PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik tidak lepas dari kehidupan manusia, terutama kosmetik
dekoratif yang banyak diminati kaum wanita. Lipstik merupakan salah
satu kosmetik dekoratif yang digunakan untuk memperindah bibir dengan
warna yang menarik, melindungi bibir agar tidak kering, serta dapat
menonjolkan sisi yang baik dan menyamarkan yang buruk pada bentuk
bibir. Sediaan lipstik yang baik harus mudah diaplikasikan, tidak
mengiritasi, tidak lengket, maupun kering, dan dapat menjaga ketahanan
warna yang menempel pada bibir. Parameter kualitas lipstik yang baik
dipengaruhi oleh proses pembuatan, penyimpanan, dan penggunaannya.
Wax dan zat warna merupakan komponen penting pembentuk lipstik.
Zat warna pada lipstik dapat meningkatkan nilai estetika sediaan serta
menarik konsumen untuk membelinya. Menurut Yulianti (2007), tidak
semua zat warna aman digunakan pada bibir, terutama zat warna sintetik
seperti rhodamine yang dapat menyebabkan gatal, bibir pecah-pecah,
kering, serta dapat mengelupas kulit bibir. Zat warna alami semakin
dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman dibanding dengan
pewarna sintetik. Banyak zat warna alami yang belum dimanfaatkan
padahal banyak ditemukan disekitar kita. Menurut Nakamura, dkk (1990),
bunga
kembang
sepatu
(Hibiscus
1
rosa-sinensis
L.)
dapat
digunakan sebagai zat warna alami karena memiliki pigmen merah dari
antosianin.
Basis lilin memegang peran penting dalam kestabilan lipstik. Basis
lilin yang umum digunakan dalam lipstik, antara lain: carnauba wax,
Paraffin wax, ozokerites, beeswax, candelilla wax, spermaceti, dan
ceresin. Penggunaan komposisi basis lilin yang berbeda dapat memberikan
karakteristik yang berbeda pada lipstik, seperti kekerasan, titik lebur, dan
kemudahan mengaplikasikan. Pemilihan komposisi basis lilin yang tepat
akan menghasilkan lipstik dengan karakteristik terbaik. Beeswax pada
lipstik dapat membuat sediaan menjadi lebih keras, konsistensinya tidak
meningkat karena pengadukan, dan dapat menghambat eksudasi minyak
(Jellineck, 1970). Beeswax memiliki titik lebur 61-66C, selain mudah
dibentuk juga dapat stabil mempertahankan bentuknya. Sedangkan
Paraffin wax, termasuk tipe alkane hydrocarbon, memiliki titik lebur 5061C (Rowe et al, 2009), tidak toksik jika diaplikasikan secara topikal,
dapat bercampur dengan sejumlah produk berbasis lilin, dan digunakan
untuk membuat produk lebih creamy dan shiny. Namun, penggunaan
beeswax dalam jumlah besar dapat menghasilkan sediaaan lipstik yang
agak tumpul, tidak rata permukaannya, dan relatif mahal (Smolinske dan
Susan, 1992; Sagarin, 1957). Oleh karena itu, melalui penelitian ini ingin
diketahui bagaimana pengaruh dari kombinasi basis Beeswax dan Paraffin
wax terhadap sifat dan stabilitas fisik serta uji iritasi primer dari
sediaan lipstik yang menggunakan zat warna alami dari ekstrak pelarut
etanol bunga kembang sepatu (H. rosa-sinensis L.).
B. Perumusan Masalah
1.
2.
3.
kombinasi basis
C. Pentingnya Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan zat
warna alami dari bunga kembang sepatu (H. rosa-sinensis L.)
2. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang sifat dan stabilitas
fisik serta tingkat keamanan sediaan lipstik bunga kembang sepatu (H.
rosa-sinensis L.) pada komposisi kombinasi basis Beeswax dan
Paraffin wax tertentu.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi
basis Beeswax dan Paraffin wax pada sedian lipstik ekstrak etanol dari
bunga kembang sepatu (H. rosa-sinensis L.) terhadap sifat fisik, stabilitas
fisik serta tingkat keamanannya pada hewan uji.
E. Tinjauan Pustaka
1. Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri khusus yaitu memiliki
stratum korneum yang tipis dan adanya aliran darah yang banyak mengalir
di dalam pembuluh darah di lapisan bawah kulit bibir yang menyebabkan
bibir berwarna merah (Wibowo, 2005). Kulit bibir mengandung lebih
sedikit melanosit atau sel yang berfungsi menghasilkan pigmen melanin.
Pada lapisan dermisnya tidak terdapat kelenjar keringat maupun kelenjar
lemak sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan stratum
korneum
akan
cenderung
mengering,
dan
pecah-pecah
yang
2. Kosmetik Dekoratif
Kosmetik
dekoratif
digunakan
untuk
mempercantik
dan
dan
menghaluskan
warna
kulit,
menyembunyikan
3.
Lipstik
menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan
menarik.
Persyaratan lipstik yang baik, antara lain:
1. Dapat bertahan dibibir selama mungkin.
2. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
3. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
4. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
5. Memberikan warna yang merata pada bibir.
6. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
7. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng
atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak
menarik.
(Tranggono dan Latifah, 2007)
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam basis yang
umunya terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang
optimal sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang
dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal diatur hingga suhu mendekati
suhu bibir, yaitu antara 36-38C. Menurut Vishwakarma, dkk. (2011),
suhu lebur lipstik yang ideal umumnya 50C.
a.
1. Minyak
Minyak
dalam
lipstik
berfungsi
sebagai
emollient,
atau
terdispersi
dalam
basisnya,
sedangkan
pigmen
10
6. Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam
sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak
mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir
kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga
terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu
ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang
sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben.
7. Parfum
Parfum
digunakan
untuk
memberikan
bau
yang
11
homogen,
barulah
ditambah
dengan
parfum
untuk
12
Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Sub- kelas
: Dialypetalae
13
Ordo
: Malvales / Columniferae
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Species
: Hibiscus rosa-sinensis L.
(Tjitrosoepomo, 2007)
b.
Nama Daerah
Sumatera
Jawa
Bali
: Waribang
Sulawesi
Maluku
c. Deskripsi Tumbuhan
Kembang sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L.) merupakan
tanaman perdu, tahunan, tumbuh tegak dan mempunyai tinggi 1-4
meter. Daunnya tunggal berwarna hijau, bertangkai, berbentuk
bulat telur, meruncing, bergerigi kasar, dan pangkal bertulang daun
menjari. Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri sendiri, di ketiak,
14
acetate
turunannya.
dan
Bunga
tiga
senyawa
mengandung
siklopropana
beserta
cyanidin-3,5-diglucoside,
6.
Antosianin
15
makanan,
dan
penyimpanan.
Faktor-faktor
yang
dan
stabilitasnya.
Penambahan
gugus
glikosida
atau
16
7.
Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa zat dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut yang sesuai. Pemisahan
ini terjadi karena adanya perbedaan kelarutan dari komponen-komponen
tersebut.Prinsip kelarutan yaitu pelarut yang polar akan melarutkan
senyawa polar, pelarut yang semipolar akan melarutkan senyawa
semipolar, sedangkan pelarut yang nonpolar akan melarutkan senyawa
nonpolar. Ekstraksi digunakan untuk menarik kandungan kimia yang larut
dalam pelarut yang digunakan, sehingga dapat terpisah dari bahan yang
tidak larut. Ekstraksi dilakukan terhadap tumbuhan segar yang telah
17
18
8.
a.
Monografi Bahan
Paraffin wax
Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan yang
diperoleh dari minyak tanah. Senyawa berbentuk hablur tembus
cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau;
tidak berasa; agak berminyak. Parafin tidak larut dalam air maupun
dalam etanol, tetapi mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak menguap dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat,
serta sukar larut dalam etanol mutlak (Rowe et al, 2009)..
19
b.
Beeswax
Beeswax mengandung lebih kurang 70% ester terutama myristol
palmitate, selain itu juga mengandung asam bebas, hidrokarbon, ester,
kolesterol, dan zat warna. Beeswax dapat digunakan pada kosmetik
seperti cream, lotion, maupun lipstik. Beeswax berfungsi sebagai
bahan pengikat, dapat menaikkan titik lebur, dan membentuk massa
menjadi homogen,
Beeswax merupakan zat padat berwarna kekuningan, bau enak
seperti madu, agak rapuh, jika dingin menjadi elastis, jika hangat dan
keras patahannya buram dan berbutir-butir. Praktis tidak larut dalam
air, sukar larut dalam etanol, larut dalam kloroform, larut dalam eter
hangat, larut dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Howard, 1974).
Beeswax mempunyai sifat pengikat yang baik untuk membatu
menghasilkan massa yang homogen. Beeswax memiliki sifat retensi
minyak yang baik untuk digunakan sebagai pengikat komponenkomponen lain di dalam formula serta dapat memperbaiki struktur
lipstik. Selain itu beeswax juga mempunyai kompaktibilitas yang baik
dengan pigmen dan sifat adhesi dengan kulit (Behrer, 1999), akan
tetapi penggunaan beeswax dalam jumlah banyak menyebabkan
permukaan menjadi kasar dan bergranul serta terlihat kusam
(Jellineck, 1970).
20
c.
Carnauba wax
Carnauba wax didapat dari tunas daun dan daun Copernicia
cerifera yang dikeringkan kemudian dihancurkan sehingga menjadi
serpihan. Zat lilin didalamnya dipisahkan dengan menambahkan air
panas. Carnauba wax berwarna cokelat muda sampai kuning pucat,
dapat berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur. Memiliki
bau yang khas ringan, hampir hambar, dan tidak berasa. Carnauba
wax tidak mudah berubah menjadi tengik. Hampir tidak larut dalam
air, sedikit larut dalam etanol mendidih (95%); serta dapat dilarutkan
dalam kloroform hangat dan toluena. Titik lebur :80-88 (Rowe et al,
2009).
Carnauba wax dapat berfungsi untuk membuat sediaan lebih
mengkilap, dan memiliki sifat pengemulsi yang baik. Banyak
digunakan dalam lilin, lipstik, bedak, dan pensil alis.
d.
Castor oil
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan
dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya
berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna,
bau lemah, rasa manis dan agak pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam
kloroform, dietileter, etanol, asam asetat glasial, dan metanol. Mudah
larut pada etanol 95% dan petroleum eter, susah larut di air dan praktis
tidak larut pada minyak mineral kecuali dicampurkan dengan
vegetable oil. Dalam sediaan farmasi biasanya digunakan pada krim
21
yang
tinggi
sehingga
memperlambat
terjadinya
Adeps lanae
Adeps lanae secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan
berbagai sediaan topikal, namun adeps lanae dapat mengalami autooksidasi selama proses penyimpanannya. Sehingga dibutuhkan
penambahan
butil
hidroksitoluen
sebagai
antioksidan
untuk
22
f.
Setil alkohol
Setil alkohol secara luas digunakan dalam kosmetik dan formulasi
farmasetik seperti suppositoria, sediaan padat modified-release,
emulsi, losion, krim dan salep. Pemeriannya yaitu berupa serpihan
putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, dan rasa lemah.
Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam
eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu leburnya
yaitu antara 45 C hingga 50 C (Rowe et al, 2009).
Setil alkohol stabil terhadap cahaya, udara, dan zat-zat yang
bersifat asam dan basa. Dalam penyimpanannya, setil alkohol lebih
baik disimpan dalam wadah tertutup dan kering, serta pada suhu
rendah. Setil alkohol dalam sediaan dapat berfungsi sebagai emolien,
penyerap air, dan pembentuk emulsi, sehingga dapat membantu
meningkatkan stabilitas, viskositas, dan memperbaiki tekstur sediaan
(Unvala, 2005).
g.
23
pada suhu 25 C kental. Oleum rosae larut dalam kloroform dan berat
jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863 (Anonim, 1979).
h.
Propilen glikol
Propilen glikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna,
memiliki rasa khas, praktis tidak berbau, dan dapat menyerap air pada
udara lembab. Umumnya digunakan dengan konsentrasi 15%. Dapat
bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut
dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak. Propilen glikol berfungsi sebagai
pelembab, dan dapat membantu melarutkan ekstrak agar dapat
bercampur dengan basis lainnya (Rowe et al, 2009).
i.
Nipasol
Propil paraben atau nipasol berupa serbuk putih atau hablur kecil
tidak berwarna yang sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam air
mendidih, mudah larut dalam etanol dan eter. Konsentrasi propil
paraben yang biasa digunakan pada sediaan topikal antara 0,01%0,6% (Rowe et al, 2009). Propil Paraben berfungsi sebagai pengawet
pada produk kosmetik, makanan, maupun formulasi farmasetika baik
sendiri atau dikombinasikan dengan pengawet yang lain.
9.
Iritasi adalah suatu reaksi pada kulit akibat terpapar zat kimia
tertentu seperti alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan deterjen. Iritasi dapat
24
25
dilatasi kapiler yang disebabkan oleh racun kimia atau sunburn. Edema
adalah akumulasi berlebihan dari carian serosa atau air dalam sel, jaringan,
atau rongga serosa (Lu, 1995).
F. Landasan Teori
Lipstik dari zat warna alami telah banyak dikembangkan, salah
satunya yang berasal dari antosianin. Penelitian dari Safitri (2010), lipstik
dengan ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan lipstik dari
ekstrak kulit manggis (Tyastuti, 2012) yang menggunakan zat warna alami
dari antosianin dapat memberikan warna yang homogen, relatif stabil, dan
tidak mengiritasi. Sehingga penulis memilih penggunaan bunga kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang mengandung antosianin sebagai
zat warna alami lipstik.
Stabilitas fisik lipstik dapat diketahui dari beberapa parameter, antara
lain kekerasan, titik lebur, dan daya lekat. Salah satu faktor yang
menentukan kestabilan lipstik adalah kombinasi wax yang digunakan.
Pada penelitian ini, digunakan 2 jenis wax untuk diamati pengaruhnya
terhadap sifat fisik lipstik, yaitu Beeswax dan Paraffin wax. Beeswax
memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan paraffin wax sehingga
pencampuran wax ini diharapkan dapat meningkatkan titik lebur sediaan.
Penggunaan beeswax dalam jumlah besar dapat menghasilkan sediaan
lipstik yang agak tumpul dan tidak rata permukaannya (Smolinske dan
Susan, 1992 ; Sagarin,1957). Selain itu beeswax dapat berfungsi sebagai
zat pengikat, emollient dan stabil dalam mempertahankan bentuknya.
26
G. Hipotesis
Kombinasi basis Beeswax 10-18% dan Paraffin wax 7-15% dalam sediaan
lipstik bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat memberikan
perbedaan respon sifat dan stabilitas fisik (kekerasan, daya lekat, dan titik
lebur). Sediaan lipstik bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) tidak
menimbulkan eritema dan edema pada hewan uji.