Anda di halaman 1dari 9

Landasan teori RBC

1.

Pengertian Rotating Biological Contactor (RBC) adalah salah satu teknologi


pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis
dengan sistem dengan biakan melekat. Rotating Biological Contactor (RBC) terdiri
dari suatu seri disk (piringan) berbentuk lingkaran. Piringan tersebut dapat terbuat
dari polysterene atu polyvenil clorida. Piringan tersebut disusun vertikal dengan
menghubungkan satu sama lain dengan satu sumbu, dengan cara ini disk akan
berputar (Bowo D.M, 1999).

2.

Prinsip Rotating Biological Contactor


Pada prinsipnya mikroorganisme misalnya bakteri alagae, protozoa, fungi, dan
sejenisnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar membentuk suatu
lapisan yang terdiri dari mikroorganisme yang disebut biofilm. Mikroorganisme akan
menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada didalam air serta
mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolisme
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang. Ketebalan lapisan
biofilm berbeda-beda tergantung dari kualitas air limbah yang diolah.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut
tercelup kedalam air limbah, mikroorganisme menyerap senyawa organik. Energi
hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk
proses perkembangbiakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikroorganisme tersebut akan keluar dari
biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara
melalui rongga-rongga yang ada pada medianya. Sedangkan padatan tersuspensi
akan bertahan pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi
bentuk yang larut dalam air. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut makin lama
semakin tebal sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari
medianya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikroorganisme pada
permukaan media akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi keseimbangan
sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada didalam air limbah (BPPT,
1999).

3.

Keuntungan (keunggulan) dan kelemah RBC


-

Menurut BPPT. Directorat Teknologi Lingkungan (1999), beberapa keunggulan


dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC adalah :
1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.
2. Untuk kapasitas kecil (paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konsumsi energi lebih rendah).
3. Dapat dipasang beberapa tahap, sehingga tahan terhadap fluktuasi beban
pengolahan.
4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan amoniak
lebih besar.
5. Tidak terjadi buih seperti pada Lumpur aktif .

Sedangkan kekurangan dari sistem RBC adalah :


1. Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang kadang kosentrasi BOD air masih tinggi.

Metode Praktek
RBC (Rotating Biological Contactor)
1. Alat
RBC (Rotating Biological Contactor)
2. Bahan
Air limbah tahu
3. Prosedur kerja
a. Menyiapkan alat RBC (Rotating Biological Contactor)
b. Menumbuhkan bakteri (biofilm) pada RBC yaitu dengan cara :
- Air limbah sebanyak 10 liter ditambah 5 gram Bio Stater
- RBC digerakkan secara perlahan dengan mesin penggerak selama 24 jam
- Sehari kemudian tumbuh Biofilm dan airnya dibuang
c. Mengganti bak dengan mengisi air limbah (sampel) sebanyak 10 liter
d. Memeriksa limbah sebelum perlakuan meliputi pH, COD, BOD, dan TSS sebelum
perlakuan
e. RBC digerakkan secara perlahan selama 2 x 24 jam
f. Memeriksa limbah setelah pengolahan RBC meliputi pH, COD, BOD, dan TSS
setelah perlakuan
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan BOD (kebutuhan biologi akan oksigen)
1) Alat dan Bahan
a) Inkubator
b) Aerator
c) Peralatan dan bahan seperti unit pemeriksaan DO
d) Pereaksi untuk membuat air pengencer
- Aquades
- Larutan penyangga atau buffer phospat. 8,5 KH 2PO4 ; 21,75 K2HPO4 ;
33,4gr NaHPO4 dan 1,7 gr NH4Cl di larutkan dengan sampai 1 liter.
- CaCl2 2,75 %
- MgSO4 H7O2 2,25 %
- FeCl H6O2 0,025 %

2) Cara kerja
a) Dilakukan pemeriksaan DO segera air sampel
b)

Pembuatan pengnceran sebagai berikut :

1. Pembuatan air pengncer.


2. Disediakan aquades yang setiap liternya ditambah 1 ml buffer phospat 1
ml, CaCl 1 ml, MgSO4 1 ml, FeCl3 dicampur dan diaerasi selama 30 menit.
3. Disiapkan 5 botol oksigen, diukur volumenya.
4. Membuat air campuran dengan cara sample diencerkan dengan air
pengencer. (sesuai dengan tingkat pengenceran diatas)
5. Botol I dan II diisi air pengencer, botol III, IV, V diisi air campuran.
6. Botol I dan III diperiksa DO segera sedangkan botol II, IV, V dieramkan
selama 5 hari, suhu 20 C setelah 5 hari ditemukan DOnya.
b. COD
Tujuan :
Untuk

mengetahui banyaknya O2 yang diperlukan oleh bahan kimia untuk

mengurangi zat kimia dalam air yang sesuai denga syarat kesehatan
Alat dan Bahan
1) Tabung reaksi
2) Pipet ukur
3) COD Reaktif
4) Pipet tetes
5) Aquades
6) Sampel
7) K2Cr2O7 0,025 N
8) H2SO4 Pro COD
9) Fe (NH4)2 SO4 0,025 N
10) Indikator feroin
Prosedur kerja
1) Disiapkan 2 tabung reaksi tabung yang 1 dan 2 ml aquades 1 diisi sampel 2 ml
2) Semua ditambah 1 ml K2Cr2O7 0,025 N, 3 ml H2SO4 Pro COD
3) Ditambah 100 mg H2SO4 kemudian digojok

4) Dipanaskan pada COD reactor 2 jam atau minimal 30 menit


5) Titrasi dengan Fe (NH4)2 SO4 0,025 N dengan indikator feroin (dari biru
kehujanan sampai coklat kemerahan)
Perhitungan :
COD

(ml titrasi blanko - ml. titrasi sampel) x N x f x 12 x 16 x 1.000 mg/l


Volume sampel

b. pH
Tujuan
Untuk mengetahui pH didaerah monitoring
Alat dan bahan
1) Air sampel.
2) pH paper/ pH meter.
Prosedur Kerja :
1) Masukkan pH paper ke dalam air sampel tersebut.
2) pH paper diangkat dan di kibas kibaskan sebentar
3) Perubahan warna pada pH paper dicocokkan pada tabel pH yang ada
4)

Catat hasilnya

c. TSS
Tujuan
Untuk mengetahui berat total zat yang terendap dalam badan air
Alat dan bahan
1) Air Sampel
2) Kertas saring
3) Erlenmeyer 250 ml
4) Cawan porselin
5) Timbangan Digital
6) Corong
7) Sampel 50 ml.
Prosedur kerja

1) Ambil sampel sebanyak 50 ml.


2) Timbang kertas saring.
3) Kertas saring yang sudah ditimbang dibentuk kerucut taruh dalam corong.
4) Saring sampel 50 ml dengan menggunakan corong yang sudah dilapisi kertas
saring.
5) Biarkan sampai air habis.
6) Setelah air di dalam corong habis, masukkan ke dalam oven sampai kertas
kering/biarkan diudara sampai kertas kering.
7) Timbang kertas saring dan hitung.

HASIL PRAKTEK
No

1.
2.
3.
4.
5.

Parameter

BOD
COD
TSS
pH
Suhu

Satuan

Mg/l
Mg/l
Mg/l
0
C

Perlakuan
Sebelum

Replikasi

Replikasi

Replikasi
1,952
24336,54
0,2758
4
29

I
1,7683
5918,32
0,162
4
28

II
0,919
1683,66
0,038
4
28

Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboraturium kesehatan lingkungan Magetan

Efiensi Penurunan

Prosentase penurunan

(ppm)
Replikasi Replikasi

(%)
Replikasi Replikasi II

I
0,1837
18418,22
0,1138
0
1

II
1,033
22652,88
0,2378
0
1

I
9,4
76
41
0
3,4

53
93
86
0
3,4

Pembahasan :
Dari hasil pengolahan ar limbah tahu di Magetan dengan menggunakan RBC selama 1 x
24 jam dan 2 x 24 jam dengan menggunakan biofilm (bio 2000) sebanyak 5 gram yang
dicampurkan ke dalam air sebanyak 15 liter didapatkan hasil sebagai berikut :
a.

BOD
BOD sebelum perlakuan diperoleh hasil 1,952 mg/l dan sesudah perlakuan I selama
1 x 24 jam sebesar 1,7683 mg/l sedangkan pada perlakuan II selama 2 x 24 jam
sebesar 0,919 mg/l. Sehingga penurunan kadar BOD pada perlakuan I sebesar 0,1837
mg/l dengan prosentase penurunan 9,4% dan pada perlakuan II sebesar 1,033 mg/l
dengan prosentase 53%.

b.

COD
COD sebelum perlakuan diperoleh hasil 24336,54 mg/l dan sesudah perlakuan I
selama 1 x 24 jam sebesar 5918,32 mg/l sedangkan pada perlakuan II selama 2 x 24
jam sebesar 1683,66 mg/l. Sehingga penurunan kadar COD pada perlakuan I sebesar
18418,22 mg/l dengan prosentase penurunan 76% dan pada perlakuan II sebesar
22652,88 mg/l dengan prosentase 93%.

c.

TSS
TSS sebelum perlakuan diperoleh hasil 0,2758 mg/l dan sesudah perlakuan I selama
1 x 24 jam sebesar 0,162 mg/l sedangkan pada perlakuan II selama 2 x 24 jam
sebesar 0,038 mg/l. Sehingga penurunan kadar TSS pada perlakuan I sebesar 0,1138
mg/l dengan prosentase penurunan 41% dan pada perlakuan II sebesar 0,2378 mg/l
dengan prosentase 86%.

d.

pH
pH sebelum perlakuan diperoleh hasil 4 dan sesudah perlakuan I selama 1 x 24 jam
sebesar 4 sedangkan pada perlakuan II selama 2 x 24 jam sebesar 4. Sehingga
penurunan kadar pH pada perlakuan I dan pada perlakuan II sebesar 0.

e.

Suhu
Suhu sebelum perlakuan diperoleh hasil 29 dan sesudah perlakuan I selama 1 x 24
jam sebesar 28 sedangkan pada perlakuan II selama 2 x 24 jam sebesar 28. Sehingga
penurunan suhu pada perlakuan I dan pada perlakuan II sebesar
prosentase 3,4%.

1 0c dengan

Berdasarkan hasil yang didapatkan pengolahan limbah tahu melalui percobaan RBC
dapat menurunkan parameter- parameter limbah tahu seperti BOD, COD, TSS, pH dan
suhu. Limbah tahu diperlakukan 1 x 24 jam agar lebih efektif sehingga bakteri atau
mikrobiologi yang ada dapat menempel pada pipa pvc. Limbah tahu harus diisi penuh
pada reaktor agar semua pipa tercelup atau terkena limbah dan bakteri terkena oksigen.
Sehingga pada saat berputar bakteri akan menguraikan zat-zat yang terkandung dalam
limbah tahu dan akan mengabsorbs oksigen sehingga tercapai kondisi yang aerobic.

Anda mungkin juga menyukai