Anda di halaman 1dari 19

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura


sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik
oleh:
Bambang Eko Afiatno

(1

Direktur Esekutif ISEID (The Institute for Social, Economic, and Industrial Development), Surabaya
Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail: afiatno@yahoo.com

1. Perkembangan Energi Nuklir


Sejarah penggunaan energi nuklir untuk kemanusiaan adalah dimulai dengan keberhasilan
Enrico Fermi dalam sebuah percobaan kelistrikan pada 1942 di Universitas Chicago, yang
dikenal dengan Chicago Pile. Tetapi, PLTN yang pertama kali di dunia dioperasikan oleh
Uni Soviet pada 1954 dengan daya 5 MWe. Kemudian Amerika Serikat menyusul pada 1955
dengan daya 60 MWe dan di Inggris pada 1956 dengan daya 180 MWe [Subeki, 1992].
Sejak itu perkembangan energi nuklir untuk pembangkitan listrik begitu pesat hingga Juli
2004 seluruh reaktor yang beroperasi di seluruh dunia adalah sebesar 362.939 MWe yang
dihasilkan oleh 437 PLTN di 31 negara (lihat Lampiran 1). Pada 2003 sebanyak 16% dari
seluruh produksi listrik dunia yakni 2.525 milyar kWh dengan efisiensi produksi yang
semakin meningkat. Saat ini sebanyak 30 PLTN dengan daya sebesar 24.392 MWe yang
sedang dibangun, di mana terdapat dua negara yang akan menggunakan PLTN untuk pertama
kali yakni Iran dan Korea Utara. Sampai Juli 2004 telah direncanakan pembangunan 32 unit
PLTN dengan kapasitas 34.203 MWe dan sedang diusulkan pembangunan PLTN sebanyak
72 unit dengan kapasitas 55.000 MWe. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir bagi
437 unit PLTN di seluruh dunia diperlukan sebanyak 66.658 ton uranium. Selain itu terdapat
284 reaktor penelitian (research reactors) telah dioperasikan di 56 negara, termasuk
Indonesia [UIC, 2004a]. Perlu diketahui bahwa jumlah reaktor penelitian yang ada di
Indonesia yaitu sebanyak 3 unit masing-masing berada di Yogyakarta, Bandung, dan
Serpong.
Dewasa ini sebanyak tujuh belas negara menggantungkan paling tidak seperempat
pembangkitan listriknya pada tenaga nuklir. Perancis dan Lithuania bahkan mencapai 75%
merupakan PLTN sedangkan Belgia, Bulgaria, Hungaria, Jepang, Slowakia, Korea Selatan,
1

Penulis menyampaikan terima kasih kepada: Achmad Solihin, SE,M.Si; Nur "Bobby" Hidayat, SE; Moch.
Idris,S.Si; Ignatius Iswandono,SE; Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng; dan Dr.Ir.Achmad Roesyadi;
Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Swedia, Swiss, Slovenia, dan Ukraina setidaknya sepertiga dari seluruh pembangkitan listrik
berupa PLTN (lihat pada Gambar 6.1). Perkembangan/ proyeksi penggunaan energi nuklir
dalam jangka panjang yakni 2000-2020 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 6.1
Persentase Energi Listrik dari Nuklir (PLTN) di Setiap Negara pada 2003
(PLTN Membangkitkan 16% dari Energi Listrik Dunia)

2. Radiasi dan Keselamatan PLTN


Meskipun tragedi Chernobyl di Ukraina delapan belas tahun yang lalu tidak mudah
dilupakan, sebagian negara anggota baru Uni Eropa tidak antinuklir. Kasus untuk nuklir saat
ini memiliki dua komponen yaitu ketahanan energi dan perubahan iklim. Kecenderungan
terhadap energi nuklir di Eropa meningkat karena isu pemanasan global. Uni Eropa (UE) saat
ini telah meratifikasi Protokol Kyoto tentang perubahan iklim, dengan demikian
keprihatianan mengenai pemanasan global bukan hanya sekedar wacana dalam agenda
pemerintah negara-negara anggota UE. Demikian juga para aktivis lingkungan berharap
bahwa energi terbarukan dan pemanfaatan energi secara lebih efisien dapat memenuhi target
protokol tersebut. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil cenderung memperparah
pemanasan global. Menurut salah seorang pejabat tinggi bidang energi di Komisi Eropa
bahwa pilihan yang dihadapi adalah meniadakan penggunaan nuklir sebagai suatu sumber

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

energi atau memenuhi target Protokol Kyoto. Namun, pilihan tersebut tidak mungkin dicapai
dari kedua tujuan itu sekaligus [The Economist, 2004].
Bagi masyarakat umum, keengganan terhadap energi nuklir mungkin disebabkan oleh
bayangan pada kecelakaan nuklir yang pernah dialami suatu PLTN dan membayangkan bom
atom seperti peristiwa Perang Dunia II pada 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. Sepanjang
sejarah PLTN yang sudah ada sejak 50 tahun yang lalu tercatat sebanyak lima insiden
kecelakaan nuklir yang telah terjadi. Perlu diketahui bahwa insiden di PLTN Mihama, Jepang
pada awal Agustus 2004 bukan kecelakaan nuklir, melainkan kecelakaan pada turbin hall
yang sama sekali tidak menimbulkan kebocoran radiasi (radiation leak). Dari lima
kecelakaan itu yang sering dijadikan acuan adalah insiden Three Mile Island (TMI), dekat
Harrisburg, Pennsylvania pada 28 Maret 1978 dan insiden Chernobyl, dekat Kiev, Ukraina
pada 26 April 1986. Sedangkan insiden Tokaimura di Jepang pada 30 September 1999 adalah
kecelakaan pada pabrik pengolahan bahan bakar PLTN, bukan kecelakaan nuklir pada PLTN
itu sendiri.
Insiden TMI tidak menimbulkan korban jiwa dan tergolong pada tingkat 5 skala peristiwa
nuklir atau biasa disebut International Nuclear Event Scale (INES) yang ditetapkan oleh
IAEA (International Atomic Energy Agency) yang telah dielaborasi sejak 1990 seperti
Gambar 1 dan Lampiran 3. Kejadian itu mengakibatkan bocor radiasi, tetapi radiasi yang
keluar dari sungkup reaktor itu sangat kecil dosisnya, jauh di bawah tingkat rekomendasi
internasional [UIC, 2004a]. Kecelakaan nuklir di PLTN yang terburuk dalam sejarah adalah
insiden Chernobyl yang menewaskan sekitar 31 orang dan kecelakaan ini termasuk pada
tingkat 7 skala peristiwa nuklir (lihat Lampiran 3). Yang sering terlewati dari insiden ini
adalah kenyataan bahwa itu terjadi karena mekanisme pemadaman otomatis dimatikan
(automatic shutdown mechanisms) oleh operator. Kejadian ini merupakan suatu kesalahan
serius dan fatal, serta keanehan yang terdapat pada disain reaktor bikinan Soviet. Pada 2000,
sebuah laporan resmi PBB menyimpulkan bahwa tidak terdapat bukti ilmiah yang signifikan
dari pengaruh kesehatan yang bertalian dengan radiasi pada sebagian besar orang yang
terpapar (exposed) radiasi Chernobyl [UIC, 2004b]. Salah satu berkah terselubung dari
insiden Chernobyl adalah semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh lembaga kerjasama
internasional dalam pengoperasian nuklir, World Association of Nuclear Operators (WANO)
terbentuk pada 1989 di Moscow, selain pengawasan rutin yang sudah ada dari IAEA sebagai
Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

bagian dari PBB. Pengawasan semacam ini untuk penggunaan jenis energi lain belum pernah
ada.
Gambar 6.1.1
Skala Peristiwa Nuklir Internasional (INES) untuk PLTN

Sumber: Uranium Information Centre (UIC), 2000, INES Events, August.

Sesungguhnya secara obyektif dapat diperbandingkan kecelakaan yang terjadi pada sektor
energi di dunia. Ditinjau dari sisi frekuensi dan jumlah korban menunjukkan bahwa
kecelakaan untuk bahan bakar selain uranium jauh lebih sering dan lebih banyak meminta
korban (lihat pada Lampiran 4). Dengan demikian terlihat jelas bahwa betapa sering terjadi
kecelakaan pada tambang batubara dan betapa besar jumlah korban yang tewas akibat
kegagalan pada sistem bendungan PLTA. Meskipun demikian dampak psiko-sosial dari
kecelakaan nuklir pada sebuah PLTN memang menjadi masalah utama dan ini sangat
berkaitan dengan radiophobia, termasuk pula mengenai pembuangan limbah nuklir.
Seseorang dikatakan mengalami radiophobia jika ia secara tidak beralasan takut bahwa
setiap tingkat radiasi pengion (ionizing radiation) adalah berbahaya [Jaworowski, 1999].
Radiasi pengion berbeda dari radiasi sinar infra merah dari matahari, karena radiasi pengion
menghasilkan ionisasi dalam jaringan tubuh sedangkan sinar infra merah matahari tidak.
Radiasi itu dapat diukur berdasarkan tingkat penyerapan oleh jaringan biologis makhluk
hidup dengan satuan Sievert (Sv) -- seorang dokter dari Swedia, Rolf Maximillian Sievert
(1896-1960) -- yang disebut juga sebagai dosis radiasi. Sebagai contoh, satu kali foto ronsen
akan memberikan dosis radiasi sebanyak 0,2 mSv (miliSievert) lihat Tabel 6.1.1 dan
Lampiran 5.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Tabel 6.1.1
Perbandingan Penyerapan Radiasi dalam Berbagai Tingkat
Ukuran
Radiasi
10 Sv
5 Sv
3 Sv
100 mSv
50 mSv
1 mSv

Keterangan
Instant death for 10000 people
50% probability of death
Acute symptoms in a few day's time
0,1 Sv --- lecemia + cancer among 20%
Settlements near Chernobyl a year after the catastrophe
Chest X-ray

Sum ber: UIC, 2003, Safety of Nuclear Pow er Reactors, Nuclear Issues
Briefing , Paper No. 14, November.

Radiofobia sebenarnya tidak berkaitan dengan radiasi pengion, karena secara alamiah
manusia sudah biasa terpapar oleh radiasi ini dan bukan hanya oleh radiasi buatan manusia,
tetapi juga yang alamiah. Disebutkan bahwa sedikitnya satu milyar partikel radiasi alamiah
memasuki tubuh per hari. Secara rata-rata paparan akibat radiasi alamiah yaitu mencapai 2,4
mSv/ tahun dan bervariasi hingga beberapa ratus persen tergantung pada lokasi geografis.
Sumber radiasi alamiah antara lain adalah peluruhan radium dan thorium yang
terkandung dalam batu-batuan, bahan material bangunan, dan yang terbesar adalah dari tanah
di seluruh dunia, karena kandungan uranium dan thorium yang dimiliki tanah. Radon (Radon
222) dan thoron (Radon 220) adalah unsur-unsur radioaktif yang ada di rumah kita.
Sedangkan dari sinar kosmik dari luar angkasa memiliki radiasi yang diserap oleh makhluk
hidup tergantung pada posisi menurut altitude (ketinggian dari permukaan laut) dan latitude
(kedekatan dengan khatulistiwa). Orang-orang yang melakukan perjalanan lewat udara juga
dapat meningkatkan paparan pada radiasi dan dari PLTU batubara juga terpancar radiasi
pengion ini, di mana dampak radiasi dari PLTU ini tidak pernah dikhawatirkan oleh
masyarakat seperti pada kasus nuklir.
Radiasi buatan manusia dengan dosis rata-rata global, sejak awal abad XX, telah
mengalami peningkatan akibat peningkatan pemakaian sinar X untuk diagnosis kedokteran
sedangkan yang diakibatkan oleh tenaga nuklir, termasuk insiden Chernobyl, hanya berperan
sangat kecil, yakni kurang dari 0,1% dari peningkatan tersebut. Kekurangan informasi yang
betul dan valid, termasuk ketidaktepatan metode sosialisasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan radioaktivitas lebih banyak menjadi sumber kesesatan pandangan banyak
orang awam tentang PLTN.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

3. Keekonomian dan Kehandalan PLTN


Lebih jauh dengan perubahan posisi Indonesia menjadi net-importer minyak di masa
mendatang, maka semakin sulit untuk menggantungkan diri pada energi berbahan bakar fosil.
Menurut Anne Lauvergeon, CEO dari Areva, Perancis, adalah tidak mungkin memiliki solusi
bagi permintaan energi global tanpa menggunakan tenaga nuklir [Tomlinson, 2004]. Dari
segi harga bahan bakar, bahan bakar fosil sebagai sumber energi menghadapi situasi harga
minyak dunia yang sangat berfluktuasi. Keadaan ini tidak dialami oleh PLTN, karena harga
uranium di pasar dunia selama ini stabil. Karena itu saat ini Indonesia perlu
mempertimbangkan dengan lebih serius penggunaan berbagai energi alternatif, termasuk
energi nuklir. Selain itu, efisiensi penggunaan bahan bakar oleh PLTN jauh lebih tinggi
dibanding pembangkit berbahan bakar fosil (lihat pada Gambar 6.1.2.1).
Gambar 6.1.2.1
Perbandingan Efisiensi Bahan Bakar Nuklir, Minyak Bumi, dan Batu Bara
dalam Membangkitkan Listrik 5.000 kWh
Uranium
Alam

Minyak
Bumi

20 Gram

1,1 Ton

Batubara

1,65 Ton

Sumber: Anonim, 1982, Energies Et Environnement, La Place du Nucleaire, Paris.

Sebagai perbandingan bahwa 20 gram uranium oksida setara dengan 1,1 ton minyak bumi
atau 1,65 ton batu bara dalam membangkitkan listrik sebesar 5.000 kWh, di mana secara fisik
dimensi uranium tersebut sedemikian kecil atau sebesar kapsul obat. Hal ini menunjukkan
bahwa biaya operasional PLTN jauh lebih rendah daripada pembangkit berbahan bakar fosil,
dan listrik yang diproduksi akan memiliki harga jual yang lebih rendah.
Di dunia dewasa ini minat terhadap PLTN menunjukkan peningkatan. Hal ini tidak lain
karena saat ini PLTN telah menjadi semakin kompetitif, baik dari segi biaya produksi
maupun dari sisi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dari aspek biaya produksi,
sebuah studi perbandingan yang dilakukan OECD untuk memproyeksikan biaya
pembangkitan listrik 2005-2010 seperti pada Tabel 6.1.2 [WNA, 2004a]:

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Tabel 6.1.2
Perbandingan Biaya Pembangkitan Listrik
dari Proyeksi OECD 2005-2010
Negara
Nuklir
Batu-bara
Gas
Perancis
3.22
4.64
4.74
Rusia
2.69
4.63
3.54
Jepang
5.75
5.58
7.91
Korea
3.07
3.44
4.25
Spanyol
4.10
4.22
4.79
Amerika Serikat
3.33
2.48
2.33 - 2.71
Kanada
2.47 - 2.96
2.92
3.00
China
2.54 - 3.08
3.18
Sumber: World Nuclear Association (WNA), 2004b,
The Economics of Nuclear Power , March, London.
Keterangan: US$-1997 cents/kWh, Discount rate 5% for
nuclear & coal, 30 year lifetime, 75% load factor.

Sumber-sumber energi alternatif, seperti: matahari, angin, gelombang pasang, dan


gelombang laut tidak dapat menjadi substitusi ekonomis bagi nuklir karena memiliki
kelemahan, yakni tidak dapat dikendalikan untuk menyediakan tenaga secara kontinu, baik
atas dasar base-load maupun peak-load pada saat dibutuhkan. Dalam praktiknya,
pemanfaatan energi-energi alternatif ini untuk membangkitkan listrik sampai saat ini masih
sangat bergantung pada kondisi alam sedangkan teknologi yang memanfaatkan hidrogen
masih mengalami kendala dari segi biaya dan efek gas rumah kaca yang ditimbulkannya
[WNA, 2004b].
Selain biaya produksi yang rendah, menurut value-based management (nilai-nilai
kemanfaatan dari aspek pengelolaan) bahwa PLTN memiliki nuclear value-chain dipandang
sebagai suatu industri yang memasarkan pembangkitan listrik. Nilai-nilai sebagai berikut: a)
perbaikan kinerja, yakni bahwa PLTN dapat terus memperbaiki kinerjanya melalui
uprating, waktu pemadaman yang lebih singkat ketika mengisi bahan bakar, dan pengelolaan
biaya operasi-pemeliharaan (operating-maintenance costs) yang lebih baik; b) Stabilitas
harga mendatang (future price), yakni bahwa PLTN dapat menjamin kestabilan harga
listrik hasil produksinya di masa mendatang; c) Dukungan sistem transmisi, nilai ini (antara
lain termasuk dukungan tegangan) memegang peran kunci dalam memelihara keandalan
jaringan, dan layanan ini sangat bernilai dalam pasar yang unbundled; d) Site value, pada
umumnya lokasi PLTN direncanakan untuk memuat lebih dari satu unit pembangkit. Dengan
demikian hal ini dapat menciptakan keanekaan pembangkitan; e) Nilai udara yang bersih,
yakni bahwa PLTN memenuhi standar pembangkitan yang bebas emisi perusak lingkungan;
f) Keterampilan pengelolaan, berdasarkan keterampilan dalam pengoperasian sebuah
Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

PLTN, ada jasa-jasa lain (produk sampingan) yang dapat ditawarkan oleh operator PLTN
pada dunia usaha, seperti: teknologi informasi, pelatihan, penjadwalan aktivitas perawatan,
dan pengelolaan rantai pasokan (supply chain management). Sebagai contoh Sears, sebuah
perusahaan jaringan penjualan, pada 1999 mempertahankan Carolina Power and Light untuk
perawatan seluruh 845 tokonya di Amerika Serikat [NEI, 2004].
Selain itu, tentu saja PLTN memiliki nilai ekonomis. Beberapa hal yang terkait dengan
aspek ekonomis PLTN yaitu: peningkatan faktor kapasitas, peningkatan keluaran listrik,
penurunan biaya-biaya produksi (antara lain karena stabilitas harga bahan bakar), NPV
(net present value) yang tinggi, harga saham yang tinggi, dan future value potensial dari
pemenuhan standar lingkungan.[NEI, 2004].

4. Penggunaan PLTN di Indonesia pada Masa Mendatang


Nuklir sebagai salah satu sumber energi di Indonesia di masa mendatang perlu dikaji
lebih mendalam dari berbagai aspek. Dalam jangka panjang diversifikasi sumber energi harus
diperhitungkan dengan seksama mengingat bahwa kebergantungan pada sumber energi fosil
sudah tidak memungkinkan lagi karena Indonesia akan menjadi net-importer minyak. Salah
satu pilihan diversifikasi sumber energi adalah nuklir. Keseriusan pemerintah untuk mencari
alternatif sumber energi terus dikembangkan melalui berbagai studi. Walaupun masih bersifat
tentatif, namun penggunaan energi nuklir di Indonesia untuk masa mendatang sedang dikaji
secara serius dan terus-menerus.
Terkait dengan penentuan lokasi yang sedang dikaji oleh BATAN yakni dalam studi awal
potensi tapak di Madura. Salah satu lokasi potensial yang terbaik berada di Kabupaten
Sampang, Madura [Afiatno, 2004]. Sementara itu dalam studi tapak yang lebih rinci telah
dilakukan oleh BATAN di Semenanjung Muria Kabupaten Jepara. Selain itu Pemerintah
Provinsi Bali secara aktif juga sedang menjajaki kemungkinan pembangunan PLTN di Bali
[Jawa Pos, 2004].
Ada berbagai jenis reaktor yang digunakan dalam PLTN, antara lain: PWR (pressurized
water reactor), BWR (boiling water reactor), PHWR (pressurized heavy water reactor) atau
biasa disebut CANDU (Canada deuterium uranium), dan jenis lainnya (lihat Tabel 6.2
berikut)

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Tabel 6.2
Jenis Reaktor PLTN di Dunia
Reactor type
Pressurized Water
Reactor (PWR)
Boiling Water
Reactor (BWR)

Main Countries Number


US, France,
Japan, Russia
US, Japan,
Sweden

Gas-cooled Reactor
(Magnox & AGR)
Pressurized Heavy
Water Reactor
CANDU (PHWR)
Light Water Graphite
Reactor (RBMK)

GWe

252

57.93

235

64.47

93

21.38

83

22.77

UK

34

7.82

13

3.57

Canada

33

7.59

18

4.94

Russia

14

3.22

14

3.84

Fast Neutron
Reactor (FBR)
other

Fuel
Coolant Moderator
enriched
water
water
UO2
enriched
water
water
UO2
natural U
(metal),
enriched
UO2
natural
UO2
enriched
UO2
PuO2 and
UO2

Japan, France,
4
0.92
1.3
0.36
Russia
Russia, Japan
5
1.15
0.2
0.05
TOTAL
435
100.00 365 100.00
Sumber: WNA, 2004a, Nuclear Power Reactors , February, WNA, London, diolah kembali.

CO2

graphite

heavy
water

heavy water

water

graphite

liquid
sodium

none

Seperti yang diungkapkan oleh KAERI tt, salah satu teknologi terbaru dari sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah SMART (small modular advanced reactor
integrated) yang merupakan tipe PWR (pressurized water reactors) dan salah satu hasil
perkembangan teknologi SMR (small and medium reactors) dengan thermal power 330 MW.
Teknologi SMART telah dikembangkan di Korea sejak 1997 dan basic design telah selesai
sejak Maret 2002. Sebagai suatu reaktor terintegrasi yang membedakan SMART dengan jenis
teknologi lain adalah semua komponen sistem utama berada di dalam satu single pressurized
vessel. SMART juga lebih ekonomis karena penyederhanaan sistem, component
modularization, jangka waktu konstruksi yang lebih pendek (construction time reduction), in
shop fabrication, komponen yang terstandarisasi (component stadardization) dapat diinstal
secara langsung di tempat pemasangan (direct site installation), dan increased plant
availability. Selain itu, Kelebihan reaktor SMART adalah sistem pemompaan tidak
menggunakan seal yang sering menimbulkan kebocoran. Gambar 6.2.1 menunjukkan
susunan reaktor SMART.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Gambar 6.2.1
Susunan Reaktor SMART

Sumber: KAERI, tt (tanpa tahun), SMART (System-Integrated Modular Advanced Reactor) for Electricity Generation
and Desalination, KAERI - Korea Atomic Energy Research Institute, Yuseong, Daejeon.

Hasil samping dari PLTN ini adalah pembuatan air bersih untuk masyarakat melalui
proses desalinasi air laut yaitu pemanfaatan panas berlebih di bagian turbin yang dihasilkan
oleh uap bertekanan yang dihasilkan reaktor. Sistem desalinasi dalam SMART adalah MEDTVC (multiple effects distillation with thermal vapor compressor) seperti terlihat pada
Gambar 6.2.2.
Gambar 6.2.2
Diagram Alir MED-TVC

Sumber: KAERI, tt (tanpa tahun), SMART (System-Integrated Modular Advanced Reactor) for Electricity Generation
and Desalination, KAERI - Korea Atomic Energy Research Institute, Yuseong, Daejeon.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

10

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Setiap 1 unit SMART terdiri dari 4 unit desalinasi dan masing-masing unit desalinasi
mampu memproduksi 10.000 m3/ hari untuk operasi selama 24 jam dengan maximum brine
temperature adalah 65 derajat celcius dan temperatur suplai air laut 33 derajat celcius. Salah
satu keunggulan MED-TVC adalah kemampuan untuk memanfaatkan energi tekanan dalam
steam. TVC sangat efektif, di mana steam tersedia pada kondisi temperatur dan tekanan yang
lebih tinggi daripada yang diperlukan evaporator. Pada Gambar 6.2.2 menunjukkan diagram
alir dari MED-TVC.

5. Alternatif Pembangkit Listrik untuk Pasokan Kelistrikan di Indonesia.


Terlepas dari pro dan kontra terhadap energi nuklir, pada tahun 2003 sumber energi ini
telah mampu menyumbang sekitar 16% listrik dunia. Angka ini terbesar ke tiga setelah
batubara/ coal (39%) dan air/ hydro (19%). Bahkan lebih besar dari sumber energi minyak
bumi (oil) yang hanya menyumbang sebesar 10% dari seluruh sumber energi dunia dan untuk
gas menyumbang sebesar 15%. Lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 6.3.1.
Gambar 6.3.1.
Proporsi Berbagai Sumber Energi di Dunia
Nuclear,
16%

Coal, 39%

Gas, 15%

Oil, 10%
Hydro, 19%

Sumber: Uranium Information Centre, 2004, Nuclear Power in The World Today, Nuclear Issues Briefing Paper 7,
March, Melbourne, dimodifikasi kembali.

Saat ini bahan bakar fosil cenderung semakin menipis dan tidak merata kontribusi
sumberdaya energi fosil, termasuk pula persoalan harga energi fosil yang cenderung
meningkat di masa mendatang akibat kelangkaan. Kondisi ini akan mengakibatkan
penggunaan energi nuklir memiliki peranan penting di masa depan. Untuk lebih
meningkatkan peran energi nuklir, banyak negara maju mengembangkan suatu sistem yang
memungkinkan energi nuklir tidak saja sebagai sumber listrik, tetapi juga sebagai sumber
energi panas. Meskipun kontribusi energi nuklir dalam menyumbang aplikasi energi panas
masih relatif kecil, tetapi peran energi nuklir sebagai pemasok energi panas diharapkan bisa
lebih ditingkatkan. Untuk memenuhi ambisi ini, sejumlah konsep reaktor nuklir maju, seperti:
Kertas Kerja ISEID, Surabaya

11

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

small dan medium reactor, reaktor temperatur tinggi, dan reaktor- reaktor maju lainnya akan
terus dikembangkan. Reaktor-reaktor maju ini memilih karakteristik yang unggul seperti
sistem keselamatan pasif yang andal, modular, dan berpotensi untuk suatu sistem kogenerasi
panas/ kukus dan listrik. Sistem kogenerasi panas ini yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
air bersih lewat proses desalinisasi.
Di Indonesia, ada berbagai faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan
energi nasional dalam jangka panjang. Berbagai faktor tersebut antara lain yaitu pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan standar hidup yang semakin tinggi. Selain itu, faktor
isu lingkungan sehubungan pemanasan global, polusi udara, hujan asam, dan kesehatan juga
akan berpengaruh pada pemilihan sumber energi jangka panjang. Oleh karena itu, pemilihan
sumber energi jangka panjang tersebut harus dilakukan secara optimal, arif, dan bijaksana.
Gambar 6.3.2 adalah skema yang memperlihatkan opsi nuklir sebagai salah satu alternatif
pemasok energi listrik di Indonesia.
Gambar 6.3.2.
Faktor Penggerak dan Pertimbangan Penting
dalam Perencanaan Energi Nasional Jangka Panjang s/d 2025
Pertumbuhan Penduduk:
Tahun 2000: 204 Juta
Tahun 2025: 250 Juta
Pertumbuhan Ekonomi (Th Dsr '93):
Tahun 2000: Rp 398 Trilyun
Tahun 2025: Rp 1.660 Trilyun
Standar Hidup Semakin Tinggi

Peningkatan PenyediaanEnergi Primer (+ 2 kali):


Tahun 2000: 5.962 PJ
Tahun 2025: 12.221 PJ
Peningkatan Penyediaan Energi Listrik (+ 3,5 kali):
Tahun 2000: Rp 29 GWe
Tahun 2025: Rp 100 GWe

Isu Lingkungan:
- Pemanasan Global
- Polusi Udara
- Hujan Asam
- Kesehatan

Pemilihan Jenis Energi Secara Optimal, Arif, dan Bijaksana


- Lingkungan - Antar Generasi - Pasokan Energi - Sosial Politik - Geopolitik - Ekonomi

Energi Fosil
(Sumberdaya Hidrokarbon)

Minyak Bumi

Batu Bara

Energi Baru

Nuklir

Gas

Energi Terbarukan

Hidro,
Mikrohidro

Solar, Angin, Biomassa,


Panas Bumi

Keputusan pemilihan energi nuklir bukanlah keputusan yang bersifat jangka pendek, baik
dari aspek perencanaan pembangunan maupun aspek operasional. Dalam aspek perencanaan,
diperlukan berbagai persiapan yang sangat matang dan akurat, di mana pada umumnya hal itu
membutuhkan waktu yang cukup panjang (sekitar 5 tahun) sebelum pelaksanaan
Kertas Kerja ISEID, Surabaya

12

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

pembangunan fisik dilakukan. Secara umum, setiap pembangunan PLTN mempunyai tahapan
yang harus dipersiapkan secara akurat. Pembangunan PLTN SMART-desalinasi di Madura
direncanakan untuk menambah pasokan energi listrik pada 2019. Oleh karena itu
perencanaan tahapan pembangunan sudah harus dimulai paling tidak sekitar 2009.

6. Catatan Penutup
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Energi nuklir telah banyak digunakan di beberapa negara untuk energi listrik di negara
maju. Walaupun penggunaan energi nuklir tergolong efisien dan bersih terhadap
lingkungan, namun tetap perlu diwaspadai faktor keamanan dan limbahnya.
2. Nuklir sering kali menjadi komoditi politis dan strategis karena nuklir bisa dimanfaatkan
untuk kemanusiaan maupun persenjataan. Oleh karena itu penguasaan teknologi nuklir
menggambarkan kemajuan teknologi meskipun nuklir telah digunakan untuk energi lebih
dari lima puluh tahun.
3. Mengingat energi fosil adalah bersumber dari sumberdaya alam yang tergolong tidak
dapat diperbarui (non-renewable resources), dapat dimusnahkan (extinguishable
resources), berdampak terhadap rumah kaca (kecuali gas), maka sudah saatnya perlu
dipertimbangkan penggunaan energi nuklir di Indonesia terlebih lagi penguasaan energi
nuklir di Indonesia sejak 1950-an.
4. Pada umumnya penolakan ataupun keengganan terhadap PLTN mungkin disebabkan oleh
bayangan pada kecelakaan nuklir pada PLTN dan bom atom seperti peristiwa Perang
Dunia II pada 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. Sepanjang sejarah PLTN yang sudah ada
sejak 50 tahun yang lalu tercatat sebanyak lima insiden kecelakaan nuklir yang telah
terjadi. Meskipun demikian dampak psiko-sosial dari kecelakaan nuklir pada sebuah
PLTN memang menjadi masalah utama dan ini sangat berkaitan dengan radiophobia,
termasuk pula mengenai pembuangan limbah nuklir.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

13

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Daftar Kepustakaan
Afiatno, Bambang Eko. 2004. Studi Dampak Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura terhadap
Sektor Ekonomi Daerah: Aplikasi Model I-O Dinamis. Surabaya: P2EN-BATAN dan LPKMUniversitas Airlangga.
Jawa Pos. 2004. Nuklir Masuk Bali, 8 Juli, hlm. 25, Surabaya.
Jaworowski, Zbigniew. 2004. Radiation Risk and Ethics, Physics Today, Vol. 52, No.9, September,
hlm. 24-29.
Nuclear Energy Institute (NEI). 2004. Reliable Economical Energy, NEI.
Subeki, Iyos R. 1992. Pengantar Program Pengembangan Industri Nuklir, Lokakarya Nuclear
Reactors Construction Problems, Pusat Pengkajian Energi Nuklir, BATAN, Jakarta, 26-28
Agustus.
Uranium Information Centre (UIC). 2004a. Nuclear Power in the World Today, Uranium Information
Centre, Melbourne.
__________ 2004b. Chernobyl Accident, Nuclear Issues Briefing, Paper No. 22, August.
The Economist. 2004. Nuclear Power: Out of Chernobyls Shadow, May, 8, hlm. 59-60, London.
Tomlinson, Richard. 2004. The Queen of Nukes, Fortune, May, 17, No. 8, hlm. 74-78.
World Nuclear Association (WNA).2004a. The Economics of Nuclear Power, March, WNA, London.
__________ 2004b. Renewable Energy and Electricity, March, WNA, London.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

14

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Lampiran
Lampiran 1:
Pembangkit Listrik Nuklir dan Kebutuhan Uranium di Dunia Tahun 2003-2004
PLTN yg direncanakan,
Usulan Pembangunan
Kebutuhan Uranium
Listrik Nuklir yg
PLTN yg Beroperasi,
PLTN yg sedang
Negara
Juli 2004
PLTN, Juli 2004
2004
Dibangkitkan 2003
Juli 2004
dibangun, Juli 2004
Milyar kWh % Energi Jumlah
MWe
Jumlah
MWe
Jumlah
MWe
Jumlah
MWe
Ton
Argentina
7.0
8.6
2
935
0
0
1
692
0
0
140
Armenia
1.8
35
1
376
0
0
0
0
0
0
54
Belgium
44.6
55
7
5728
0
0
0
0
0
0
1163
Brasil
13.3
3.7
2
1901
0
0
1
1245
0
0
303
Bulgaria
16.0
38
4
2722
0
0
0
0
1
1000
340
Canada*
70.3
12.5
17
12080
1
515
2
1030
0
0
1692
China**
79.0
**
15
11471
4
4500
4
3800
22
18000
2127
Czech Republic
25.9
31
6
3472
0
0
0
0
2
1900
474
Egypt
0
0
0
0
0
0
0
0
1
600
0
Finland
21.8
27
4
2656
0
0
1
1600
0
0
542
France
420.7
78
59
63473
0
0
0
0
0
0
10181
Germany
157.4
28
18
20643
0
0
0
0
0
0
3704
Hungary
11.0
33
4
1755
0
0
0
0
0
0
271
India
16.4
3.3
14
2493
9
4128
0
0
24
13160
299
Indonesia
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2000
125
Iran
0
0
0
0
1
950
1
950
3
2850
125
Israel
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1200
0
Japan
230.8
25
54
45521
3
3294
12
14436
0
0
7661
Korea DPR (North)
0
0
0
0
1
950
1
950
0
0
0
Korea RO (South)
123.3
40
19
15880
1
960
8
9200
0
0
2819
Lithuania
14.3
80
2
2370
0
0
0
0
0
0
290
Mexico
10.5
5.2
2
1310
0
0
0
0
0
0
233
Netherlands
3.8
4.5
1
452
0
0
0
0
0
0
112
Pakistan
1.8
2.4
2
425
0
0
1
300
0
0
57
Romania
4.5
9.3
1
655
1
655
0
0
3
1995
90
Russia
138.4
17
30
20793
6
5475
0
0
8
9375
3013
Slovakia
17.9
57
6
2472
0
0
0
0
2
840
370
Slovenia
5.0
40
1
676
0
0
0
0
0
0
128
South Africa
12.7
6.1
2
1842
0
0
0
0
1
125
356
Spain
59.4
24
9
7584
0
0
0
0
0
0
1629
Sweden
65.5
50
11
9429
0
0
0
0
0
0
1536
Switzerland
25.9
40
5
3220
0
0
0
0
0
0
596
Ukraine
76.7
46
13
11268
2
1900
0
0
0
0
1512
United Kingdom
85.3
24
23
11852
0
0
0
0
0
0
2488
USA
763.7
19.9
103
97485
1
1065
0
0
0
0
22353
Vietnam
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2000
0
Jumlah (Dunia)
2525
16
437
362.939
30 24.392
32
34.203
72
55
66.658
Sumber: Uranium Information Centre, 2004, Nuclear Power in the World Today, July, Melbourne.
* In Canada, 'planned' figure is 2 laid-up Pickering A reactors.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

15

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Lampiran 2:
Proyeksi Kapasitas PLTN Dunia (Negara & Kawasan) 2000 - 2020
Negara / Kawasan
Canada
Mexico
United States
Amerika Utara
Belgium
Finland
France
Germany
Netherlands
Spain
Sweden
Switzerland
United Kingdom
Eropa Barat
China
India
Japan
North Korea
Pakistan
South Korea
Taiwan
Asia
Armenia
Lithuania
Russia
Ukraine
Bekas Uni Soviet
Bulgaria
Czech Republic
Hungary
Romania
Slovak Republic
Slovenia
Eropa Timur
Argentina
Brazil
Amerika Tengah & Selatan
Iran
Timur Tengah
South Africa
Afrika
Jumlah Seluuh Dunia

Reference Case, 2000-2020 (Net Megawatts-electric)


2000
%
2005
%
2010
%
2015
%
2020
%
9,998
2.86 12,827
3.56 13,596
3.74 13,596
3.77 13,596
3.89
1,308
0.37
1,308
0.36
1,308
0.36
1,308
0.36
1,308
0.37
97,478 27.87 97,478 27.07
94,490 25.96 79,519 22.03 71,581 20.48
108,784 31.10 111,613 31.00 109,394 30.06 94,423 26.16 86,485 24.75
5,712
1.63
5,712
1.59
5,712
1.57
5,712
1.58
3,966
1.13
2,656
0.76
2,656
0.74
2,656
0.73
3,656
1.01
3,656
1.05
63,103 18.04 62,870 17.46 62,870 17.27 62,870 17.42 61,670 17.65
21,122
6.04 20,142
5.59 18,975
5.21 16,964
4.70 13,134
3.76
449
0.13
449
0.12
449
0.12
7,470
2.14
7,470
2.07
7,317
2.01
6,871
1.90
6,871
1.97
9,432
2.70
8,832
2.45
7,957
2.19
6,907
1.91
6,077
1.74
3,079
0.88
3,079
0.86
3,079
0.85
2,714
0.75
2,000
0.57
12,498
3.57 11,392
3.16
9,802
2.69
8,118
2.25
5,333
1.53
125,521 35.89 122,602 34.05 118,817 32.65 113,812 31.54 102,707 29.39
2,167
0.62
5,922
1.64
9,587
2.63 11,587
3.21 18,652
5.34
2,301
0.66
2,503
0.70
4,013
1.10
5,913
1.64
7,571
2.17
43,691 12.49 44,489 12.35 47,619 13.08 56,634 15.69 56,637 16.21
950
0.27
950
0.26
950
0.26
425
0.12
425
0.12
425
0.12
300
0.08
900
0.26
12,990
3.71 15,850
4.40 16,254
4.47 19,425
5.38 22,125
6.33
4,884
1.40
4,884
1.36
7,514
2.06
7,514
2.08
7,514
2.15
66,458 19.00 74,073 20.57 86,362 23.73 102,323 28.35 114,349 32.72
376
0.11
376
0.10
2,370
0.68
1,185
0.33
1,000
0.27
1,000
0.28
19,843
5.67 21,743
6.04 21,336
5.86 17,614
4.88 13,097
3.75
11,190
3.20 11,190
3.11 12,140
3.34 13,090
3.63 13,090
3.75
33,779
9.66 34,494
9.58 33,476
9.20 31,704
8.78 27,187
7.78
3,538
1.01
2,722
0.76
1,906
0.52
1,906
0.53
1,906
0.55
1,648
0.47
3,472
0.96
3,472
0.95
3,472
0.96
3,472
0.99
1,729
0.49
1,729
0.48
1,729
0.48
1,729
0.48
1,729
0.49
650
0.19
650
0.18
650
0.18
1,300
0.36
1,300
0.37
2,408
0.69
2,408
0.67
1,592
0.44
1,592
0.44
1,592
0.46
632
0.18
632
0.18
632
0.17
632
0.18
632
0.18
10,605
3.03 11,613
3.22
9,981
2.74 10,631
2.95 10,631
3.04
935
0.27
935
0.26
935
0.26
600
0.17
600
0.17
1,855
0.53
1,855
0.52
1,855
0.51
3,084
0.85
3,084
0.88
2,790
0.80
2,790
0.77
2,790
0.77
3,684
1.02
3,684
1.05
0
0.00
1,073
0.30
1,073
0.29
2,146
0.59
2,146
0.61
0
0.00
1,073
0.30
1,073
0.29
2,146
0.59
2,146
0.61
1,842
0.53
1,842
0.51
2,062
0.57
2,172
0.60
2,282
0.65
1,842
0.53
1,842
0.51
2,062
0.57
2,172
0.60
2,282
0.65
349,779 100.00 360,100 100.00 363,955 100.00 360,895 100.00 349,471 100.00

Sumber: Energy Information Administration, Office of Coal, Nuclear, Electric and Alternate Fuels, International
Nuclear Model, PC Version- May, 2001 & 2003, Washington, diolah kembali

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

16

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Lampiran 3:
Skala Peristiwa Nuklir Internasional untuk PLTN dan Dampak yang Ditimbulkan
Level, Descriptor
7
Major Accident
6
Serious Accident

Off-Site Impact

Serious Incident

Minor Release:
Public exposure of the
order of prescribed limits
Very Small Release:
Public exposure at a
fraction of prescribed
limits

any of:
2
Incident
1
Anomaly
0
Below Scale
Sumber:

Defence-in-Depth
Degradation

Major Release:
Widespread health and
environmental effects
Significant Release: Full
implementation of local

5
Limited Release:
Accident with Off-Site Partial implementation of
local emergency plans
Risks
4
Accident Mainly in
Installation
either of:
3

On-Site Impact

Examples

Chernobyl, Ukraine, 1986


Windscale, UK, 1957 (military).
Three Mile Island, USA, 1979.
Saint-Laurent, France, 1980
(fuel rupture in reactor).

Severe core damage

Partial core damage.


Acute health effects to
workers

Major contamination,
Overexposure of
workers

nil

nil

nil

nil

Tokaimura, Japan, Sept 1999.

Near Accident. Loss of


Defence-in-Depth
provisions
Incidents with potential
safety consequences
Deviations from
authorised functional

Vandellos, Spain, 1989 (turbine


fire, no radioactive
contamination)

nil
nil
No safety significance
Uranium Information Centre (UIC), 2000, INES Events , August.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

17

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Lampiran 4:
Sejumlah Kecelakaan dalam Pemanfaatan Energi
Tempat
Machhu II, India
Hirakud, India
Ortuella, Spain
Donbass, Ukraine
Israel
Guavio, Colombia
Nile R, Egypt
Cubatao, Brazil
Mexico City
Tbilisi, Russia
northern Taiwan
Chernobyl, Ukraine
Piper Alpha, North Sea
Asha-ufa, Siberia
Dobrnja, Yugoslavia
Hongton, Shanxi, China
Belci, Romania
Kozlu, Turkey
Cuenca, Equador
Durunkha, Egypt
Seoul, S.Korea
Minanao, Philippines
Dhanbad, India
Taegu, S.Korea
Spitsbergen, Russia
Henan, China
Datong, China
Henan, China
Fushun, China
Kuzbass, Russia/Siberia
Huainan, China
Huainan, China
Guizhou, China
Donbass, Ukraine
Liaoning, China
Warri, Nigeria
Donbass, Ukraine
Donbass, Ukraine
Shanxi, China
Guizhou, China
Shanxi, China
Sichuan, China
Jixi, China
Gaoqiao, SW China
Kuzbass, Russia

Tahun

Jumlah Korban

1979
1980
1980
1980
1982
1983
1983
1984
1984
1984
1984
1986
1988
1989
1990
1991
1991
1992
1993
1994
1994
1994
1995
1995
1996
1996
1996
1997
1997
1997
1997
1997
1997
1998
1998
1998
1999
2000
2000
2000
2001
2002
2002
2003
2004

2,500
1,000
70
68
89
160
317
508
498
100
314
31+
167
600
178
147
116
272
200
580
500
90
70
100
141
84
114
89
68
67
89
45
43
63
71
500+
50+
80
40
150
38
23
115
234
44

Keterangan
hydro-electric dam failure
hydro-electric dam failure
gas explosion
coal mine methane explosion
gas explosion
hydro-electric dam failure
LPG explosion
oil fire
LPG explosion
gas explosion
3 coal mine accidents
nuclear reactor accident
explosion of offshore oil platform
LPG pipeline leak and fire
coal mine
coal mine
hydro-electric dam failure
coal mine methane explosion
coal mine
fuel depot hit by lightning
oil fire
coal mine
coal mine
oil & gas explosion
coal mine
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
oil pipeline leak and fire
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
coal mine methane explosion
gas well blowout with H2S
coal mine methane explosion

Sumber: UIC, 2003, Safety of Nuclear Power Reactors, Nuclear Issues Briefing,Paper No.14, November.
Keterangan:
LPG and oil accidents with less than 300 fatalities, and coal mine accidents with less than 100 fatalities are
generally not shown unless recent.
Deaths per million tonnes of coal mined range from 0.1 per year in Australia and USA to 119 in Turkey. China's
total death toll from coal mining averages well over 1000 per year (official figures give 5300 in 2000 and 5670 in
2001); Ukraine's is over two
In Australia 281 coal miners have been killed in 18 major disasters since 1902, and there have been 112 deaths
in NSW mines since 1979, though the Australian coal mining industry is considered the safest in the world.

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

18

April 2005

Bambang Eko Afiatno

Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

Lampiran 5:
Perbandingan Penyerapan Radiasi dalam Berbagai Tingkat
Ukuran Radiasi
10 Sv
5 Sv
3 Sv
350 mSv/ lifetime

33 mSv/year

Keterangan
Instant death for 10,000 people
50% probability of death
Acute symptoms in a few day's time
Criterion for relocating people after Chernobyl accident.
Lowest level at which any increase in cancer is clearly evident. Above this,
the probability of cancer occurrence (rather than the severity) increases with
dose.
0,1 Sv lecemia + cancer among 20%
Forbidden exceed
Former routine limit for nuclear industry employees. It is also the dose rate
which arises from natural background levels in several places in Iran, India
and Europe.
The maximum reached in Pakson

20 mSv/year

Current limit (averaged) for nuclear industry employees and uranium miners.

10 mSv/year
9 mSv/year
8 mSv/year
5 mSv/year
up to 5 mSv/year
2.4 mSv/year

Maximum actual dose to Australian uranium miners.


Exposure by airline crew flying the New York - Tokyo polar route.
International population load
Hungarian population load
Typical incremental dose for aircrew in middle latitudes.
Average dose to US nuclear industry employees.

1.5-2.0 mSv/year

Average dose to Australian uranium miners, above background and medical.

1.2-0.2 mSv/year
1 mSv
0.0001 mSv/year
0.00015 mSv/year
1.5 mSv/year
1 mSv/year
0.1 mSv/year
0.2 mSv/year
3 mSv/year
50 mSv
60 mSv/year

One dental X-ray


Chest X-ray
Enviromental pollution in Paks
World total radon, krypton, xenon
Mean value of natural radiation load in Hungary
Building, brick, concrete
2.500 km long flight
Watching TV for 1 hour a day
The average radiation load (natural and civilized) of a Hungarian
Settlements near Chernobyl a year after the catastrophe
Certains points at Mtraderecske (a Hungarian village) !!

100 mSv/year
100 mSv
50 mSv/year
50 mSv/year

Kertas Kerja ISEID, Surabaya

19

April 2005

Anda mungkin juga menyukai