Edited Responsi Kasus Jantung Dzaky Anis
Edited Responsi Kasus Jantung Dzaky Anis
Oleh :
Anies Dyaning Astuti (H1A 010 009)
Dzaky Ahmada (H1A010 011)
Pembimbing :
dr. Yusra Pintaningrum, Sp.JP
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Suku
Agama
Status
RM
MRS
Tanggal Pemeriksaan
: Tn. L.S.
: 63 tahun
: Laki-laki
: Pelowok, Lombok Barat
: Pensiunan
: Sasak
: Islam
: Menikah
: 54-20-59
: 3 Februari 2015
: 4 Februari 2015
Anamnesis
A. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD, dalam keadaan sadar, diantar keluarganya,
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dada sebelah dirasakan
sejak pukul 17.00 (2-2-2015), nyeri dirasakan >30 menit. Nyeri dada
dirasakan menjalar ke arah kanan seperti tertindih benda berat. Nyeri
dirasakan muncul tiba-tiba, saat pasien duduk, tanpa didahului kegiatan
angkat-tarik-dorong, nyeri tidak hilang ataupun memberat dengan gerak
dan perubahan posisi. Pasien sering mengeluh nyeri dada 3 hari terakhir,
namun reda dengan minum obat dari RS.
Pasien juga merasakan sesak bersamaan dengan nyeri. Sesak tidak
disertai bunyi ngik dan tidak dipengaruhi oleh suhu. Sesak tidak membaik
dengan istrahat. Pasien juga mengeluh badannya menggigil disertai
keringat dingin.
Pasien juga mengeluh nyeri pada perut, dan perutnya semakin
mengeras. Nafsu makan pasien menurun. BAB (+), 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek, darah (-), tapi semenjak di RS pasien belum pernah
BAB. BAK (+) 2 kali sehari, warna kuning agak pekat, darah (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis 04/02/2015
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
c. Tanda Vital :
- Tekanan Darah
: 150/80 mmHg
- Nadi radialis
: 42x/menit
- Pernapasan
: 24x/menit
- Suhu (aksila)
: 36,8 C
Status generalis
a. Status Gizi :
-
Kesan Gizi
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
: cukup
: 60kg
: 165
: 22,2 normal
b.
c.
Kepala
Bentuk dan Ukuran : normal
Rambut : normal
Edema :(-)
Parese N. VII :(-)
Hiperpigmentasi :(-)
Nyeri Tekan Kepala : (-)
Mata
Bentuk : normal, simetris
Alis : normal
Bola mata: exopthalmus (-/-),nystagmus (-/-), strabismus (-/-)
Palpebra: edema (-/-), ptosis (-/-)
Konjungtiva : anemia (-/-), hiperemia (-/-)
Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-)
Kornea : normal, jernih
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
Lensa: tampak jernih, katarak (-)
d. Telinga
-
Bentuk : normal
Bentuk: simetris,
Bentuk : simetris
Mukosa : normal
Simetris
Bentuk: simetris
Permukaan kulit :scar(- ), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
nevi (-), vena kolateral (-), massa (-), sikatrik (-)
Iga dan sela antar iga: Pelebaran ICS (-), retraksi (-)
Palpasi :
-
Perkusi :
-
Auskultasi :
-
Cor :
-
i. Abdomen
Inspeksi :
-
Auskultasi :
-
Palpasi :
6
Turgor : normal
Tonus : normal
Massa (-)
Perkusi :
-
j. Extremitas
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/- Sendi : dalam batas normal
- Edema: -/- Sianosis : -/- Ptekie : -/- Clubbing finger: -/- Koilonikia : -/Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/- Sendi : dalam batas normal
- Edema: -/- Sianosis : -/- Ptekie : -/- Clubbing finger: -/- Koilonikia : -/k. Genitourinaria : tidak dievaluasi
7
IV.
Resume
Pasien laki-laki usia 63 tahun datang ke IGD RSUP NTB, keadaan
sadar, dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dada sebelah dirasakan
sejak pukul 17.00 (2-2-2015), Nyeri dirasakan >30 menit. Nyeri dada
dirasakan menjalar ke arah kanan seperti tertindih benda berat. Nyeri
dirasakan muncul tiba-tiba. Pasien tidak melakukan aktivitas apapun sebelum
nyeri datang. Pasien sering mengeluh nyeri dada 3 hari terakhir, namun reda
dengan minum obat dari RS
Pasien juga merasakan sesak bersamaan dengan nyeri. Sesak tidak
disertai bunyi ngik dan tidak dipengaruhi oleh suhu. Sesak tidak membaik
dengan istrahat. Pasien juga mengeluh badannya menggigil disertai keringat
dingin.
Pasien juga mengeluh nyeri pada perut. Nafsu makan pasien menurun.
BAB (+) dalam batas normal, BAK (+) dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum : Sedang,
Kesadaran : Compos Mentis. Tanda Vital :Tekanan Darah : 150/80 mmHg,
Nadi radialis : 42 x/menit, Pernapasan : 24x/menit, Suhu (aksila) : 36,8 C.
Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan kepala leher dalam batas normal,
thoraks inspeksi, palpasi, perkusi dalam batas normal, auskultasi jantung
didapatkan S1S2 tunggal regular, terdapat murmur (+), dan tidak dipatkan
gallop (-). Auskultasi pasru didapatkan bunyi vesikuler pada paru kanan dan
kiri, tidak ada wheezing (-) dan rhonki (-).
V.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Paramete
2/2/2015
Normal
r
HGB
RBC
HCT
11,1
4,07
33,4
L : 13,0-18,0 g/dL
L : 4,5 5,5 [10^6/L]
L : 40-50 [%]
8
MCV
82,1
MCH
27,3
MCHC
33,2
WBC
7,31
PLT
286
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Parameter
2/2/2014
GDS
137
Creatinin
0,7
Ureum
SGOT
16
SGPT
16
CKMB
17
3. Pemeriksaan elektrolit
Parameter
2/2/2014
Normal
Na
137
135-146mmo/l
K
3,4
3,4-5,4mmo/l
Cl
106
95-108 mmo/l
4. Pemeriksaan seroimunologi
HbSAg
Reaktif
5. Pemeriksaan EKG (2-2-2015)
Interpretasi
Irama : sinus
Ritme : reguler
HR : 42 x /menit
Abnormalitas gelombang :
-
T inversi pada lead II,III, AVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6
EKG 3/2/2015
Interpretasi
Irama : sinus
Ritme : reguler
HR : 42 x /menit
Abnormalitas gelombang :
-
T inversi pada lead II,III, AVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6
EKG 4/2/2014
10
Interpretasi :
Irama : sinus
Ritme : reguler
HR : 42 x /menit
Abnormalitas gelombang :
-
T inversi pada lead II,III, AVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6
11
Interpretasi:
-
Soft tissue : normal, tidak terdapat emfisema subkutis, tidak ditemukan masa
Tulang: intak, fraktur (-), deformitas (-), tidak ada pelebaran sela iga
Cor: tidak tampak pembesaran jantung, dengan CTR <50% dan tampak
adanyapinggang jantung
- Kesan : normal
6. Catatan Perkembangan Pasien
12
Tanggal
3/02/2015
S
Sesak
O
GCS : E4V5M6
A
Angina
(ICCU)
berkurang,
T 150/80 mmHg
O22 lpm
(Iskemia
cc/24 jam
berkurang
P: 24x/menit
S: 36,80C
Anterolateral ampul
Thorax
Aspilet 1 x 80 mg tab
Wh(-/-)
CPG 1 x 7 mg
C:
S1S2
reguler,
Tunggal
Simvastatin 20 mg
Murmur(+)
Valsartan 80 mg 1x1
Gallop(-)
Diazepam 5 mg
edema
atas
(-/-),
4/2/2015
Sesak
(ICCU)
berkurang,
T 140/70 mmHg
Angina
pasca infark
(Iskemia
berkurang,
Inferior dan
P: 22 x/menit
Anterolateral
minum
Thorax
Terapi dilanjutkan
C:
S1S2
reguler,
Tunggal
Murmur(+)
Gallop(-)
13
edema
atas
(-/-),
Assessment
Diagnosis fungsional : Unstable Angina pasca infark
Diagnosis etiologi
: Aterosklerosis
Diagnosis anatomi
VII.
Planning Diagnosa
Ekokardiografi
Medikamentosa
-
O2 2 lpm
Aspilet 1 x 80 mg tab
CPG 1 x 7 mg
Simvastatin 20 mg
Valsartan 80 mg 1x1
Diazepam 5 mg
Non-medikamentosa
-
Bed rest
Balance cairan
14
IX.
X.
Monitoring
Keadaan umum
tanda vital
Keluhan
EKG harian
Input-output cairan
Prognosis
15
BAB 2
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 63 tahun datang ke IGD RSUP NTB, keadaan
sadar, dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dada sebelah dirasakan
sejak pukul 17.00 (2-2-2015), Nyeri dirasakan >30 menit. Nyeri dada
dirasakan menjalar ke arah kanan seperti tertindih benda berat. Nyeri
dirasakan muncul tiba-tiba. Pasien tidak melakukan aktivitas apapun sebelum
nyeri datang. Pasien sering mengeluh nyeri dada 3 hari terakhir, namun reda
dengan minum obat dari RS
Pasien juga merasakan sesak bersamaan dengan nyeri. Sesak tidak
disertai bunyi ngik dan tidak dipengaruhi oleh suhu. Sesak tidak membaik
dengan istrahat. Pasien juga mengeluh badannya menggigil disertai keringat
dingin.
Pasien juga mengeluh nyeri pada perut. Nafsu makan pasien
menurun. BAB (+) dalam batas normal, BAK (+) dalam batas normal.
Nyeri dada
Nyeri dada yang dirasakan pada pasien ini bersifat tumpul, menjalar ke
punggung, dan berdurasi >30menit. Karakteristik nyeri seperti ini mirip
dengan nyeri akibat angina pectoris. Angina pectoris timbul apabila kebutuhan
oksigen miokardium lebih besar dari pada suplainya.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen
jaringan tersebut juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada
jantung, yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke jantung. Akan tetapi, apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan
kemudian terjadi iskemia, mioklardium mulai menggunakan glikolisis
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya.
16
2008).
Sesak
Pada pasien ini sesak nafas terjadi saat pasien merasa nyeri. Pada saat
melakukan aktivitas, otot yang aktif membutuhkan pasokan O2 yang
meningkat, untuk memenuhi kebutuhan ini pada orang normal akan
meningkatkan kerja jantung untuk memompa darah yang menyuplai oksigen
dan meningkatkan ventilasi paru untuk meningkatkan penggantian O 2 pada
alveolus. Pada pasen yang mengalami iskemia, akan terjadi pengurangan dan
dapat menggangggu proses kompensasi pada keadaan kebutuhan O 2 perifer
17
yang meningkat. Pada pasien ini akan mengalami kekurangan oksigen dan
otot yang aktif tidak mendapat pasokan darah yang tinggi oksigen namun
tinggi akan zat-zat sisa metabolik seperti asam laktat, hal ini semua yang
dapat menyebabkan gejala sesak nafas (Price&Sylvia, 2008).
SINDROM KORONER AKUT
Definisi Sindrom Koroner Akut (SKA) tergantung karakteristik spesifik pada
manifestasi klinis, riwayat penyakit pembuluh koroner sebelumnya, perubahan
elektrokardiografi, dan marker biokimia (SIGN, 2013). Gangguan ini berupa
sekumpulan sindrom yang mencakup suatu rangkaian, yang dimulai dari gambaran
unstable angina pectoris sampai infark miokard akut yang luas (STEMI dan
NSTEMI) (Lilly, 2007).
Iskemia akut pada Angina tidak stabil dapat karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, dan atau karena pengurangan suplai, misalnya pada penurunan
diameter lumen oleh trombi platelet, vasospasme, atau hipotensi. Adanya penyakit
jantung koroner sebelumnya juga turut berpengaruh. Trombosis pada arteri koroner
dapat diobservasi dengan (libby, 2007) :
1. Otopsi, trombus biasanya terdapat pada plak koroner yang ruptur
2. Spesimen atherectomy
3. Angioskopi koroner
4. Angiografi koroner
5. Peningkatan beberapa marker pada aktivitas platelet dan fibrin
6. Perbaikan dengan terapi antitrombotik
Angina tidak stabil terjadi akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dan
kebutuhan karena kondisi ekstrinsik arteri koroner pada pasien dengan stenosis
koroner sebelumnya. Kondisi yang merupakan peningkatan kebutuhan oksigen yaitu
takikardia, demam, tirotoksikosis, hiperadrenergik, dan elevasi afterload ventrikel kiri
seperti hipertensi atau stenosis aorta. Angina tidak stabil sekunder dapat pula karena
gangguan hantaran oksigen, terjadi pada anemia, hipoksemia, hiperviskositas, atau
hipotensi. Angina tidak stabil sekunder lebih buruk prognosisnya daripada primer.
Manifestasi Klinis
Karakteristik
18
Angina
kiri.
Sama seperti angina, tetapi lebih
stabil
AMI
berat.
Sama seperti angina, tetapi lebih
(STEMI,
berat.
NSTEMI)
19
Nyeri angina ( nyeri pada dada sebelah kiri, dengan karekteristik nyeri
seperti tertekan benda berat, menjalar ke punggung dan leher, dengan
Penegakan diagnosis
Diagnosis secara umum untuk SKA dibuat berdasarkan : (1) anamnesis yang
mengarah pada manifestasi klinis SKA, (2) hasil EKG yang abnormal, (3) terdeteksi
atau tidaknya penanda serum spesifik dari miokard yg mengalami nekrosis (Lilly,
2007). Beberapa pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah :
-
untuk angina tidak stabil dan NSTEMI. Hasil pada pemeriksaan fisik mungkin
normal atau dapat mendukung diagnosis iskemia jantung. Tanda-tanda yang biasanya
ditemukan pada pemeriksaan fisik dan jantung adalah diaforesis, kulit pucat dingin,
suara jantung ketiga (S3) atau keempat (S4) (Libby, 2007).
20
2.
3.
Elevasi segmen ST
Munculnya gelombang Q baru.
Di awal infark, gelombang T meninggi dan menyempit, suatu fenomena yang
21
CK-MB meningkat secara serial dan kemudian turun dengan perbedaan dua
hasil pemeriksaan lebih dari 25%
Pada satu pemeriksaan CK-MB didapatkan peningkatan dua kali lipat nilai
normal
Lebih dari 72 jam didapatkan peningkatan Troponin T atau I, atau LDH-1 >
LDH-2
Tatalaksana
Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena kita berpacu
dengan waktu dan bila makin cepat tindakan reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih
baik. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun membatasi
luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Di Penanganan sindroma koroner
akut STEMI ditekankan untuk melakukan tindakan reperfusi segera baik dengan
medikamentosa (trombolisis)
22
Manajemen yang dilakukan saat pasien berada di Unit Gawat Darurat adalah
sebagai berikut(Karo, S., et all. 2012) :
a. Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Pemberian obat:
Mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5
menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
Terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam,
usia < 75 tahun dan tidak ada kontraindikasi.
o Streptokinase: BP > 90 mmHg
o tPA: BP < 70mmHg
o Kontraindikasi: Riwayat stroke hemoragik, active internal bleeding,
diseksi aorta, AVM, gangguan sistem pembekuan darah, riwayat
cedera kepala tertutup atau cedera wajar dalam 3 bulan terakhir,
23
Terapi adjuvan
Antiaritmia
Tidak diberikan secara rutin pada SKA STEMI
Penyekat beta
Tidak diberikan secara rutin pada SKA, diberikan bila didaptkan
takikardia dan hipertensi
24
25
O2 2 lpm
Aspilet 1 x 80 mg tab
CPG 1 x 7 mg
Simvastatin 20 mg
Valsartan 80 mg 1x1
Diazepam 5 mg
Oksigenasi
Pemberian oksigen pada pasien dengan SKA sangat penting diberikan pada
pasien dengan sesak napas, tanda gagal jantung, syok, atau dengan saturasi <94%.
Pada suatu penelitian menunjukkan bahwa pemebrian oksigen mampu mengurangi
ST elevasi pada infark anterior, dan diutamakan pada 6 jam pertama (Karo, S., et all.
2012).
Arixtra
Arixtra (Fondaparinuks) adalah suatu derivat heparin sintetik. Heparin
biasanya ddigunakan pada penanganan awal pada pasien unstable angina atau infark
miokard akut. Obat ini memperantarai penghambatan faktor Xa oleh antitrombin.
Obat ini diberikan secara injeksi subkutan, mencapai kadar puncak plasma dalam 2
jam. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan sekali sehari pada dosis yang tetap
tanpa pemantauan koagulasi serta memiliki kemungkinan paling kecil menyebabkan
trombositopenia dibandingkan heparin atau heparin berbobot molekul rendah
(Laurence, 2008).
27
Mortalitas di RS (%)
II
17
III
Edema paru
38
IV
Shock kardiogenik
81
Pada pasien ini belum didapatkan adanya komplikasi. Oleh karena itu perlu
untuk mengedukasi pasien untuk menjalani gaya hidup sehat dan pengontrolan
penyakit melalui obat-obatan.
Prognosis
Prognosis ACS salah satunya dapat dilihat dari hasil pemeriksaan konsentrasi
troponin T, digambarkan pada tabel berikut :
28
society (BCS)
angina
Definisi
stabil
american Angina
menurut
europeansociety
of
cardiology
(ESC)
of
cardiology
/college
infark miokard
klinis
Infark miokard
stabil
(ACC)
Definisi WHO
Angina
stabil
4,5%
8,6%
non- Angina
stabil
10,4%
12,9%
18,7%
19,2%
Sumber :SIGN, 2013
Edukasi
Beberapa langkah yang bisa dilakukan seperti menghindari paparan asap
rokok, pengontrolan tekanan darah secara ketat, menjalani diet dengan baik dan
kontrol berat badan, dan melakukan aktifitas fisik. Anjuran ini perlu ditekankan
kepada pasien sebelum dipulangkan. Meskipun sulit untuk dilaksanakan namun perlu
tetap dilaksanakan secara berkelanjutan (Steg, G, 2012)..
1) Diet dan kontrol berat badan
Beberapa rekomendari diet antara lain :
Jenis makanan yang beragam
Mengatur jumlah kalori untuk menghindari obesitas
Meningkatkan konsusumsi buah dan sayur, sereal dan roti, ikan,
daging tanpa lemak, dan produk susu rendah lemak
Mengurangi konsumsi garam
2) Aktifitas fisik
Aktifitas fisik sangat berperan penting pada pasien dengan SKA, diantaranya
dapat
menurunkan
kecemasan
pasien
terhadap
penyakitnya
dan
29
30
DAFTAR PUSTAKA
1
Panggabean, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II: Penyakit Arteri
Perifer. Jakarta: FK UI.
WY, et al. 2013. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Managenent of Heart
Students and Faculty 4th edition. Philladelphia :Lippincott Williams & Wilkins.
Laurence at all. 2008. Goodman & Gilmans Mamual of Pharmacology and
Therapeutics, Penerjemah : Sukandar EY et al, Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN). 2013. Acute coronary
syndromes: A national clinical guideline. Available at:
http://www.sign.ac.uk/pdf/sign93.pdf
Malcolm, STThe Only EKG Book Youll Ever Need, Penerjemah : Samik
Jakarta
10 Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11 th edition.
Penerjemah Irawati dian, et al, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
31