Anda di halaman 1dari 3

HIPERTENSI grade II tanpa penyakit penyerta

Abstrak
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
diastolic 90 mmHg. Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi menjadi tiga klasifikasi
yakni normal, pre-hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut
hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan
organ seperti jantung, otak, ginjal, pembuluh darah dan mata. Oleh karena itu
evaluasi perlu dilakukan pada pasien hipertensi. Evaluasi berupa anamnesis
keluhan utama, riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit dahulu,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Terapi hipertensi dibagi manjadi
terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Seorang wanita, 33 tahun datang karena nyeri kepala yang dirasa sangat
kencang pada leher belakagn sampai tidak bisa melakukan pekerjaannya. Tidak ada
mata kabur, nyeri dada dan sesak nafas. Pasien memiliki riwayat hipertensi 1 tahun
yang lalu tapi tidak rutin minum obat antihipertensi. Dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosis hipertensi grade II tanpa penyakit
penyerta.
Isi
Seorang wanita 33 tahun datang karena nyeri kepala sampai leher belakang
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala dirasa sangat kencang
sampai pasien tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Tidak ada mata kabur,
sesak nafas dan nyeri dada. BAK dan BAB seperti biasa. Pasien sudah minum
captopril namun keluhan tidak berkurang. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
diketahui 1 tahun yang lalu. Pasien diberikan obat antihipertensi yaitu nifedipin dan
captopril tapi diminum hanya jika terasa pusing. Riwayat hiperkolesterolemia (+),
riwayat ulkus peptikum(+), riwayat diabetes mellitus disangkal. Pasien bekerja
sebagai satpam di sebuah perusahaan. Pasien sering telat makan dan makan
masakan warung dengan diet garam dan kolesterol tidak teratur.
Pemeriksaan fisik saat datang di rumah sakit didapatkan kesadaran kompos
mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 170/113
mmHg, Nadi 80 kali per menit, Respiratory rate 20 kali per menit, suhu 36,5 C.
Tekanan jugularis normal. Pada paru-paru didapatkan suara vesikuler tanpa suara
tambahan. Pada jantung tidak ada bunyi gallop, tidak ada bising jantung. S1/S2
reguler. Pada abdomen supel, peristaltic(+) normal, bruit(-), nyeri tekan (-). Pada
ekstremitas tidak didapatkan adanya edema.

Pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal. GDS=109 mg/dl.


Ureum=23mg/dl. Creatinin 0,8 mg/dl. Profil lipid kolesterol total=179 mg/dl,
trigliserid 112 mg/dl, HDL=34 mg/dl, LDL=110 mg/dl.
Diagnosis
Hipertensi grade II
Terapi

Inf. RL 20 tpm

Inj. Ranitidin 2x1 ampul

PO: Amlodipin 5 mg 1x1 tab

Captopril 25 mg 3x1 tab

Ericaf 2x1 tab

Alprazolam 0,5 mg 1x1 tab

Diskusi
Pada kasus ini, pasien datang dengan hipertensi stage II. Anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mencari
penyakit yang mendasari atau pun penyakit penyerta. Setelah pemeriksaan
dilakukan tidak nampak adanya kelaianan pada organ yang lain sehingga disebut
hipertensi esensial. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya peningkatan
kolesterol LDL dan penurunan HDL. Selain menjadi salah satu penyebab hipertensi,
peningkatan kolesterol dapat juga menjadi factor resiko timbul nya penyakit
penyerta, seperti aterosklerosis dan diabetes mellitus.
Berdasarkan JNC VII, target penurunan tekanan darah adalah <140/90 mmHg
dan <130/80 mmHg, untuk yang rentan dengan diabetes, dan penyakit ginjal. Yang
dapat dilakukan adalah melakukan modifikasi gaya hidup dan dipertimbangkan
pemberian terapi farmakologi. Ketentuannya adalah untuk pasien dengan kategori
hipertensi stage 1 (140-159/90-99 mmHg) yang tanpa penyakit penyerta, diberikan
obat tunggal diuretik jenis tiazide dengan dosis awal yang paling rendah Namun,
jika sampai pada dosis maksimal tidak terdapat perubahan, maka harus
dipertimbangkan pemberian kombinasi obat antihipertensi dari kelas lainnya (ACEI,
BB, ARB, CCB, dan Aldo Ant). untuk pasien dengan hipertensi stage 2 (>160/100
mmHg) tanpa penyakit penyerta, harus diberikan dua obat kombinasi sebagai obat
awal, dimana diuretik jenis tiazide tetap sebagai obat dasar yang ditambahkan
dengan obat antihipertensi dari kelas lainnya. Ketentuan berbeda juga berlaku pada
pasien hipertensi dengan penyakit penyerta.

Pengobatan hipertensi dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tekanan


darah target. Sekali obat antihipertensi digunakan, selanjutnya sangat diperlukan
pemeriksaan rutin untuk menilai perkembangan pengobatan yang dilakukan.
Pemeriksaan rutin dilakukan paling tidak sebulan sekali, dan kunjungan akan lebih
sering pada pasien dengan hipertensi stage 2 atau pasien dengan penyakit
penyerta. Jika pasien telah mencapai tekanan darah target, follow up dapat
dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai