oligosporus
membentuk
hifa
penetrasi
rata-rata
1400
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh
pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur
yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif
selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp
merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut
menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat
dapat dipergunakan oleh tubuh.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia.
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai
pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di
dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti
Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang
lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan
pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak
patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan
lisensi dari pemegang hak paten).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat) Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida
dan asam amino.
Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease.
Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama
waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur
semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur.
Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan
kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam
bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Selama proses pembuatan tempe terjadi perubahan materi yaitu perubahan
fisika dan kimia yaitu:
1. Perubahan fisika
Pada perubahan fisika ditandai dengan perubahan wujud atau fase zat yang
umumnya bersifat sementara dan struktur molekulnya tetap. Sedangkan
perubahan kimia adalah perubahan materi yang menghasilkan zat yang jenisnya
baru.
2. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia.
Pada perubahan kimia adanya perubahan suhu, yaitu selama proses inkubasi
tempe . Perubahan kimia yang terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada
saat inkubasi. Pada saat itu terjadilah reaksi fermentasi. Proses fermentasi yang
dilakukan oleh jamur Rhizopus sp menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian
ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas
itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. Selain
terjadi perubahan suhu, selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan
warna, dan munculnya titik- titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam
plastik pembungkus tempe. Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti
berselimut kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai
muncul warna hitam pada permukaan.Perubahan warna ini menunjukkan adanya
reaksi kimia pada proses inkubasi.
Jamur Rhizopus sp tergolong makhluk hidup. Oleh karena itu ia juga
melakukan respirasi. Respirasi merupakan reaksi kimia atau perubahan kimia.
Salah satu zat yang dilepaskan dari peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida
dan uap air. Uap air itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik
pembungkus tempe basah oleh titik-titik air. Sebuah reaksi kimia tidak selalu
menunjukkan seluruh ciri reaksi tersebut. Kadang, reaksi tersebut hanya
menunjukkan salah satu atau beberapa ciri saja.
Fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan tempe.
Menurut hasil penelitian pada tahap fermentasi terjadi penguraian karbohidrat,
lemak, protein dan senyawa-senyawa lain dalam kedelai menjadi molekulmolekul yang lebih kecil sehingga mudah dimafaatkan tubuh.
Pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi aktivitas enzim
amilolitik, lipolitik dan proteolitik, yang diproduksi oleh kapang Rhizopus sp.
Pada proses pembuatan tempe, sedikitnya terdapat empat genus rhizopus yang
dapat digunakan. Rhizopus oligosporus merupakan genus utama, kemudian
Rhizopus oryzae merupakan genus lainnya yang digunakan pembuatan tempe
Indonesia.
Produsen tempe di Indonesia tidak menggunakan inokulum berupa biakan
murni kapang Rhizopus sp., namun menggunakan inokulum dalam bentuk bubuk
yang disebut laru atau inokulum biakan kapang pada daun waru yang disebut usar.
Pada penelitian ini dipelajari aktivitas enzim-enzim a-amilase, lipase dan protease
pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe menggunakan biakan murni
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae dan laru.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu
cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan
panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila
digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada
kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan
lubang lainnya sekitar 2 cm.
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk
pertumbuhannya.
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat
mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27 oC). Oleh karena itu,
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Herry. (2013). Mikroorganisme. http://heryahyadi.blogspot. Com /2013 /
04/mikroorganisme_9481.html. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2014)
Krisno, Agus. (2011). Pemanfaatan Mikroorganisme di Bidang Pangan Berbasis
BioteknologiKonvensional.http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/2
6/pemanfaatan-mikroorganisme-di-bidang-pangan-berbasis-bioteknologikonvensional/. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2014)
Wulandari, Gian. (2012). Rhizopussp. http://gianwulandari. wordpress. Com /
2012/10/21/rhizopus-sp/. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2014)
Bagus. (2013). Jaringan dan Struktur Jamur Tempe .http ://baguzt88
.wordpress .com/2013/02/23/jaringan-dan-struktur-jamur-tempe/. (Diakses
pada tanggal 8 Maret 2014)
Hamda, Anastasia Leonita.2011.Laporan Tempe (Online) http:/www. Scribd
.com/doc/7 61315512/Laporan-tempe. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).