigen bagi
kebutuhan tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat mempengaruhi oksigenasi
dalam darah.

4.

Gaya hidup
Orang yang perokok atau terpapar polusi udara dapat mengindikasikan adanya
gangguan paru-paru.

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan sistem pernafasan adalah sebagai


berikut:
1.

Batuk
Batuk adalah salah satu keluhan kesehatan pada sistem pernafasan, batuk

bukan suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran


pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di

Universitas Sumatera Utara

tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat
dibedakan dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut adalah batuk yang
berlangsung kurang dari 14 hari. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari berturut-turut
disebut batuk kronik atau batuk kronik berulang (Zein, 2010).
Gangguan pernafasan harus tetap diwaspadai karena dapat berupa gejala
penyakit yang lebih serius. Adanya batuk terus-menerus, dahak bercampur darah, dan
timbul rasa sakit atau nyeri dada merupakan gejala yang mengarah ke penyakit
kanker paru-paru (Budiono, 2011).
2.

Nyeri dada
Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan yang berfungsi menukar

oksigen dalam sistem karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin, proses
ini dikenal sebagai respirasi atau pernafasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan
dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi lebih rentan mengalami gangguan
pernafasan (Budiono, 2011).
Nyeri dada adalah salah satu keluhan pada sistem pernafasan, nyeri dada
merupakan perasaan sakit atau perasaan tidak nyaman yang cukup mengganggu di
daerah dada. Nyeri terjadi akibat rangsangan organ tubuh pada rongga dada yang
disalurkan ke dinding dada melalui saraf pusat. Nyeri dada berkaitan dengan paru,
jantung atau organ yang lain. Sifat nyeri dada bermacam-macam diantaranya nyeri
terasa berat, dada terasa penuh, dada seperti diremas, menusuk dan rasa terbakar
(Suddarth, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Nyeri dada yang berkaitan dengan paru, nyeri terasa tajam dan menusuk.
Sedangkan nyeri yang berkaitan dengan jantung biasanya dimulai dari daerah dada
bagian tengah kemudian menyebar ke bagian leher dan dagu. Rasa nyeri tersebut
dapat pula menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri bagian dalam. Nyeri dada juga
dapat disebabkan gangguan pada oesophagus dan lambung. Nyeri biasanya berasal
dari ulu hati yang kemudian dirasakan di dada bagian dalam dan disertai adanya mual
dan muntah (Anonimous, 2003).
3.

Sesak Nafas
Sesak nafas adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif

merasakan ketidaknyamanan bernafas yang terdiri

dari berbagai sensasi yang

berbeda intensitasnya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi,


psikologi, sosial dan lingkungan. Sesak nafas biasanya disertai dengan keluhan batuk
dan nyeri dada (Zein, 2010).
Orang yang mengalami sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas
24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak
boleh diabaikan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari
penyebab awalnya dan segera diatasi. Sesak nafas dapat terjadi karena faktor
lingkungan, pencemaran lingkungan, udara dingin dan lembab. Selain itu bekerja di
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan
(Hasyim, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan sangat penting dalam menunjang kesehatan, sistem
pencernaan memproses apa yang kita makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan nutrisi dan energi untuk berfungsi dengan baik. Sistem pencernaan
meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar hingga anus. Penyakit
dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang
serupa lalu mengarah ke salah satu jenis penyakit. Perlu diwaspadai apabila buang air
besar yang disertai adanya darah karena merupakan salah satu gejala penyakit yang
lebih serius (Shanty, 2011).
Diare adalah gangguan yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses
dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare ababila feses cair
dan buang air besar tiga kali atau lebih. Diare disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit dan protozoa. Diare dapat mengenai
semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di
negara berkembang dan erat hubungannya dengan lingkungan yang tidak higienis
(Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes RI (2006), penularan diare dapat terjadi melalui air yang
terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan
bakteri dan melalui tanah yang terkontaminasi. Faktor risiko yang paling dominan
menimbulkan diare adalah:
1. Sarana air bersih, yaitu semua sarana air bersih yang dipakai sebagai sumber air
yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat. Yang perlu diperhatikan antara lain

Universitas Sumatera Utara

kualitas jumlah air yang digunakan oleh masyarakat, kuantitas air serta sumber air
bersih yang digunakan.
2. Pembuangan kotoran, berupa jamban yang digunakan oleh masyarakat yang
memenuhi syarat antara lain kotoran manusia tidak mencemari lingkungan, tidak
mencemari air dan tanah, tidak terjamah oleh manusia dan vektor.
3. Pembuangan air limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga.
4. Pembuangan sampah apabila pengelolaan sampah tidak memenuhi persyaratan.
2.2.3. Penyakit Kulit
Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang
menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia,
sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes
scabiei).
1.

Gatal-gatal
Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya

penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini seringkali
menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi penanahan. Salah satu penyakit
kulit adalah skabies dengan gejala keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari
dan adanya bintik-bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung
oleh:

Universitas Sumatera Utara

a.

Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit berkeringat.


Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena benda plastik terlalu lama atau
terkena kain sintesis.

b.

Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya dianjurkan


untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera mengganti pakaian. Pakaian yang
kotor akan disenangi oleh bakteri yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.

c.

Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi. Walaupun bukan


merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak dapat dibiarkan. Alergi dapat
terjadi karena terhirup debu, bulu hewan dan pakaian.
Upaya yang penting dalam pencegahan adalah pola hidup yang baik.

Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila tidak disertai dengan menjaga kebersihan
diri seperti mencuci tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus,
2008).
2.

Kulit kemerahan
Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala bakteri, efek

negatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga memiliki sifat yang
sensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena beberapa faktor yaitu alergi terhadap
udara, debu, plastik maupun obat-obatan dan akibat matahari. Sinar matahari
merupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel

tubuh. Pemaparan

berlebihan dalam waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panas
dan luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Pemulung dan Keluhan Kesehatan


Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang

yang sudah tidak dipakai lagi. Orang yang bekerja dalam proses pemulungan atau
sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pencari sampah. Masyarakat
pemulung adalah sebuah komunitas yang unik dan berbeda dengan masyarakat umum
lainnya (Damanhuri dan Padmi, 2010).
Faktor risiko terganggunya kesehatan pemulung pada umumnya seringkali
ditemukan keluhan sakit perut, sakit kepala dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA). Sakit perut yang diderita diduga disebabkan pencemaran bakteri sampah pada
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pemulung. Sedangkan sakit kepala
disebabkan oleh terhirupnya gas metan dan bau busuk yang mencemarai TPA yang
timbul akibat proses pembusukan sampah (Sinaga, 2008).

2.4.

Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Kesehatan


Menurut Chandra (2007), ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang

dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada


manusia. Tiga faktor tersebut terdiri atas agent penyakit, manusia dan lingkungannya.
Manusia dikatakan sehat apabila ketiga komponen tersebut dalam keadaan normal.
Namun, pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu misalnya
saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu agent penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda
hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya serta
suasana yang terbantuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam
tersebut (Soemirat, 2009).
Menurut Mulia (2005), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia
jika manusia tersebut terpapar (exposed) dengan lingkungan yang tercemar terutama
pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Pada dasarnya pemaparan
faktor-faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

udara
Saluran pernafasan

air

Saluran pencernaan

Kulit

Manusia

Saluran pencernaan

saluran pencernaan

Makanan

kulit
Tanah

Gambar 2.1. Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992


dalam Mulia).
Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan
pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Universitas Sumatera Utara

fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan
dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008).
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu area yang
menampung sampah hasil pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
maupun langsung dari sumbernya (bak atau tong sampah) dengan tujuan untuk
mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat
umumnya. Sebenarnya setelah sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dapat mengurangi permasalahan yang ada di masyarakat, namun permasalahan
baru akan terjadi di tempat pembuangan akhir yang pada akhirnya juga akan
merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping
(dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada
proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan
memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti
pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau
kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010).
Kondisi lingkungan kerja pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga
kondisinya berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari
sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau
penyakit akibat kerja. Lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya menjadi sumber
penularan penyakit (Junaedi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

1.

Paparan terhadap cahaya matahari


Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja

dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari pencahayaan buatan seperti lampu
pijar dan lampu pelepasan listrik dan pencahayaan alam yang bersumber dari sinar
matahari. Sinar matahari adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di
lingkungan terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008).
Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari adalah
sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan berbagai ragam panjang
gelombang dan frekuensi. Sinar matahari merupakan pancaran radiasi dari matahari
atau solar radiation. Bumi memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar
sinar matahari tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari
yang mengandung ultraviolet.
Paparan sinar matahari yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum
pukul 09.00. Pada jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat
bagi tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk kesehatan
tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga bermanfaat meningkatkan
sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan
metabolisme tubuh. Racun dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi
berjemur di atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini
dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B
(UVB) dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan

Universitas Sumatera Utara

terbakar, serta merusak sel-sel kulit. Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan
rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang
cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) di
samping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok (Moeljosoedarmo, 2008).
Dampak tidak langsung dari sinar matahari yang paling banyak terjadi adalah
kanker kulit. Penduduk yang memiliki kulit berwarna lebih tahan terhadap bahaya
kanker kulit dibanding penduduk kulit putih. Perilaku pemajanan mempengaruhi
distribusi dan kejadian penyakit kanker (Achmadi, 2011).
Tenaga kerja di luar gedung memiliki risiko yang tinggi untuk mendapatkan
efek dari sinar matahari namun ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk
melindungi kulit agar tidak terasa panas, terbakar, kemerahan atau berwarna coklat
yaitu menggunakan pelindung seperti menggunakan krim pelindung cahaya matahari
maupun menggunakan pakaian yang tepat seperti memakai baju lengan panjang,
celana panjang, topi dengan penutup leher, menggunakan kacamata gelas atau
kacamata plastik dan membatasi waktu pemaparan (Moeljosoedarmo, 2008).
2.

Paparan terhadap bau-bauan


Fungsi hidung dalam kaitanya dengan pekerjaan adalah sebagai sarana untuk

menghirup oksigen dan udara, maksudnya adalah udara bersih dan tidak tercemar
sehingga dapat menyelamatkan, mengamankan dan membuat nyaman kehidupan
khususnya nyaman dalam bekerja. Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat
dianggap sebagai pencemaran karena mengganggu konsentrasi pekerja. Bau-bauan

Universitas Sumatera Utara

yang

terjadi

terus-menerus

dapat

mempengaruhi

kepekaan

penciuman

(Sedarmayanti, 2009).
Hubungan bau-bauan dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak
enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Bau-bauan merupakan
jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga
menggambarkan hygiene (kebersihan) lingkungan pada umumnya. Cara pengukuran
bau-bauan yang dapat mengklarifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada,
sehingga pengukurannya masih bersifat subjektif. Hal ini disebabkan karena
seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut,
apabila sudah lama atau biasa mencium bau tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa
karena telah terjadi penyesuaian. Penyesuaian penciuman apabila indra penciuman
menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium
kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Sarudji dan Keman (2010), tempat pembuangan sampah padat
sebagai sumber pencemaran udara karena gas yang dihasilkan dari proses
dekomposisi khususnya sampah organik yang dapat mengurai. Pengaruh sampah
dalam pencemaran lingkungan dapat ditinjau melalui beberapa aspek, secara fisik
sampah dapat mengotori lingkungan sehingga memberikan kesan kotor dan tidak
estetik terlebih apabila sampah itu membusuk serta menimbulkan bau yang tidak
enak.

Universitas Sumatera Utara

3.

Kontak dengan vektor


Vektor adalah jenis serangga yang dapat memindahkan atau menularkan suatu

penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan
(susceptible host). Binatang pengganggu umumnya merupakan binatang mengerat
yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan dan yang lebih penting lagi dapat
merusak induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah
suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit
menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa atau matang akan
menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi atau kotoran dari host
terifeksi tersebut (Suyono dan Budiman, 2010).
a.

Nyamuk
Nyamuk adalah vektor mekanis penyakit pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh parasit dan virus. Jenis nyamuk terdiri dari nyamuk Anopheles,
Culicini (nyamuk Culex dan Aedes) dan Aedes aegypti. Beberapa jenis penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk yaitu malaria, filariasis, demam kuning, Dengue
Haemoragic Fever (DHF), cikungunya dan encephalitis (Chandra, 2006).
Sesuai siklus hidupnya nyamuk hidup nyamuk harus dekat dengan air,
breeding places nyamuk berbeda sesuai dengan jenisnya. Culex dapat hidup
disemua jenis air. Aedes hanya mau hidup di air yang jernih atau bersih baralas
dengan bahan buatan seperti drum, ban bekas, bak dan kaleng bukan tanah atau
alamiah sedangkan Anopheles bergantung pada jenis nyamuknya (Suyono dan
Budiman, 2010).

Universitas Sumatera Utara

b.

Lalat
Lalat merupakan vektor mekanis bakteri patogen, protozoa, dan telur
serta larva cacing. Keberadaan lalat erat hubungannya dengan sampah, oleh
karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah. Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat
berkembangbiaknya lalat terutama sampah organik yang mudah membusuk,
baunya merangsang lalat untuk hinggap. Lalat sering kali memuntahkan
makanannya, oleh sebab itu kemungkinan terjadinya penularan penyakit dapat
melalui aktivitas memuntahkan makanan dan disamping itu bulu-bulu kaki lalat
sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Sarudji dan Keman, 2010).
Luasnya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit
ditentukan. Lalat dipandang sebagai vektor penyakit tifus abdominalis,
salmonellosis, kolera, disentri basiler, amoeba, tuberkulosis, antrak, frambusia,
konjungtivitis dan lainnya (Chandra, 2006).

c.

Binatang pengerat (rodent)


Menurut Sarudji dan Keman (2010), binatang pengerat yang banyak
berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah tikus. Tikus juga menimbulkan
kerugian terhadap manusia karena merusak dan mengotori bahan makanan atau
bahan lainnya. Hubungan tikus dengan kesehatan adalah tikus dapat berperan
sebagai reservoir beberapa penyakit yang ditularkan kepada manusia yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1.

Penyakit pes
Penyakit pes mulanya adalah penyakit tikus dan pinjalnya yang disebabkan
oleh Yersinia pestis. Vektor ini menjadi inefektif setelah menggigit binatang
yang darahnya mengandung penyebab penyakit pes. Bakteri tumbuh dan
terdapat dalam saluran makanan pinjal itu sendiri sehingga hal ini akan
membahayakan siapa saja yang digigit karena darah yang dihisap sebagian
masuk melalui luka gigitannya sambil membawa Yersinia pestis.

2.

Murine typhus
Murine typhus ditularkan dari tikus ke manusia oleh Xenopsylla cheopsis
(kutu tikus). Pinjal yang telah menggigit tikus yang menderita Murine typhus
adalah pinjal yang infeksius. Pinjal infeksius bila menggigit manusia pada
waktu menghisap darah pinjal yang infeksius ini berdefekasi. Kotoran pinjal
masuk kedalam saluran darah melalui luka gigitan atau luka bekas di garuk
atau luka oleh sebab lainnya.

3.

Leptospirosis
Seseorang terinfeksi penyakit ini karena kontak dengan air atau makanan
yang terkontaminasi oleh kotoran atau urin tikus. Disamping itu penularan
juga dapat melalui luka gigitan tikus yang menderita penyakit tersebut.

4.

Salmonela
Banyak kasus peracunan makanan disebabkan oleh salmonela. salmonela
menyebar dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah melalui

Universitas Sumatera Utara

makanan yang terkontaminasi oleh kotoran tikus yang mengandung


salmonela.
d.

Kecoa
Kecoa sebagai vektor penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan
melalui makanan atau penyakit saluran pencernaan. Kecoa dapat beradaptasi
dengan ekologi manusia dengan baik. Kecoa hidup pada saluran air kotor, toilet
bagian luar, pepohonan atau di lingkungan dapur dan juga kamar mandi. Karena
sifatnya ini kecoa dapat berperan sebagai carrier dari penyakit diare, disentri,
typoid dan polio (Sarudji dan Keman, 2010).

2.4.2. Zat Kimia


Sampah yang mudah membusuk memerlukan pengelolaan yang cepat, baik
dalam pengumpulan maupun pembuangannya karena pembusukan sampah akan
menghasilkan zat kimia berupa gas. Gas yang dihasilkan oleh sampah adalah:
1.

Hidrogen sulfida (H2S)


Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk dan terjadi apabila bahan

organik mengalami proses pembusukan sebagai akibat kinerja bakteri. Tumbuhan


atau sampah organik yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)
berpotensi menimbulkan gas H2S. Gas ini dapat tersebar kemana-mana, mengarah
sesuai dengan arah angin. Oleh karena itu Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPAS) tidak dibenarkan berada di daerah ketinggian, daerah dekat permukiman atau
di pinggir sungai. Timbunan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat

Universitas Sumatera Utara

merupakan sarang penyebar penyakit atau sarang berkembang biaknya penyakit


(Sukandarrumidi, 2006).
Menurut Soemirat (2009), hidrogen sulfida lebih berat daripada udara
sehingga H2S sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah. Hidrogen sulfida
bersifat iritan bagi paru-paru dan digolongkan ke dalam asphyixiant. Aspiksia adalah
keadaan

dimana

darah

kekurangan

oksigen

dan

tidak

mampu

melepas

karbondioksida. Aspiksia terjadi apabila konsentrasi gas pencemar tinggi sehingga


bersifat akut karena efek utama H2S adalah melumpuhkan pusat pernafasan sehingga
pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan terhentinya pernafasan.
2.

Metan (CH4)
Gas metan (CH4) adalah gas yang lebih ringan dari udara, tidak berwarna dan

tidak berbau. Gas metan terbentuk apabila bahan organik seperti sisa-sisa tumbuhan
yang sudah mati secara alamiah mengalami proses pembusukan. Sampah adalah salah
satu kontributor besar bagi terbentuknya gas metan (CH4) karena sampah mudah
membusuk akibat aktivitas mikroorganisme dan sampah selalu diproduksi oleh
aktivitas manusia sehari-hari (Sukandarrumidi, 2006).
Sampah yang membusuk dalam jumlah besar akan mengakibatkan penyebaran
bau yang sangat mengganggu yang dapat mengakibatkan sakit kepala karena
mengandung gas metan dari hasil pembusukan. Gas metan bersifat eksplosif yaitu
mudah terbakar dengan sendirinya dan akan menghasilkan asap yang mengganggu
pernafasan (sesak safas) serta hasil pembakaran plastik sangat berbahaya karena
termasuk zat karsinogen (penyebab kanker) (Suyono dan Budiman, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Lama Kerja


Menurut Sumamur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam
sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan
lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang
optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja
dengan waktu berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan
kesehatan dan penyakit.
Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total
prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Bekerja selama 8
jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikian
waktu istirahat harus tetap diadakan (Sedarmayanti, 2009).
2.4.4. Personal Hygiene
Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia
untuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk
diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).
Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan
meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana
dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene
merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti
mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara

kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan


langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan
risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama
penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygiene
yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti
penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna
(Saryono dan Widianti, 2011).
1.

Kebersihan kulit
Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk
melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu, menghasilkan
minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf, menghasilkan dan
mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti, 2011).
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit
memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman
yang masuk melewati kulit (Isroin dan Andarmoyo, 2012).
Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan
lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang
perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:
a.

Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari.

b.

Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.

c.

Mandi dengan menggunakan sabun.

Universitas Sumatera Utara

2.

d.

Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari.

e.

Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.

f.

Menjaga kebersihan lingkungan.

Kebersihan tangan, kaki dan kuku


Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan
dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah
satu penghantar utama masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam tubuh
manusia.

Apabila

tangan

manusia

menyentuh

tinja

atau

feses

akan

terkontaminasi lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri tidak dapat dilihat secara langsung
sehingga sering diabaikan dan mudah masuk kedalam tubuh manusia. sedangkan
permasalaha kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku,
menggunakan alas kaki yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam
(Zein, 2010).
Menurut Zein (2010), cuci tangan memakai sabun, bagi sebagai besar
masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Tapi bagi sebagian
masyarakat lainnya cuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin,
terutama bagi anak-anak. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan
sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit
terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit
infeksi saluran pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci
tangan pakai sabun, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Sebelum makan dan sesudah makan.


b. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
c. Sebelum memegang bayi.
d. Sebelum menyiapkan makanan.
e. Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan.
Menurut Isroin dan Andarmoyo (2012), mengabaikan kebersihan tangan,
kaki dan kuku akan berdampak pada berbagai macam penyakit yang
menghampirinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan kaki, tangan dan kuku adalah sebagai berikut:
a.

Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama


gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi
mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh).

b.

Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor, karena
bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki.

c.
3.

Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur.

Kebersihan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya kebersihan rambut
seseorang akan membuat penampilan rambut tampak kusut, kusam, tidak rapi
dan tampak acak-acakan selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau
gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe, adanya kutu rambut dan
sebagainya (Isroin dan Andarmoyo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat dilihat


berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut. Karekteristik rambut dapat
dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu.
Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap
bersih dan sehat yaitu:
a.

Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu.

b.

Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.

c.

Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

2.4.5. Alat Pelindung Diri (APD)


Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar adalah mata,
kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut, diperlukan alat pelindung diri
yang harus dipakai pada organ yang akan dilindungi (Harrington dan Gill, 2003).
Perlindungan tubuh atau permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan
kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah:
1.

Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.

2.

Penyebaran zat kimia melalui kulit.

3.

Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.


Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah alat

pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara langsung untuk tujuan
pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan
tempat kerja. Meskipun APD telah dipakai namun baiknya APD yang digunakan
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1.

Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana


pekerja terpajan.

2.

Alat atau pakaian

pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberi

perlindungan.
3.

Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif.

4.

Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya
maupun tanggapan panca indranya.

5.

Alat pelindung diri harus tahan lama.

6.

Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya tambahan karena
pemakaian) baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin
penyalahgunaan.
Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

1.

Pakaian kerja
Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat melindungi
kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan kimia dan lainnya.
Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu lebar atau terlipat keluar dan
tidak menggunakan baju yang terlalu longgar atau sempit (Harrington dan Gill,
2003).

2.

Topi pengaman
Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar matahari seperti di
lingkungan konstruksi dan lain-lain) (Moeljosoedarmo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

3.

Pelindung mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap iritan dan
bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari. Pelindung mata ada yang
berbentuk kacamata biasa, kacamata pelindung atau tameng muka (Harrington
dan Gill, 2003).

4.

Masker
Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam bentuk debu dan
gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup dengan menggunakan masker
(Harrianto, 2009).

5.

Sarung tangan
Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai dengan tujuan
untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih) dan menghindari kecelakaan
atau penyakit akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008).

6.

Sepatu kerja
Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari kejatuhan
benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda tajam atau runcing.
Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia ataupun tempat
kerja yang becek, tenaga kerja diberikan sepatu pengaman jenis boot yang
terbuat dari karet (Moeljosoedarmo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Indeks Massa Tubuh (IMT)


IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau IMT orang dewasa

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup lebih panjang. Penilaian IMT dapat dilakukan secara langsung melalui
antropometri dengan cara mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Penggunaan IMT
hanya berlaku pada orang dewasa berumur diatas 18 tahun, IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan dan IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, ascites dan
hepatomegali (pembesaran hati) (Supariasa at.al, 2001).
Menurut Supariasa at.al (2001), masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat dan penyebabnya dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang

terkait satu dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Gizi kurang

Asupan makanan

Persediaan
makanan di rumah

Penyakit infeksi

Perawatan anak
dan ibu hamil

Pelayanan
kesehatan

Kemiskinan, kurang
pendidikan dan kurang
keterampilan

Krisis ekonomi langsung


Gambar 2.2.

Faktor Penyebab
Supariasaat.al).

Gizi

Kurang

(Persagi,

1999

dalam

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting karena mempunyai risiko penyakit-penyakit
tertentu dan dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Pemantauan keseimbangan
berat badan perlu dilakukan secara berkesinambungan, salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal (Supariasa at.al. 2001).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)
Atau
Berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan FAO/WHO (1985) batas ambang IMT laki-laki dan perempuan


berbeda, batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan
adalah 18,7-23,8. Kategori ambang batas IMT untuk orang Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas Indeks Masa Tubuh (IMT)
Kategori
Kekurangan berat badan

IMT

Kurus
Normal
Gemuk
Kelebihan berat badan
Sumber: Depkes, 1994 dalam Supariasa at.al

< 18,5
18,5-25
> 25

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under
weight atau kekurusan dan berat badan yang berada di atas batas maksimum
dinyatakan sebagai over weight atau kegemukan. Berat badan di bawah normal
mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran
normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

2.6.

Landasan Teori
Faktor yang sangat besar mempengaruhi keluhan kesehatan adalah

lingkungan. Salah satu masalah lingkungan adalah tempat pembuangan akhir sampah
yang dilakukan secara open dumping. Sistem pembuangan seperti ini menyebabkan
tempat berkembangnya agent penyakit. Manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan agent penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan
agent penyakit maka terjadi ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa
hubungan antara manusia (host), penyebab penyakit dan lingkungan (environment)
dalam bentuk interaksi. Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu
pada titik lingkungan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka teori yang dibuat berdasarkan
modifikasi dari Gordon sebagai berikut:
Agent (penyebab penyakit):
- Cahaya matahari dan bau bauan
- Virus, parasit, bakteri patogen,
telur serta larva cacing
- Gas hidrogen sulfida (H2S) dan
gas metan (NH3).

Host (manusia):
- Karakteristik pemulung
- Lama kerja
- Kontak dengan vektor
- Personal hygiene
- Kebiasaan memakai alat
pelindung diri.

TUAS

LINGKUNGAN

FISIK

BIOLOGI

KIMIA

Gambar 2.3. Kerangka Teori 1


Mengacu dari tinjauan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan
kesehatan dan teori dari Gordon (1950) tentang konsep penyakit. Hubungan antara

Universitas Sumatera Utara

manusia sebagai individu yang berperan sebagai host, penyebab penyakit (agent) dan
lingkungan berinteraksi (saling mempengaruhi). Interaksi tersebut ibarat timbangan
dengan tuas yang bertumpu pada titik lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,
biologi dan kimia. Seseorang dikatakan sakit apabila terjadinya ketidakseimbangan
antara agent penyakit dan host. Apabila agent penyakit di lingkungan tinggi yang
terdiri dari adanya cahaya matahari, bau bauan, virus, parasit, bakteri patogen, telur
serta larva cacing yang ada pada vektor yang menularkan penyakit, adanya gas
hidrogen sulfida (H2S) dan gas metan (NH3) tidak didukung pengendalian dari host
(pemulung) baik dari segi karakteristik pemulung, lama kerja dalam sehari, adanya
kontak dengan vektor, pemenuhan personal hygiene yang kurang dan kebiasaan
pemakaian alat pelindung diri yang tidak baik maka dalam keadaan seperti ini terjadi
peningkatan kerentanan pemulung untuk mengalami keluhan kesehatan.
Hal yang sama seperti yang dikemukakan Achmadi (2008), dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil hubungan
interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungannya memiliki
potensi penyakit. Kejadian penyakit berawal dari sumber penyakit (simpul 1) melalui
media transmisi penyakit (simpul 2) dan didukung oleh perilaku pemajanan (simpul
3) yang menyebabkan kejadian penyakit (simpul 4). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kerangka teori yang dibuat berdasarkan modifikasi dari Achmadi sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

Sumber

- Virus
- Parasit
- Bakteri patogen
- Telur serta larva
cacing
- Gas hidrogen
sulfida (H2S)
- Gas metan (NH4)

Media

- Sampah
(makanan)
- Vektor
- Udara

Manusia

Dampak

- Karakteristik
pemulung
- Personal hygiene
- Alat pelindung
diri
- Feses
- Darah
- kulit

- Sakit
- Tidak
sakit

- Pernafasan
- Pencernaan
- Kontak langsung
Lingkungan tempat
pembuangan akhir
sampah
Gambar 2.4. Kerangka Teori 2
Berdasarkan tinjauan teori, faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan
kesehatan dan teori Achmadi (2008) tentang paradigma kesehatan lingkungan pada
teori simpul. Keluhan kesehatan pada suatu penyakit terjadi berdasarkan sumbernya
(simpul 1) yaitu adanya virus, parasit, bakteri patogen, telur serta larva cacing,
adanya gas hidrogen sulfida (H2S) dan gas metan (NH4) dengan media (simpul 2)
yaitu sampah berupa makanan, adanya vektor dan udara yang masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, pencernaan dan melalui kulit yang didukung oleh
karakteristik pemulung dan upaya menjaga kebersihan perorangan atau personal
hygiene, penggunaan alat pelindung diri serta adanya pemeriksaan pendukung yaitu

Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan feses, darah dan kulit (simpul 3) sehingga dapat diketahui dampaknya
terhadap keluhan kesehatan (simpul 4). Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
adalah lingkungan tempat pembungan akhir sampah yang berperan dalam proses
kejadian penyakit atau keluhan kesehatan.

2.7.

Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Lingkungan Tempat
Pembuangan Akhir Sampah:
- Baik
- Tidak baik
Zat kimia:
- Gas hidrogen sulfida (H2S)
- Gas metan (CH4)
Lama kerja

Karakteristik
responden:
- Umur
- Pendidikan

Keluhan kesehatan
Pemulung

Personal Hygiene:
- Baik
- Tidak baik
Alat pelindung diri
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai